Anda di halaman 1dari 45

CLEAN CONSTRUCTION

BIDANG AIR LIMBAH


A.

PEKERJAAN PERSIAPAN

1.
Survey Topograf
Survey ini merupakan bagian dari pekerjaan persiapan yang mengawali seluruh
rangkaian pekerjaan. Survey topografi meliputi kegiatan:

Pengecekan ulang elevasi rencana

Menyebarkan titik-titik panduang diseluruh wilayah kerja

Menentukan titik-titik (koordinat) posisi manhole

Gambar 1. Penentuan Titik Koordinat Posisi Manhole


a.
Pemeriksaan ulang elevasi rencana
Pemeriksaan ulang elevasi rencana perlu dilakukan untuk mengantisipasi perubahanperubahan yang terjadi dalam rentang waktu antara perencanaan dengan pelaksanaan
sekaligus memeriksa kebenaran/akurasi survey perencanaan.

Gambar 2. Pemeriksaan Ulang Elevasi Rencana


Dalam pelaksanaan survey topografi digunakan titik acuan yang ditentukan oleh
perencanaan dan menggunakan titik Benchmark (BM) yang tersebar di seluruh wilayah
survey. Titik referensi utama adalah Benchmark Titik Tinggi Geodesi (TTG) 1651 yang
ditetapkan
oleh
Badan
Koordinator
Survey
dan
Pemetaan
Nasional
(BAKORNASURTANAL) serta benchmark yang ditetapkan oleh Badan Pertanahan
Nasional (BPN) 13.

b.
Penyebaran titik panduan di seluruh wilayah kerja dan menentukan titik
(koordinat) posisi manhole
Tujuan dari penyebaran titik-titik panduan bantuan ini adalah bila disuatu lokasi hendak
dilakukan pemasangan pipa, maka titik panduan bantuan tersebut dapat dipergunakan
sebagai acuan dalam menentukan elevasi invert saluran.

Gambar 4. Penyebaran Titik Panduan di Wilayah Kerja dan Penentuan Titik


Koordinat Manhole
Titik lokasi manhole dan titik panduang bantuan tersebut harus dilengkapi informasi
mengenai nomor, koordinat, elevasi invert, dan elevasi permukan jalan.
2.
Test Pit
Test pit adalah kegiatan untuk mengetahui utilitas yang ada di bawah permukaan
tanah. Utilitas tersebut berupa pipa PDAM, kabel PLN dan Telkom, serta utilitas lainnya
yang mungkin ada. Bila ternyata dalam test pit ditemukan adanya utilitas yang
menghalangi jalur pipa, maka jalur pipa tersebut harus disesuaikan.

Mulai

Data-Data :
- Koordinat Manhole
- Jalur Pipa
- Elevasi
- Titik-titik Acuan
Survey Topografi
Menetapkan Titik-Titik Referensi
Untuk Pelaksanaan di Areal Pekerjaan

Ada
Perubahan ?
Ya
Tidak
Revisi Perencanaan
Beri Tanda di Permukaan Jalan
Posisi Manhole
Catat :
-

Nomor Manhole
Koordinat Manhole
Data Elevasi
Selesai

Gambar 5. Diagram Alir Survey Topografi dan Penentuan Posisi Manhole di


Lapangan

Penyesuaian dengan memindahkan posisi pipa (dari tei jalan ke tengah jalan atau
sebaliknya). Atau bila ternyata memungkinkan, perubahan yang dilakukan adalah
memindahkan utilitas yang bersangkutan tentunya dengan berkoordinasi dengan
instansi terkait.

Gambar 6. Penyesuaian Posisi Pipa Dengan Utilitas yang Ada

Mulai

Data-Data :
- Rencana Jalur Pipa
- As Build Drawing (PDAM,PLN, Telkom)
- Posisi Bangunan Utilitas ( Boc, Telkom, Trafo

Tiang Kabel Besar, dll)


Tentukan Posisi Test Pit
Lakukan Test Pit

Ada
Utilitas ?

Tidak

Ya
Catat :
-

Utilitas ya Ada
Posisi Utilitas (Horizontal,Vertical)

Ada
Perubahan ?

Jalur Pipa Tetap

YA
Revisi Jalur Rencana Pipa
Selesai
Gambar 7. Diagram Alir Test Pit
3.
Pemeriksaan Kondisi Bangunan Existing
Sebelum pelaksanaan pekerjaan, kontraktor perlu melakukan pemeriksaan terhadap
kondisi existing bangunan yang ada di sekitar lokasi kegiatan, seperti adanya retak
pada bangunan, tembok atau dinding dan sebagainya. Hal tersebut ditujukan agar di
kemudian hari apabila ada keluhan dari pemilik bangunan bisa diketahui apakah
kerusakan tersebut diakibatkan oleh pelaksanaan pekerjaan atau sudah terjadi
sebelumnya ataupun ada sebab lainnya. Semua dokumentasi haruslah dilengkapi
dengan foto.

Gambar 8. Pemeriksaan Bangunan Existing


A.
PEKERJAAN PEMASANGAN PIPA
1.
Karakteristik Pipa
Pipa primer dan sekunder/tersier terbuat dari beton bertulang (RC Pipe) dengan bahan
dari semen anti sulfat. Kedua jenis pipa tersebut memiliki fungsi yang sama, yaitu
mengalirkan air limbah secara gravitasi. Pipa forcemain berfungi untuk mengalirkan air
limbah dengan pemompaan, jenis pipa yang digunaka pipa baja (steel pipe) diameter
500 mm dan 600 mm, serta pipa PVC diameter 150 mm dan 200 mm.
Spesifikasi pipa beton (RC Pipe) :
Mutu beton : K-350 (sebelum proses spinning)
K-550 (setelah proses spinning)
Mutu baja tulangan:

