Anamnesis
Anamnesis adalah wawancara yang dilakukan baik kepada pasien sebagai data awal
untuk menegakkan diagnosis. Anamnesis yang ditanyakan kepada pasien dengan keluhan berat
badan berlebih sehingga menggangu aktivitas adalah:1
1. Identitas pasien
2. Keluhan utama dan sudah sejak kapan aktivitas sehari-hari pasien terganggu oleh karena
BB nya yang berlebihan. Apakah selain mengganggu aktivitas, ada keluhan-keluhan lain
yang berkaitan dengan BB yang berlebih tersebut?
3. Apakah dikeluarga juga ada yang berat badannya berlebih, jika ada tanyakan apa
hubungan orang tersebut dengan pasien.
4. Tanyakan bagaimana pola hidup pasien sehari-harinya, bagaimana pola makannya dan
ativitas fisik yang dilakukan setiap hari.
5. Selain itu, perlu diketahui pula mengenai penyakit penyerta / komplikasi yang terjadi
serta obat-obatan yang sedang dikonsumsi dan penanganan obesitas yang telah dilakukan
sebelumnya.
Dalam skenario, didapatkan data bahwa pasien adalah seorang perempuan usia 41 tahun,
yang bekerja sebagai manager di perusahaan swasta. Pasien datang karena dia ingin
berkonsultasi tentang BB nya yang berlebih sehingga sangat mengganggu aktivitas dan
penampilan sehari-harinya.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien dengan obesitas atau overweight adalah:
1. Pemeriksaan TTV. Pemeriksaan TTV perlu dan harus selalu dilakukan kepada setiap pasien.
Dalam skenario didaptkan bahwa dari hasil pemeriksaan TTV, TD pasien adalah 130/90
mmHg.
2. Pemeriksaan BB dan TB. Pemeriksaan BB dan TB diperlukan untuk menghitung Indeks
massa tubuh, serta mengetahui apakah seseorang memiliki berat badan normal atau berlebih.
Selain itu dari pemeriksaan BB dan TB dapat juga diketahui kebutuhan energi yang
diperlukan oleh seseorang setiap harinya berdasarkan aktivitasnya. Dari hasil pemeriksaan
fisik, didapatkan BB 80 kg, dan TB 150 cm. Berat badan normal pasien seharunya 50 kg,
IMT 35,5 kg/m2. Dari hasil pemeriksaan ini, pasien masuk dalam kategori obesitas II
berdasarkan IMT.2
3. Pemeriksaan Lpe dan Lpa serta menghitung WHR. Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan,
didapatkan Lpe 95 cm dan Lpa 105 cm, dalam keadaan normal, Lpe pada wanita seharusnya
<80 cm dan Lpa <90 cm, sehingga untuk kasus ini pasien memiliki Lpe dan Lpa > dari
normal. Kemudian dilakukan perhitungan WHR untuk mengetahui pasien mengalami
obesitas tipe apa, apakah tipe apple atau pear, WHR pasien adalah 0,9.2
Tabel 1.1 Klasifikasi obesitas berdasarkan IMT2
Dari skenario, didapatkan bahwa berdasarkan WHR dan IMT, pasien mengalami risiko
ko morbiditas sangat berat dan pasien mengalami obesitas sentral.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada orang yang mengalami obesitas dilakukan untuk
mengetahui apakah pasien telah mengalami komplikasi karena obesitasnya atau pasien hanya
berat badan berlebih saja. Pemeriksaan laboratorium yang biasa dianjurkan adalah:
1. Pemeriksaan darah rutin. Tujuan dilakukannya pemeriksaan darah adalah untuk mengetahui
kadar Hb, GDP, kolesterol total, TGA, HDL,LDL. Normalnya, GDP darah vena <110,
Kolesterol total <200 mg/dl, TGA <150 mg/dl, HDL >60 mg/dl, LDL <100 mg/dl. Dari
skenario, didapatkan hasil pemeriksaan laboratoriumnya adalah Hb 12 g%, GDP 100mg/dl,
kolesterol total 130 mg/dl, TGA 180 mg/dl, HDL 30 mg/dl, LDL 100 mg/dl.3
Working diagnosis
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang, perempuan usia 41 tahun dengan
keluhan berat badan berlebih mengalami obesitas II dengan resiko sindroma metabolik. obesitas
tidak sama dengan overweight. Overweight merupakan kelebihan berat badan dibandingkan
dengan berat ideal yang dapat disebabkan oleh penimbunan jaringan lemak atau non lemak
misalnya pada seorang atlet binaragawan, kelebihan berat badan bisa disebabkan karena atrofi
otot. Obesitas merupakan keadaan patologis yaitu adanya akumulasi lemak yang berlebihan di
dalam tubuh. Obesitas atau kegemukan dari segi kesehatan merupakan salah satu penyakit gizi
sebagai akibat dari konsumsi makanan yang jauh melebihi kebutuhannya. 3,4 Perbandingan
normal antara lemak tubuh dengan berat badan adalah sekitar 12-35% pada wanita dan 18-23%
pada pria. Obesitas merupakan salah satu faktor risiko penyebab terjadinya penyakit degeneratif
seperti diabetes mellitus, penyakit jantung koroner, dan hipertensi. Obesitas umumnya
menyebabkan akumulasi lemak pada daerah subkutan dan jaringan lainnya. Salah satu cara yang
digunakan untuk mengukur lemak subkutan di lengan atas yaitu dengan mengukur tebal lipatan
kulit trisep.4
Obesitas terjadi karena ketidakseimbangan antara asupan energi dengan keluaran energi
(energy expenditures) sehingga terjadi kelebihan enegi yang selanjutnya disimpan dalam bentuk
jaringan lemak. Asupan dan pengeluaran energi tubub diatur oleh mekanisme saraf dan
hormonal. Hampir setiap individu pada saat asupan makanan meningkat, konsumsi kalorinya
juga ikut meningkat, begitupun sebaliknya. Karena itu, berat badan dipertahankan secara baik
dalam cakupan yang sempit dalam waktu yang lama. Diperkirakan keseimbangan yang baik ini
dipertahankan oleh internel set point atau lipostat yang dapat mendeteksi jumlah energi yang
tersimpan dan semestinya meregulasi asupan makanan supaya seimbang dengan energi yang
dibutuhkan. Skema yang dapat dipakai untuk memahami mekanisme neurohormonal yang
meregulasi keseimbangan energi dan selanjutnya mempengaruhi berat badan dipengaruhi oleh
tiga komponen, yaitu:
1. Sistem aferen, menghasilkan sinyal humoral dari jaringan adipose (leptin), pankreas
(insulin), dan perut (ghrelin).
