Definisi
Tinea capitis adalah infeksi jamur pada rambut dan kulit kepala, alis mata, dan
bulu mata yang disebabkan oleh jamur dermatofita spesies Tricophyton dan
Microsporum.
yang berasal dari babi, Microsporum distortum yang merupakan varian dari
Microsporum canis, Tricophyton verrucosum yang berasal dari sapi, dan
Tricophyton mentagrophytes var. equinum yang berasal dari kuda.
Gejala Klinik
Pasien dengan tinea capitis umumnya mengeluh gatal pada kepala dan
terkadang juga terasa nyeri.Kulit kepala yang terinfeksi tampak kemerahan,
membengkak, dan adanya sisik yang mengelupas seperti ketombe. Rambut
menjadi rontok sehingga terjadi kebotakan yang sering menetap.Terkadang
ditemukan adanya pembesaran kelenjar getah bening pada leher.
alergi terhadap jamur. Gejala lokal pada kerion seringkali disertai gejala
sistemik berupa demam.
Gambar Kerion
4. Tinea favosa
Bentuk tinea capitis ini jarang ditemukan, terutama disebabkan oleh
T.violaceum dan T.gypsum. Merupakan proses lanjut dari kerion disertai
penghancuran batang rambut yang sangat parah.
Kelainan pada kepala dimulai dengan bintik-bintik kecil berwarna
merah kekuningan di bawah kulit yang kemudian berkembang menjadi
krusta yang berbentuk cawan atau skutula. Rambut di atas skutula ini
menjadi tidak berkilau, putus-putus, dan mudah dicabut.
Yang khas dari bentuk infeksi ini adalah lesinya yang berbau seperti
tikus atau sering disebut mousy odor. Bila menyembuh, lesi meninggalkan
jaringan parut dan menyebabkan alopesia yang permanen.
GambarTinea favosa
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang awal yang dapat dilakukan untuk membantu
menegakkan diagnosis adalah pemeriksaan dengan sinar Wood. Pada infeksi
jamur dengan tipe invasi ektotriks, rambut yang terinfeksi tampak memberikan
fluoresensi hijau kekuningan. Sedangkan pada tipe invasi endotriks penyinaran
dengan sinar Wood tidak memberikan fluoresensi.
Pemeriksaan dengan sinar Wood dilakukan sebelum pengumpulan bahan
untuk pemeriksaan mikologik agar dapat mengetahui lebih jelas batas daerah yang
terkena infeksi.
2. Ketokonazol
Ketokonazol merupakan anti jamur spektrum luas yangd apat digunakan
pada kasus infeksi jamur yang resisten terhadap griseofulvin. Dosis sebesar
200 400 mg per hari diberikan pada pagi hari setelah makan selama 10 hari
hingga 2 minggu.
Selama terapi dengan ketokonazol, perlu dilakukan pemeriksaan enzim
hepar secara rutin minimal sebulan sekali karena obat ini bersifat
hepatotoksik. Terapi harus segera dihentikan apabila terjadi peningkatan
SGPT hingga 2 3 x nilai normal. Selain bersifat hepatotoksik, ketokonazol
memberikan efek samping berupa sakit kepala, rasa mual, dan terhambatnya
sintesis hormon androgen.
Ketokonazol
merupakan
kontraindikasi
pada
pasien
dengan
Daftar Pustaka
Unandar Budimulja. Mikosis: dalam Prof.Dr. dr. Adhi Djuanda, dkk Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin. Edisi 5. Jakarta : FKUI. 2008; p.92-99
E.M Higgins, dkk. Guideline for The Management of Tinea Capitis.British Journal of
Dermatology. 2000; 143:53-58
Health Protection Agency. Tinea Capitis in The United Kingdom: A report on its
diagnosis, management and prevention. London : Health Protection Agency, March
2007
N rebollo, dkk. Tinea Capitis. Review Article. Actas Dermosifiliogr. 2008;99:91-100
Maha A, Dayel, Iqbal Bukhari. Tinea Capitis. The Gulf Journal of Dermatology and
Venereology.Vol.1. No.1. 2004
Prof.Dr.R.S.Siregar. Penyakit Kulit Jamur. Edisi 2. Jakarta : EGC.2004; p.24
Klaus Wolff, Richard Allen Johnson, dkk. Fitzpatricks Color Atlas & Synopsis of
Cinival Dermatology 5th ed.New York Mc Graw Hill. 2007
Brendan P. Kelly. Superficial Fungal Infections : Pediatrics in Review. American
Academy of Pediatrics. 2012;33;e22