Anda di halaman 1dari 12

CASE

1: (KELOMPOK 1, 2 & 3)
Nyonya Rani 64 tahun mengeluh sejak 1 bulan yang lalu dirinya mengalami kesulitan untuk tidur
(insomnia), nafsu makan meningkat namun BB menurun, makannya sering, kehausan, mual dan
muntah. Pasien juga mengeluh sering tremor, berkeringat dan tidak tahan dengan panas.
Berdasarkan anamnesa pada riwayat kesehatan, anda mendapatkan informasi bahwa pasien
pernah mengalami gangguan irama Jantung dan mendapat terapi Amiodaron. Dari anamnesa
yang anda lakukan, Anda curiga kalau Nyonya Rani mengalami Hipertiroid.
Tasks
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Hipertiroid
2. Jelaskan apa saja penyebab Hipertiroid dan pada Nyonya Rani kemungkinan disebabkan
oleh apa?
3. Jelaskan apa saja keluhan dan gejala klinis yang mungkin muncul pada pasien dengan
Hipertiroid? Pada Nyonya Rani, apa saja gejala yang anda temukan dan apa saja yang
perlu dikaji lebih dalam?
4. Jelaskan patofisiologi terjadinya Hipertiroid sampai menimbulkan keluhan dan gejala
klinis? (Pathway)
5. Jelaskan apa pemeriksaan diagnostic dan penunjang yang perlu dilakukan untuk
menentukan pasien mengalami Hipertiroid dan bagaimana hasilnya yang menunjukkan
Hipertiroid?
6. Jelaskan penatalaksanaan pasien dengan Hipertiroid.
7. Jelaskan masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan Hipertiroid.
8. Apa edukasi yang perlu dilakukan pada pasien dengan Hipertiroid?

Hasil Diskusi
1

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Hipertiroid


Menurut Brunner & Suddarth (2002) Hipertiroid merupakan suatu kondisi adanya sekresi
hormon tiroid yang berlebihan (hipertiroidisme) diperkirakan terjadi akibat stimulasi
abnormal kelenjar tiroid oleh immunoglobulin dalam darah. Menurut Sumanggar (1981)
Hipertiroid adalah suatu keadaan klinik yang ditimbulkan oleh sekresi berlebihan dari
hormon tiroid yaitu tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3). Didapatkan pula peningkatan
produksi triiodotironin (T3) sebagai hasil meningkatnya konversi tiroksin (T4) di jaringan
perifer. Penyakit tiroid merupakan penyakit yang banyak ditemui di masyarakat, 5% pada
pria dan 15% pada wanita. Penyakit Graves di Amerika sekitar 1% dan di Inggris 2027/1000 wanita dan 1.5-2.5/1000 pria, sering ditemui di usia kurang dari 40 tahun
(Djokomoeljanto, 2010).
2. Jelaskan apa saja penyebab Hipertiroid dan pada Nyonya Rani kemungkinan
disebabkan oleh apa?
Penyebab Hipertiroid adalah adanya Imunoglobulin perangsang tiroid (Penyakit Grave),
sekunder akibat kelebihan sekresi hipotalamus atau hipofisis anterior, hipersekresi tumor
tiroid. Penyebab tersering hipertiroidisme adalah penyakit Grave, suatu penyakit
autoimun,

yakni

tubuh

secara

serampangan

membentuk thyroid

stymulating

immunoglobulin (TSI), suatu antibodi yang sasarannya adalah reseptor TSH di sel tiroid
(Sherwood, 2002).
Beberapa penyakit yang menyebabkan Hipertiroid yaitu :
1. Penyakit Grave
Penyakit ini disebabkan oleh kelenjar tiroid yang oberaktif dan merupakan penyebab
hipertiroid yang paling sering dijumpai. Penyakit ini biasanya turunan. Wanita 5 kali
lebih sering daripada pria. Di duga penyebabnya adalah penyakit autonoium, dimana
antibodi yang ditemukan dalam peredaran darah yaitu tyroid stimulating.
Immunogirobulin (TSI antibodies), Thyroid peroksidase antibodies (TPO) dan TSH
receptor antibodies (TRAB). Pencetus kelainan ini adalah stres, merokok, radiasi,
kelainan mata dan kulit, penglihatan kabur, sensitif terhadap sinar, terasa seperti ada
pasir di mata, mata dapat menonjol keluar hingga double vision. Penyakit mata ini
sering berjalan sendiri dan tidak tergantung pada tinggi rendahnya hormon teorid.
Gangguan kulit menyebabkan kulit jadi merah, kehilangan rasa sakit, serta
berkeringat banyak.
2. Toxic Nodular Goiter