Tegangan leleh > 4.500 kg/cm2

Tegangan tarik 5.000 kg/cm2


Tabel 1. Jenis Pipa ynag akan digunakan
PIPA
Tersier
Sekund
er
Primer

DIAMETER
(mm)
200
250

BAHAN
Beton
Bertulang

300
400
500
600
700
800
900
Forcem
500
Baja ( Street
600
ain
Pipe)
150
PVC
200
Langkah-langkah kerja pemasangan pipa baja bertekanan lebih sederhana dari
pemasangan pipa beton. Karena kemiringan pipa bertekanan bukan merupakan faktor
penting, walaupun tida boleh diabaikan, dan kedalamana galian tidak terlalu dalam
(timbunan minimum di atas pipa 1,50m). Hal yang penting dan perlu mendapatkan
perhatian adalah penyambungan pipa baja. Penyambungan dilakukan dengan
pengelasan yaitu las listrik dan harus dilakukan oleh tenaga yang berpengalaman agar
diperoleh hasil yang sempurna.

Gambar 9. Detil Pemasangan Pipa Baja Bertekanan


1.
Metode Pemasangan Pipa dengan Metode Clean Construction
Clean Cosntruction adalah prinsip kerja pemasangan pipa yang bersih, rapid an tertib
sehingga dapat mengurangi gangguan terhadap lingkungan sekitarnya.
Catatan :
Penggalian Pipa dilakukan diluar lubang galian

Mulai

- Gambar Rencana
- Gambar Pelaksana
- Spesifikasi Teknis

Test Pit

Penentuan Jalur Pipa, Penandaan dan


Pemotongan Permukaan Jalan
Penggalian
Pengukuran Elevasi Galian

Elevasi Galian
Sudah Sesuai ?
YA
Pemasangan Landasan Pipa
Sebelum Diturunkan

Timbunan Pasir

Penyambungan Pipa
Pemasangan dan Penurunan Pipa

Timbunan Kembali
Selesai
Gambar 10. Diagram Alir Pemasangan Pipa Baja Bertekanan

Penggalian dan pemasangan pipa untuk tiap segmen sepanjang 50 m.


Tanah galian langsung diangkut dengan dump truck ke tempat pembuangan
sementara untuk digunakan kembali nantinya.

Tidak diperkenankan menaruh material di jalan/trotoar kecuali dalam area di


tempat kerja.

Dilengkapi pagar pengaman dan rambu lalu lintas yang memadai. Untuk
pekerjaan pada malam hari dilengkapi dengan lampu penerangan/pengaman.

Penyiraman dengan air di sekitar tempat kerja dilakukan setiap hari untuk
menghindari debu.

Gambar 11. Pekerjaan Penggalian Dengan Metode Clean Construction


2.
Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan Pemasangan Pipa
Tahapan pelaksanaan pemasangan pipa seperti pada diagram alir berikut ini:
Gambar 12. Diagram Alir Pelaksanaan
Pekerjaan Pemasangan Pipa

Mulai

Data
Perencanaan

Penandaan Jalur Pipa dan


Pemotongan Permukaan Jalan
Penggalian

Pengangkutan Hasil Galian


ke Stock Yard
Pengangkutan Pipa dari
Stock Yard

Pemasangan Pipa
Pengangkutan Material Timbunan
dari Stock Yard
Timbunan Kembali
Selesai
a.
Penandaan Jalur Pipa dan Pemotongan Permukaan Jalan
Bila pekerjaan pemasangan pipa akan dilakukan, terlebih dulu dilakukan penentuan
jalur pipa yang akan dipasang. Hal ini perlu dilakukan karena sering kali posisi jalur pipa
yang tergambar di gambar rencana perlu penyesuaian atau perubahan. Beberapa hal
yang menjadi penyebabnya adalah jalan ternayata tidak benar-benar lurus sperti pada
gambar rencana dan terdapat utilitas atau bangunan yang menghalangi jalur pipa.
Penandaan jalur pipa pada permukaan jalan dilakukan untuk mempermudah pekerjaan
dan sebagai batas pekerjaan galian. Posisi jalur pipa disesuaikan dengan kondisi jalan
dan utilitas yang ada dibawah jalan. Selain sebagai penanda jalur pipa, tanda pada
permukaan jalan juga berfungsi untuk memberi arah dan batas galian. Permukaan jalan
yang telah ditandai kemudian dipotong dengan mesin sampai kedalaman 5-7 cm.
pemotongan ini dimaksudkan agar lapis permukaan jalan di luar batas galian tidak ikut
rusak karena aktivitas penggalian. Pemotongan permukaan jalan sampai kedalaman 5-7
cm dengan mesin dimaksudkan agar lapisan permukaan jalan di luar batas galian tidak
ikut rusak karena aktivitas penggalian.

Gambar 13. Proses Penandaan Jalur dan Pemotongan Permukaan Jalan


3.
Pekerjaan Galian
Jalur pipa yang telah siap kemudian digali. Metode pelaksanaan galian disatu lokasi
dengan lokasi lain adakalanya tidak sama. Terdapat beberapa hal penting yang menjadi
faktor utama dalam menentukan metode pelaksanaan penggalian. Yaitu :
a. Lebar daerah milik jalan (Damija)
b. Jenis tanah
c. Elevasi muka air tanah dan
d. Kepadatan lalu lintas

Gambar 14. Pekerjaan Galian


Berdasarkan lebar Damija, metode pelaksanaan terbagi menjadi 2 yaitu secara manual
(tenaga manusia) dan dengan mesin gali (excavator). Bahan galian langsung diangkut
ke tempat pembuangan. Di lokasi-lokasi tertentu penggalian dilakukan dengan mesin
dan manual. Bagian atas, dilakukan secara manual untuk menghindari kerusakan
utilitas, dan selanjutnya dengan excavator.

