Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN KASUS

Partus Spontan

Dokter Pembimbing:

dr. FX Widiarso, Sp.OG

Disusun oleh:

Lidya B.E Saptenno, S. Ked


11.2013.151

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI DAN GYNEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
PERIODE 14 JULI 20 SEPTEMBER 2014
RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU KUDUS

KEPANITERAAN KLINIK
STATUS OBTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
SMF PENYAKIT OBSGYN
RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU

Nama

: Lidya B.E Saptenno

Nim

: 11.2013.151

Tanda Tangan

A. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. S
Alamat
: DK Karangrowo RT 03 RW 15 Bulungcangkring, Jekulo, Kudus
Tanggal Lahir
: 24-06-1985
Umur
: 29 tahun
Status
: Kawin
Jenis kelamin
: Perempuan
Gol.darah
: O/+
Pekerjaan
: Buruh Djarum PT
Pendidikan
: SD
Agama
: Islam
Hamil
: GIIPIA0
HPHT
: 22 Oktober 2013
No. CM
: 38 56 57
B. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF
Autoanamnesis dilakukan hari Selasa, 22 Juli 2014 pukul 13.40 WIB
Keluhan utama

: Perut terasa kencang-kencang sejak malam hari

Riwayat penyakit sekarang:


OS datang dengan keluhan perut terasa kencang-kencang sejak malam hari.
Kemudian pada pukul 05.00 pagi, keluar cairan bening dari jalan lahir. OS mengatakan
cairan yang keluar sedikit merembes kemudian menjadi banyak, tidak dapat ditahan,
berwarna bening, tidak ada darah, tidak ada rasa nyeri pada perut bawah atau alat
kelamin, tidak ada keluhan pusing, mual dan muntah. BAK (+), 4 5 x /hari, warna

kuning, nyeri (-). BAB (-). Gerakan janin aktif dan masih dirasakan. OS mengaku tidak
ada riwayat trauma, tidak ada riwayat minum obat obatan atau jamu.
OS memeriksakan kehamilannya secara teratur di bidan dan dokter. Ini merupakan
kehamilan kedua. Tidak ada masalah pada kehamilan pertama . Tidak ada riwayat
operasi sebelumnya.
Riwayat Haid
Menarche
: 11 tahun
Siklus haid
: 28 hari
Lama haid
: 7 hari
Haid teratur, tidak nyeri
HPHT
: 22 Oktober 2013
HPL
: 29 Juli 2014
Riwayat Perkawinan
Pernikahan 1 kali, usia 24 tahun, selama 5 tahun
Riwayat Kehamilan
ANC rutin di bidan dan dokter , masalah yang ditemukan pada kehamilan 36 minggu
adalah plasenta letak rendah .
Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas
Ana

Tahun Umur

k ke

2011

Jenis

Penolon

Tempat

BB,

Riw.

Menete

Kehamila

Persalina

Melahirka

PB

Nifa

Saat

sampai

9 bulan

Partus

Puskesmas

lahir
2400

Baik

usia
2 tahun

Bidan

normal

gr,
4,6c
m

2014

Hamil ini

Riwayat KB
Os memiliki riwayat pemakaian KB suntik 3 bulan
Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak pernah menderita penyakit jantung, darah tinggi, kencing manis, asma dan

alergi.
OS tidak memiliki riwayat operasi sebelumnya

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit jantung, darah tinggi, kencing
manis, asma dan alergi.
C. PEMERIKSAAN OBYEKTIF
Keadaan umum
: baik
Kesadaran
: compos mentis
Vital sign
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
Frek. Napas : 20 x/menit
Suhu
: 36 C
Mata
: Konjungtiva Anemis -/-, Sklera Ikterik -/Paru-paru
: Vesikuler +/+, Wheezing -/-, Rhonki -/Jantung
: BJ1-BJ2 murni reguler, gallop (-), murmur (-)
Abdomen
: Tampak membuncit sesuai massa kehamilan, tampak linea
nigra dan striae gravidarum
Ekstremitas
: Edema -/Status Obstetri

Pemeriksaan Luar
o Inspeksi : perut membuncit, striae gravidarum (+), linea nigra (+)
o Palpasi

