Korupsi
(KPK)
di
Indonesia
tengah
oleh
Komisi
gencar-gencarnya
ketika
menjadi
presiden,
selanjutnya
sebagai
prosedur
dalam
menetapkan
Budi
Gunawan
sebagai
PT.
Berkah
Raya,
padahal
telah
disepakati
merusak
citra
lembaga
peradilan,
ketika
Ketua
sengketa
Pilkada
di
salah
satu
kabupaten
di
3
4
sebagai
cita-cita
hukum
(idee
das
recht)
menggantungnya
supremasi
penegakan
hukum
hakekatnya
kebebasan
ini
merupakan
sifat
ada dibawah
adanya
ketentuan
tersebut
jelas
telah
terjadi
terhadap
kekuasan
negara
guna
mencegah
lebih
ekstrim,
dapat
diketengahkan
Ketentuan-Ketentuan
menyatakan:
"Demi
Pokok
kepentingan
Kehakiman
revolusi,
yang
kehormatan
keinginan
dan
setidak-tidak
kepedulian
diwilayah
masyarakat
Asia
Pasific,
termasuk
pengangkatan,
pengawasan
dan
menyatakan:
"Kekuasaan
Kehakiman
adalah
guna
berdasarkan
menegakan
Pancasila,
demi
hukum
dan
terselenggaranya
keadilan
negara
http://www.hurights.or.jp/archives/other_documents/section1/1995/08/beijin
g-statement-of-principles-of-the-independence-of-the-judiciary-in-thelawasia-region (data diakses tanggal 19-Mei-2005)
2) Manusia
neffalitas
dalam
bidang
peradilan,
badan
peradilan",
sekaligus
sebagaimana
prinsip
dirumuskan
Tahun
1970
yang
menyatakan:
"Pemeriksaan
Nomor
"Pengadilan
membedakan
Tahun
mengadili
orang".
2004,
menurut
yang
menyatakan
hukum
Mengadili
dengan
menurut
tidak
hukum
hukum.
Setiap
putusan
hakim
harus
terhadap
pengadilan
bawahan",
putusan
pengadilan
tingkat
pertama,
dapat
9
hakim
ternyata
perundang-undangan,
yang
dibatasi
oleh
membuka
peraturan
ruang
baik
yang
berlaku,
hal
ini
merupakan
persoalan
yang
cukup
serius,
karena
Negara
berkembangnya.
hukum
(rechtstaat),
perbuatan
main
yaitu
tumbuh
hakim
dan
sendiri
10
begal
dibakar
hidup-hidup).
Fenomena
ini
ketidakpercayaan
terhadap
kinerja
lembaga
hukum
di
Indonesia
tercermin
dari
makin
dan
menghambat
mendukung
upaya-upaya
praktek
korupsi
pembaharuan.
serta
Keberadaan
menyandang
predikat
hypercorruption.
Begitu
2000,
tentang
berbagai
putusan
pengadilan
apapun
keputusannya,
yaitu
putusan
bebas
12
persyaratan
berat
bagi
Indonesia
untuk
sama-sama
merugi),
tidak
menghasilkan
biaya
tinggi
yang
tidak
dapat
diprediksi
13
Banyak
negara
berkembang
enggan
menerima
atau
menjunjung
lupa,
tinggi
bahwa
sekali
negara-negara
keampuhan
maju
hukum.
ini
Mereka
ekonominya
dapat diarahkan
dan
dicapai
asing,
menginginkan
karena
adanya
bagaimanapun
jaminan
juga
keamanan
mereka
berinvestasi
masyarakat
international
tersebut
perlu
pula
mendapat perhatian.
Terkesan bahwa lembaga peradilan ibarat menara
gading
yang
tidak
tersentuh
oleh
siapapun,
terlebih
didalamnya
susah
kekhawatiran
untuk
semua
itu
dilakukan,
merupakan
terlebih
timbul
perwujudan
dari
memegang
posisi
kunci
untuk
terhadap
lambang
kemanusian.
kearifan
yang
Hakim
bisa
pada
akhirnya
mensederajatkan
Inggris
tentang
hakekat
prinsip
kebebasan
hakim
sebagai
salah
satu
cara
untuk
menemukan
prinsip
yang
mandari,
dalam
dan
diharapkan
membangun
memberikan
peradilan
Indoneia
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, yang menjadi
permasalahan adalah:
1) Bagaimana prinsip Independence of judiciary di jalankan di
peradilan di Inggris;
2) Bagaimana seharusnya prinsip Independence of judiciary
di jalankan di peradilan di Indonesia.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari Penelitian ini adalah:
1) Untuk mengetahui dan memahami dengan menganalisis
mengenai prinsip Independence of judiciary di jalankan di
peradilan di Inggris.