2. Central processing unit, terutama terdapat pada hipotalamus yang mana terintegrasi
dengan sinyal aferen.
4
3. Sistem efektor, membawa perintah dari hypothalamic nuclei dalam bentuk reaksi untuk
makan dan pengeluaran energi.
Faktor penyebab obesitas
Penyebab obesitas adalah antara lain karena makanan yang berlebihan sehingga energi
yang dihasilkan dari makanan itu lebih besar daripada energi yang diperlukan oleh tubuh untuk
aktivitas sehari-hari. Kelebihan energi atau kelebihan gizi ini oleh tubuh diubah menjadi jaringan
lemak yang kemudian ditimbun di jaringan bawah kulit dan organ-organ tubuh sehingga berat
badan naik. Faktor lain yang menyebabkan obesitas adalah kurang gerak yang berarti kurang
melakukan aktivitas jasmani dan pola hidup yang terlalu santai. Selain karena kelebihan gizi dan
kurang gerak, faktor lain yang menyebabkan obesitas yaitu:3,4
a. Pola makan yang kurang baik yaitu makan sekenyang-kenyangnya baik makan sehari-hari di
rumah maupun restoran ataupun di pesta-pesta. Para ahli menganjurkan agar makan
secukupnya saja supaya ada ruangan di dalam perut untuk minuman, buah-buahan dan untuk
pernafasan.
b. Konsumsi makanan yang tidak seimbang yaitu sering mengonsumsi makanan berkalori tinggi
yaitu yang berlemak, yang gurih-gurih, yang manis-manis, goring-gorengan serta kurang
sayuran dan buah-buahan. Makanan siap saji yang sedang semarak sekarang ini misalnya
goring-gorengan, hamburger, pasta, kue tart dan es krim umumnya mengandung lemak,
kalori tinggi dan gula sedangkan kandungan seratnya rendah.
c. Jadwal makan yang tidak teratur. Sebagian orang seringkali meninggalkan makan pagi
karena berbagai alas an misalnya tergesa-gesa atau bangun kesiangan, malas makan, dsb.
Padahal makan pagi itu sangat diperlukan karena akan menghasilkan energi untuk bekerja
sampai siang hari. Jarak waktu makan malam sampai bangun pagi cukup lama yaitu sekitar
10-11 jam, jadi pada pagi hari perut dalam keadaan kosong dan kadar gula darahpun telah
menurun sampai titik minimal. Apabila tidak diisi dengan makan pagi, maka perut akan
merasa lapar sekali sampai keroncongan. Dalam keadaan begini, orang akan berusaha
mengompensasi ketinggalan makan pagi itu dengan mengonsumsi makanan kecil yang
berkalori tinggi dalam jumlah banyak atau mengonsumsi makan siang yang berlebihan.
d. Kebiasaan ngemil dan ngemil makanan. Makanan selingan yang dilakukan diantara waktu
makan utama disebut mengemil. Mengemil boleh saja dilakukan asalkan terencana misalnya
jam 10 pagi antara sarapan dan makan siang, atau jam 5 sore, antara makan siang dan makan
5
malam. Ada juga sebagian orang yang merasa lapar pada malam hari. Kebiasaan ini
merupakan suatu gejala yang tidak sehat.
e. Kurang gerak badan karena kurang melakukan aktivitas jasmani serta pola hidup yang terlalu
santai.
f. Faktor psikologis. Keadaan psikologis seseorang dapat menyebabkan perubahan perilaku.
Ketakutan, kecemasan, kesedihan, kebosanan dan stress karena tekanan hidup akan
menyebabkan perilaku yang berbeda-beda bagi setiap orang. Ada yang memilih makan
berlebihan sebagai pelarian, karena proses makan selalu memberikan rasa nikmat, kenyang
dan nyaman, maka tekanan psikologis yang dideritanya untuk sementara dapat dilupakan.