TFU 27 cm

Taksiran berat janin : (28-11) x 155 = 2635 gr

Leopold I
:, teraba
bagian bulat, lunak, tidak melenting

Leopold II
: Teraba bagian memanjang dan keras di sebelah kanan

Leopold III : Teraba bagian bulat, keras dan melenting

Leopold IV : Kepala sudah masuk PAP


o Auskultasi
: Denyut Jantung Janin (+) 132 x/ menit
o His
: (+) sering 2 x dalam 10 menit selama 10 detik
Pemeriksaan Dalam :
o Pembukaan
: 2 cm
o KK
:o Effacement
: 25 %
o Portio
:Tebal lunak
o Hodge
:I
o Point of direction
: UUK

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium tanggal 22 Juli 2014 pukul 14.36
Darah rutin
Hemoglobin

12,3 g/dL

(N: 11,7 15,5)

Leukosit

9,89 ribu

Eosinofil%

(N: 3.600 11.000)

3%

(N: 1-3)

Basofil%

0,3 %

(N: 0-1)

Neutrofil %

68,9 % H

(N: 50-70)

Limfosit%

19,9 % L

(N: 25-40)

Monosit%

6,9 %

(N: 2-8)

MCV

81,1 mikro m3

(N: 80-100)

MCH

28,1 pg

(N: 26-34)

MCHC

34,6 g/dL

(N: 32-36)

Hematokrit 35,5 %

(N: 30-43)

Trombosit 226.000

(N: 150.000-440.000)

Eritrosit

4,38 juta

(N: 3,8 5,2)

RDW

13,3 %

(N: 11,5 - 14,5)

PDW

15,1 %

(N: 10-18)

MPV

12,0mikro m3 H

(N: 6,8 10)

Golongan darah/Rh

O/+

Waktu perdarahan/BT

1,00 menit

(N: 1-3)

Waktu pembekuan/CT

5.00 menit

(N: 2-6)

D. RINGKASAN
OS datang dengan keluhan perut terasa kencang-kencang sejak malam hari.
Kemudian pada pukul 05.00 pagi, keluar cairan bening dari jalan lahir, sedikit merembes
kemudian menjadi banyak, tidak dapat ditahan, berwarna bening, tidak ada darah, tidak
ada rasa nyeri pada perut bawah atau alat kelamin, pusing (-), mual dan muntah (-). BAK
(+), 4 5 x /hari, warna kuning, nyeri (-). BAB (-). Gerakan janin aktif dan masih
dirasakan. Riwayat trauma (-),riwayat minum obat obatan atau jamu (-).
OS memeriksakan kehamilannya secara teratur di bidan dan dokter. Ini merupakan
kehamilan kedua. Tidak ada masalah pada kehamilan pertama . Riwayat operasi (-).
Riwayat Haid
Menarche
: 11 tahun
Siklus haid
: 28 hari
Lama haid
: 7 hari
Haid teratur, tidak nyeri

HPHT
HPL

: 22 Oktober 2013
: 29 Juli 2014

Status Obstetri

Pemeriksaan Luar
o Inspeksi : perut membuncit, striae gravidarum (+), linea nigra (+)
o Palpasi

Leopold I
: TFU 28 cm , teraba
bagian bulat, lunak, tidak melenting

Leopold II
: Teraba bagian memanjang dan keras di sebelah kanan

Leopold III : Teraba bagian bulat, keras dan melenting

Leopold IV : Kepala sudah masuk PAP


o Auskultasi
: Denyut Jantung Janin (+) 132 x/ menit
o His
: (+) sering 2 x dalam 10 menit selama 20 detik
Pemeriksaan Dalam :
o Pembukaan
: 2 cm
o KK
:o Effacement
: 25 %
o Portio
:Tebal lunak
o Hodge
:I
o Point of direction
: UUK
o Taksiran berat janin
: (28-11) x 155 = 2635 gr
Diagnosis Kerja
GIIP1A0 29 tahun hamil 39 minggu
Janin 1 hidup intrauterin
Presentasi kepala puka
Inpartu kala I fase laten
Plasenta letak rendah
Ketuban Pecah Dini
Rencana Pengelolaan
- VT : Pembukaan 2 cm, effacement 25 % , KK (-), portio tebal lunak,
presentasi kepala , Hodge I, UUK
- Sikap : Pengawasan 10
Evaluasi setiap 4 jam
Infus D5/ RL + 20 ttm
Amoxan 2 gr
Gastrul tab

