Anda di halaman 1dari 12

Asuhan Keperawatan Pada Ny. A.

Dengan Cedera Kepala Sedang (CKS)


Di Instalasi Gawat Darurat RSUD Sragen (Muhammad Nasir)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. A


DENGAN CEDERA KEPALA SEDANG
DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD SRAGEN

Oleh :

MUHAMMAD NASIR
J230113018

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012

Asuhan Keperawatan Pada Ny. A. Dengan Cedera Kepala Sedang (CKS)


Di Instalasi Gawat Darurat RSUD Sragen (Muhammad Nasir)

Asuhan Keperawatan Pada Ny. A. Dengan Cedera Kepala Sedang (CKS)


Di Instalasi Gawat Darurat RSUD Sragen (Muhammad Nasir)

PENELITIAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. A
DENGAN CEDERA KEPALA SEDANG (CKS)
DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD SRAGEN
Muhammad Nasir.*
Arina Maliya, A.Kep., M.Si.Med. **
Indah Kartikowati, S.Kep.,Ns.***

ABSTRAK
Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai
atau tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya
kontinuitas otak. Akibat trauma kepala pasien dan keluarga mengalami perubahan fisik
maupun psikologis. Komplikasi dari cedera kepala adalah infeksi dan perdarahan.
Cedera kepala berperan pada hampir separuh dari seluruh kematian akibat traumatrauma. Cedera kepala merupakan keadaan yang serius. kualifikasi cedera kepala
berdasarkan berat ringannya, dibagi menjadi 3 yakni cedera kepala ringan, cedera
kepala sedang dan cedera kepala berat. Adapun penilaian klinis untuk menentukkan
klasifikasi klinis dan tingkat kesadaran pada pasien cedera kepala menggunakan metode
skala koma Glasgow (Glasgow Coma Scale). Tujuan umum penulisan karya tulis ilmiah
ini adalah penulis mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan cedera kepala
sedang. Metode yang digunakan dalam penulisan ilmiah ini adalah dengan melakukan
wawancara langsung kepada pasien dan kelurga serta perawat Instalasi Gawat Darurat,
observasi dan pemeriksaan fisik serta ditunjang dengan studi dokumen. Kesimpulan dari
karya tulis ilmiah ini adalah terjadi perbedaan pada penatalaksanaan cedera kepala
sedang antara teori dan realita pada Ny A pada saat dilakukan tindakan keperawatan.

Kata Kunci : Cedera Kepala Sedang, Glasgow Coma Scale, Instalasi Gawat Darurat

Asuhan Keperawatan Pada Ny. A. Dengan Cedera Kepala Sedang (CKS)


Di Instalasi Gawat Darurat RSUD Sragen (Muhammad Nasir)

NURSING MANAGEMENT OF Mrs. A WITH MODERATE HEAD INJURY (MHI)


IN EMERGENCY INSTALLATION OF RSUD SRAGEN
Muhammad Nasir.*
Arina Maliya, A.Kep., M.Si.Med. **
Indah Kartikowati, S.Kep.,Ns.***
ABSTRACT
Head injury is a traumatic disruption of brain function with or without interstitial
hemorrhage in the brain substance without followed the breaking continuity of brain. As a
result of head trauma patients and families experiencing physical and psychological
changes. Complications of head injury are infection and bleeding. Head injury contributes
to nearly half of all deaths due to traumas. Head injury is a serious condition.
Qualifications based on severity and minor head injuries, which is divided into 3, they are
minor, moderate, and severe head injuries. The clinical assessment to determine clinical
classification and level of consciousness in patients with head injury uses the Glasgow
Coma Scale. The general objective of this scientific paper is the author would study about
nursing management in patients with moderate head injuries. The method used in
scientific paper is a live interview to the patients, patients families and Emergency
installation nurses, observation and physical examination as well as supported by the
study documents. This scientific paper may be concluded that, there are any difference in
the management of head injury between theory and reality for Mrs. A at the time of
nursing actions.