Jika dilakukan dalam jangka panjang maka akan mengakibatkan obesitas.
g. Faktor keturunan. Ada beberapa penelitian yang mengungkapkan bahwa faktor keturunan
mempunyai peranan terhadap terjadinya obesitas. Anak kembar yang berasal dari satu telur
yang kemudian hidupnya terpisah di lingkungan yang berbeda, setelah dewasa ternyata berat
badannya berbeda hanya 1,9 kg; sedangkan anak kembar dari dua telur beda berat badannya
dapat mencapai 4,5 kg. Obesitas yang terjadi pada ibu dan anaknya mempunyai pola
distribusi lemak di bagian-bagian tubuh yang sama sebanyak 70%. Suatu penelitian di
Amerika membuktikan bahwa apabila kedua orangtua mempunyai berat badan normal,
biasanya berat badan anak-anaknya juga normal; kecenderungan anak-anaknya menjadi
gemuk hanya sekitar 10%. Apabila salah satu orangtuanya gemuk, maka kecenderungan
anak-anaknya menjadi gemuk meningkat menjadi 40-50%. Sedangkan bila kedua
orangtuanya gemuk, maka peluang anak-anaknya menjadi gemuk meningkat lagi menjadi
70-80%.
h. Terdapat pula faktor-faktor lain sebagai pemicu terjadinya kegemukan yaitu metabolism
basal, kelainan kelenjar endokrin, efek samping obat-obat tertentu. Obesitas juga dapat
dipengaruhi oleh karena adanya gangguan hormonal, seperti pada penyakit sindroma
cushing, hiperaktivitas adrenokortikal dan hipogonadism.
i. Efek samping obat. beberapa obat yang mempunyai efek samping yang merangsang nafsu
makan misalnya obat anti diabetes (OAD) dan pil kontrasepsi atau keluarga berencana (pil
KB).
Tipe obesitas
Ada beberapa jenis obesitas, dapat dibedakan berdasarkan tipenya yaitu tipe buah apel
(android) dan tipe buah pear (ginoid). Kegemukan tipe apple mempunyai gejala-gejala
penimbunan lemak terutama di bagian tubuh sebelah atas yaitu di muka, leher, pundak, dada, da
terutama penumpukannya di bagian abdomen sehingga dapat dikatakan bahwa tipe apple juga
disebut obesitas sentral atau obesitas abdominal. Umumnya tipe ini terdapat pada laki-laki
karena itu disebut tipe android.4
Para peneliti mengungkapkan bahwa lemak yang menumpuk pada tipe android ini terdiri
dari sel-sel lemak yang besar dan berisi lemak jenuh. Tipe ini mempunyai risiko yang tinggi
terhadap penyakit degeneratif yang berhubungan dengan metabolism lemak dan glukosa seperti
misalnya tekanan darah tinggi, jantung koroner, stroke, perdarahan otak dan kencing manis. Pada
obesitas sentral, penimbunan lemak di perut ditandai dengan meningkatnya lingkar pinggang.
Dalam upaya penanggulangan kegemukan, tipe ini lebih mudah dilakukan bila
dibandingkan tipe ginoid. Kegemukan tipe buah pear ditandai dengan penimbunan lemak yang
berlebihan di bawah tubuh sebelah bawah yaitu di perut, panggul, pantat atau bokong dan paha.
Umumnya tipe ini terdapat pada wanita, oleh karena itu disebut tipe ginoid. Jaringan lemak pada
tipe ini terdiri atas sel-sel lemak yang berukuran kecil dan berisi lemak tidak jenuh.
Kemungkinan mengakibatkan penyakit degenerative lebih kecil, namun biasanya tipe ini
menyebabkan penyakit-penyakit vaskuler seperti varises.4
Status gizi dan penilaian obesitas
Status gizi merupakan akibat jangka panjang dari keadaan konsumsi makanan setiap hari.
Seberapa jauh seseorang memperhatikan jumlah mutu gizi dari makanan setiap hari. Seberapa
jauh seseorang memperhatikan jumlah mutu gizi dari makanan yang dikonsumsinya akan
tercermin dalam status gizi atau tingkat kesehatannya. Dalam menilai status gizi seseorang dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu secara langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi secara
langsung dan secara tidak langsung. Secara tidak langsung, status gizi diukur dengan metode
survey konsumsi makanan, statistic vital dan faktor ekologi. Penilaian status gizi secara langsung
dibagi menjadi empat penilaian. Adapun masing-masing penilaiannya sebagai berikut:4,5
1. Antropometri. Secara umum, antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Penilaian secara
antropometri adalah suatu pengukuran dimensi tubuh dan komposisi dari berbagai tingkat
7
umur dan tingkat gizi. Antropometri digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan
protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi
jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air di dalam tubuh. Metode pengukuran
antropometri adalah:
a. Pengukuran indeks massa tubuh (IMT). Indeks massa tubuh (IMT) adalah nilai yang diambil
dari perhitungan antara berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) seseorang. IMT dapat
menjadi indikator atau mengambarkan kadar adipositas dalam tubuh seseorang. IMT tidak
mengukur lemak tubuh secara langsung, tetapi penelitian menunjukkan bahwa IMT
berkorelasi dengan pengukuran secara langsung lemak tubuh seperti underwater weighing
dan dual energy x-ray absorbtiometry. IMT merupakan altenatif untuk tindakan pengukuran
lemak tubuh karena murah serta metode skrining kategori berat badan yang mudah
dilakukan.