E. LAPORAN PERSALINAN
22 Juli pukul 17.50
S : Perut terasa kencang
O:
KU : Baik
TD : 110/80
N : 82 x/menit

RR : 17 x/menit
DJJ : 11-12-11 = 136 x/menit
His : 2 x/10 menit (25 detik)
VT :
o Pembukaan
: 3 cm
o KK
:o Effacement
: 25 %
o Portio
:Tebal lunak
o Hodge
:I
o Point of direction
: UUK
A : GIIPIA0 umur 29 tahun hamil 39 minggu
Anak 1 hidup intrauterine
Presentasi kepala puka
Inpartu kala I Fase laten
Plasenta letak rendah
Ketuban Pecah Dini
P : Evaluasi 4 jam
22 Juli pukul 21.50
S : Perut kencang-kencang, rasa ingin BAK
O:
KU : Baik
TD : 120/80
N : 80 x/menit
RR : 17 x/menit
DJJ : 11-12-11 = 130 x/menit
His : 3 x/10 menit (40 detik)
VT :
o Pembukaan
: 9 cm
o KK
:o Effacement
: 80 %
o Portio
:Tipis
o Hodge
: III
o Point of direction
: UUK
A : GIIPIA0 umur 29 tahun hamil 39 minggu
Anak 1 hidup intrauterine
Presentasi kepala puka
Inpartu kala I fase aktif
Plasenta letak rendah
Ketuban Pecah Dini
P : Evaluasi 1 jam
DJJ tiap jam
22 Juli 2014 pukul 22.50
S : Rasa ingin mengejan
O :
KU
: Tampak sakit sedang
TD
: 120 /70 mmHg

N
: 88 x/ menit
RR
: 20 x/menit
T
: 36,5 0C
DJJ
: 12 -12-12 = 144 x/menit
His
: 4 x / 10 menit (40 detik)
PPV : (+) lendir darah
Tanda-tanda inpartu kala II (+)
VT :
o Pembukaan
: 10 cm
o KK
:o Effacement
: 100 %
o Portio
:Tebal lunak
o Hodge
: III +
o Point of direction
: UUK Kiri depan
A : GIIPIA0 umur 29 tahun hamil 39 minggu
Anak 1 hidup intrauterine
Presentasi kepala puka
Inpartu kala II
Plasenta letak rendah
Ketuban Pecah Dini
P : Pimpin mengejan saat ada His
Pengawasan 9
22 Juli 2014 Pukul 23. 25
Pimpin mengejan saat ada His
Partus + Episiotomi mediolateral
Bayi perempuan 2200 gr, 45 cm , apgar score 9 10 10
22 Juli pukul 23.40
Plasenta lahir lengkap
Jahitan Perineum , Hecting (+)
Pospargin 1 amp
Pehacain 1 amp
Induksin amp
Pasca Persalinan
S : Perut terasa mules
O:
KU
: Tampak sakit sedang
TD
: 110 /70 mmHg
N
: 84 x/ menit
RR
: 20 x/menit
T
: 36,5 0C
TFU : 2 jari di bawah pusat
Perdarahan pervaginam 250 cc
Kontraksi baik
A : PIIA0 partus spontan dengan induksi, plasenta lengkap
Lama persalinan 9 jam 25 menit
P : Pantau 2 jam

IMD 30 menit

F. FOLLOW UP
23 Juli 2014 pukul 08.00
S : Keluhan (-)
O :
Keadaan umum
: baik
Kesadaran
: compos mentis
Vital sign
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
Frek. Napas : 20 x/menit
Suhu
: 36,8 C
Mata
: Konjungtiva Anemis -/-, Sklera Ikterik -/Paru-paru
: Vesikuler +/+, Wheezing -/-, Rhonki -/Jantung
: BJ1-BJ2 murni reguler, gallop (-), murmur (-)
Abdomen
: Tampak membuncit sesuai massa kehamilan, tampak linea
nigra dan striae gravidarum
Ekstremitas
: Edema -/A : PIIA0 29 tahun post partum spontan
P : Clobat 3 x 1 tablet
Phospargin 2 x 1 tablet
Zegavit 1 x 1 tablet

TINJAUAN PUSTAKA
Persalinan Normal
Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun kedalam jalan
lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada :

kehamilan 37-40 minggu


lahir spontan dengan persentasi belakang kepala
berat badan janin 2500-4000 gram
tanpa komplikasi baik ibu maupun janin.