Keywords: Moderate Head Injury, Glasgow Coma Scale, Emergency Installation

Asuhan Keperawatan Pada Ny. A. Dengan Cedera Kepala Sedang (CKS)


Di Instalasi Gawat Darurat RSUD Sragen (Muhammad Nasir)

PENDAHULUAN
Cedera kepala adalah suatu
gangguan traumatik dari fungsi otak
yang disertai atau tanpa disertai
perdarahan
interstitial
dalam
substansi
otak
tanpa
diikuti
terputusnya
kontinuitas
otak.
(Muttaqin, 2008), cedera kepala
biasanya diakibatkan salah satunya
benturan
atau
kecelakaan.
Sedangkan akibat dari terjadinya
cedera kepala yang paling fatal
adalah kematian.
Akibat trauma kepala pasien
dan keluarga mengalami perubahan
fisik maupun psikologis, asuhan
keperawatan pada penderita cedera
kepala memegang peranan penting
terutama
dalam
pencegahan
komplikasi. Komplikasi dari cedera
kepala adalah infeksi, perdarahan.
Cedera kepala berperan pada
hampir
separuh
dari
seluruh
kematian akibat trauma-trauma.
Cedera kepala merupakan keadaan
yang serius. Oleh karena itu,
diharapkan dengan penanganan
yang cepat dan akurat dapat
menekan morbiditas dan mortilitas
penanganan yang tidak optimal dan
terlambatnya
rujukan
dapat
menyebabkan keadaan penderita
semakin
memburuk
dan
berkurangnya
pemilihan
fungsi
(Tarwoto, 2007).
Sedangkan
berdasarkan
Mansjoer (2002), kualifikasi cedera
kepala berdasarkan berat ringannya,
dibagi menjadi 3 yakni cedera
kepala ringan, cedera kepala sedang
dan cedera kepala berat. Adapun
penilaian klinis untuk menentukkan
klasifikasi
klinis
dan
tingkat
kesadaran pada pasien cedera

kepala menggunakan metode skala


koma Glasgow (Glasgow Coma
Scale) (Wahjoepramono, 2005).
Cedera kepala akibat trauma
sering kita jumpai di lapangan. Di
dunia kejadian cedera kepala setiap
tahunnya diperkirakan mencapai
500.000 kasus dari jumlah di atas
10% penderita meninggal sebelum
tiba di rumah sakit dan lebih dari
100.000
penderita
menderita
berbagai tingkat kecacatan akibat
cedera kepala tersebut (Depkes,
2012).
Diperkirakan 100.000 orang
meninggal setiap tahunnya akibat
cedera kepala, dan lebih dari
700.000 mengalami cedera cukup
berat yang memerlukan perawatan
di rumah sakit. Dua per tiga dari
kasus ini berusia di bawah 30 tahun
dengan jumlah laki-laki lebih banyak
dari wanita. Lebih dari setengah dari
semua pasien cedera kepala berat
mempunyai signifikasi terhadap
cedera
bagian
tubuh
lainnya
(Smeltzer, 2002).
Berdasarkan
data
yang
didapatkan dari instalasi gawat
darurat (IGD) RSUD Kabupaten
Sragen pada tanggal 0228 Juli
2012 adalah data cedera kepala
masuk dalam 10 besar kasus yang
terjadi di IGD sebanyak 31 kasus
cedera
kepala,
yang
terbagi
kebanyakan adalah cedera kepala
sedang dengan 17 kasus. Oleh
karena banyaknya kasus cedera
kepala tersebut, maka penulis
tertarik untuk mengetahui lebih jauh
tentang asuhan keperawatan pada
pasien dengan cidera kepala sedang
di Instalasi Gawat Darurat ( IGD)
RSUD Sragen.