Untuk
orang
dewasa
yang
berusia
20
tahun
ke
atas, IMT diinterpretasi menggunakan kategori status berat badan standard yang sama untuk
semua umur bagi pria dan wanita. Untuk anak-anak dan remaja, intrepretasi IMT adalah
spesifik mengikut usia dan jenis kelamin. Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung
dengan rumus berikut:
keterampilan khusus dan biasanya dilakukan waktu pemeriksaan pasien oleh dokter atau dalam
penelitian-penelitian. Pengukuran lingkar perut dan pengukuran lingkar panggul dan nantinya
akan didaptkan Waist to hip ratio yaitu (Lpe/Lpa).
WHO
Laki-laki
< 90 cm
< 102 cm
Perempuan
< 80 cm
< 89 cm
c. Rumus Broca
Penilaian status gizi seseorang dengan menggunakan rumus Broca adalah dengan
menimbang BB dan mengukur TB. Perhitungan Indeks Broca adalah:
Usia <40 tahun, BBI = TB (cm) 100 10%
Usia 40 tahun, BBN = TB (cm) 100
Jika TB < 150 dan usia <40 tahun, BBI = TB - 100
Status gizi kurang BB < BBN (BB Normal)
Status gizi lebih BB > BBN (BB normal)
Jadi pada skenario, didapatkan BBN = 150 cm 100 = 50 kg, sedangkan pasien berat
badannya 80 kg. Karena BB os > BBN, maka status gizi pasien adalah lebih.
2. Klinis. Penilaian Status Gizi secara klinis sangat penting sebagai langkah pertama untuk
mengetahui keadaan gizi penduduk. Karena hasil penilaian dapat
memberikan gambaran
masalah gizi yang nyata. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut dan
mukosa oral.
3. Biokomia. Pemeriksaan ini diuji secara labotaroris yang menggunakan berbagai macam
jaringan tubuh antara lain darah, urin, tinja, dll.
9
4. Biofisik. Penilaian dengan metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi
jaringan dan perubahan struktur jaringan.
Kebutuhan energi
Makanan yang kita konsumsi tidak dapat langsung digunakan oleh tubuh, melainkan
harus dicerna terlebih dahulu oleh sistem pencernaan baik secara mekanis maupun secara
kimiawi, kemudian mengalami metabolise dalam tubuh dan akhirnya menghasilkan zat-zat gizi
yang terkandung dalam makanan itu. 6 jenis zat gizi yang terdapat dalam makanan yaitu
karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air. Karbohidrat, protein dan lemak merupakan
makronutrien yang sangat berperan penting dalam tubuh. karbohidrat dan lemak adalah zat gizi
yang merupakan sumber energi yang diperlukan untuk bergerak, bekerja, berjalan dan aktivtas
jasmani lainnya. Bahan makanan yang menghasilkan karbohidrat adalah nasi, jagung, sagu, ubi,
singkong, roti, mie. Gula termasuk juga dalam golongan karbohidrat. Satu gram karbohidrat
menghasilkan 4 kalori.3-5
Ada dua jenis lemak yaitu lemak hewani dan lemak nabati. Lemak hewani berasal dari
hewan ternak yaitu jaringan lemak yang berwarna putih yang biasanya merupakan lapisan di
bawah kulit dan di rongga perut. Lemak nabati berasal dari tumbuh-tumbuhan, biasanya
berbentuk cair dan disebut minyak. Satu gram lemak menghasilkan 9 kalori. Karbohidrat dan
lemak merupakan sumber tenaga.
Bahan makanan yang banyak mengandung protein nabati adalah semua kacang-kacangan
yaitu kacang tanah, kacang hijau, kacang merah, kedelai dan olahannya yaitu tempe, tahu, tauco
dan oncom. Adapun sumber protein hewani misalnya daging, telur, ayam, ikan, dan hasil
olahannya. Satu gram protein menghasilkan 4 kalori. Walaupun protein menghasilkan energi,
namun dalam keadaan normal, protein terutama berfungsi untuk membangun jaringan tubuh dan
menggantikan jaringan tubuh yang telah aus. Orang dewasa pada umumnya membutuhkan
sebanyak 1 gr/kgBB.
Karbohidrat, protein, dan lemak merupakan sumber energi yang dibutuhkan setiap
harinya. Tubuh membutuhkan protein 0,8-1gr/kgBB per hari, lemak 20-35% dari total kalori per
hari, dan karbohidrat 60-70% dari total kalori/hari, karena sumber energi utama aadalah
karbohidrat. Kebutuhan energi tiap orang berbeda-beda dan bergantung kepada beberapa
10
komponen. Komponen utama yang menentukan kebutuhan energi adalah angka metabolisme
basal (AMB) atau basal metabolic rate (BMR) dan aktifitas fisik. Cara menentukan AMB
dibawah ini dipengaruhi oleh umur, gender, berat badan dan tinggi badan, yaitu menggunakan
rumus Harris Benedict:6
Laki-laki = 66,4 + (13,7 x BB) + (5 x TB) (6,8 x U)
Perempuan = 665 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) (4,7 x U)
Cara selanjutnya yaitu menentukan kebutuhan energi berdasarkan
aktifitas
fisik.