Persalinan dikatakan normal bila tidak ada penyulit.


Persalinan dipengaruhi oleh 3 hal yaitu POWER, PASSAGE, PASSENGER
POWER yang mendorong anak keluar : His, tenaga mengejan/meneran,
Passage : ukuran panggul
Passenger : ukuran kepala, bayi, letak dan presentasi bayi, letak plasenta.
POWER

His

His ialah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan. Pada bulan terakhir kehamilan sebelum
persalinan dimulai, sudah terdapat kontraksi rahim yang disebut his pendahuluan atau his
palsu. His ini sebetulnya, hanya merupakan peningkatan kontraksi Braxton Hicks, sifatnya
tidak teratur dan menyebabkan nyeri di perut bagian bawah dan lipat paha, tetapi tidak
menyebabkan nyeri yang memancar dari pinggang ke perut bagian bawah seperti his
persalinan. Lamanya kontraksi pendek, tidak bertambah kuat jika dibawa berjalan, bahkan
sering berkurang. His pendahuluan tidak bertambah kuat seiring majunya waktu,

bertentangan dengan his persalinan yang makin lama makin kuat. Hal yang paling penting
adalah bahwa his pendahuluan tidak mempunyai pengaruh pada serviks.
His persalinan merupakan kontraksi fisiologis otot-otot rahim. Bertentangan dengan sifat
kontraksi fisiologis lain, his persalinan bersifat nyeri. Nyeri ini mungkin disebabkan oleh
anoksia dari sel-sel otot sewaktu kontraksi, tekanan oleh serabut otot rahim yang berkontraksi
pada ganglion saraf di dalam serviks dan segmen bawah rahim, regangan serviks, atau
regangan dan tarikan pada peritoneum sewaktu kontraksi.
Kontraksi rahim bersifat autonom, tidak dipengaruhi oleh kemauan, tetapi dapat juga
dipengaruhi oleh rangsangan dari luar, misalnya rangsangan oleh jari-jari tangan. Kontraksi
rahim bersifat berkala dan yang harus diperhatikan ialah sebagai berikut :
Lamanya kontraksi
Kekuatan kontraksi; menimbulkan naiknya tekanan intra uterin sampai 35mmHg.
Interval antara dua kontraksi; pada permulaan persalinan his timbul sekali dalam 10 menit,
pada kala pengeluaran sekali dalam 2 menit.
Tenaga mengejan/meneran
Selain his, setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah, tenaga yang mendorong anak
keluar terutama adalah kontraksi otot-otot dinding perut yang mengakibatkan peninggian
tekanan intraabdominal. Tenaga mengejan hanya dapat berhasil jika pembukaan sudah
lengkap, dan paling efektif sewaktu kontraksi rahim.
Tanpa tenaga mengejan anak tidak dapat lahir, misalnya pada pasien yang lumpuh otot-otot
perutnya, persalinan harus dibantu dengan forceps. Tenaga mengejan juga melahirkan
plasenta setelah plasenta lepas dari dinding rahim.
PASSAGE
Panggul
1. Panggul ginekoid
Jenis panggul yang paling banyak pada wanita normal, mempunyai diameter
terbaik untuk lahirnya janin tanpa komplikasi. Pintu atas panggul tampak
berbentuk bulat atau agak lonjong/ellips. Diameter transversal dari bidang
pintu atas panggul (pap) lebih panjang sedikit dari diameter antero-posterior
dan hampir seluruh daerah pap merupakan ruangan yang terpakai untuk