Benjolan leher akibat pembesaran tiroid yang berbentuk biji padat, bisa satu atau
banyak. Kata toxic berarti hipertiroid, sedangkan nodule atau biji itu tidak terkontrol
oleh TSH sehingga memproduksi hormon tiroid yang berlebihan.
3. Minum obat Hormon Tiroid berlebihan
Keadaan demikian tidak jarang terjadi, karena periksa laboratorium dan kontrol ke
dokter yang tidak teratur. Sehingga pasien terus minum obat tiroid, ada pula orang
yang minum hormon tiroid dengan tujuan menurunkan badan hingga timbul efek
samping.
4. Produksi TSH yang Abnormal
Produksi TSH kelenjar hipofisis dapat memproduksi TSH berlebihan, sehingga
merangsang tiroid mengeluarkan T3 dan T4 yang banyak.
5. Tiroiditis (Radang kelenjar Tiroid)
Tiroiditis sering terjadi pada ibu setelah melahirkan, disebut tiroiditis pasca
persalinan, dimana pada fase awal timbul keluhan hipertiorid, 2-3 bulan kemudian
keluar gejala hpotiroid.
6. Konsumsi Yoidum Berlebihan
Bila konsumsi berlebihan bisa menimbulkan hipertiroid, kelainan ini biasanya timbul
apabila sebelumnya si pasien memang sudah ada kelainan kelenjar tiroid.
Pada kasus, penyebab pasien mengalami hipertiroid karena mengkonsumsi obat
amiodaron dimana obat tersebut hampir sama dengan hormone tiroid. Obat amiodaron
dapat menstimulasi peningkatan produktivitas tiroid untuk menghasilkan T3 dan T4.
Hipersekresi hormone tiroid dapat menyebabkan gejala klinis seperti di kasus Ny Rani
yaitu Nafsu makan meningkat, BB menurun, berkeringat, tidak tahan panas , mual ,
muntah , tremor dan insomnia.
3. Jelaskan apa saja keluhan dan gejala klinis yang mungkin muncul pada pasien
dengan Hipertiroid? Pada Nyonya Rani, apa saja gejala yang anda temukan dan
apa saja yang perlu dikaji lebih dalam?
Tanda dan gejala pada pasien hipertiroid memperlihatkan gejala yang khas (yang
terkadang disebut tirotoksikosis) seperti adanya kegelisahan, pasien sering secara
emosional mudah terangsang (hipereksitabel), iritabel dan terus merasa khawatir, mereka
tidak dapat duduk diam, menderita palpitasi dan denyut nadi yang abnormal cepat
ditemukan pada saat melakukan aktivitas maupun beristirahat. Pada pasien hipertiroid
tidak tahan terhadap panas dan terus berkeringat secara tidak normal, kulit kemerahan

(flushing) dengan warna salmon yang khas serta cenderung terasa hangat, lunak dan
basah. Selain itu pasien juga terlihat tremor pada tangan dan memperlihatkan eksoftalmos
(mata yang menonjol). Terdapat pula tanda dan gejala lainnya meliputi peningkatan
selera makan dan konsumsi makanan, penurunan berat badan yang progresif, kelelahan
otot yang abnormal, amenore dan perubahan defekasi dengan konstipasi atau diare
(Brunner & Suddarth, 2002).
Pada kasus pasien Nyonya Rani tanda dan gejala yang dialami yaitu kesulitan tidur yang
kemungkinan diakibatkan oleh adanya kegelisahan maupun perasaan khawatir. Nafsu
makan pasien meningkat namun BB menurun, makannya sering, kehausan, mual dan
muntah. Pasien juga mengeluh sering tremor, berkeringat dan tidak tahan dengan panas.
Menurut Semiardji (2003) hal yang perlu dikaji lebih dalam pada hipertiroid dapat
dilakukan melalui pemeriksaan fisik yaitu,
a. Pernafasan B1 (breath)
sirkulasi kolaps, syok (krisis tirotoksikosis), frekuensi pernafasan meningkat, dipneu,
dipsneu, dan edema paru.
b. Kardiovaskular B2 (blood)
hipertensi, aritmia, palpitasi, gagal jantung, limfositosis, anemia, splenomegali, leher
membesar.
c. Persyarafan B3 (brain)
Bicaranya cepat dan parau, gangguan status mental dan perilaku, seperti: bingung,
disorientasi, gelisah, peka rangsang, delirium, psikosis, stupor, koma, tremor halus
pada tangan, tanpa tujuan, beberapa bagian tersentak - sentak, hiperaktif refleks
tendon dalam (RTD).
d. Perkemihan B4 (bladder)
oligomenorea, amenorea, libido turun, infertil, ginekomasti.
e. Pencernaan B5 (bowel)
Kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat, makan banyak,
makannya sering, kehausan, mual dan muntah.
f. Muskuloskeletal/integument B6 (bone)
rasa lemah, kelelahan.
Selain itu hal yang perlu dikaji lebih dalam dari pasien Nyonya Rani adalah
penggunaan obat Amiodaron yang dikonsumsi pasien karena obat ini mempengaruhi
hormon tiroid pada kelenjar tiroid, jaringan perifer, dan mungkin pada pituitari. Aksi
amiodaron ini menyebabkan peningkatan T4, rT3 dan TSH, namun menurunkan
4