Asuhan Keperawatan Pada Ny. A. Dengan Cedera Kepala Sedang (CKS)


Di Instalasi Gawat Darurat RSUD Sragen (Muhammad Nasir)

LANDASAN TEORI
Cedera Kepala
Cedera kepala pada dasarnya
dikenal dua macam mekanisme
trauma yang mengenai kepala yakni
benturan dan goncangan (Gernardli
and
Meany,
2006).
Menurut
Mansjoer (2003) etiologi cedera
kepala yaitu: Trauma tumpul,
kecepatan tinggi : tabrakan motor
dan mobil, kecepatan rendah :
terjatuh
atau
dipukul;
trauma
tembus, luka tembus peluru dari
cedera tembus lainnya, jatuh dari
ketinggian, cedera akibat kekerasan,
cedera otak primer, adanya kelainan
patologi otak yang timbul segera
akibat langsung dari trauma. Dapat
terjadi memar otak dan laserasi;
cedera otak sekunder. Kelainan
patologi otak disebabkan kelainan
biokimia metabolisme, fisiologi yang
timbul setelah trauma.
Menurut
Wahjoepramono
(2005) Klasifikasi trauma kepala
berdasarkan Nilai Skala Glasgow
(GCS) yaitu: Ringan, GCS 13 15.
Dapat terjadi kehilangan kesadaran
atau amnesia tetapi kurang dari 30
menit. Tidak ada kontusio tengkorak,
tidak
ada
fraktur
cerebral,
hematoma; Sedang. GCS 9 12.
Kehilangan kesadaran dan atau
amnesia lebih dari 30 menit tetapi
kurang
dari 24
jam. Dapat
mengalami fraktur tengkorak; Berat.
GCS 3 8. Kehilangan kesadaran
dan atau terjadi amnesia lebih dari
24 jam. Juga meliputi kontusio
serebral, laserasi, atau hematoma
intracranial.
Cedera memegang peranan
yang
sangat
besar
dalam
menentukan
berat
ringannya

konsekuensi patofisiologis dari suatu


trauma kepala. Cedera percepatan
(aselerasi) terjadi jika benda yang
sedang bergerak membentur kepala
yang diam, seperti trauma akibat
pukulan benda tumpul, atau karena
kena lemparan benda tumpul.
Cedera perlambatan (deselerasi)
adalah bila kepala membentur objek
yang secara relatif tidak bergerak,
seperti badan mobil atau tanah.
Kedua kekuatan ini mungkin terjadi
secara bersamaan bila terdapat
gerakan kepala tiba-tiba tanpa
kontak langsung, seperti yang terjadi
bila posisi badan diubah secara
kasar dan cepat. Kekuatan ini bisa
dikombinasi dengan pengubahan
posisi rotasi pada kepala, yang
menyebabkan trauma regangan dan
robekan pada substansi alba dan
batang otak.
Cedera primer, yang terjadi
pada waktu benturan, mungkin
karena memar pada permukaan
otak, laserasi substansi alba, cedera
robekan atau hemoragi. Sebagai
akibat, cedera sekunder dapat
terjadi
sebagai
kemampuan
autoregulasi serebral dikurangi atau
tak ada pada area cedera.
Konsekuensinya meliputi hiperemi
(peningkatan volume darah) pada
area
peningkatan
permeabilitas
kapiler, serta vasodilatasi arterial,
semua menimbulkan peningkatan isi
intrakranial,
dan
akhirnya
peningkatan tekanan intrakranial
(TIK). Beberapa kondisi yang dapat
menyebabkan cedera otak sekunder
meliputi hipoksia, hiperkarbia, dan
hipotensi.
Pada umumnya cedera kepala
fokal dan menyebar sebagai

Asuhan Keperawatan Pada Ny. A. Dengan Cedera Kepala Sedang (CKS)