kepala janin. Dilihat dari bidang pintu atas panggul, panggul menyerupai
silinder tanpa penyempitan dari bidang pintu atas panggul sampai bidang
pintu bawah panggul. Bentuk panggul ini ditemukan pada 45% wanita.
2. Panggul antrhopoid
Panggul yang memiliki suatu bentuk agak lonjong seperti telur, pada bidang
pintu atas panggul dengan diameter terpanjang antero-posterior. Oleh karena
segmen posterior panjang dan sempit, kepala janin tegak lurus terhadap
diameter transversal dari pintu atas panggul. Arkus pubis sempit dan lebarnya
kurang dari 2 jari, sehingga menyebabkan penyempitan pintu bawah panggul.
Bentuk panggul ini ditemukan pada 35% wanita.
3. Panggul android
Panggul mirip laki-laki, mempunyai reputasi jelek dan lebih jarang dijumpai
dibanding bentuk ginekoid. Panggul android ditandai oleh daerah segmen
posterior yang sempit dengan ujung sakrum menonjol ke depan dan segmen
anterior relatif panjang. Dilihat dari pintu atas panggul tampak seperti bentuk
segitiga, tulang-tulang dari panggul android umumnya berat sehingga ruangan
untuk penurunan kepala juga terbatas. Spina iskiadika menonjol ke dalam
jalan lahir dan pintu bawah panggul menunjukan suatu arkus pubis yang
menyempit. Bentuk panggul ini ditemukan pada 15% wanita.
4. Panggul Platipelloida
Panggul berbentuk datar dengan tulang-tulang yang lembut, jenis panggul ini
paling jarang dijumpai dan jumlahnya kurang dari 5% ditemukan pada wanita.
Pintu atas panggul lebih jelas terlihat dimana menunjukan pemendekan dari
diameter antero-posterior, sebaliknya diameter transversal lebar. Penyempitan
panggul tengah bukanlah suatu masalah, karena arkus pubis sangat lebar dan sakrum pendek
mengarah
kebelakang,
maka
distosia
pada
pintu
bawah
panggul jarang terjadi.
Frekuensi dan ukuran jenis-jenis panggul berbeda diantara berbagai bangsa,
dipengaruhi faktor sosial dan ekonomi. Pada panggul ukuran normal dan jenis apapun
panggulnya, kelahiran pervaginam janin dengan Berat Badan (BB) yang normal tidak akan
mengalami kesukaran. Akan tetapi karena pengaruh gizi, ukuran panggul dapat menjadi lebih
kecil dari pada standar normal sehingga bisa terjadi kesulitan dalam persalinan pervaginam.
Terutama
kelahiran
pada
panggul
android
dapat
menimbulkan
distosia yang sukar diatasi.
Bidang Hodge

Untuk menentukan berapa jauhnya bagian depan anak itu turun ke dalam rongga panggul,
maka Hodge telah menentukan berapa bidang khayalan dalam panggul :
H I : sama dengan pintu atas panggul
H II : Sejajar dengan H I melalui pinggir bawah symphysis
H III : Sejajar H I melalui spina ischiadica
H IV : Sejajar H I melalui ujung os coccygis
PASSENGER : Makrosomia, hidrocephalus, kelainan kongenital,letak lintang/sungsang,
presentasi muka, dll
Adapun perubahan yang terjadi pada jalan lahir saat persalinan berlangsung sebagai berikut :
1. Keadaan segmen atas dan segmen bawah rahim pada persalinan
Sejak kehamilan lanjut, uterus dengan jelas terdiri dari 2 bagian, yaitu segmen atas rahim
yang dibentuk oleh korpus uteri dan segmen bawah rahim yang terbentuk dari isthmus uteri.
Dalam persalinan, perbedaan antara segmen atas dan bawah rahim lebih jelas lagi. Segmen
atas memegang peranan aktif karena berkontraksi. Dindingnya bertambah tebal dengan
majunya persalinan. Sebaliknya, segmen bawah rahim memegang peranan pasif dan makin
menipis seiring dengan majunya persalinan karena direnggang. Jadi, segmen atas
berkontraksi, menjadi tebal dan mendorong anak keluar sedangkan segmen bawah dan
serviks mengadakan relaksasi dan dilatasi serta menjadi saluran yang tipis dan teregang yang
akan dilalui bayi.
2. Sifat kontraksi otot rahim
Kontraksi otot rahim mempunyai dua sifat yang khas, yaitu :
Setelah kontraksi, otot tersebut tidak berelaksasi kembali ke keadaan sebelum kontraksi,
tetapi menjadi sedikit lebih pendek walaupun tonusnya seperti sebelum kontraksi. Kejadian
ini disebut retraksi. Dengan retraksi, rongga rahim mengecil dan anak berangsur di dorong ke
bawah dan tidak banyak naik lagi ke atas setelah his hilang. Akibatnya segmen atas makin
tebal seiring majunya persalinan, apalagi setelah bayi lahir.
Kontraksi tidak sama kuatnya, tetapi paling kuat di daerah fundus uteri dan berangsur
berkurang ke bawah dan paling lemah pada segmen bawah rahim.Jika kontraksi di bagian
bawah sama kuatnya dengan kontraksi di bagian atas, tidak akan ada kemajuan dalam
persalinan. Karena pada permulaan persalinan serviks masih tertutup, isi rahim tentu tidak
dapat didorong ke dalam vagina. Jadi, pengecilan segmen atas harus diimbangi oleh relaksasi
segmen bawah rahim. Akibat hal tersebut, segmen atas makin lama semakin mengecil,

