Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Subyek dan Obyek Penelitian
Subyek penelitian adalah karakterisasi minyak dan batuan induk di daerah Jabung, SubCekungan Jambi, sedangkan obyek penelitian adalah meliputi data geokimia yang mencakup
aspek data rutin seperti tipe kerogen, analisis Rock-Eval, data kromatografi baku, analisis fisik
percontoh minyak, dan data khusus yang berkaitan dengan karakteristik atribut organofasies
seperti data GC-MS (biomarker), biodegradasi dan data isotop sedimen maupun percontoh
hidrokarbon.
1.2 Latar Belakang Permasalahan
Karakteristik geokimia minyak sangat penting untuk mengetahui informasi batuan induk dan
kondisi lingkungan purba endapan batuan induk. Pengetahuan yang tepat tentang asal dan
karakteristik minyak yang terbentuk dari batuan induk akan mempermudah pemahaman sistem
minyak dan gas bumi di suatu daerah.
1.3 Masalah Penelitian
Walaupun telah banyak penelitian yang telah dilakukan khususnya mengenai potensi batuan
induk dan sistem hidrokarbon, akan tetapi masih perlu dilakukannya studi geokimia secara
konklusif untuk mendapakan gambaran potensi hidrokarbon yang dikaitkan dengan sistem
hidrokarbon secara detail untuk menjawab keberadaan prospek dan lead.
Masalah pada penelitian ini adalah mengetahui distribusi active pod dan organofasies dari suatu
sub-cekungan guna mengetahui prospek yang ada.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Geologi Regional
Cekungan Sumatera Selatan terbentuk dalam wilayah Indonesia bagian barat dan merupakan
salah satu cekungan sedimen belakang busur Tersier yang berada pada zona antara Paparan
Sunda dan busur dalam volkanik. Secara umum daerah penelitian termasuk dalam Cekungan
Sumatera Selatan, Sub-Cekungan Jambi, yang berada di sayap utara Depresi Jambi (de Coster,
1974).
Cekungan Sumatera Selatan merupakan cekungan Tersier berarah baratlaut-tenggara yang
dibatasi Sesar Semangko dan Bukit Barisan di sebelah baratdaya, timur laut oleh Paparan Sunda,
Tinggian Lampung di sebelah tenggara yang memisahkan cekungan tersebut dengan cekungan
Sunda, serta Pegunungan Dua Belas dan Pegunungan Tiga Puluh di sebelah baratlaut yang
memisahkan

Cekungan

Sumatera

Selatan

dengan

Cekungan

Sumatera

Tengah.

Pola perkembangan tektonik Cekungan Sumatera Selatan sangat dipengaruhi oleh sesar mendatar
dekstral Sumatera yang terjadi akibat subduksi Lempeng Hindia terhadap Lempeng Mikro
Sunda. Cekungan ini sendiri terbentuk oleh pola-pola tektonik mendatar konvergen selama
orogenesa Kapur Akhir-Tersier Awal yang menghasilkan pull-apart basins (de Coster, 1974).
Daerah Jabung dan seluruh Sub-Cekungan Jambi merupakan target besar dalam eksplorasi
sejak tahun 1990. Daerah ini merupakan bagian dari cekungan sedimentasi Tersier Sumatera
Selatan yang merupakan salah satu fokus eksplorasi gas disamping aktivitas eksplorasi minyak
bumi yang sudah dalam kategori sebagai lahan matang. Penemuan hidrokarbon hampir
seluruhnya diperoleh dari perangkap struktural (konvensional). Pencarian prospek konvensional
saat ini menjadi semakin sulit, terutama prospek-prospek berskala besar. Bertindak sebagai
batuan reservoir utama adalah batupasir Formasi Talang Akar, batupasir Formasi Gumai,
batupasir Formasi Air Benakat, obyek pra-Formasi talang Akar, dan batuan dasar yang saat ini
merupakan obyek baru untuk eksplorasi gas. Batuan metasedimen pra-Talang Akar disetarakan
dengan Formasi Lahat sedangkan batuan dasar umunya berupa reservoir rekah, batuan beku, dan
metamorfik. Secara konvensional pemahaman batuan induk di Sub-Cekungan Jambi berasal dari

serpih/lempung Formasi Talang Akar. Mekanisme pemerangkapan dan migrasi dikontrol oleh
aktivitas tektonik yang menghasilkan perlipatan, patahan, dan konfigurasi batuan dasar terutama
pada Plio-Peistosen.