Di Instalasi Gawat Darurat RSUD Sragen (Muhammad Nasir)

kategori cedera kepala berat pada


upaya untuk menggambarkan hasil
yang lebih khusus. Cedera fokal
diakibatkan dari kerusakan fokal
yang meliputi kontusio serebral dan
hematom
intraserebral,
serta
kerusakan otak sekunder yang
disebabkan oleh perluasan massa
lesi, pergeseran otak atau hernia.
Cedera otak menyebar dikaitkan
dengan kerusakan yang menyebar
secara luas dan terjadi dalam empat
bentuk
yaitu:
cedera
akson
menyebar, kerusakan otak hipoksia,
pembengkakan otak menyebar,
hemoragi kecil multipel pada seluruh
otak. Jenis cedera ini menyebabkan
koma bukan karena kompresi pada
batang otak tetapi karena cedera
menyebar pada hemisfer serebral,
batang otak, atau dua-duanya
(Smeltzer, 2002).
Menurut Brunner dan Suddart
(2002) manifestasi klinis yaitu :
hilangnya kesadaran kurang dari 30
menit atau lebih, kebungungan,
iritabel, pucat, mual dan muntah,
pusing kepala, terdapat hematoma,
kecemasan,
sukar
untuk
dibangunkan, bila fraktur, mungkin
adanya ciran serebrospinal yang
keluar dari hidung (rhinorrohea) dan
telinga (otorrhea) bila fraktur tulang
temporal.
Penatalaksanaan
cedera
kepala sedang yaitu observasi 24
jam, jika pasien masih muntah
sementara
dipuasakan
terlebih
dahulu, berikan terapi intravena bila
ada indikasi, anak diistirahatkan atau
tirah baring, profilaksis diberikan bila
ada indikasi, pemberian obat-obat
untuk vaskularisasi, pemberian obat-

obat analgetik, pembedahan bila ada


indikasi.
Pemeriksaan Penunjang
a). CT Scan. CT-Scan (dengan atau
tanpa kontras): mengidentifikasi
luasnya
lesi,
perdarahan,
determinan
ventrikuler,
dan
perubahan jaringan otak. Catatan :
Untuk mengetahui adanya infark /
iskemia jangan dilekukan pada 24 72 jam setelah injuri; b). Adanya
nyeri kepala, mual, muntah, kejang,
penurunan
kesadaran,
mengidentifikasi adanya hemoragi,
pergeseran
jaringan
otak;
c).
Angiografi
Serebral
Menunjukkan
kelainan
sirkulasi
cerebral seperti pergeseran cairan
otak akibat oedema, perdarahan,
trauma;
d).
EEG
(Electro
Encephalografi)
Memperlihatkan
keberadaan/perkembangan
gelombang patologis; e). MRI
(Magnetic Resonance Imaging),
Mengidentifikasi perfusi jaringan
otak, misalnya daerah infark,
hemoragik; f) Rontgen, Mendeteksi
perubahan struktur tulang (fraktur),
perubahan
struktur
garis
(perdarahan/edema),
fragmen
tulang; g) Test Orientasi dan
Amnesia Galveston (TOAG). Untuk
menentukan
apakah
penderita
trauma kepala sudah pulih daya
ingatnya.
Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada
pasien cedera kepala menurut
Wahjoepramono (2005) antara lain :
cedera
otak
sekunder
akibat
hipoksia dan hipotensi, edema
Serebral, peningkatan tekanan intra

Asuhan Keperawatan Pada Ny. A. Dengan Cedera Kepala Sedang (CKS)


Di Instalasi Gawat Darurat RSUD Sragen (Muhammad Nasir)