sedangkan segmen bawah semakin diregang dan makin tipis, isi rahim sedikit demi sedikit
terdorong ke luar dan pindah ke segmen bawah. Karena segmen atas makin tebal dan segmen
bawah makin tipis, batas antar segmen atas dan segmen bawah menjadi jelas. Batas ini
disebut lingkaran retraksi fisiologis.Jika segmen bawah sangat diregang, lingkaran retraksi
lebih jelas lagi dan naik mendekati pusat, lingkaran ini disebut lingkaran retraksi patologis
ataulingkaran Bandle yang merupakan tanda ancaman robekan rahim dan muncul jika
bagian depan tidak dapat maju, misalnya karena pangul sempit.
3. Perubahan bentuk rahim
Pada tiap kontraksi, sumbu panjang rahim bertambah panjang, sedangkan ukuran melintang
maupun ukuran muka belakang berkurang. Pengaruh perubahan bentuk ini ialah sebagai
berikut :
Karena ukuran melintang berkurang, lengkungan tulang punggung anak berkurang, artinya
tulang punggung menjadi lebih lurus. Dengan demikian, kutub atas anak tertekan pada
fundus, sedangkan kutub bawah ditekan ke dalam pintu atas panggul. Karena rahim
bertambah panjang, otot-otot memanjang direnggang dan menarik segmen bawah dan
serviks. Hal ini merupakan salah satu penyebab pembukaan serviks.
4. Perubahan pada serviks
Agar anak dapat keluar dari rahim, perlu terjadi pembukaan serviks. Pembukaan serviks ini
biasanya didahului oleh pendataran serviks.
Pendataran serviks
Pendataran serviks adalah pemendekan kanalis servikalis yang semula berupa sebuah saluran
dengan panjang 1-2 cm, menjadi satu lubang saja dengan pinggir yang tipis. Pendataran ini
terjadi dari atas ke bawah.
Pembukaan serviks
Yang dimaksud dengan pembukaan serviks adalah pembesaran ostium eksternum menjadi
suatu lubang dengan diameter sekitar 10 cm yang akan di lalui anak..2,7
5. Perubahan pada vagina dan dasar panggul
Setelah ketuban pecah, segala perubahan terutama pada dasar panggul ditentukan oleh bagian
depan anak. Oleh bagian depan yang maju itu, dasar panggul diregang menjadi saluran

dengan dinding yang tipis. Sewaktu kepala sampai di vulva, lubang vulva menghadap ke
depan atas. Dari luar, peregangan oleh bagian depan tampak pada perineum yang menonjol
dan tipis, sedangkan anus menjadi terbuka.

MEKANISME PERSALINAN NORMAL


KALA PERSALINAN
Partus dibagi menjadi 4 kala.
Mekanisme persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu
Kala I : waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap 10 cm,disebut
kala pembukaan.
-

Klinis dapat dinyatakan partus dimulai bila timbul his dan keluar lendir darah. Lendir
darah ini berasal dari lendir kanalis servikalis karena serviks mulai membuka dan
mendatar, sedangkan darahnya berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler yang berada
disekitar kanalis servikalis itu pecah karna pergeseran ketika serviks membuka.
Mekanisme membukanya serviks berbeda antara primigravida dan multigravida. Pada
primigravida ostium uteri internum akan membuka lebih dahulu, sehingga serviks
akan mendatar dan menipis, baru kemudian oue membuka. Pada multigravida oue dan
oui sudah sedikit membuka. Penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam saat yang
sama pada pembukaan. Ketuban akan pecah sendiri ketika pembukaan hampir atau
telah lengkap. Tidak jarang ketuban harus dipecahkan ketika pembukaan hampir
lengkap atau telah lengkap. Bila ketuban telah pecah sebelum mencapai pembukaan

atau inpartu kala 1 maka disebut ketuban pecah dini.