2) Untuk anaisis bagaimana seharusnya prinsip Independence
D. Kegunaan Penelitian
16
secara
teoritis
diharapkan
berguna
untuk
prinsip
Independence
of
judiciary
di
Independence
of
seharusnya
prinsip
17
Syarat-syarat
dasar
untuk
terselenggaranya
(Zweckmassigkeit)
dan
unsur
keadilan
(Gerechtigkeit)9.
Dengan demikian dalam menemukan dan selanjutnya
menganalisis
pelaksanaan
prinsip
kebebasan
hakim
18
tulisan pertama
tulisan keduanya.
Politeia
dan
Politicous
negara
yang
balk
ialah
yang
yang
kedaulatan
diperintah
hukum.
dengan
Menurutnya
konstitusi
ada
dan
tiga
unsur
pada
ketentuan-ketentuan
umum,
19
3) Pemerintahan
yang
berkonstitusi
berarti
bukan
berupa
paksaan
tekanan
yang
merupakan
syarat
bagi
tercapainya
eksplisit
pada
abad
ke-19,
yaitu
dengan
11
12
13
20
yaitu
tidak
adanya
kekuasaan
sewenang-
seseorang
hanya
boleh
dihukum
kalau
melanggar hukum;
2) Kedudukan yang sama dalam menghadapi hukum
(Equality before the law), Dalil ini berlaku balk untuk
orang biasa maupun untuk pejabat ;
14
21
Persamaan
pokok
antara
Rechtsstaat
memberikan
perlindungan
dan
pemerintahan
yang
didasarkan
atas
kedaulatan rakyat;
2) Bahwa pemerintah dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya
harus
berdasar
atas
hukum
atau
peraturan perundang-undangan;
3) Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia
(warga negara);
15
22
perbuatan
dan
pelaksanaan
yang
merata
sumber
daya
yang
hukum
Eropa
Kontinental.
Ide
tentang
23
recht
pada
staat,
hanya
sebagai
alat
secara
pasif,
yang
bertugas
sebagai
atau
nachtwachterstaats.17
74.
disebutkan
dalam
UUD
1945
(setelah
M. Tahir Azhary, 1992, Negara Hukum, Bulan Bintang, Jakarta, hlm. 73-
24
(rechtsstaat)".
menganut
konsepsi
kewajiban
pemerintah
Indikasi
welfare
untuk
bahwa
state
Indonesia
terdapat
mewujudkan
pada
tujuan-
ketertiban
dunia
berdasarkan
awal
fundamental
dan
fital
dalam
menurut
Undang-Undang
Dasar
Negara
25
konstitusi
yang
bermakna
adanya
jaminan
hak-hak
asasi
manusia
dan
Soediman
Kartohadiprodjo
tentang
pada
dasarnya
tergantung
dari
penglihatan
kegiatan
pemerintahan
dengan
hukum
dan
yang
negara
harus
berlandaskan
sesuai
nilai-nilai
Pancasila19.
b. Teori Keadilan
Dikemukakan oleh John Rawls (lahir 1921)20
John Rawls adalah tokoh yang meyakini bahwa
prinsip-prinsip etika dapat menjadi dasar yang kuat
dalam
membangun
mengembangkan
masyarakat
yang
pemikirannya,tentang
adil.
Rawls
masyarakat
teori
Posisi
Rawls
Asli.
banyak
Dalam
mengembangkan
terpengaruh
oleh
aliran
Rawls
yang
memperoleh
apresiasi
dan
20
27
of
justices),
ketidaktahuan
ignorance);
(the
(3)
(2)
Posisi
original
Ekuilibrium
asali
position
dan
and
reflektif
tabir
veil
of
(reflective
equilibrium), (4) Kesepakatan yang saling tumpangtindih (overlapping consensus), dan (5) Nalar publik
(public reason).
John Rawls mencoba untuk menganalisa kembali
permasalahan mendasar dari kajian filsafat politik
dengan merekonsiliasikan antara prinsip kebebasan
dan
prinsip
persamaan.