kadar T3. Baik hipotiroidisme maupun tirotoksikosis dapat terjadi pada pasien yang
diberi amiodaron (Rampengan, 2011).
4. Jelaskan patofisiologi terjadinya Hipertiroid sampai menimbulkan keluhan dan
gejala klinis? (Pathway)
Pathway Terlampir
5. Jelaskan apa pemeriksaan diagnostic dan penunjang yang perlu dilakukan untuk
menentukan pasien mengalami Hipertiroid dan bagaimana hasilnya yang
menunjukkan Hipertiroid?
Pemeriksaan yang dilakukan adalah :
a.

Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan TRH akan
memastikan diagnosis keadaan dan lokalisasi masalah di tingkat susunan saraf pusat
atau kelenjar irodi. T4 dan T3 serum : meningkat (normal: T3=26-39mg, T4=80100mg)

b.

TSH (tiroid stimulating hormone) tertekan dan tidak berespon pada TRH

c.

Bebas T4 (tiroksin)

d.

Bebas T3 (triiodotironin)

e.

Diagnosa juga boleh dibuat menggunakan ultrasound untuk memastikan pembesaran


kelenjar tiroid

f.

Hipertiroidisme dapat disertai penurunan kadar lemak serum

g.

Penurunan kepekaan terhadap insulin, yang dapat menyebabkan hiperglikemia

h.

Tiroid scan untuk melihat pembesaran kelenjar tiroid

i.

Tiroglobulin: meningkat

j.

Ikatan protein iodium: meningkat

k.

Gula darah: meningkat (sehubungan dengan kerusakan adrenal)

l.

Kortisol plasma: turun (menurunnya pengeluaran pada adrenal)

m.

Pemeriksaan fungsi hepar: abnormal

n.

Elektrolit: hiponatrenia mungkin sebagai akibat dari respon adrenal atau efek dilusi
dalam terapi cairan pengganti. Hipoglikemia terjadi dengan sendirinya pada
kehilangan melalu gastrointestinal dan dieresis

o.

Katekolamin serum: menurun

p.

Kreatinin urine: meningkat

q.

EKG: fibrilasi atrium, waktu sistolik memendek, kardiomegali

r.

X-ray scan, CAT scan, MRI scan (untuk mendeteksi adanya tumor)

Pemeriksaan lain :
1. Scanning tiroid
2. Usg tiroid
3. Biopsy nodul
Oleh

karena sifat TSH yang sangat sensitive dan spesifik dalam rangka

mendeteksi jumlahnya dalam darah, maka TSH dapat digunakan sebagai marker dalam
mendeteksi fungsi hormone tiroid. Selain itu, kadar TSH juga berespon secara dinamik
apabila adanya perubahan terhadap kadar T4 dan T3. Oleh sebab itu, kadar TSH menjadi
marker utama dalam rangka menentukan nilai hormone tiroid yang berkurang, normal
maupun meningkat (Harrison, 2004). Penemuan tentang nilai TSH yang abnormal
haruslah diikuti dengan pengukuran nilai hormon tiroid dalam darah untuk memastikan
lagi diagnosis hipertiroidisme (TSH yang rendah) dan hipotiroidisme (TSH yang tinggi).
Pemeriksaan dengan menggunakan radioimmunoassay dapat dilakukan untuk mendeteksi
kadar T3 dan T4 darah. T3 dan T4 berikatan dengan protein dan terdapat banyak faktor
yang dapat mempengaruhi kadar hormone tersebut (penggunaan obat-obatan tertentu,
penyakit tertentu serta faktor genetik).Oleh itu, perlu untuk mengukur nilai hormone
tersebut dalam kondisi bebas atau tanpa terikat oleh protein. Pemeriksaan ultrasonografi
dilakukan dalam rangka tujuan membantu dalam penegakan diagnosis penyakit tiroid
noduler,