Stratigrafi
Regional Cekungan Sumatra Selatan (De Coaster, 1974)
2.2 Stratigrafi Regional
Stratigrafi regional Sub Cekungan Jambi yang merupakan bagian dari Cekungan Sumatera
Selatan tersusun oleh
1. Basement Pre-Tersier
2. Formasi Lahat
3. Formasi Talang Akar
4. Formasi Baturaja

5. Formasi Gumai
6. Formasi Air Benakat
7. Formasi Muara Enim
8. Formasi Kasai dan
9. Endapan Alluvial

2.3 Batuan Pre-Tersier


Tidak ada informasi tentang Batuan dasar Pre-tersier yang menjadi alas seluruh endapan
tersier di Lapangan Kenali Asam. Kajian pada lapangan lain di sekitar lapangan ini menunjukkan
kehadiran batuan dasar sebagai batuan metamorf derajat rendah seperti sabak, filit, dan kuarsit
dengan pirit dan kuarsa di dalam rekahan. Batuan dasar ini diperkirakan berumur Kapur.
2.4 Endapan Rift berumur Oligosen
2.4.1 LAF (Lahat Formation)
Formasi Lahat terdiri dari endapan vulkanik, kipas aluvial, dataran banjir, dan
lakustrin. Penyebarannya dikontrol oleh graben, yang dibagian atasnya ditutupi secara tidak
selaras oleh endapan berumur Oligosen Akhir sampai Miosen Tengah. Memiliki ketebalan >
2000 m terutama dibagian tengah graben, dan pada bagian tinggian endapan ini tidak dijumpai.
Formasi Lahat ekivalen dengan Formasi Lemat di area Pendopo (bekas wilayah STANVAC).
Pembagian secara lebih terperinci dapat dijelaskan sebagai berikut :

Di bagian bawah berupa endapan vulkanik Kikin yang terdiri dari aliran lava andesit dan
piroklastik (dapat mencapai ketebalan 800 m).

Di bagian tengah diendapkan anggota klastik kasar Lemat yang terdiri dari endapan kipas
aluvial dan dataran aluvial (ketebalan beberapa ratus meter).

Di bagian atas diendapkan anggota Serpih Benakat yang berselingan dengan lapisan
batubara (ketebalan 400 600 m).

2.5 Endapan berumur Oligosen Akhir sampai Miosen Tengah


2.5.1 TAF (Talang Akar Formation)
Formasi Talang Akar (TAF) diendapkan secara tidak selaras di atas Formasi Lahat
(LAF) dengan ketebalan > 1000 m pada bagian terdalam dan seringkali tidak muncul pada
daerah tinggian. Di bagian bawah berupa endapan progradasi yaitu endapan aluvial dan dataran
delta dan di bagian atas berupa endapan transgresif yaitu endapan tebal batupasir dengan sedikit
sisipan serpih dan lapisan batubara. Formasi ini mulai diendapkan pada akhir Oligosen (N2/N3)

2.5.2 Anggota Transisi (Transitional Member)


Anggota Transisi berubah secara berangsur ke arah atas menjadi Formasi Baturaja
(BRF) yang didominasi oleh endapan batugamping. Pada umumnya memperlihatkan kontak
selaras, namun pada bagian pinggir cekungan memperlihatkan kontak tidak selaras dengan
batuan dasar tanpa adanya endapan Formasi Talang Akar (TAF). Hal ini menunjukkan bahwa
proses transgresif berlangsung secara menerus setelah diendapkannya Formasi Talang Akar
(TAF).
2.5.3 BRF (Baturaja Formation)
Batugamping ini berkembang dari Sub Cekungan Palembang Selatan ke arah utara ke
Sub Cekungan Jambi. Pada bagian terdalam dari Sub Cekungan Jambi dan Palembang Tengah,
batugamping Formasi Baturaja (BRF) digantikan oleh endapan marine berupa serpih gampingan
yang seringkali tidak bisa dipisahkan dengan Formasi Gumai (GUF) berupa endapan serpih. Ke