Rawls
mengakui
bahwa
Rousseau,
dan
Immanuel
Kant.
Namun
keadilan
masyarakat
sebagai
dapat
suatu
memperoleh
keadaan
dimana
kebaikan
dan
sosial
(social
institutions).
Secara
keadilan
dengan
menggunakan
asali
(original
position)
dan
selubung
sosial,
tingkat
kecerdasan,
kemampuan,
reflektif
dengan
didasari
oleh
ciri
from
nowhere),
hanya
saja
dirinya
lebih
oleh
pada
Rawls
bahwa
tertutupnya
setiap
seluruh
orang
fakta
dan
sosial
membutakan
dan
adanya
doktrin
tertentu,
konsep
atau
sehingga
pengetahuan
teori
tersebut,
Rawls
mencoba
menggiring
Itulah
sebabnya
mengapa
Rawls
menyebut
luas
kebebasan
dan
kompatibel
sejenis
bagi
dengan
orang
kebebasan-
lain.
Kedua,
30
sehingga:
(a)
diperoleh
manfaat
sebesar-
prinsip
persamaan
kesempatan
(equal
opportunity principle).
Prinsip perbedaan pada bagian (a) berangkat
dari prinsip ketidaksamaan yang dapat dibenarkan
melalui
kebijaksanaan
terkontrol
sepanjang
tersebut.
Sehingga
dengan
kata
lain,
31
Rawls.
Selain
itu,
prinsip
pertama
ketimpangan
sosial
dan
ekonomi
yang
bersandingan
untuk
mengetahui
pelbagai
principle),
aturan-aturan
(roles),
jejak
sejarah
of
Justice
(1983),
juga
sama-sama
keabsahan
dan
keberfungsian
yang
terus
berkembang,
seperti
misalnya
bukunya
Political
Liberalism (1993),
masalah
(problem
of
extension)
yang
ditandai
dengan
adanya
keanekaragaman
diantara
warga
keyakinan
negara
agama
dan
yang
memiliki
filosofis
yang
publik
(public
reason)
sebagai
penalaran
Mill
yang
lebih
mengedepankan
filsafat
memperkuat
argumentasi
dari
adanya
kesepakatan
tersebut
terbuka
untuk
demikian,
John
Rawls
telah
sama
untuk
memenuhi
hak-hak
dan
sama
jenisnya
untuk
semua
orang,
serta
bagi
sebagai
kebermanfaatan
anggota-anggota
sebesar-
masyarakat
yang
prinsip-prinsip
yang
dikemukakann
terhadap
hak-hak
dan
kemerdekaan-
yang
selalu
berulang
antara
tuntutan-
Makin
banyak
hukum
memenuhi
syarat
yang
abstrak
dan
konseptual 21.
Seperti
dilihat
kesejarahannya,
maka
pemikiran
22
37
dicanangkanlah pemikiran
tentang
perlunya
tertulis
yang
dilakukan
terlebih
dahulu
diharapkan
Adanya
dapat
menjamin
perkembangan
kepastian
pemikiran
bahwa
legisme
filosofisnya
hukum
ini
kemudian
melalui
dengan
aliran
mendapat
pemikiran
tokoh-tokohnya
yang
mengenai
dari
kepastian
aliran
hukum
positivisme
ini
yang
24
undang-undang,
yang
mengindikasi
bahwa
39
dengan studi
sosiologis,
historis,
dan
penilaian kritis
c) Keputusan-keputusan dapat diedukasikan secara
logis dari peraturan-peraturan yang sudah ada lebih
dahulu, tanpa perlu menunjuk kepada tujuan-tujuan
sosial, kebijaksanaan, dan moralitas
d) Penghukuman secara moral tidak dapat ditegakkan
dan
dipertahankan
oleh
penalaran
rasional,
hukum
sumber
berpendapat
hukum
adalah
bahwa
satu-
undang-undang,
Lili Rasjidi dan Ira Rasjidi, 2011, Dasar-Dasar Filsafat dan Teori
HukumCitra Aditya Bakti, Bandung. hlm. 57-58.