digunakan untuk melengkapi kekurangan pada pemeriksaan fisik dan

memperbaiki teknologi ultrasonografi. Dengan menggunakan instrument 10MHz,


resolusi yang optimum serta qualitas foto yang baik, nodul dan kista yang berukuran
3mm dapat dideteksi oleh USG tersebut. Selain sebagai alat mendeteksinodule, USG juga
dapat digunakan sebagai alat bagi memonitor perkembangan ukuran nodule, mengarah
biopsy FNAB, serta membantu dalam melakukan aspirasi lesi kistik. USG juga dapat
membantu dalam mengevaluasi adanya rekuren dari kanker tiroid termasuk derajat
metastases el-sel ganas melalui kelenjar getah bening di servikal (horrisan, 2004)
6. Jelaskan penatalaksanaan pasien dengan Hipertiroid.
Menurut Brunner & Suddarth (2001), tidak ada pengobatan yang langsung ditujukan pada
penyebab hipertiroid namun upaya untuk menurunkan hiperaktivitas tiroid akan
mengurangi gejalanya secara efektif dan menghilangkan penyebab utama terjadinya

komplikasi serius. Terdapat tiga jenis terapi untuk mengobati hipertiroid dan
mengendalikan aktivitas tiroid yang berlebihan yaitu terapi farmakologi dengan
menggunakan obat-obatan,

penyinaran

atau

radiasi,

dan pembedahan dengan

pengangkatan sebagian besar kelenjar tiroid.


a) Farmakoterapi
Farmakoterapi bertujuan untuk mengahmbat satu atau beberapa stadium sintesis atau
pelepasan hormon, tujuan lain adalah untuk mengurangi jumlah jaringan tiroid yang
mengakibatkan penurunan produksi hormon tiroid. Terapi farmakologi ini
menggunakan obat-obat antitirod. Obat yang paling sering digunakan adalah
propiltiourasil (propacil, PTU) atau metimazol (Tapazole), pemberian obat ini
dilakukan sampai pasien mencapai keadaan eutiroid (bukan hipertiroid dan bukan
hipotiroid). Terapi ditentukan berdasarkan kriteria klinik yang mencakup perubahan
pada frekuensi nadi, tekanan nadi, berat badan, ukuran goiter, dan hasilhasil
pemeriksaan laboratorium terhadap fungsi tiroid. Komplikasi toksik obat-obat
antitiroid relatif jarang terjadi. Pasien yang menjalani pengobatan antitiroid untuk
tidak menggunakan nasal dekongestan untuk meredakan hidung tersumbat karena
toleransinya

terhadap

preparat

ini

buruk.

Ada

pula

terap

i pelengkap yaitu pemberian senyawa iodida atau iodium. Senyawa tersebut


menurunkan pelepasan hormon tiroid dari kelenjar tiroid dan mengurangi
vaskularisasi serta ukuran kelenjar tersebut.
Obat ini digunakan dengan indikasi :
1) Terapi untuk memperpanjang remisi atau mendapatkan remisi yang menetap pada
pasien muda dengan struma ringan sampai sedang dan tirrotoksikosis.
2) Obat untuk mengontrol tirotoksikosis pada fase sebelum pengobatan, atau sesudah
pengobatan pada pasien yang mendapat yodium radioaktif.
3) Persiapan tiroidektomi
4) Pengobatan pasien hamil dan orang lanjut usia
5) Pasien dengan krisis tiroid
b) Radioktif
Tujuan terapi dengan preparat iodium radioaktif (I 131) adalah untuk menghancurkan
sel-sel tiroid yang berlebihan. Terapi ini paling sering digunakan pada pasien lansia.
Hampir semua iodium yang masuk dan tertahan di tubuh akan bertumpuk di dalam
kelenjar tiroid. Karena itu, isotop radioaktif iodium akan terkonsentrasi dalam

kelenjar tiroid dan menghancurkan sel-sel tiroid tanpa membahayakan jaringan lain

1)
2)
3)
4)
5)

yang bersifat radiosensitif.