Kala I selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap. Pada primigravida kala I
berlangsung kira-kira 13jam. Sedangkan multipara kira-kira 7 jam.

Kala II : Kala pengeluaran janin, waktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan
mengedan mendorong janin keluar hingga lahir
His menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 3 menit sekali. Karena biasanya dalam
kepala janin sudah masuk ruang panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot
dasar panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Wanita merasa pula
tekanan kepada rektum dan hendak buang air besar. Kemudian perineum mulai menonjol dan
menjadi lebar dengan anus membuka. Labia mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala
janin tampak dalam vulva pada waktu his. Bila dasar panggul sudah lebih berelaksasi, kepala

janin tidak masuk lagi diluar his, dan dengan his dan kekuatan mengedan maksimal kepala
janin dilahirkan dengan suboksiput dibawah simfisis dan dahi, muka dan dagu melewati
perineum.
Setelah beristirahat sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan badan anggota bayi lain.
Pada primigravida kala II berlangsung 2 jam dan pada multigravida 1 jam.
Kala III : Batasan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta
1. Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri sedikit diatas pusat.
2. Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari
dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 15 menit setelah bayi lahir dan keluar
spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri.
Tanda tanda lepasnya plasenta :
1. Perubahan ukuran dan bentuk uterus
2. Tali pusat memanjang
3. Semburan darah tiba tiba
Manajemen aktif kala III :
-

Pemberian oksitosin 10 unit IM dalam 2 menit setelah bayi lahir


Melakukan PTT ( Penegangan tali pusat terkendali )
Masase ( pemijatan ) fundus uteri segera setelah plasenta lahir

Catatan :
-

Jika plasenta belum lahir dalam 15 menit , dapat diberikan oksitosin 10 unit IM dosis
kedua dan ulangi PTT
Jika kandung kemih teraba penuh, bisa dilakukan kateterisasi
Jika dalam menit ke-30 belum lahir secara spontan dapat dilakukan manual plasenta.

Kala IV : 2 jam setelah plasenta lahir lengkap


Penatalaksanaaan :
1. Lakukan masase fundus uteri
2. Evaluasi tinggi fundus ( normalnya fundus uteri setinggi pusat atau dibawahnya ,
3.
4.
5.
6.
7.

misal 2 jari dibawah pusat )


Periksa plasenta dan selaputnya untuk memastikan keduanya lengkap dan utuh
Periksa kehilangan darah secara keseluruhan
Periksa perineum dan perdarahan aktif ( apabila ada laserasi atau episiotomi )
Evaluasi kondisi umum ibu
Dokumentasikan semua temuan dan penatalaksaan kala IV dibelakang partograf

Gerakan-gerakan anak pada persalinan


Gerakan-gerakan anak pada persalinan yang paling sering kita jumpai ialah presentasi
belakang kepala dan kebanyakan presentasi ini masuk ke dalam pintu atas panggul dengan
sutura sagitalis melintang. Ubun-ubun kecil kiri melintang lebih sering daripada ubun-ubun
kecil kanan melintang. Karena itu, akan diuraikan pergerakan anak dalam presentasi belakang
kepala dengan posisi ubun-ubun kecil kiri melintang.
Mekanisme persalinan terdiri dari suatu gabungan gerakan-gerakan yang berlangsung pada
saat yang sama. Misalnya, sebagai bagian dari proses engagement terjadi fleksi dan
penurunan kepala. Gerakan-gerakan tersebut tidak mungkin diselesaikan bila bagian
terbawah janin tidak turun secara bersamaan. Seiring dengan itu, kontraksi uterus
menghasilkan modifikasi penting pada sikap atau habitus janin, terutama setelah kepala turun
ke dalam panngul.
Selama proses persalinan, janin melakukan serangkaian gerakan untuk melewati panggul
-seven cardinal movements of labor yang terdiri dari :
1. Engagemen
2. Fleksi
3. Desensus
4. Putar paksi dalam
5. Ekstensi
6. Putar paksi luar
7. Ekspulsi
Gerakan-gerakan tersebut terjadi pada presentasi kepala dan presentasi bokong.
Gerakan-gerakan tersebut menyebabkan janin dapat mengatasi rintangan jalan lahir dengan
baik sehingga dapat terjadi persalinan per vaginam secara spontan.
Engagemen