arah timur batugamping memperlihatkan perselingan dengan batulumpur karbonatan dan


batupasir. Batugamping ini berupa karbonat platform dan secara lokal di bagian atasnya berupa
reef build-up, memiliki ketebalan 60100 m namun kadang-kadang dapat mencapai 200 m
apabila berupa reef build-up. Formasi Baturaja diendapkan pada N5 sampai dengan pertengahan
N6.

2.5.4 GUF (Gumai Formation)


Formasi ini menyebar dari arah timurlaut dan timur sampai ke Paparan Sunda, dan
hadir sebagai endapan marine dari suatu laut terbuka. Formasi Gumai didominasi oleh endapan
serpih terutama di Cekungan Sumatera Selatan dan beberapa lapisan tipis batugamping (stringer)
di daerah Jambi, lapisan vulkanik, serta setempat sisipan batulanau dan batupasir halus, memiliki
ketebalan berkisar dari 450750 m, pada bagian tengah Sub Cekungan Jambi ketebalannya dapat
mencapai 1.735 m, sedangkan di Sub Cekungan Palembang Selatan ketebalannya dapat
mencapai 2.100 m.
2.5.5 ABF (Air Benakat Formation)
Formasi ini diendapkan secara selaras diatas Formasi Gumai (GUF), terdiri dari
endapan batupasir, perselingan dengan serpih dan batugamping (setempat), kadang-kadang
dijumpai lapisan batubara, diendapkan pada lingkungan marine terutama di daerah tidal-to-wave
influence deltaic. Endapan klastik ini membaji ke arah tenggara yaitu ke arah Sub Cekungan
Palembang Tengah dan Palembang Selatan. Endapan yang berpotensi sebagai reservoir terutama
pada fasies distal. Formasi Air Benakat memiliki ketebalan berkisar antara 850 950 m dan pada
bagian utara memiliki ketebalan 1400 1500 m.
2.6 Siklus Pengendapan akhir Miosen Tengah sampai Miosen Akhir
2.6.1 MEF (Muara Enim Formation)
Siklus pengendapan transgresif regresif diawali dari Formasi Air Benakat (ABF) yang
berubah secara perlahan menjadi Formasi Muara Enim (MEF) yang terdiri dari perselingan

serpih karbonatan, batulanau, batupasir, dicirikan oleh melimpahnya lignit (satu lapisan lignit
dapat mencapai ketebalan 30 m), dan sisipan tufan seringkali dijumpai secara lokal.

2.7 Endapan Termuda (Pliosen-Pleistosen)


2.7.1 Kasai Formation
Formasi Kasai diendapkan secara tidak selaras di atas Formasi Muara Enim (MEF)
terutama di bagian tengah cekungan, hadir sebagai perselingan endapan vulkanik klastik dengan
serpih bentonit serta sisipan lignit.
2.7.2 Aluvial dan Vulkanik Kuarter
Pada bagian atas Formasi Kasai diendapkan endapan aluvial dan vulkanik Kuarter
dengan kontak tidak selaras.
Saat ini cukup dipahami bahwa untuk mendapatkan peluang eksplorasi berskala besar adalah
dengan cara mengoptimalkan pencarian pada obyek pra dan pasca Formasi Talang Akar dan
batuan dasar. Dengan adanya pergeseran paradigma eksplorasi baru dari aspek obyektif maupun
skala cadangan yang diharapkan, maka banyak aspek geologi, geofisika, dan geokimia yang
perlu dikaji secara lebih dalam, seperti potensi dapur hidrokarbon, genetika reservoir rekah, pola
dan waktu migrasi dan sebagainya. Pemahaman yang lebih baik dari aspek tersebut akan
memperkecil resiko eskplorasi yang pada akhirnya akan berdampak positif pada penghematan
biaya eksplorasi.
Dengan latar belakang permasalahan eksplorasi tersebut, timbul gagasan pemikiran untuk
melakukan penelitian yang lebih mendalam pada aspek geokimia, terutama aspek-aspek yang
terkait dengan pembentukan hidrokarbon di daerah Jabung, Sub-Cekungan Jambi. Robinson