kranial, herniasi jaringan


infeksi, hidrosefalus

otak,

METODOLOGI PENELITIAN
Pendekatan
Pendekatan yang dilakukan
dalam
penelitian
ini
yaitu
pendekatan deskriptif yang mencoba
menjelaskan metode ilmiah yang
bersifat
mengumpulkan
data,
menganalisis data, dan menarik
kesimpulan data tentang konsep
asuhan perawatan pada pasien
cedera kepala sedang di Instalasi
Gawat Darurat (IGD) antara teori
dengan praktek dilapangan.
Tempat dan Waktu
Penelitian
dilakukan
di
Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD
Kabupaten Sragen. Waktu penelitian
dilakukan pada tanggal 09 Juli 2012
jam 07.00 WIB sampai jam 14.00
WIB.
Teknik Pengambilan Data
Teknik pengambilan data pada
karya tulis ilmiah ini dengan cara
melakukan wawancara langsung
kepada pasien, kelurga pasien dan
perawat
IGD,
observasi
dan
pemeriksaan fisik serta ditunjang
dengan studi dokumen dari IGD
RSUD Sragen yakni rekam medis
pasien.
Analisa Data
Analisa data yang digunakan
pada
penelitian
ini
adalah
membandingkan teori dari berbagai
jurnal baik dalam negeri dan luar
negeri serta sumber kepustakaan

dengan asuhan keperawatan pasien


cedera kepala sedang di ruang IGD.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Hasil evaluasi pada diagnosa
keperawatan
gangguan
perkusi
cerebral
berhubungan
dengan
penurunan aliran darah ke serebral,
antara lain : Subyektif : klien
mengatakan pusing. Obyektif : TTV :
TD:150/90 mmHg, N: 98 x/menit,
RR: 30x/menit, S: 36,9 C. Posisi
klien head up 300. Injeksi piracetam
3g masuk lewat intravena. Asismen :
masalah
keperawatan
edema
cerebral teratasi sebagian. Planing :
lanjutkan intervensi : observasi
keadaan umum dan TTV, pantau
kesadaran dan GCS, pertahankan
posisi head up 300, pertahankan
terapi O2 nasal 30 lpm.
Hasil evaluasi pada diagnosa
keperawatan pola napas tidak efektif
berhubungan dengan hiperventilasi,
antara lain : Subyektif : klien
mengatakan sesak napas sudah
berkurang.
Obyektif
:
RR=
24x/menit, irama napas teratur.
Klien terpasang O2 nasal 3lpm,
posisi head up 30. Asismen :
masalah keperawatan pola napas
tidak efektif sudah teratasi. Planing :
lanjutkan intervensi :
Kolaborasi
dengan dokter pemberian O2 nasal
3 lpm.
Hasil evaluasi pada diagnosa
keperawatan
nyeri
akut
berhubungan dengan agent injury
fisik, antara lain : Subyektif : klien
mengatakan nyeri sudah berkurang,
P: saat digerakkan/ beraktivitas, Q :
senut-senut, R: lengan atas sebelah
kanan, S : skala 4, T: intermiten.

Asuhan Keperawatan Pada Ny. A. Dengan Cedera Kepala Sedang (CKS)


Di Instalasi Gawat Darurat RSUD Sragen (Muhammad Nasir)

Obyektif : ekspresi wajah klien lebih


rileks, obat injeksi keterolac 30 mg
masuk lewat intravena. Asismen:
masalah keperawatan nyeri akut
teratasi sebagian. Planing : kaji
karakteristik nyeri secara berkala,
berikan
posisi
yang
nyaman,
kolaborasi
dengan
dokter,
pemberian obat analgesik.
PEMBAHASAN
Kasus pada karya tulis yang
berjudul asuhan keperawatan pada
ny. A dengan cedera kepala sedang
(CKS) di Instalasi Gawat Darurat
RSUD Sragen dengan mengalami
hematoma pada bagaian kepala
bagaian
belakang.
Adapun
penanganan gawat darurat yang
telah dilaksanakan perawat di IGD
adalah mengkaji kondisi pasien
dengan dengan prinsip ABC (Airway,
Breathing and Circulation) dan
memperhatikan tingkat kesadaran
pasien dengan cara menghitung
GCS (Glasgow Coma Scale) dan
tanda tanda vital serta keluhan
utama. Sedangkan tindakan yang
diberikan adalah memposisikan semi
fowler dan pemberian terapi O2
sebanyak 3 liter / menit, hal ini
dikarenakan
pasien
mengalami
sesak nafas.
Dari pengkajian yang sudah
dilakukan baik dari anamnesa,
pemeriksaan fisik, didapatkan tiga
diagnosa keperawatan menurut
Nanda yang muncul pada asuhan
keperawatan pada Ny. A. Diagnosa
keperawatan
yang
pertama
gangguan perfusi jaringan serebral
berhubungan dengan penurunan
aliran darah ke serebral. Penulis
mengangkat
diagnosa
tersebut