Gambar 15. Pengupasan Permukaan Jalan

Gambar 16. Pekerjaan Penggalian Secara Manual dan Penggunaan


Mesin
a.
Pemasangan Turap
Berdasarkan jenis karakteristik tanah, metode pelaksanaan terbagi menjadi 2 yaitu
galian dengan turap dan tanpa turap. Secara umum jenis tanah yang dikategorikan
yaitu tanah yang tidak runtuh (butiran padat) dan tanah yang mudah runtuh (butiran
lepas). Penggalian tanpa turap umumnya dilaksanakan untuk pemasangan pipa dengan
diameter kecil, galian tidak terlalu dalam dan kondisi tanah stabil. Untuk tanah yang
mudah runtuh, maka penggunaan turap sangant diperlukan untuk memastikan galian
tetap pad akondisi yang diharapkan. Jenis turap yang digunakan antara lain turap kayu,
sheeting plate dan sheet pile.

Gambar 17. Pemasangan Turap


Sheet pile seperti terlihat pada gambar di samping dapat dipergunakan sebagai
material untuk turap karena bila sheet pile tersebut dirangkai dengan sheet pile
lainnya, maka akan diperoleh permukaan turap yang dapat menahan runtuhan tanah
juga menahan masuknya air tanah ke dalam lubang galian.

Gambar 18. Sheet Pile

Gambar 19. Pemasangan Sheeting Pile

b.
Dewatering
Berdasarkan elevasi muka air tanah, pekerjaan galian harus disertai dengan usaha
membuang air (dewatering) bila elevasi air tanah lebih dangkal dari dasar galian.
Artinya tanah galian terendam air sehingga mengganggu proses penggalian dan
pemasangan pipa. Pada galian tanah yang dalam, dengan muka air tanah tinggi,
mudah terhanyutkan oleh aliran air bawah tanah, maka galian harus diamankan
dengan penggunaan turap yang kedap air (sheet pile). Air dipompa ke saluran terdekat
atau dengan menggunakan tempat penampungan.

Gambar 20. Dewatering


4.
Pemasangan Pipa
Pemasangan pipa sangat terkait dengan pemasangan manhole. Data yang sangat
diperlukan diawal pemasangan pipa adalah elevasi invert manhole awal dan akhir (pipa
terpasang dari manhole ke manhole). Elevasi ini menentukan kemiringan pipa karena
terjadi beda tinggi antra invert awal dan akhir. Berdasarkan data-data tersebut,
surveyor yang terlibat dalam pemasangan pipa harus mengawasi dan mengecek
elevasi dari masing-masing pipa karena pipa dipasang satu persatu.

Gambar 21. Manhole

Gambar 22. Pekerjaan Pemasangan Manhole


Pada prinsipnya pipa dipasang setelah manhole selesai dipasang namun kenyataan
dilapangan, seringkali jaringan pipa dipasang terlebih dahulu. Pemasangan pipa seperti
ini biasanya akan berhenti menjelang manhole dengan menyisakan 2 batang pipa.
Pemasangan 2 pipa terakhir tersebut akan dilakukan dalam rangkaian pemasangan
manhole. Cara ini dipilih karena manhole memiliki lebar galian yang lebih besar dari
galian pipa dan terutama untuk manhole yang posisisnya pada persimpangan jalan,
potensi untuk menimbulkan kemacetan arus lalu lintas sangat besar sehingga
diperlukan konsentrasi dan penanganan khusus.
Hal yang penting dalam pelaksanaan pemasangan pipa adalah penyambungan,
pengukuran elevasi/kemiringan, dan pengukuran kelurusan pipa. Ketiga hal tersebut di
atas bila tidak dapat terlaksanakan dengan benar, maka jaringan pipa akan beresiko
bocor, terjadi genangan atau endapan, dan bahakan tidak mengalir.
a.
Penyambungan Pipa
Pipa diturunkan dengan penggantung dan diletakkan di atas tumpukan karung yang
diisi pasir. Maksud dari tumpukan karung pasir adalah agar pipa memperoleh dudukan
yang baik dan stabil. Dengan demikian saat pipa disambung dan ditimbun secara

keseluruhan, elevasi dapat dipertahankan. Penyambungan pipa berikutnya dapat


dimulai dari spigot ataupun socket.

Mulia

Data:
Elevasi Invert Manhole dan Pipa
Galian telah Mencapai Elevasi yang sesuai
Galian tidak terendam Air
Turunkan Pipa
Atur Elevasi / Kemiringan
Dan Kelurusan Pipa

Elevasi Kemiringan

Pipa sudah benar??


Belum
Sudah
Kelurusan Pipa
Aktivitas
sudah Benar ?
Penyambungan
Belum
Sudah
-

Siapkan Pipa Berikutnya:


Pasang Rubber Ring
Beri Pelumas Kedua Bagian Pipa
yang akan Disambung

Turunkan Pipa berikutnya dan sambungkan dengan


Pipa yang sudah terpasang
Selesai

Gambar 23. Diagram Alir Pemasangan/Penyambungan Pipa

Ulangi

Gambar 24. Proses Penyambungan Pipa


b.
Pengukuran elevasi/kemiringan pipa
Pipa yang diturunkan dan sudah disambung, harus diperiksa elevasi/kemiringannya.
Pengecekan ini dilakukan pada dua titik yaitu pada titik sambungan (sekaligus untuk
mengetahui apakah ada perubahan setelah disambung) dan pada ujung lainnya. Bila
kedua titik tersebut telah sesuai kemiringannya, maka pipa dapat disambung dengan
pipa lainnya.

Gambar 25. Pengukuran Elevasi dan Kemiringan Pipa


c.
Pengukuran kelurusan pipa
Selain elevasi/kemiringan pipa haus benar, kelurusan pipa secara keseluruhan juga
harus benar. Apabila pipa tidak tepat lurus, maka akan berpengaruh pada posisi
manhole dan pengaturan jaringan pipa berikutnya. Pengukuran kelurusan dilakukan
dengan cara menarik benang as pipa dari manhole ke manhole. Benang ini berada di
atas galian. Untuk memastikan apakah pipa sudah lurus, harus ditarik garis tegak lurus
dari benang tersebut ke permukaan pipa atau dapat juga menggunakan rantai
penggantungan pia. Dapat juga menggunakan batang kayu atau aluminium yang diberi
tanda pada bagian tengahnya. Dengan demikian, kelurusan pipa dapat diperiksa dari
tanda pada tengah batang kayu atau aluminium tersebut.