Indikasi dan kontraindikasi :
Indikasi pengobatan dengan iodium radioaktif diberikan pada :
Pasien umur 35 tahun atau lebih.
Hipertiroid yang kambuh sesudah di operasi.
Gagal mencapai remisi sesudah pemberian obat antitiroid.
Tidak mampu atau tidak mau pengobatan dengan obat antitiroid.
Adenoma toksik, goiter multinodular toksik.
Penggunaan lebih dilakukan pada pasien wanita pascareproduktif dengan penyakit
goiter toksik yang menyebar. Sedangkan kontraindikasinya adalah pada kehamilan
dan bagi ibu menyusui karena radioiodium akan melintasi plasenta serta diskresikan

ke ASI (Menurut Brunner & Suddarth, 2001)


c) Pembedahan
Tindakan pembedahan pengangkatan tiroid atau tiroidektomi dilakukan untuk
mengangkat jaringan tiroid yang mengalami pembesaran. Metode ini pernah menjadi
satu-satunya tindakan yang dilakukan pada pasien hipertiroidisme namun saat ini
tindakan embedahan hanya dilakukan pada situasi khusus, misalnya pada wanita
hamil yang mengalami alergi terhadap preparat antitiroid, pasien dengan goiter besar
dan pasien yang tidak mampu menelan preparat antitiroid. Pengangkatan sekitar lima
per enam jaringan tiroid (tiroidektomi subtotal) praktis menjamin kesembuhan dalam
waktu lama bagi sebagian besar penderita penyakit goiter eksoftalmik. Tiroidektomi
untuk terapi hipertiroidisme biasanya direncanakan segera setelah fungsi tiroid
kembali normal (4-6 minggu).
Indikasi pembedahan antara lain :
1) Pasien umur muda dengan struma besar serta tidak berespons terhadap obat
antitiroid.
2) Pada wanita hamil (trimester kedua) yang memerlukan obat antitiroid dosis besar.
3) Pasien yang tidak mampu menelan preparat antitiroid.
4) Alergi terhadap obat antitiroid, pasien tidak dapat menerima yodium radioaktif.
5) Adenoma toksik atau strauma multinodular toksik.
6) Pada penyakit graves yang berhubungan dengan satu atau lebih nodul.
7. Jelaskan masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan
Hipertiroid
Masalah keperawatan yang muncul berdasarkan kasus yaitu :

a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Masalah keperawatan ini


muncul karena efek dari peningkatan hormon tiroid yang meningkatkan laju
metabolism. Laju metabolism cepat akan meningkatkan nafsu makan, namun berat
badan pasien akan menurun karena cepatnya laju metabolism dari pasien.
b. Kekurangan volume cairan. Masalah keperawatan ini muncul akibat dari efek
peningkatan hormon tiroid yang menyebabkan laju metabolism meningkat.
Metabolisme menghasilkan air, pasien akan berkeringat. Volume cairan dalam tubuh
akan berkurang, tubuh akan mengkompensasikannya dengan menimbulkan respon
haus.
c. Gangguan kenyamanan. Maslaah keperawatan ini muncul akibat meningkatnya laju
metabolism serta meningkatnya aktivitas system saraf sensori. Peningkatkan laju
metabolism e akan menyebabkan panas dalam tubuh, metabolism sendiri
menghasilkan kalor dalam tubuh. Panas pada tubuh akan membuat pasien tidak tahan
terhadap panas dari luar tubuh, ini akan mengganggu kenyamanan pasien . Selain itu,
hiperaktifitas dari system saraf sensori akan meningkatkan depolarisasi otot jantung
yang menyebabkan tremor pada pasien. Tremor akan menyebabkan gangguan rasa
nyaman pada pasien.
d. Insomnia. Masalah keperawatan insomnia muncul akibat dari efek meningkatnya
aktifitas saraf sensori yang mengaganggu pola tidur pasien, dimana pasien mengalami
insomnia.
Masalah keperawatan yang mungkin muncul selain masalah keperawatan di atas adalah :
a. Resiko kerusakan integeritas jaringan . Hipertiroid akan menyebabkan gerakan
kelopak mata relative lambat terhadap bola mata. Terjadinya infiltrasi limfosit ke
jaringan yang mengakibatkan pembengkakan pada mata. Pembengkakan ini di sebut
exofthalamus yang dapat mengakibatkan resiko kerusakan integeritas jaringan pada
daerah mata.
b. Gangguan sensori persepsi. Masalah ini muncul karena adanya pembengkakan pada
alat indra penglihatan akibat hipersekresi hormone tiroid.
c. Resiko penurunan curah jantung. Masalah ini mungkin muncul akibat dari aktivitas
simpatik yang berlebihan, mengakibatkan perubahan konduksi listrik jantung. Beban