40
pengutamaan
beranggapan
wewenang
bahwa
kepastian
apabila
menafsirkan
hukum,
hakim
yang
diberikan
undang-undang
atau
perkara
memperhatikan
dapat
tujuan
dianggap
penegakan
tidak
perlu
hukum
untuk
positif
hukum
itu
dasar
menganggap
kenyataan
berlakunya
(tanda-tanda
berwenang
dan
merupakan
bagian
dari
istimewanya.28
26
27
28
Jamaluddin Karim,
Yogyakarta. hlm. 25-26
Ibid
Ibid, hlm. 27
2013,
Politik
Hukum
Legalistik,
Imperium,
41
sekaligus
kehidupan
dan
juga
perilaku
ilmu
pengetahuan
warga
tentang
masyarakat
(yang
Ibid
Abdul Halim, 2009, Teori-Teori Hukum Aliran Positivisme dan
Perkembangan Kritik-Kritiknya, (Jurnal Asy-syir`ah Vol. 42 No. II. hlm. 390
42
konflik
dari
norma.
Konflik
ketidakpastian
kontestasi
norma,
norma
aturan
reduksi
norma
yang
dapat
atau
distorsi norma31.
Asas kepastian hukum dalam suatu sistem hukum
memiliki bentuk dan kedudukan. Asas kepastian hukum
dalam arti bentuknya ada dua yaitu, pertama, asas
hukum dalam arti formil dan kedua, asas kepastian
hukum dalam arti materiil. Asas kepastian hukum
dalam bentuk yang pertama (formil) adalah suatu
keputusan
yang
harus
cukup
jelas
bagi
yang
maka
asas
kepastian
hukum
formil
31
Yance
Arizona,
Apa
Itu
Kepastian
Hukum?,
http://yancearizona.wordpress.com/2008/ (diakses pada tanggal 3 Juli
2012)
43
asas kepercayaan.32
Aliran
positivisme
ini
bersifat
legalistik
yang
sebagai
berpendapat,
corong
pengertian
undang-undang.
kepastian
Apeldoorn
hukum
adalah
33
34
Soemitro
hukum
adalah
berpendapat
keadilan
oleh
berbeda,
karena
LIPI,
PIH,
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/2208125136.pdf,
(diakses pada tanggal 3 Juli 2012)
L. J. Apeldoorn, 2009, Pengantar Ilmu Hukum, diterjemahkan oleh
Oetarid Sadino, (Jakarta: Pradnya Paramitha, hlm. 14-15; Lihat Pula,
Bambang Priyambodo (1), Kepastian Hukum Dalam Pelaksanaan Eksekusi
Putusan Badan Peradilan Tata Usaha Negara, (Disertasi Program Doktor
Ilmu Hukum Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, 2011), hlm. 87
Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi Republik
Indonesia bekerja sama dengan Pusat Studi Konstitusi (Pusako) Fakultas
Hukum Universitas Andalas, Op.Cit, hlm. 21
44
Dalam
membuat
peraturan-peraturan
yang
undang-undang
mengikat
umum
dan
harus
adalah
jelas,
tegas
dan
tidak
itu
pasti
dipenuhi,
dan
bahwa
setiap
mengambil
putusan
melulu
36
Bambang Priyambodo, Op. Cit, Hlm. 88; Lihat pula, Rochmat Soemitro,
Asas dan Dasar Perpajakan, (Bandung: Refika Aditama, 2004), hlm. 16-17
Franz Magnis Suseno, 2001, Etika Politik, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta. hlm. 79-81
45
memberikan
jaminan
agar
suatu
undang-
ini
dimaksudkan
untuk
melindungi
tetapi
harus
menegakkan
nilai-nilai
Ibid
46
bukan
hanya
undang-undang
dan
38
39
47
kurung
setelah
kata
Negara
Berdasarkan
Atas
sebelumnya,
oleh
Pasal
ayat
(3)
adalah
Negara
Hukum.
Notohamidjojo
Republik
Indonesia
ialah
oleh
kedua
ahli
Negara
Hukum
tersebut,
sulit
untuk
Negara
Hukum.