Gambar 26. Pengukuran Kelurusan Pipa


5.
Timbunan dan Pengaspalan
Timbunan kembali dilakukan secara bertahap lapis demi lapis. Masing-masing tahapan
harus dipadatkan. Timbunan kembali dimulai dengan timbunan pasir dan diikuti oleh
timbunan dengan material pilihan dan agregat kelas A & B. timbunan berhenti pada
ketinggian minus 90 mm dari permukaan jalan. Tujuannya adalah untuk diisi/dilapisi
dengan asphalt Treatment Base (ATB) setebal 50 mm serta lapisan aspal (AC) setebal
40 mm. tahapan penimbunan kembali dilakukan seperti alur kegiatan di samping
berikut ini.
a.
Timbunan/urugan pasir
Proses penimbunan pasir dibantu dengan mengalirkan air pada pasir timbunan. Tujuan
dari memberikan aliran air adalah agar pasir ikut hanyut dan mengisi celah-celah
antara pipa dengan tanah. Timbunan pasir tidak dipadatkan dengan alat bantu mekanis
tetapi hanya disiram air dan ditusuk-tusuk dengan kayu. Pemadatan dengan alat bantu
mekanis pada timbunan pasir (sand bedding) tidak dibenarkan karena dapat merusak
pipa.

Mulai
Pipa dan Manhole sudah
Terpasang dengan benar
Timbunan dengan pasir
Pemadatan dengan Tangan
dan disiram air

Timbunan dengan Material pilihan


lapis berlapis hingga 90mm dari
permukaan jalan

Pemadatan dengan alat


Pemadat Mekanis
Selesai
Gambar 27. Diagram Alir Proses Penimbunan

Gambar 28 .Pekerjaan Penimbunan T anah


b.
Timbunan/urugan material pilihan
Timbunan pasir dilanjutkan dengan timbunan menggunakan material pilihan. Material
yang digunakan adalah tanah hasil galian yang memenuhi syarat material pilihan.
Urugan dengan material pilihan harus dipadatkan lapis per lapis setiap tebal lapisan 20
cm. selanjutnya adalah pengisian dengan agregat A dan B. pemadatan urugan material
pilihan menggunakan alat pemadat mekanis.
Untuk mendapatkan kepadatan yang optimal pada pekerjaan timbunan kembali, perlu
diperhatikan teknik pemadatannya dan alat yang digunakan. Kepadatan yang kurang
baik akan menimbulkan rongga antar butiran yang berukuran besar dan dalam jumlah
yang banyak. Rongga-rongga tersebut bila dibiarkan akan mengakibatkan turunnya
permukaan jalan dikemudian hari. Hal pertama yang harus diperhatikan adalah kadar
air material timbunan. Kadar air yang tinggi akan menyebabkan tanah timbunan tidak
padat karena butiran selalu bergerak bersama gerakan hidrostatik air. Kadar air yang
kurang juga akan menyebabkan pemadatan tidak optimal karena tanah timbunan sulit
bergerak dan hanya mengakibatkan padat permukaan saja. Kadar air yang baik adalah
kadar air optimal sesuai dengan hasil pengujian laboratorium. Kondisi inilah yang
seharusnya diterapkan di lapangan, namun kenyataannya sering kali tidak dilakukan.
Untuk mendapatkan kadar air yang cukup kontraktor melakukan penyiraman atau
menggenangi timbunan dengan air untuk keesokan harinya dipadatkan dengan alat
bantu mekanis. Peralatan yang memadai juga berperan untuk menghasilkan
pemadatan yang baik. Penggunaan alat pemadat mekanis seperti stamper, tendem,
baby roller sangat memebantu menghasilkan pemadatan yang baik. Selain itu jumlah

lintasan alat pemadat juga harus cukup dan merata. Pemadatan yang kurang baik
dapat menyebabkan penururnan permukaan jalan di tempat bekas galian sehingga
membahayakan kendaraan/pengguna jalan.
c.
Pengaspalan
Pengembalian kondisi permukaan jalan yang dilalui pipa sewer DSDP dibedakan dalam
2 tipe penampangan sesuai kelas jalan sebagai berikut:
1.
Jalan negara, pengembalian kondisi dengan hot mix ATB tebal 5 cm dan AC tebal
4 cm hanya selebar galian pipa.
2.
Jalan provinsi dan jalan kota, pengembalian kondisi dengan ATB tebal 5 cm
selebar galian pipa sewer dan AC tebal 4 cm selebar perkerasan aspal jalan tersebut.
Adapun proses penghamparan hot mix (ATB & AC) sebagai berikut :

Hot mix diproduksi pada instalasi pencampuran aspal (AMP) sesuai proporsi
material job mix formula yang sudah disetujui.

Persiapan lahan hamparan dengan alat compressor untuk membersihkan


permukaan hamparan dari debu dan kotoran sampah.

Aspal prime coat dengan volume 0,8 liter/m2 desemprotkan di atas permukaan
agregat A sebagai perekat hamparan jATB, dilanjutkan proses pemadatan ATB dengan
alat roda bagi tandem seberat 5-8 ton pada suhu (110-125)oC dengan jumlah lintasan
1-2 PP. kemudian dilanjutkan dengan mesin pemadat roda karet (tire roller) pada suhu
antara (95-110)oC dengan jumlah lintasan 12-16 PP.