(1987) mengklasifikasikan batuan induk produktif di Indonesia kedalam tiga bagian yaitu
lakustrin, fluvio-deltaik, dan marin. Batuan induk fulvio-deltaik atau terestrial yang diidentifikasi
dari Cekungan Sumatera Utara berasal dari serpih dan batubara Formasi Talang Akar. Hal ini
membuat kecenderungan potensi batuan induk terbentuk hanya dari sistem delta Formasi Talang
Akar sejalan dengan conventional wisdom yang berlaku untuk sistem Sumatera Selatan.
Memperhatikan kondisi batuan yang cukup matang sangat dimungkinkan adanya kehadiran
batuan induk lain seperti Formasi Gumai.
2.8 Tektonik Regonal
Cekungan Sumatera Selatan merupakan cekungan belakang busur vulkanik (back-arc basin)
yang dibentuk oleh tiga fase tektonik utama, yaitu:
1. Fase ekstensional selama Paleosen Akhir sampai Miosen Awal, membentuk graben
mengarah ke Utara yang diisi endapan Eosen sampai Miosen Awal
2. Sesar normal dari Miosen Awal sampai Pliosen Awal
3. Fase kompresional yang melibatkan batuan dasar, inversi cekungan, dan pembalikan
sesar normal pada Pliosen yang membentuk antiklin, yang merupakan perangkap utama
di daerah ini (Bishop et. al., 2001).

Peta Lokasi dan Pola Struktur Cekungan Sumatera Selatan (Bhishop, 2001)
Sub Cekungan Jambi di Cekungan Sumatera Selatan adalah rangkaian half-graben berumur
Paleogen yang berarah umum timurlaut baratdaya, diantaranya adalah Tembesi high,
Berembang depression, Sengeti-Setiti high, Tempino-Kenali Asam depression, Ketaling high,
East Ketaling depression, Merang high, dan Merang depression. Sub Cekungan Jambi memiliki
dua pola struktur yang berbeda yaitu pola struktur berarah timurlautbaratdaya sebagai
pengontrol pembentukan graben dan pengendapan Formasi Talang Akar dan pola struktur
berarah baratlaut tenggara yang berkaitan dengan tektonik kompresi dan menghasilkan sesar
sesar naik dan antiklin. Tampak lapangan Kenali Asam merupakan bagian daei Tempino-Kenali
Asam Deep
Sejarah Cekungan Sumatera Selatan dapat dibagi menjadi tiga megasekuen tektonik yaitu:
1. Syn-rift Megasequence (c.40 c. 29 Ma)

Kerak kontinen di daerah Sumatera Selatan terkena event ekstensi besar pada EosenOligosen Awal akibat subduksi di sepanjang palung Sumatera. Ekstensi ini menghasilkan
pembukaan beberapa halfgraben yang geometri dan orientasinya dipengaruhi oleh
heterogenitas basement. Kemudian, terjadi ekstensi yang berorientasi Barat-Timur menghasilkan
horst dan graben yang berarah Utara Selatan. Sumatera Selatan telah berotasi sebesar 15 0 sejak
Miosen menurut Hall (1995) yang menghasilkan orientasi graben menjadi berarah UtaraBaratlaut dan Selatan-Tenggara.
2. Post-rift Megasequence (c.29 c.5 Ma)
Endapan post-rift di Sub Cekungan Palembang mencapai ketebalan 13.000 kaki, hal ini
disebabkan oleh subsidence yang tinggi dan muka laut relatif yang juga tinggi menyebabkan
transgresi berkepanjangan.
3. Syn-orogenic/Inversion Megasequence (c. 5 Ma sekarang)
Event orogen yang menyebar luas, orogenesa Barisan, muncul di sepanjang Sumatera
Selatan. Lipatan transpressional yang berorientasi memanjang pada arah Baratlaut-Tenggara
terbentuk sepanjang cekungan dan memotong tubuh syn-rift di bawahnya. Kebanyakan
perangkap struktural di bagian tengah cekungan ini dimulai pada megasekuen ini.