Kebutuhan energi untuk berbagai aktifitas fisik dinyatakan dalam kelipatan AMB. Penaksiran
kebutuhan energi menggunakan
berdasarkan aktifitas fisik. Penaksiran kebutuhan energi perhari pada skenario menggunakan
rumus Harris Benedict:
AMB = 665 + (9,6 x 50) + (1,8 x 150) (4,7 x 41)
AMB = 1607,7 kkal (dibulatkan 1608 kkal)
Kebutuhan energi sangat dipengaruhi oleh aktivtas fisik. Aktivtas yang ringan sekali
memiliki kebutuhan energi sebesar 30% dari total kalori dari perhitungan MB. Jika aktivitasnya
ringan seperti pegawai kantor, ahli hukum, dokter dan guru kebutuhan energinya sebanyak 50%
dari total kalori pada MB, pada aktivtas yang sedang seperti pekerja industri ringan, mahasiswa,
pekerja rumah tangga kebutuhan energinya adalah 75% dari MB, pada aktivitas berat seperti
buruh kasar, penari balet, dan olahragawan membutuhkan 100% dari total kalori pada MB. Jika
aktivitas berat sekali maka kebutuhan energinya adalah 125% dari total kalori pada MB.
Kebutuhan energi dirumuskan sebagai:
Kebutuhan energi = MB + Aktivitas+SDA
SDA adalah spesifik dynamic action yang dihitung dengan cara:
SDA= 10% ( MB + aktivitas)
Karena pada skenario didapatkan pasien mempunyai aktivitas yang ringan, jadi nilai aktivitas =
50% dari 1.608 kkal = 804 kkal. Jadi pada skenario didaptkan SDA = 10% (1608+804) = 241,2.
Jadi kebutuhan energi total per hari adalah 1608 + 840 + 241,2 = 2689,2 kkal/hari.
Penatalaksanaan obesitas
11
Sebagian besar kasus obesitas yang ditemukan dalam praktek, disebabkan karena
makanan yang berlebihan dan kurang gerak. Oleh karena itu inti dari program
penanggulangannya atau terapi utama terhadap obesitas adalah:3-5
1. Pengaturan pola makan
Untuk menanggulangi obesitas agar tubuh menjadi langsing, pada dasarnya adalah
dengan mengurangi nafsu makan jauh di bawah kebutuhan umum yang berarti masukan energi
lebih kecil daripada pengeluaran energi untuk aktivitas, sehingga tubuh kekurangan energi atau
mengalami defisit energi. Dalam kondisi defisit energi, tubuh akan menggunakan cadangan
energi dari glikogen dan jaringan lemak. Karena jaringan lemak akan diabakr menjadi energi,
maka berat badan akan turun dan tubuh menjadi langsing. Secara teori, jumlah kalori yang harus
dikurangi adalah 500-1000 kalori lebih rendah dari menu sehat dan seimbang untuk orang
dengan berat badan normal. Secara teori, kekurangan 500 kalori dalam satu hari akan
menghasilkan penurunan berat badan kurang lebih sebanyak kg dalam seminggu. Sedangkan
pengurangan 1000 kalori sehari akan menurunkan BB kurang lebih sebanyak 1 kg dalam
seminggu. Penurunan berat badan dilakukan secara bertahap yaitu kg dalam satu minggu atau
maksimal 1 kg dalam satu minggu. Penurunan BB yang berlebihan dan drastis tidak dianjurkan.
Dalam program penanggulangan obesitas, terdapat beberapa jenis diet dan diet energi
rendah dan seimbang merupakan diet paling utama dalam program penanggulangan obesitas
karena paling aman, mudah dilaksanakan, banyak variasi, tidak membosankan, sehingga dapat
dilakukan dalam jangka waktu yang lama. Makanan yang kandungan energinya di bawah 1200
kalori tidak dapat disebut diet yang seimbang karena selain keurangan protein, juga keurangan
zat gizi vitamin dan mineral. Oleh karena itu yang termasuk diet energi rendah dan seimbang
adalah menu dengan kandungan energinya paling sedikit 1200-1600 kalori.4
Pada diet energi rendah dan seimbang ini yang harus dikurangi adalah energi yang
berasal dari karbohidrat dan lemak, sedangkan protein diberikan lebih tinggi. Vitamin dan
mineral diberikan lebih tinggi. Persentase yang dianjurkan adalah: KH 55% dari total kalori,
protein 15% dari total kalori dan lemak 30% dari total kalori, SAFA <7%, PUFA <10%, dan
MUFA <15%, kolesterol <300mg/d, serat 20-30 gr/d.
12
Dalam diet ini, sayuran dan buah-buahan dianjurkan lebih banyak dikonsumsi, karena
selain merupakan sumber vitamin dan mineral, juga mengandung serat makanan yang tinggi.
Kebutuhan air sesuai dengan yang dianjurkan yaitu 1,5-2 liter atau 7 sampai delapan gelas per
hari termasuk cairan yang diperoleh dari minuman, bahan makanan seperti buah-buahan,
masakan berkuah dan lain-lain.