Asphalt take coat dengan volume + 0,3 liter/m2 disemprotkan di atas permukaan
perkerasan aspal lama sebagai perekat hamparan AC baru, dilanjutkan proses
pemadatan AC dengan alat roda besi tandem (5-8 ton) pada suhu (110-125)oC dengan
lintasan 1-2 kemudian dilanjutkan dengan mesin pemadat roda karet (tire roller) pada
suhu antara (95-110)oC dengan jumlah lintasan 12-16 PP.

Pada hari berikutnya dilakukan pengambilan sampel hamparan ATB & AC di


lapangan untuk uji laboratorium dengan core drill. Adapun pengujian yang dilakukan
antara lain untuk mengetahui kepadatan lapangan yaitu minimal 98% dari kepadatan
laboratorium (JMF) dan tst Extraksi (Kadar aspal dan gradasi agregat).

Setelah hamparan AC berumur minimal 2 minggu dilanjutkan dengan pembuatan


marka jalan sesuai marka yang lama.

Gambar 29. Pekerjaan Pengaspalan


6.
Pengaturan Area Kerja
Ruang kerja yang dimaksud adalah kecukupan ruang untuk melakukan aktivitas tanpa
terhalangi. Selain untuk keperluan aktivitas, ruang kerja juga berfungsi sebagai media
K3 (Keselamatan dan Keamanan Kerja) bagi masyarakat umum yang m elintas di
sekitar lokasi kerja. Besaran ruang kerja ini dipengaruhi oleh metode kerja yang
digunakan. Penggalian dengan menggunakan alat mekanis seperti excavator akan
membutuhkan ruang yang lebih besar dibandingkan dengan galian manual.
Selain untuk kecukupan kerja alat, ruang kerja juga dipergunakan utnuk menempatkan
bahan/material, dan material hasil galian. Pembatas antara ruang kerja dengan ruang
public digunakan barikade. Barikade merupakan dinding yang bersifat sementara yang
terbuat dari seng dan diberi warna yang mencolok agar pada malan hari dapat mudah
dikenali. Khusus pada malam hari, pembatas ruang juga perlu dilengkap denga lampu
isyarat.

Gambar 30. Pengaturan Area Kerja

Gambar 31. Ruang Kerja Pemasangan Pipa dengan Metode Galian Terbuka di Tepi Jalan
7.
Pengaturan Lalu Lintas
Semakin banyak kendaraan yang melintas pada jalan di lokasi pemasangan pipa, maka
dibutuhkan usaha yang semakin kompleks dalam mengatasinya seperti pemasangan
rambu dan penempatan orang yang mengatur lalu lintas (signal man). Semakin sempit
jalan, maka semakin rumit karena harus mengatur penempatan hasil galian, persediaan
pipa dan material timbunan. Di satu sisi, jalan tidak boleh ditutup total. Sebelum dan
selama pelaksanaan pekerjaan pihak kontraktor, konsultan supervise dan proyek
berkoordinasi secara intensif dengan polisi dan para stake holder atau tokoh
masyarakat setempat Jadwal pelaksanaan pekerjaan diinformasikan pada masyarakat
dan pihak-pihak terkait sebelum kegiatan dimulai.

Gambar 32. Pengaturan Lalu Lintas pada Pekerjaan Pemasangan Pipa Air Limbah
Sebelum dan selama pelaksanaan pekerjaan pihak kontraktor, konsultan supervise dan
proyek berkoordinasi secara intensif dengan polisi dan para stake holder atau tokoh
masyarakat setempat Jadwal pelaksaan pekerjaan diinforamsika pada masyarakat dan
pihak-pihak terkait sebelum kegiatan dimulai.
C.
METODE JACKING
Jacking adalah suatu metode pemasangan pipa dengan melakukan pemboran tanah di
bawah permukaan jalan lalu mendorongkan pipa dengan menggunakan tekanan
hidrolis. Metode ini merupakan salah satu metode pemasangan pipa yang
dipergunakan pada proyek MSMHP Medan. Metode jacking yang digunakan adalah tipe
slurry. Lumpur (tanah bercampur air) yang dihasilkan dibuang ke tempat
penampungan/pengolahan, dimana tanah yang terendap dapat ditimbun dengan baik
dan airnya dibuang ke saluran umum.

Gambar 33. Ilustrasi Situasi Di Sekitar Lokasi Departure Shaft


1. Latar Belakang Penggunaan Metode Jacking
Proses ini dilakukan dengan tujuan menghindari pekerjaan galian terbuka yang cukup
dalam untuk memasang pipa yang dapat mengakibatkan gangguan ekstrim pada
lingkungan dan pada struktur atas atau permukaan jalan, berkenaan dengan arus lalu

lintas, geometri jalan dan kondisi sosial masyarakat. Dengan menggunakan metode
jacking, diharapkan persoalan-persoalan tersebut dapat teratasi atau diminimalkan
karena ruang publik yang dimanfaatkan proyek dapat direduksi, tingkat kebisingan
dapat ditekan, tingkat kebersihan lokasi dapat ditingkatkan dan tidak diperlukan
penutupan jalan secara total.
2. Karakteristik Pipa Untuk Jacking

Gambar 34. Karakteristik Pipa Untuk Jacking


3. Metode Pelaksanaan
Langkah kerja pemasangan pipa dengan metode jacking seperti diagram alir berikut:
Mulai
Data:
- Jalur Pipa
- Posisi
Test Pit

Ada Perubahan?