Skematik
Tektonostratigrafi Cekungan Sumatera Selatan

BAB III

METODE PENELITIAN
3.1 METODOLOGI PENELITIAN
3.1.1 Metode Pembuktian
Metode penalaran yang akan digunakan adalah metode deduksi yaitu karakteristik dan
pengelompokkan minyak yang didasarkan pada prinsip-prinsip, rumus-rumus, hukum ataupun
rujukan yang diasumsikan benar terhadap atribut sifat fisik, biomarker, dan distribusi isotop.
Disamping metode deduksi yang menjadi landasan utama penelitian, metode generalisasi
statistik dan metode induksi akumulatif akan digunakan sebagai metode dalam tahap integrasi
dan interpretasi. Metode induksi akumulatif digunakan untuk memperlebar ruang penafisran
hingga pada skala sub-cekungan. Dengan menggunakan metode generalisasi statistik ini
kebenaran hipotesis yang berlaku seperti organofasies, distribusi biomarker, dan karakteristik
isotop diharapkan akan lebih baik tingkat probabilitasnya. Dalam analisis penafisran dan sintesis
akan digunakan metode hipotetiko deduksi untuk melihat kemungkinan distribusi dapur dan
mekanisme migrasi hidrokarbon yang berpotensi. Kemungkinan-kemungkinan yang terjadi
didasarkan atas adanya famili hidrokarbon yang dijumpai di daerah Jabung, Sub-Cekungan
Jambi.
Pemodelan yang akan dilakukan pada studi ini adalah pemodelan deterministik yaitu sistem
diekspresikan dalam persamaan matematis, termasuk didalamnya variabel, parameter, dan
konstanta, dengan asumsi bahwa tidak ada komponen random selama tidak ada elemen yang
berubah dan batas kondisi awal diasumsikan benar. Desain penelitian untuk pemodelan yaitu
dengan pemodelan 1 dimensi. Dalam pemodelan 1 dimensi akan dilakukan dengan menggunakan
perangkat lunak yaitu BasinMod 1D.
3.1.2Metode Pemerolehan Data
Data utama yang akan dipergunakan dalam penelitian ini antara lain data minyak dan
kondensat yang berasal dari sumur-sumur di daerah Jabung, data utama ini akan didapatkan dari
perusahaan minyak. Sedangkan data pendukung yang akan dipergunakan dalam penelitian ini
antara lain

data well log (gamma ray, density, resistivity, neutron, sonic) dan peta hasl kompilasi data sumur
dan seismik, data pendukung ini juga akan didapatkan dari perusahaan minyak.
3.1.2Metode Pemrosesan dan Analisis Data
Data minyak bumi akan diuji berdasarkan ketersediaan n-alkana termasuk
isoprenoidnya, data sterana, data triterpana serta isotop karbon. Data biomarker yang digunakan
dalam studi ini dibatasi pada ion massa yang populer saja seperti sterana (m/z 217) dan triterpana
(m/z 191). Berdasarkan data-data tersebut maka selanjutnya dapat dianalisis penentuan material
asal, lingkungan pengendapan, dan sejarah termal senyawa tersebut. Masukan data berupa data
stratigrafi seperti top formasi (kedalaman) atau ketebalan dengan umur kronostratigrafinya, data
litologi untuk perhitungan kompaksi dan konduktivitas termal, ketidakselarasan dan atau hiatus,
data temperatur berupa data temperatur permukaan saat ini, gradien geotermal dan atau aliran
bahang akan diproses di dalam perangkat lunak BasinMod 1D. Berdasarkan data-data tersebut
maka selanjutnya akan menghasilkan diagram sejarah pemendaman (burial history) sehingga
dapat diprediksi kematangan termal dan pembentukan hidrokarbon.