Sunaryati
Hartono,
bagi
seluruh
rakyat
yang
bersangkutan,
41
42
48
yang
didasarkan
kepada
hak-hak
perorangan).43
Makna unsur supremasi of law, adalah negara
diatur oleh hukum, seorang hanya dapat dihukum
karena melanggar hukum dan hak kebebasan seorang
warga terjamin oleh hukum. Makna dari equality before
the
law,
adalah
semua
warga
negara
dalam
43
pejabat
negara
melaksanakan
tugas
dalam
mengisi
kenegaraan
tindakannya
berupa
badan
49
dan
hingga
ditegaskan
oleh
membatasi
pengadilan
posisi
Crown
dan
dan
aparaturnya.44
Dalam hubungannya dengan supremacy of law,
Albert Venn Dicey menjelaskan sebagai berikut :
The Absolute supremacy or predominance of
regular law as opposed to the influence of the
arbitary power and excludes the existence of
arbitariness of prerogative, or even wide
discretionary authority on the part of the
government. Englishmen are rule by the law,
and by the law alone, a man may with us can
be punished for nothing else.45
Supremasi absolute atau keunggulan regular law
sebagai kebalikan dari pengaruh kekuasaan sewenangwenang
dan
meniadakan
adanya
kesewenang-
44
45
bersama
kami
untuk
suatu
pelanggaran
50
suatu
pandangan
filosofis
barat
terhadap
pemerintahan
harus
dilaksanakan
sesuai
pada
sistem
hukum
continental
yang
hukumcommon
law
dengan
karakteristik
51
judicial.47
Perbedaan
itu
sekarang
sudah
tidak
yang
sama,
yaitu
jaminan
perlindungan
kekuasaan
itu
menurut
hukum
dan
47
48
52
itu
fundamental.
adalah
Dengan
pokok
kaidah
demikian,
negara
sebagai
yang
guiding
bidang-bidang
politik,
kenegaraan,
hukum
dan
ekonomi.49
Dapat
Pancasila
disimpulkan
adalah
bahwa
hasil
usaha
proses
perumusan
para
pemimpin
menyebabkan
Pancasila
juga
mempunyai
53
adalah
pola
perilaku
(politik)
yang
dijiwai
oleh
Pancasila.50
d) Konsep Kekuasaan Kehakiman yang Merdeka
Kekuasaan kehakiman yang merdeka diartikan
sebagai pelaksana peradilan yang bebas dan tidak
memihak
yang
dilakukan
oleh
hakim
untuk
ada didalam
mengandung pengertian
diizinkan
melaksanakan
sifatnya
Undang-Undang.
wewenang
karena
menegakkan
tugas
hukum
dan
Kebebasan
dalam
tidaklah
mutlak
adalah
untuk
yudial
hukum
keadilan
berdasarkan
Ibid.
C.S.T. Kansil dan Chirstine ST Kansil, 1984, Hukum Tata Negara RI Jilid I,
Rineka Cipta, Jakarta. hlm 191-192
54
keputusannya
mencerminkan
keadaan
karena
kekuasaan
Kehakiman
yang
tidak
ada
jika
kekuasaan
dipisahkan
dari
kekusaan
kehakiman
legislatif
dan
tidak
kekusaan
adalah
kemandirian
kekuasaan
dari
proses
pembuktian,
hingga
pada
pemeriksaan
vonis
yang
perkara,
dijatuhkan.
55
(1)
Undang-Undang
amandemen
yang
Dasar
selengkapnya
1945
berbunyi
pasca
sebagai
merdeka
untuk
menyelenggarakan
peradilan
hal
ini
secara
eksplisit
telah
di
53
54
56
Kehakiman,
telah
menentukan
bahwa
perlu
melaksanakan
pemisahan
tegas
oleh
peradilan
yang
sebuah
berada
Mahkamah
di
Agung
bawahnya
dan
dalam
Agung
Konstitusi,
Mahkamah
strategis
berbeda
terutama
dengan
Agung
di
bidang
Mahkamah
memiliki
hukum
posisi
dan
kewenangan
di
yang
selanjutnya
mengenai
Mahkamah
Agung
undang-undang
sebelumnya
yaitu
Mahkamah
Agung
adalah
mengenai
menimbulkan
monopoli
kekuasaan
selalu
disalahgunakan
melampaui
mengandung
atau
wewenang.
potensi
dilaksanakan
Untuk
itulah
dengan
perlu
ada
yang
dituntut
melalui
mekanisme
pengawasan.
2) Kewenangan
Pengawasan
oleh
Mahkamah
Agung
Salah
satu
fungsi
Mahkamah
Agung
Republik
Agung
dalam
menyelenggarakan
Agung
yang
menyatakan
sebagai
berikut:
a. Mahkamah
Agung
melakukan
pengawasan
pengadilan
disemua
lingkungan
peradilan.