Pindahkan Posisi

onstruksi Departure

Shaft

Konstruksi Arrival Shaft


Persiapab Mesin Jacking
(diluar Shaft) dan Mesin
Slurry
Persiapan Mesin Jacking

Pemasangan

Demobilisasi

mesin
(didalam Shaft)

Manhole dan

Jacking

ke titik
Bongkar Shaft

berikutnya

Perakitan bagian-bagian
Mesin Jacking
Memposisikan Mesin
Jacking pada Relnya

Timbunan

Pelaksanaan Jacking

Selesai

Pengamanan Mesin Jacking


di Arrival Shaft
Gambar 35. Diagram Alir Langkah Kerja Pelaksanaan Metode
Jacking
Tahap persiapan pelaksanaan pekerjaan sama dengan pemasangan pipa dengan
metode galian terbuka. Jalur pipa yang terletak di tengah jalan dan memiliki kedalaman
hingga 6,0 m, sangat jarang terhalangi oleh utilitas kecuali pada galian shaft. Dengan
demikian test pit cukup dilakukan di posisi shaft.
3.1. Pembuatan Shaft Jacking
Pekerjaan jacking memerlukan 2 buah shaft (departure dan arrival) sehingga jacking
akan efektif bila shaft diposisikan pada posisi manhole. Dengan demikian galian shaft
sekaligus galian untuk manhole. Selain itu, departure shaft sebaiknya digunakan untuk
dua arah. Dan bila ternyata terdapat lebih dari satu manhole, arah tujuan, pada posisi
garis lurus, maka dapat saja jacking diteruskan sampai manhole berikutnya. Dengan
catatan mesin jacking mampu menekan pipa hingga manhole berikutnya.

Arah 1

Arah 2
Arah Jacking

Distribusi bila Mampu

Arrival
Arrival
Shaft 1
Shaft 3

Departure
Shaft

Arrival
Shaft 2

Gambar 36. Ilustrasi Arah Jacking


3.2. Karakteristik Shaft
Kegiatan pemasangan dengan Jacking dilakukan dibawah permukaan tanah, namun
masih diperlukan kegiatan galian untuk pembuatan shaft. Shaft merupakan suatu
lubang yang digunakan untuk menempatkan peralatan jacking dan sebagai tempat
berakhirnya pipa. Terdapat dua buah shaft yaitu departure shaft dan arrival shaft.
Departure shaft adalah tempat yang didisain sebagai awal dari jacking dan merupakan
ruang control pelaksanaan jacking. Dalam departure shaft terdapat mesin jacking dan
segala perlengkapan untuk kegiatan jacking.
Dimensi aktual yang dilapangan selalu lebih besar dari kebutuhan. Ini disebabkan sheet
pile yang digunaka memeiliki dimensi 40 cm dan jumlahnya selalu kelipatan 40 cm
agar didapat jumlah sheet pile yang pas.
Arrival shaft adalah suatu lubang tempat berakhirnya pipa jacking dan digunakan untuk
demobilisasi mesin bor jacking. Arrival shaft dan departure shaft memiliki perbedaan
dimensi. Departure shaft memiliki dimensi yang lebih besar karena banyak digunakan
peralatan jacking dan alat lainnya. Sedangkan arrival shaft dimensinya lebih kecil dan
hanya berfungsi untuk mengeluarkan mata bor jacking. Untuk kedalaman, disesuaikan
dengan kebutuhan elevasi pipa.
3.3. Konstruksi Shaft
Untuk meminimalisasi penggunaan lahan dan kemacetan lalu lintas disekitar area shaft,
digunakan deck beton bertulan sebagai penutup lubang galian sehingga ruang public
yang dipergunakan lebih kecil dan kendaraan dapat melintas di atas lubang yang
tertutup deck dengan baik. Penggunaan tutup deck beton bertulang disesuaikan
dengan kegiatan :
a. Pada arrival shaft: setelah seluruh pekerjaan pembuatan lubang shaft selesai, lubang
akan ditutup denga deck beton bertulang. Tutup dect beton bertulang akan dibuka
hanya pada saat mesin jacking telah sampai dan siap dikeluarkan.
b. Pada departure shaft: tutup deck beton akan digunakan untuk menutup sebagian
lubang shaft sehingga penggunaan ruang public dapat seminimal mungkin. Pembukaan
tutup deck beton pada departure shaft hanya dilakukan saat memasukkan pipa beton
yang akan dijacking.

Gambar 37. Konstruksi Shaft


3.4. Metode Pelaksanaan Jacking Pipa
Tipe jacking yang digunakan adalah slurry karena tipe ini lebih cepat dan lebih tidak
merusak struktur di atas (permukaan tanah) lokasi jacking dari pada tipe yang lainnya
(Earth Pressure Balance Jacking and Tuyure Jacking). Alur pekerjaan secara garis besar
sebagai berikut:
a.

Pelaksanaan Jacking

Mekanisme Jacking metode slurry:


1.
Mesin bor (shield machine) pada bagian depan (bulkhead) mulai bekerja dengan
mengebor tanah. Tanah hasil bor akan masuk ke dalam shield machine dan dicampur
dengan cairan slurry agar larut sehingga dapat dialirkan keluar melalui pipa-pipa slurry.
Dalam melakukan pemboran, besarnya tekanan slurry dalam mesin bor harus
disesuaikan dengan tekanan tanah dan air tanah tujuannya agar diperoleh tingkat
kestabilan yang cukup dalam melaksanakan pemotongan (pengeboran) tanah.

Gambar 38. Diagram Alir Konstruksi Shaft

Gambar 39. Garis Besar Pekerjaan Jacking


2.
Cairan slurry yang bercampur tanah akan dikeluarkan dari shaft dengan pompa
slurry dan dikontrol dengan valve. Cairan tanah dan slurry akan dialirkan melalui pipa
vertical dan akan dipisahkan kembali sebagai cairan slurry dan tanah menggunakan
mesin proses slurry yang dipasang diluar shaft.
3.
Cairan slurry yang telah dipisahkan tadi kemudian dialirkan kembali ke mesin bor
tanah sedangkan tanah hasil pemboran akan ditampung sementara di truk tangki
untuk diangkat ke tempat pembuangan bila sudah penuh. Sirkulasi system tersebut

akan berlangsung selama jacking dan membutuhkan alat pengendali berupa dial
pengukur tekanan, katup-katup dan pompa-pompa.
4.
Sementara itu pada saat yang bersamaan hydraulick jack akan menekan pipa
masuk ke dalam tanah yang telah digali/dibor.
5.
Untuk memastikan bahwa kegiatan berlangsung sesuai dengan rencana, maka
akan dilakukan pemantauan pada ruang control.