Diet secara ketat adalah terapi obesitas cara lama, dengan cara ini terjadi penurunan berat
badan secara cepat namun dengan cepat akan kembali pada keadaan semula. pengaturan diet
yang tepat adalah efektif untuk jangka panjang. Prinsip dasarnya adalah diet makanan sehat dan
seimbang. Kombinasi Low Calorie Diet (LCD) 1000-1500 kcal/day dan melakukan kegiatan
fisik adalah hal yang dianjurkan untuk mempertahankan penurunan berat badan, selain itu
mengurangi lemak di perut dan meningkatkan kesehatan jantung-paru. Kombinasi diet dan obat
dapat membantu menurunkan berat badan jangka lama.
Low Calorie Diet (LCD) adalah suatu aturan diet 1000-1500 kcal/hari. Diharapkan dapat
menurunkan berat badan sebanyak 8-15% selama 3-12 bulan. Manfaat diet secara LCD adalah
mengurangi lemak perut. LCD direkomendasikan bagi penderita overweight atau obese.
Very Low Calorie Diet (VLCD), dapat menurunkan berat badan secara capat, yaitu 1-1,5
kg per minggu atau 20 kg lebih setiap periode 3 bulan. VLCD lebih besar daripada LCD, namun
setelah 1 tahun atau lebih penurunan berat badan tidak akan terlihat secara signifikan, berbeda
dengan LCD. VLCD ini dapat digunakan bagi penderita yang memiliki BMI >30, dan harus
dibawah pengawasan dokter. Diet yang dilakukan adalah 400-800 kcal/hari, meskipun demikian
diet di bawah 800 kcal/hari tidak direkomendasikan digunakan jangka panjang karena
berpotensial memiliki efek samping.3
aerobik misalnya jalan kaki, jalan cepat, lari, naik tangga, bersepeda, renang dan senam aerobic.
Untuk mempertahankan massa otot lengan dan tangan, dianjurkan melakukan latihan beban
dengan mengangkat barbell ringan dengan jumlah berulang kali. Sebelum latihan sebaiknya
melakukan pemanasan dan peregangan terlebih dahulu.
Berdasarkan hasil penelitian, untuk melangsingkan badan, durasi latihan sebaiknya
berlangsung sekitar 30-60 menit sekali latihan, termasuk pemanasan dan pendinginan. Hasil
penelitian juga mengungkapkan bahwa frekuensi latihan 5 kali per minggu adalah yang paling
ideal karena paling efekif. Efek latihan yang sama dapat dicapai dalam 4 kali per minggu asal
durasi latihannya harus ditambah 10-15 menit setiap kali. Sebaiknya untuk seseorang yang
tadinya tidak pernah berolahraga, memulai latihannya secara bertahap misalnya dengan jalan
santai dulu 30 menit.4
3. Farmakoterapi
Dalam program penanggulangan obesitas, obat-obatan hanya merupakan terapi
penunjang, sedangkan terapi utamanya tetap terapi diet, olaharag dan perubahan gaya hidup.
Sampai sekarang terdapat berbagai obat penekan nafsu makan (obat anorektik), namun demikian
obat-obatan itu tidak dapat digunakan untuk semua penderita kegemukan. Hal ini disebabkan
karena adanya efek samping obat yang merugikan terhadap fungsi jantung dan otak dan dapat
menyebabkan ketergantungan. Oleh karena itu, pengguna harus berhati-hati dan menggunakan
obat tersebut untuk sementara waktu saja dan di bawah pengawasan dokter.
Obat-obatan obesitas ada yang penggunaannya jangka pendek dan ada yang dapat
digunakan jangka panjang. Orsilat merupakan obat yang relative baru dan digunakan dalam
jangka panjang yaitu sekitar 52 minggu atau satu tahun. orsilat bekerja menghambat enzim
lipase. Sebagaimana kita ketahui bahwa enzim lipase bertugas mencerna lemak sehingga diserap
oleh usus, kemudian mengalami metabolism menjadi energi. Karena lipase dihambat maka
sekitar 30% dari lemak tidak dapat dicerna dengan akibat masukan energi berkurang. Lemak
yang tidak dicerna akan dikeluarkan langsung melalui tinja. Keuntungan lain dari orsilat adalah
aman bagi penderita diabete mellitus dan penderita penyakit jantung, hanya jika dikonsumsi
maka efeknya yaitu inkontinensia alvi. Farmakoterapi biasanya diindikasikan jika penderita
14
dengan obesitas 1 sudah teratur melaksanakan terapi dietnya namun tidak terjadi penurunan BB
yang signifikan dalam waktu 4 minggu, atau penderita dengan obesitas II.4,7
Pada skenario, didapatkan bahwa pasien adalah penderita obesitas tipe 2, jadi terapi yang
diberikan kepada pasien adalah langsung diberikan terapi obat namun tetap didukung dengan diet
yang seimbang dan aktivitas fisik yang rutin. Jika pasien penderita obesitas tipe satu atau hanya
berisiko, maka penanganan awal yang diberikan adalah dengan melakukan pengaturan pola
makan dan aktivitas fisik selama kurang lebih 4 minggu, apabila setelah 4 minggu dari sejak
dimulainya terapi pasien mengalami penurunan BB 2-5 kg, maka terapi tetap dilanjutkan dan
tidak perlu diberikan obat. Apabila penurunan BB setelah 4 minggu <2 kg, maka terapi obat bisa
diajurkan untuk pasien namun tetap yang terutama adalah pengaturan pola makan dan aktivitas
fisik yang seimbang.