60
Pengawasan
yang
dilakukan
Mahkamah
Agung
memeriksa
dan
memutus
perkara.
Dari
(rechstsgang)
jalannya
peradilan
pejabat
pengadilan
dengan
dapat
tujuan
diselenggarakan
dengan
seksama
agar
oleh
dan
sewajarnya.
Mahkamah
Agung
adalah
pengawas
tertinggi
tingkat
banding
berdasarkan
asas
asas
ini
memungkinkan
pendelegasian
ini
Mahkamah
Agung
dalam
melaksanakan
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
61
ini
adalah
penelitian
hukum
normatif
atau
Soerjono
mencakup
Soekanto,
lima
macam
penelitian
penelitian,
hukum
yaitu
dengan
Judex
Juris
Lembaga
Hukum
ilmiah
ini
mengikuti
pedoman
Metode
55
62
pihak-pihak
yang
relevan
dengan
topik
penelitian.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
a) Studi kepustakaan, yaitu mempelajari referensi umum
(perundang-undangan,
peraturan,
buku-buku
teks,
56
Lili Rasjidi, 2011, Menggunakan Teori atau Konsep Dalam Analisis di Bidang
Ilmu Hukum, Program Doktor Ilmu Hukum UNPAD, Bandung. hlm. 5-11
63
b) Studi
lapangan,
dilakukan
dengan
metode
analisa
adanya
paradigma
lain
yang
diadopsi
metodologis,
dan konstruksi
dan
konsisten.
terhadap
data
Dilakukan
yang
telah
dan
konstruksi
terhadap
data
yang
telah
langsung. Data
ini
64
Kehakiman
Mahkamah
Agung
dan
maupun
lainnya
Undang-Undang
yang
berkaitan
hukum
sekunder,
yaitu
bahan
yang
hukum
tertier,
yaitu
bahan-bahan
yang
bahasa
Indonesia,
karya
ilmiah maupun
di
lapangan
tentang
Sistem
Peradilan
58
65
perundang-undangan
yang
bersifat
umum
66
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Andi. M. Nasrun, 2004, Krisis Peradilan Mahkamah Agung di
Bawah Soeharto, Elsam, Jakarta.
Aristoteles, 2004, Politik Diterjemahkan dari Buku Polities, Oxford
University, New York, 1995, Bentang Budaya, Yogyakarta.
Bambang Priyambodo, 2011, Politik Hukum Peradilan Tata Usaha
Negara, Mahardika Parahyangan Press, Bandung.
Bambang Priyambodo, Op. Cit, Hlm. 88; Lihat pula, Rochmat
Soemitro, Asas dan Dasar Perpajakan, (Bandung: Refika
Aditama, 2004).
Budiono Kusumahamidjojo, 2004, Filsafat Hukum; Problematika
Ketertiban Yang Adil, Grasindo, Jakarta.
C.S.T. Kansil dan Chirstine ST Kansil, 1984, Hukum Tata Negara RI
Jilid I, Rineka Cipta, Jakarta.
Charles Hirmawan, 2003, Hukum Sebagai Panglima, Kompas,
Jakarta.
Dicey AV, 1952, Introduction to the Study of The Law of The
Constitution, Nineth Edition, Mac.Millan and Co, London.
Franz Magnis Suseno, 2001, Etika Politik, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Jamaluddin Karim, 2013, Politik Hukum Legalistik, Imperium,
Yogyakarta.
John Rawls, (2005) dalam Pan Mohamad Paiz. UI-Jakarta.
L. J. Apeldoorn, 2009, Pengantar Ilmu Hukum, diterjemahkan oleh
Oetarid Sadino, Pradnya Paramitha, Jakarta.
Lili Rasjidi dan Ira Rasjidi, 2011, Dasar-Dasar Filsafat dan Teori
HukumCitra Aditya Bakti, Bandung.
Penerbit
(Diktat
Katolik
Arizona,
Apa
Itu
Kepastian
Hukum?,
http://yancearizona.wordpress.com/2008/ (diakses pada
tanggal 3 Juli 2012).
(data
diakses
http://www.hurights.or.jp/archives/other_documents/section1/199
5/08/beijing-statement-of-principles-of-theindependence-of-the-judiciary-in-the-lawasia-region
(data diakses tanggal 9 Mei 2015).