Gambar 40. Ilustrasi Pelaksanaan Jacking Pipa


3.5. Monitoring Kelurusan dan Kemiringan Pipa Jacking
Kontrol terhadap kelurusan dan kemiringan pipa dilakukan dengan menetapkan mesin
jacking sebagai target dalam menentukan arah pemboran tanah. Mengetahui apakah
arah pemboran sudah tepat dengan menempatkan perlengkapan survey berupa laser
transit di departure shaft. Hasil survey elevasi dan poligonnya harus menjadi acuan
dalam melakukan monitoring ini.

Gambar 41. Ilustrasi Pelaksanaan Jacking Pipa

Gambar 42. Dokumentasi Proses Pelaksanaan Pipa Jacking (1)

Gambar 43. Dokumentasi Proses Pelaksanaan Pipa Jacking (2)


3.6. Pipa Service Air Limbah
Pipa utama (main sewer) yang dipasang dengan metode jacking harus dilengkapi
denga pipa service. Hal ini dikarenakan tidak dimungkinkan untuk memasang pipa
lateral pada pipa yang di jacking. Pipa service ini berfungsi mengalirkan air limbah dari
sambungan rumah. Air limbah yang masuk ke dalam pipa service akan dialirkan ke pipa
utama melalui manhole. Sebagai pipa service digunakan pipa beton dengan diameter
200 mm (sama dengan pipa sekunder).

Gambar 44. Ilustrasi Sambungan Rumah (Pipa Service) dan Jacking Pipa Utama
D.
1.

PIPA LATERAL
Karakteristik Pipa

Pipa lateral adalah pipa yang menghubungkan jaringan pipa air limbah dengan box
sambungan rumah. Material pipa yang dipergunakan untuk pipa lateral adalah polyvinyl
chloride (PVC) untuk air limbah dengan dimensi (diameter) 150 mm. sebagai aksesoris
pelengkap dari pipa lateral adalah rubber ring, elbow, dan socket.
Tabel 2. Karakteristik Pipa PVC
Pipa
Lateral

Diameter (mm)
150

Bahan
Polyvinyl Chloride
(PVC)

2.
Metode Pelaksana
Pipa lateral dipasang setelah jaringan pipa selesai dipasang, dan penimbunan kembali
dilakukan setelah pipa lateral terpasang. Secara umum pemasangan pipa lateral
terbagi atas dua teknik yaitu socket penyambung telah terpasang dan socket
penyambung belum terpasang pada badan pipa. Perbedaan yang paling nyata dari
kedua teknik tersebut adalah pada penempatan box sambungan rumah. Jika socket
lateral telah terpasang pada badan pipa, maka posisi kotak sambungan rumah akan
ditentukan oleh posisi socket. Tetapi bila socket lateral belum terpasang, maka posisi
box sambungan rumah dapat ditetnukan berdasarkan kehendak pemilik property atau
sesuai dengan situasi rumah dan posisi socket menyesuaikan.
Karena pemasangan pipa lateral mempengaruhi kapan penimbunan kembali galian
jaringan pipa dilakukan, maka biasanya pemasangan pipa lateral dilakukan dua tahap.
Tahap pertama adalah menyambungkan socket lateral pada badan pipa dan
memasangkan pipa lateral sejarak 2-3 m.

Gambar 45. Pemasangan Pipa Lateral Tahap I


Tahap kedua adalah menyambung pipa yang telah terpasang tersebut hingga ke posisi
box sambungan rumah. Dengan demikian saat tahap pertama selesai, timbunan
kembali dapat dilakukan dan tahap kedua dapat dimulai setelah pemasangan jaringan
pipa selesai.

Gambar 46. Pekerjaan Pemasangan Sambungan Pipa Sambungan Rumah Ke Pipa


Lateral
Hal yang sangat penting dilakukan adalah memberi tanda di mana posisi pipa lateral
berakhir karena pipa lateral tersebut akan disambung di lain hari. Bila tidak diberi
tanda, maka pada saat pelaksanaan penyambungan akan mengalami kesulitan mencari
ujung pipa yang berakibat pekerjaan menjadi terlambat.
Pemasangan pipa lateral tahap II:
Penandaan posisi sambungan rumah dan pipa lateral untuk lanjutan pemasangan pipa
lateral tahap II
Mulai
Jaringan pipa
sudah terpasang
Belum
Apakah socket pipa
Lateral sudah terpasang?
Tentukan posisi
Kotak SR
Sudah
Beri tanda posisi
Kotak SR
Buat terowongan
Dari jaringan pipa
Ke arah SR
Bor badan pipa, pasang
socketPipa lateral
Masukkan pipa laterla ke
Dalam terowongan
Dan sambungan
Dengan jaringan pipa

Beri tanda dimana posisi


Pipa lateral terakhir
Isi Dengan Pasir celah antara
Tanah dengan pipa dan siram
Dengan air
Selesai
Gambar 47. Diagram Alir Tahapan Pemasangan Pipa Lateral Tahap II

Gambar 48. Bentuk Sambungan pipa sambungan Rumah dengan pipa jaringan
pengumpulan air Limbah (I)

Gambar 49. Bentuk Sambungan pipa sambungan Rumah dengan pipa jaringan
pengumpulan air Limbah (II)
Mulai
Pipa lateral dari jaringan
Pipa kea rah SR
Sudah terpasang