BAB IV
ASIL DAN ANALISIS

3.1 Ruang Lingkup dan Sasaran Penelitian


Ruang lingkup penelitian dibatasi pada aspek geokimia dan aspek terkait yang merupakan
integrasi dari data geologi dan geofisika yang dimungkinkan dengan fokus pemecahan masalah.
Sasaran penelitian adalah :

Karakterisasi minyak dan pengelompokannya serta menentukan distribusi tipe minyak


dalam cekungan

Identifikasi formasi batuan yang dapat berfungsi sebagai batuan induk

Korelasi minyak terhadap minyak, dan minyak terhadap batuan induk

Pemodelan cekungan, sejarah pemendaman (burial history) dan tingkat kematangan

Memetakan pola migrasi dan kemungkinan dapur hidrokarbon yang berbeda

3.2 Hipotesa Kerja


Didalam melakukan penelitian ini digunakan beberapa hipotesa kerja yang akan dicoba untuk
dipecahkan dalam studi geokimia ini. Hipotesa kerja tersebut adalah :

Diduga adanya perbedaan karakteristik minyak yang mempunyai famili yang hampir
sama dengan menggunakan parameter karakter organofasies

Diduga adanya hubungan antara waktu pembentukan perangkap dengan waktu


hidrokarbon terbentuk yang dapat menjelaskan masalah mekanisme pengisian dan
pemerangkapan hidrokarbon dari batuan induk ke perangkap

3.3 Asumsi-asumsi dalam Penelitian


Beberapa asumsi yang digunakan dalam studi ini antara lain adalah :

Data yang tersedia, terutama data geokimia hasil analisis laboratorium seperti TOC,
pirolisis Rock-Eval, data kromatografi gas, GC-MS, dan isotop diasumsikan benar

Sumur yang dianalisis tidak terpotong oleh patahan, bila terpotong patahan maka harus
dikoreksi sehingga memiliki data stratigrafi yang lengkap

Pada daerah dalaman yang tidak tertembus oleh sumur pemboran maka akan digunakan
sumur bayangan (pseudowell) dengan susunan stratigrafi berdasarkan penampang
seismik

Kompaksi merupakan faktor yang sangat penting mengontrol porositas selama


pembebanan, yang pada akhirnya akan memberikan pengaruh pada waktu kematangan,
pembentukan dan ekspulsi. Perhitungan kompaksi mengikuti persamaan Sclater &
Christie (S&C), Falvey & Middleton (F&M), dan Baldwin & Butler (B&B).

3.4 Sumbangan Terhadap Ilmu Pengetahuan


Hasil dari studi tentang karakterisasi minyak dan batuan induk ini diharapkan akan
memberikan pandangan baru atau pendekatan baru dalam mengintergasikan suatu pemikiran
yang lebih berskala cekungan. Pemahaman yang baik dan benar dari sistem hidrokarbon suatu
kawasan akan membantu didalam menentukan strategi eksplorasi, pengembangan kawasan
dimasa depan dan penentuan peringkat/rekomendasi prospek siap bor.

BAB V
PENUTUP
5.1 kesimpulan
Beberapa asumsi yang digunakan dalam studi ini antara lain adalah :

Data yang tersedia, terutama data geokimia hasil analisis laboratorium seperti TOC,
pirolisis Rock-Eval, data kromatografi gas, GC-MS, dan isotop diasumsikan benar

Sumur yang dianalisis tidak terpotong oleh patahan, bila terpotong patahan maka harus
dikoreksi sehingga memiliki data stratigrafi yang lengkap

Pada daerah dalaman yang tidak tertembus oleh sumur pemboran maka akan digunakan
sumur bayangan (pseudowell) dengan susunan stratigrafi berdasarkan penampang
seismik

Kompaksi merupakan faktor yang sangat penting mengontrol porositas selama


pembebanan, yang pada akhirnya akan memberikan pengaruh pada waktu kematangan,
pembentukan dan ekspulsi. Perhitungan kompaksi mengikuti persamaan Sclater &
Christie (S&C), Falvey & Middleton (F&M), dan Baldwin & Butler (B&B).