dengan ciri utama pasien mengalami


penurunan kesadaran, peningkatan
tekanan darah, terjadi hematom
dikepala. Diagnosa keperawatan
yang kedua pola napas tidak efektif
berhubungan dengan hiperventilasi.
Penulis
mengangkat
diagnosa
tersebut dengan ciri utama yaitu
respiratory rate 30x/menit, napas
pendek dan cepat, irama napas tidak
teratur, serta terdapat penggunaan
otot bantu pernapasan. Hal ini terjadi
karena
adanya
mekanisme
pemenuhan kebutuhan oksigen yang
meningkat
dan
menyebabkan
hiperventilasi.Diagnosa keperawatan
yang ketiga nyeri akut berhubungan
dengan agen injury fisik. Penulis
mengangkat diagnosa tersebut klien
mengalami nyeri pada lengan
sebelah kanan pasca kecelakaan
mengendarai sepeda motor. Setelah
penarikan
diagnosa
penulis
memprioritaskan masalah sesuai
dengan
kegawat
daruratannya.
Kemudian
penulis
menyusun
intervensi dan kriteria hasil yang
sesuai pedoman (NIC dan NOC).
Intervensi yang disusun dari semua
diagnosa sudah sesuai dengan
tinjauan pustaka NIC dan NOC
(Wilkinson, 2007).
Tindakan keperawatan yang
diberikan
lainnya
yakni
membersihkan luka luka yang
terdapat
pada
kepala
dan
mengobservasinya,
selain
itu
dilakukan pemeriksaan penunjang
kepada pasien yakni pemeriksaan
rontgen untuk mengetahui ada
tidaknya patah tulang/ fraktur.
Adapun implementasi keperawatan
terakhir memberikan obat obatan
yang bertujuan menurunkan tekanan

Asuhan Keperawatan Pada Ny. A. Dengan Cedera Kepala Sedang (CKS)


Di Instalasi Gawat Darurat RSUD Sragen (Muhammad Nasir)

intracranial yang diakibatkan dari


cedera kepala itu sendiri.
Sedangkan berdasarkan teori
yang ada, menurut NICE Clinical
Guideline (2007) menyatakan bahwa
penanganan gawat darurat pada
pasien cedera kepala adalah
pertama, memprioritaskan kondisi
jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi
udara dibanding luka luka lainnya.
Kedua, memeriksa luka luka yang
ada terutama luka pada kepala
dengan segala resiko yang ada,
termasuk dilakukan CT Scan, ketiga.
Dilakukan pemeriksaan kesadaran
dengan GCS untuk mengetahui
kondisi
berat
ringan
cedera
kepalanya. Adapun teori lainnya
ialah setiap pasien yang mengalami
cedera kepala harus dilakukan
penilaian GCS untuk mengetahui
tingkat kesadaran dan penanganan
selanjutnya, termasuk melakukan
CT scan atau rontgen untuk
mengetahui adanya kelainan pada
kepala pasien (otak) dan fisik
pasien, seperti
resiko adanya
cedera tulang (Scottish, 2009).
Sehingga intervensi yang diberikan
perawat di IGD RSUD Sragen
terhadap pasien CKS sudah sesuai
dengan teori yang ada.
Selain itu, menurut Weisberg
dkk (2012), menyatakan bahwa
untuk kasus kasus cedera kepala
(contusio) dapat diberikan terapi
manitol dan dexametason serta
dilakukan
pembedahan
untuk
mengeluarkan
hematoma
jika
diperlukan jika cedera kepala
menjadi lebih parah.
Sedangkan di IGD RSUD
Sragen terapi manitol tidak diberikan
pada
pasien
cedera
kepala