Biasanya, pada pasien dengan obesitas II, untuk mencapai BB normal seperti semula
agak sulit, namun indikator keberhasilan terapi obesitas bukan hanya itu saja. Indikator
keberhasilan dari terapi obesitas adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Komplikasi
Dampak obesitas
mengungkapkan bahwa angka kesakitan pada penderita kegemukan lebih tinggi daripada orang
dengan berat badan normal, yang berarti penderita kegemukan lebih sering terkena penyakit.
demikian juga angka kematian pada penderita obesitas lebih tinggi dibandingkan dengan angka
kematian pada orang dengan berat badan normal. Adapun penyakit degenerative yang dapat
timbul akibat kegemukan adalah:3,4
a. Tekanan darah tinggi (hipertensi)
15
Pada hipertensi, nilai sistol menjadi lebih tinggi dari 140 mmHg dan diatol lebih tinggi
dari 90 mmHg. Beberapa hasil survey membuktikan bahwa penderita kegemukan 10x lebih
sering menderita hipertensi dibandingkan dengan yang memiliki berat badan normal. Menurut
beberapa kepustakaan, penurunan BB 1 kg akan menurunkan tekanan darah sistol sebanyak 2,5
mmHg dan diastole 1,5 mmHg. Mekanisme bagaimana obesitas dapat menyebabkan hipertensi
masih belum pasti, tetapi resistensi vaskuler perifer biasanya normal saat volume darah
meningkat. Pengurangan BB menyebabkan penurunan tekanan darah sistemik yang tidak
tergantung dari perubahan keseimbangan natrium.
b. Hiperkolesterolemia
Kolesterol adalah lemak yang sebagian dibentuk oleh tubuh sendiri dan sebagian lagi
diperoleh dari makanan. Fungsi kolesterol adalah sebagai bahan baku hormon pria, hormone
wanita, vitamin D dan bahan pembentuk garam empedu. Jika kadar kolesterol di dalam darah
terlalu tinggi maka dapat menyebabkan timbulnya aterosklerosis. Kebanyakan kolesterol plasma
bersirkulasi dalam fraksi lipoprotein berdensitas rendah (LDL) dan dalam keadaan puasa,
lipoprotein berdensitas sangat rendah (VLDL) kebanyakan mengandung trigliserida yang
bersirkulasi. Hubungan antara kegemukan dengan meningkatnya kadar LDL yang paling baik
adalah sedang, khususnya jika hubungan diperbaiki khususnya untuk faktor-faktor usia misalnya.
Kolesterol tubuh total meningkat pada obesitas, tetapi hal ini terutama dalam bentuk simpanan
kolesterol di jaringan lemak. Pembalikan kolesterol mungkin meningkat menimbulkan
peningkatan eksresi bilier dari kolesterol. Hal ini berperan dalam peningkatan insidensi
pembentukan batu empedu. Hipertrigliseridemia pada obesitas dapat terjadi karena peningkatan
sekresi VLDL akibat hiperinsulinemia dan ketersediaan FFA yang berlebih.
Sebenarnya hiperkolestrolemia bukan suatu penyakit, melainkan suatu faktor resiko
untuk terjadinya penyakit lain terutama penyakit jantung dan otak. Hiperkolesterolemia tidak
memberi gejala atau keluhan apapun dan menyebabkan terjadinya aterosklerosis. Apabila
aterosklerosis terjadi di pembuluh nadi yang menyuplai darah ke dinding jantung, maka akan
menyebabkan penyakit jantung koroner. Apabila aterosklerosis terjadi di pembuluh darah otak,
maka aliran darah yang membawa oksigen dan zat gizi akan terganggu dengan akibat bagian
otak yang tidak menerima suplay oksigen dan zat gizi akan rusak dan dapat terjadi stroke
iskemik.
16
yang
telah
dijelaskan
diatas
bahwa
ada
hubungan
antara
obesitas,
hiperkolesterolemia dan PJK serta stroke iskemik. Hubungan obesitas dengan PJK biasanya juga
disertai dengan faktor resiko lain misalnya hipertensi dan diabetes. Obesitas yang terjadi pada
usia dewasa muda mempunyau risiko lebih besar terhadap terjadinya PJK daripada kegemukan
pada usia yang lebih tua.
d. Dibetes melitus
Suatu penelitian mengungkapkan bahwa diabetes lebih banyak terdapat pada penderita
obesitas. Peningkatan sekresi insulin adalah gambaran umum dari kegemukan yang terjadi pada
keadaan basal. Resistensi insulin dapat disebabkan oleh suatu produk sel beta yang abnormal,
anatagonis insulin dalam sirkulasi dan insensitivitas jaringan insulin. Diperkirakan bahwa
terjadinya resistensi insulin pada orang yang obesitas disebabkan karena ketidakpekaan jaringan.