5.2 SARAN
Untuk mengembangkan Potensi Hidrokarbon di Daerah Jabung, Sub-Cekungan Jambi maka
penulis akan memberikan saran dan dapat membantu informasi dalam segi pengetahuan dan
dalam segi explorasi yang terdapat di daerah tersebut, yang dapat membuka lapangan perkerjaan
baru dan dapat meningkat kan peghasilan di daerah jabung tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
De Coster, G.L.(1974), The geology of the Central and South Sumatera Basins, Proceedings
Indonesian Petroleum Association, 3rd Annual Convention, 77-110
Demaison, G.J., dan Moore, G.I. (1980), Anoxic environments and oil source bed genesis, AAPG
Bulletin, 68, 31-72
Eubank, R.T., dan Makki, A.C. (1981), Structural geology of the Central Sumatera, Proceedings
Indonesian Petroleum Association, 16th Annual Convention, 153-196
Huang, J.M., dan Meinschein, W.G. (1979), Sterols as ecological indicators, Geochimica et
Cosmochimica Acta, 43, 739-745
Hunt, J.M. (1996), Petroleum geochemistry and geology, 2nd edition, W.H Freeman and
Company, New York
Manaf, N.A., dan Mujahidin, N. (1993), Evaluasi migrasi hidrokarbon di Sub-Cekungan Jambi
berdasar pemejalaran biomarker dan sejarah tektoniknya, Proceedings Indonesian Association
of Geologist, 23rd Annual Convention, 736-758
Moldowan, J.M., Seifert, W.K., dan Gallegos, E.J. (1985), Relationship between petroleum and
depositional environment of petroleum source rocks, AAPG Bulletin, 69, 1255-1268
Peters, K.E., dan Moldowan, J.M. (1993), The biomarker guide, Englewood Cliffs, New Jersey,
Prentice-Hall,

363

Robinson, K.M. (1987), An overview of source rocks and oils in Indonesia, Proceedings
Indonesian Petroleum Association, 16th Annual Convention, 97-122

Seifert, W.K. (1978) Steranes and terpanes in kerogen pyrolysis for corelation and source rocks,
Geochimica et Cosmochimica Acta, 42, 473-484
Waples, D.W. (1985), Geochemistry in petroleum exploration, International Human Resources
Development Co., Boston, 43-61
Zumberge, J.E. (1987), Prediction of source rock characteristics based on terpane biomarkers in
crude oils: a multivariate statistical approach, Geochimica et Cosmochimica Acta, 51, 16251637

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Subyek dan obyek penelitian.........................................................................................1
1.2 Latar belakang permasalahan.....................................................................................1
1.3 Masalah penelitian.....................................................................................1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka geologi regional...............................................................5
2.2 Stratigrafi regional..........................................................................6
2.3 Batuan pre-tersier..........................................................................................................8
2.4 Endapan rift berumur oligosen
2.5 Endapan berumur oligosen akhir sampai miosen tengah
2.6 Siklus pemgendapan akhir miosen tengah
2.7 Endapan termuda
2.8 Tektonik regional .....................................................................................................10
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode penelitian.........................................................................................13
BAB IV. RINCIAN PENELITIAN
4.1 Ruang lingkup dan sasaran penelitian...............................................................................17
4.2 Hipotesa kerja
4.3 Asumsi- asumsi dalam penelitian..............................................................................17
4.4 Sumbangan terhadap ilmu pengetahuan

BAB V PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
5.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Proposal Penelitian Studi Geokimia dalam Penyelidikan Potensi


Hidrokarbon di Daerah Jabung, Sub-Cekungan Jambi

OLEH:
REYHAN SOFYAN
133610047
PROGRA STUDI
TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
TAHUN
2013

Anda mungkin juga menyukai