kerja jantung menurun, maka muncul aritmia dan takikardi. Dengan adanya takikardi
dan aritmia maka pasien akan beresiko mengalami penurunan curah jantung.
8. Apa edukasi yang perlu dilakukan pada pasien dengan Hipertiroid?
Edukasi ataupun pendidikan kesehatan yang dapat dilakukan pada pasien hipertiroid
yaitu:
1. Memberikan

penyuluhan

pada

pasien

dan

keluarga

mengenai

pentingnya

mengkonsumsi zat gizi secara seimbang terhadap kesehatan tubuh dan pola hidup
sehat karena reaksi autoimun kemungkinan berasal dari keadaan yang kurang
terjaganya pola hidup sehat dan pola konsumsi yang tidak seimbang. Misal dengan
memberikan materi penyuluhan seperti : apakah itu Hipertiroid dan bagaimana
penatalaksanaannya.
2. Informasikan kepada keluarga klien tentang emosi klien dan anjurkan kepada
keluarga untuk menjaga emosi klien.
3. Pemberian pengetahuan kepada klien dan keluarga tentang dosis-dosis obat yang
diberikan
4. Informasikan kepada klien dan keluarga untuk melakukan aktivitas yang ringan dan
tidak melakukan aktivitas yang berat-berat.
5. Diet yang diberikan harus tinggi kalori, yaitu memberikan kalori 2600-3000
kalori per hari baik dari makanan maupun dari suplemen. Konsumsi protein harus
tinggi yaitu 100-125 gr (2,5 gr/kg berat badan ) per hari untuk mengatasi proses
pemecahan protein jaringan seperti susu dan telur.
6. Olah raga secara teratur.
7. Mengurangi rokok, alkohol dan kafein yang dapat meningkatkan kadar metabolisme.

10

Lampiran Pathway
Gangguan Irama Jantung

Minum Amiodaron (Obat dengan yodium tinggi)

Hipersekresi Hormon Tiroid

T3 dan T4 Meningkat

Meningkatkan Laju Metabolisme

Nafsu Makan
Meningkat

Berat Badan
Menurun

Hiperaktivitas Sistem Saraf Sensori

Berkeringat Tidak Tahan


Panas

Meningkatkan Depolarisasi
Otot Rangka
Insomnia
Tremor

Ketidakseimbangan
Nutrisi Kurang dari
Kebutuhan Tubuh

Menimbulkan Respon
Haus

Kekurangan Volume
Cairan

11

Gangguan
Kenyamanan

Daftar Pustaka

Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Volume 2. Jakarta : EGC.
Djokomoeljanto R. Neuropati Diabetik. Dalam Darmono,Suhartono T, Tjokorda GD, Soemanto
F ()ed. Naskah Lengkap : Diabetes Melitus Ditinjau dari Berbagai Aspek Penyakit
Dalam. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro 2007 ; 1-14.
Hakimi, H. Slide Hipertiroidisme oleh Divisi Endokrinologi Anak Fakultas Kedokteran
USU/Rsup H. Adam Malik Medan.
Rampengan, Starry H., (2011). Amiodaron Sebagai Obat Anti Aritmia dan Pengaruhnya
Terhadap Fungsi Tiroid dalam jurnal Biomedik, Volume 3, Nomor 2, Juli 2011, hlm. 8494.
Semiardji, Gatut. 2003. Penyakit Kelenjar Tiroid. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Sherwood, L. 2002. Human Physiology: From Cells to Systems. Penerbit buku kedokteran:
EGC.
Sumanggar Ps. Thyrotoxicosis di bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUP Palembang. Dalam :
Naskah Lengkap KOPAPDI V, Jilid I. Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK UNDIP RS
Kariadi, Semarang 1981, hal. 53.
Website dan Sumber Lain:
https://www.academia.edu/4469848/ANATOMI_FISIOLOGI_KELENJAR_TIROID (Sitasi: 27
September 2014)

12

Anda mungkin juga menyukai