Obesitas sering menyebabkan penyakit diabetes tipe 2 yaitu karena ketidakpekaan
jaringan memproduksi insulin sehingga insulin kurang dan glukosa darah tidak seluruhnya
diubah menjadi energi dan glikogen yang akan digunakan oleh jaringan sehingga kadar glukosa
dalam darah meningkat. Sebaliknya penyakit diabetes juga dapat menimbulkan obesitas dan ini
bisa terjadi bila pengobatan penyakit diabetes itu kurang tepat, entah karena dosis OAD yang
terlalu tinggi sehingga menyebabkan hiperfungsi kelenjar pankreas. Penderita obesitas yang
disertai dengan diabetes dianjurkan menurunkan berat badannya dengan cara pengaturan pola
makan yaitu diet energi rendah seimbang dan latihan jasmani teratur.
e. Penyakit kanker
Obesitas merupakan faktor resiko terhadap terjadinya penyakit kanker. Hasil peneliian
mengungkapkan bahwa laki-laki penderita obesitas mempunyai resiko lebih besar terkena kanker
usus besar dan kanker kelenjar prostat, bila dibandingkan dengan laki-laki berbobot normal.
Adapun wanita yang mengalami obesitas berisiko tinggi terkena kanker payudara dan kanker
ovarium terutama pasca menopause.
f. Osteoarthtritis dan gout
17
Pada kultur sel adiposa, peningkatan kadar asam lemak meningkatkan stres oksidatif
melalui aktivasi NADPH oksidase sehingga menyebabkan disregulasi sitokin proinflamasi IL-6
dan MCP-1. Akumulasi peningkatan stres oksidatif pada sel adiposa dapat menyebabkan
disregulasi adipokin dan keadaan sindroma metabolik. Kadar adiponektin berhubungan terbalik
dengan stres oksidatif secara sistemik.
Patofisiologi sindroma metabolik masih menjadi kontroversi, namun hipotesis yang
paling banyak diterima adalah resistensi insulin. Parameter sindrom metabolik adalah:
Tabel 1.4 Kriteria diagnosis Sindrom metabolik menurut WHO (World Health Organization),
NCEP-ATP III dan IDF2
Komponen
Obesitas
abdominal/
sentral
Hipertrigliseridemia
Hipertensi
Kadar glukosa
darah tinggi
Mikro-albuminuri
Kriteria diagnosis
WHO:
Resistensi insulin plus :
Waist to hip ratio :
Laki-laki : > 0,9
Wanita : > 0,85 atau
IMB >30 Kg/m
150 mg/dl ( 1,7
mmol/L)
TD 140/90 mmHg atau
riwayat terapi anti
hipertensif
Toleransi glukosa
terganggu, glukosa puasa
terganggu,resistensi
insulin atau DM
Rasio albumin urin dan
kreatinin 30 mg/g atau
laju eksresi albumin 20
mcg/menit
Criteria diagnosis
ATP III : 3
komponen di
bawah ini
Lingkar perut :
Laki-laki: 102 cm
Wanita : >88 cm
150 mg/dl (1,7
mmol/L)
TD 130/85 mmHg
atau riwayat terapi
anti hipertensif
110 mg/dl
IDF
Lingkar perut :
Laki-laki: 90 cm
Wanita : 80 cm
150 mg/dl
TD sistolik 130 mmHg
TD diastolik 85 mmHg
GDP 100mg/dl
Dari tabel di atas, 3 dari gejala terpenuhi makan sudah dapat dikatakan bahwa pasien
mengalami sindrom metabolik.
Kesimpulan
Untuk kebanyakan pasien, kegemukan adalah suatu gangguan makan dan harapan utama
dalam terapi jangka panjang yang efektif dari penyakit ini adalah mengetahui penyebab makanan
yang berlebihan. Tidak ada etiologi tunggal yang dapat menjelaskan semua kasus, dan ada
19
penyebab yang berbeda untuk tiap individu yang berbeda. Pada saat ini, berbagai teknik tersedia
untuk terapi penurunan BB awal. Sayangnya, penurunan BB awal bukanlah merupakan tujuan
terapeutik utama. Jadi masalahnya adalah kebanyakan pasien yang gemuk akhirnya kembali
menjadi gemuk. Cara yang efektif untuk mempertahankan penurunan BB adalah tantangan
utama dalam terapi kegemukan pada saat ini. Teknik modifikasi tingkah laku dan pola makan
yang didukung dengan aktivitas fisik yang seimbang dapat membantu tercapainya keberhasilan
terapi obesitas. Jadi wanita usia 41 tahun dengan keluhan sulit beraktivitas karena kelebihan
berat badan mengalami obesitas II disertai sindroma metabolik, dan terapi yang diberikan kepada
pasien ini adalah farmakoterapi disertai pengaturan pola makan dan aktivitas fisik yang seimbang
yang disesuaikan dengan kebutuhan energi per hari.
Prognosis
Obesitas merupakan penimbunan lemak yang berlebih di dalam tubuh yang dipengaruhi
oleh banyak faktor. Apabila pola makan dan aktivitas fisik diatur dengan baik, maka pasien
dengan obesitas dapat memiliki BB normal kembali dan resiko komplikasi lebih rendah. Pada
obesitas tipe 2, penurunan BB susah untuk mencapai berat badan normal, tetapi terapi akan tetap
dikatakn berhasil dan komplikasi dapat diminimalisasi apabila TD, GDP, Hba1c yang tadinya
tinggi, mengalami penurunan selama terapi.
Daftar pustaka
1. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga;2007.h.147.
2. Gibney M J, Margets B M, Kearney J M, Arab L. Gizi kesehatan masyarakat. Jakarta:
EGC;2008.h.204-6.
3. Asdie A H (editor). Harrison: prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Edisi ke-13. Volume 1.
Jakarta: EGC;2012.h. 488-508.
20
21