dikarenakan keterbatasan alat CT


Scan yang belum tersedia dan
dokter ahli bedah saraf yang belum
ada. Pemberian terapi manitol oleh
dokter diberikan pada pasien cedera
kepala setalah melihat hasil dari
pemeriksaan CT Scan, oleh sebab
itu apabila ada pasien cedera kepala
yang berat maka perawat dan dokter
akan merujuk ke rumah sakit di Kota
Surakarta yang mempunyai fasilitas
yang lebih lengkap dan memiliki
dokter bedah saraf.
Dalam Karya Tulis Ilmiah ini
penulis hanya menjelaskan 3
diagnosa
keperawatan
adapun
diagnosa cidera kepala lainnya tidak
dijelaskan secara rinci dalam
pembahasan Karya Tulis Ilmiah ini
karena waktu observasi yang
terbatas.

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Berdasarkan hasil analisis
data dan pembahasan Asuhan
Keperawatan Gawat Darurat Pada
Ny. A Dengan Cidera Kepala Sedang
di Instalasi Gawat Darurat RSUD
Sragen, maka dapat diambil
kesimpulan
penelitian
sebagai
berikut:
1. Dalam kasus ini pengkajian
asuhan
keperawtan
gawat
darurat sudah dilakukan meliputi:
identitas klien, pengkajian primer
(ABCDE), pengkajian sekunder
(AMPLE), pengkajian Head To
Toe.
2. Diagnosa keperawatan yang
muncul pada kasus ini sebagai
berikut : gangguan perfusi

Asuhan Keperawatan Pada Ny. A. Dengan Cedera Kepala Sedang (CKS)


Di Instalasi Gawat Darurat RSUD Sragen (Muhammad Nasir)

jaringan serebral berhubungan


dengan edema sebral, pola
napas tidak efektif berhubungan
dengan hiperventilasi, nyeri akut
berhubungan dengan agen injury
fisik.
3. Intervensi yang dilakukan pada
diagnosa
gangguan
perfusi
serebral berhubungan dengan
edema serebral antara lain :
berikan posisi head up 30,
injeksi piracetam 3 gr masuk
intra vena, kolaborasi dengan
dokter pemberian obat saraf.
Diagnosa keperawatan pola
napas tidak efektif berhubungan
dengan hiperventilasi antara lain
: berikan posisi head up 30,
kolaborasi
dengan
dokter
pemberian O2 nasal 3lpm.
Diagnosa keperawatan nyeri
berhubungan dengan agen injury
fisik, antara lain : diberikan
injeksi keterolak 30 mg intra
vena,
mengajarkan
teknik
relaksasi progresif dan nafas
dalam.penjelasan
tentang
kondisi saat ini yang dialami
klien, anjurkan keluarga untuk
selalu
mendampingi
dan
memberikan support, anjurkan
klien untuk berdoa dan lebih
tenang.
4. Implementasi utama yang sudah
dilaksanakan untuk klien dengan
cedera kepala sedang adalah
memberikan posisi head up 30,
berkolaborasi memberikan obat
piracetam 3 gr, injeksi cefotaxim
1 gr dan injeksi keterolak 30 mg,
berkolaborasi memberikan O2
nasal 3lpm,
memberikan
penjelasan tentang kondisi saat
ini yang dialami klien dan