Belum

Apakah pipa
Lateral sampai
Pada posisi SR

Sudah

Buat lubang kerja


Untuk penyambungan
Pipa lateral

Ya

Apakah pipa
Lateral melintasi
Saluran / halangan

Buat terowongan
Melintasi halangan
Sampai dengan posisi SR

Tidak

Buat Galian terbuka


kearah SR

Masukkan pipa lateral


Terowongan / galian dan
Sambung dengan pipa
Yang sudah ada
Timbun galian dan lubang
kerja
Buat galian lubang kerja
Sekaligus untuk galian SR

Buat kotak SR dan


koneksikan
Dengan pipa lateral
Selesai
Gambar 50. Diagram Alir Tahapan Pemasangan Sambungan Pipa Lateral
dan Kotak SR
E.
BIAYA PEMASANGAN PIPA
Biaya pekerjaan pemasangan pipa air limbah dengan metode clean construction,
meliputi biaya untuk :

Pekerjaan persiapan

Pekerjaan galian dan pengangkutan tanah galian

Pekerjaan pemasangan pipa dan manhole

Pekerjaan timbunan kembali

Pekerjaan perbaikan jalan, kecuali untuk pekerjaan pengaspalan (overlay)


dimasukkan dalam jenis pekerjaan tersendiri.
Unit biaya pemasangan pipa dikelompokkan berdasarkan:

Diameter pipa

Kedalam pipa terpasang


Kedalaman pemasangan pipa dan kondisi tanah setempat serta tinggi muka air tanah
akan menentukan metode pelaksanaan di lapangan, demikian pula lebar jalan dan
kondisi lapangan akan menentukan jenis, tipe dan kapasitas peralatan yang digunakan,
dimana hal tersebut akan mempengaruhi besarnya biaya pemasangan. Pembayaran
didasarkan pada hasil pengukuran pipa terpasang di lapangan, dari pusat mainhole ke
mainhole berikutnya. Secara ringkas biaya pemasangan untuk setiap meter panjang
pipa seperti terlihat pada table berikut ini.
Tabel 3. Gambarnya Biaya Pemasangan Pipa
Diameter pipa
Kedalaman, m (dalam Rp.)
(mm)
1.0 1.8
1.8 3.0
3.0 4.0
4.0 5.0
200
730.500
1.267.240
4.111.350
250
300
969.900
1.481.650
4.341.850
400
1.177.100 1.701.450
4.580.480
500
1.442.000 1.979.750
4.905.300
600
1.785.930 2.349.350
5.297.080
700
2.136.020 2.721.100
5.691.590
800
2.573.260 3.197.400
6.072.810
900
7.227.910
1000
4.4002.08
7.652.590
0
1100
1100
1200
Catatan :
1.
Biaya di atas tidak termasuk biaya sewa tempat tanah galian.
2.
Biaya pemasangan pipa dengan metode clean construction sedikit lebih
tinggi (10%) dibandingkan
dengan biaya pemasangan pipa tanpa
clean construction.
F.

SOSIALISASI

Kegiatan sosialisasi memegang peranan cukup penting dalam pembangunan system


perpipaan air limbah suatu kota, karena di Indonesia sisitem ini baru ada di beberapa
kota. Tidak mudah memberi pemahaman pada masyarakat maupun pihak-pihak terkait
tentang pentingnya penanganan air limbah, untuk itu sosialisasi perlu dilaksanakan
secara menerus mengikuti tahapan kegiatan sebagai berikut:

Tahap perencanaan (pra konstruksi)

Tahap konstruksi/pelaksanaan

Tahapa operasional (pasca konstruksi)


1.
Tahap Perencanaan
Kegiatan sosialisasi dilaksanakan oleh pimpinan proyek dibantu konsultan dengan
kegiatan antara lain berupa :

Penjelasan dan diskusi dengan instansi-instansi terkait, DPRD, tokoh-tokoh


masyarakat

Pertemuan dengan masyarakat langsung di banjar-banjar

Kunjungan ke system serupa di kota lain yang sudah beroperasi

Dialog interaktif di stasiun radio dan televise setempat

Penyebaran materi sosialisasi berupa brosur, poster dan lain sebagainya.

Gambar 51. Sosialisasi tahap Perencanaan


2.
Tahap Konstruksi
Kegiatan dilaksanakan bersama-sama oleh konsultan, kontraktor dan tim proyek.
Kegiatan lebih terfokus pada kelancaran pelaksanaan di lapangan, diantaranya berupa:

Koordinasi dengan instansi yang terkait langsung di lapangan seperti polisi,


PDAM, Telkom, dll


Koordinasi dengan tokoh-tokoh masyarakat setempat, para kelian banjar,
sehubungan dengan jadwal, metode pelaksanaan, dll.

Sosialisasi door to door utnuk kegiatan khusus seperti penempatan sambungan


rumah dan kegiatan yang terkait langsung di lokasi.

Dialog interaktif di stasiun radio dan televise setempat

Penyampaian informasi melalui radio setempat mengenai waktu pelaksanaan


pekerjaan di lapangan terkait dengan gangguan lalu lintas, dsb.

Gambar 52. Sosialisasi Tahap Konstruksi


3.
Tahap Operasional
Kegiatan dilaksanakan oleh konsultan dan badan pengelola. Kegiatan lebih ditekankan
pada operasional dan perawatan system yang sudah terbangun, termasuk biaya
pelayanan dengan cara:

Sosialisasi door to door untuk memberi penjelasan tentang operasional dan


perawatan system perpipaan air limbah, juga disampaikan informasi tentang bendabenda yang tidak boleh dibuang ke dalam saluran yang akan mengganggu system.

Sosialisasi pada anak-anak tingkat sekolah dasar dengan mengajak mereka


untuk menjadi polisi limbah di dalam keluarga dan lingkungan tempat tinggal.

Penyebaran materi berupa brosur, penempatan poster ditempat-tempat umum

Penyebaran informasi melalui media televisi dan radio.

Gambar 53. Sosialisasi tahap Operasional

Gambar 54. Bahan Sosialisasi Jaringan Air Limbah kepada Masyarakat

Anda mungkin juga menyukai