menganjurkan keluarga untuk


selalu
mendampingi
serta
memberikan support.
5. Evaluasi
merupakan
kunci
keberhasilan
pada
proses
keperawatan, untuk masalah
edema
serebral
teratasi
sebagian dengan keterangan
klien mengatakan pusing sudah
berkurang, tidak terjadi edema
serebral.
Untuk
masalah
keperawatan pola napas tidak
efektif sudah teratasi dengan
keterangan
RR=
24x/menit,
irama napas teratur. Untuk
masalah keperawatan nyeri akut
sudah teratasi sebagian dengan
keterangan
skala
nyeri
berkurang menjadi 4, pasien
mengatakan nyeri berkurang,
pasien terlihat rileks.
Saran
Berdasarkan
hasil
dan
pembahasan
penelitian,
maka
peneliti memberikan saran sebagai
berikut :
1. Bagi institusi pendidikan
Dapat digunakan sebagai
informasi untuk pengembangan
dan
peningkatan
mutu
pendidikan untuk masa yang
akan datang serta referensi
untuk
penelitian
ilmiah
selanjutnya.
2. Bagi rumah sakit
Meningkatkan
asuhan
keperawatan
gawat
darurat
kepada pasien cedera kepala,
sedang
dan
menciptakan
lingkungan kerja yang kondusif
serta menciptakan komunikasi
antar elemen yang bagus.

Asuhan Keperawatan Pada Ny. A. Dengan Cedera Kepala Sedang (CKS)


Di Instalasi Gawat Darurat RSUD Sragen (Muhammad Nasir)

3.

Bagi perawat
Menjaga kualitas interaksi
yang baik dengan meningkatkan
profesionalisme
dalam
melakukan asuhan keperawatan
gawat daurat kepada pasien
cedera kepala sedang serta
melibatkan
keluarga
dalam
melakukan asuhan keperawatan
4. Bagi peneliti
Bagi peneliti lain diharapkan
untuk penelitian selanjutnya
dapat lebih optimal dalam
melakukan asuhan keperawatan
dan pendokumentasian asuhan
keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Arif,

Mansjoer. (2003). Kapita


Selekta Kedokteran. Media
Aesculpius : Jakarta
Ditjen PP & PL Depkes RI. 2012.
Laporan Triwulan Situasi
Perkembangan cidera kepala
di Indonesia Sampai Dengan
30
Juni
2012.
www.depkes.go.id diakses 26
Oktober 2012.
Gennerelli TA and Meany DF.
(2006).
Mechanism
of
Primary Head Injury. Wilkins
RH and Renfgachery SS
Neurosurgery, New York\
NICE clinical guideline. (2007). Head
injury: triage, assessment,
investigation
and
early
management of head injury in
infants, children and adults.
Diakses
www.nice.org.uk
pada 13 Oktober 2012
Scottish Intercollegiate Guidelines
Network.
(2009).
Early
management of patients with
a head injury. diakses di
www.sign.ac.uk
pada 13
Oktober 2012

10

Smeltzer, Suzanna C. (2002). Buku


Ajar Keperawatan Medikal
Bedah.
Brunner
dan
Suddart., Edisi 8. Jakarta:
EGC
Tarwoto, et. al. (2007). Keperawatan
Medikal Bedah, Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta :
Sagung Seto
Wahjoepramono,
Eka.
(2005).
Cedera
Kepala.
Lippokarawaci:
Universitas
Pelita Harapan
Weisberg et al. (2012). Essential of
Clinical Neurology: Head
Trauma,
diakses
www.psychneuro. Tulane.edu
diakses pada 13 Oktober
2012
Wilkinson, J. 2007. Buku Saku
Diagnosis
Keperawatan
Dengan Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC. Edisi 7.
Jakarta : EGC.
Muhammad Nasir : Mahasiswa
Program Profesi Ners FIK UMS. Jln
A Yani Tromol Post 1 Kartasura
Arina Maliya, A.Kep., M.Si.Med.:
Dosen Keperawatan FIK UMS. Jln A
Yani Tromol Post 1 Kartasura.
Indah Kartikowati, S.Kep.,Ns :
Dosen Keperawatan FIK UMS. Jln A
Yani Tromol Post 1 Kartasura

Anda mungkin juga menyukai