Suatu keadaan dimana diameter biparietal sudah melewati pintu atas panggul.

Pada 70% kasus, kepala masuk pintu atas panggul ibu pada panggul jenis ginekoid
dengan oksiput melintang (tranversal)

Proses engagemen kedalam pintu atas panggul dapat melalui proses normal
sinklitismus , asinklitismus anterior dan asinklitismus posterior :

Normal sinklitismus. Sutura sagitalis tepat diantara simfisis pubis dan sacrum. Pada
presentasi belakang kepala , engagement berlangsung apabila diameter biparietal telah
melewati pintu atas panggul. Kepala paling sering masuk dengan sutura sagitalis
melintang.Ubun-ubun kecil kiri melintang merupakan posisi yang paling sering kita temukan.
Apabila diameter biparietal tersebut sejajar dengan bidang panggul,kepala berada dalam
sinklitisme. Sutura sagitalis berada di tengah-tengah antara dinding panggul bagian depan dan
belakang. Engagement dengan sinklitisme terjadi bila uterus tegak lurus terhadap pintu atas
panggul dan panggulnya luas. Jika keadaan tersebut tidak tercapai, kepala berada dalam
keadaan asinklitisme.

Asinklitismus anterior : Sutura sagitalis lebih dekat kearah sacrum. Asinklitismus derajat
sedang pasti terjadi pada persalinan normal, namun jika derajat berat, gerakan ini dapat
menimbulkan disproporsi sefalo pelvik pada panggul yang berukuran normal sekalipun.
Perubahan yang berturut-turut dari asinklitismus posterior ke anterior mempermudah
desensus dengan memungkinkan kepala janin mengambil kesempatan memanfaatkan daerahdaerah yang paling luas di rongga panggul.

o Asinklitismus posterior: Sutura sagitalis lebih dekat kearah simfisis pubis


(parietal bone presentasion)

Fleksi
Gerakan fleksi terjadi akibat adanya tahanan servik, dinding panggul dan otot dasar panggul.
Fleksi kepala diperlukan agar dapat terjadi engagemen dan desensus. Pada gerakan ini, dagu
mendekat ke dada janin dan diameter suboksipitobregmatika yang lebih pendek
menggantikandiameter oksipitofrontal yang lebih panjang.
Bila terdapat kesempitan panggul, dapat terjadi ekstensi kepala sehingga terjadi letak defleksi
(presentasi dahi, presentasi muka).

Desensus ( Penurunan Kepala )


Pada nulipara, engagemen terjadi sebelum inpartu dan tidak berlanjut sampai awal kala II;
pada multipara desensus berlangsung bersamaan dengan dilatasi servik.
Penyebab terjadinya desensus :
1. Tekanan cairan amnion
2. Tekanan langsung oleh fundus uteri pada bokong
3. Usaha meneran ibu
4. Gerakan ekstensi tubuh janin (tubuh janin menjadi lurus)
Faktor lain yang menentukan terjadinya desensus adalah :

Ukuran dan bentuk panggul

Posisi bagian terendah janin

Semakin besar tahanan tulang panggul atau adanya kesempitan panggul akan menyebabkan
desensus berlangsung lambat.
Desensus berlangsung terus sampai janin lahir.
Putar paksi dalam- internal rotation

Bersama dengan gerakan desensus, bagian terendah janin mengalami putar paksi
dalam pada level setinggi spina ischiadica (bidang tengah panggul).

Kepala berputar dari posisi tranversal menjadi posisi anterior (kadang-kadang kearah
posterior).

Pada presentasi belakang kepala, bagian yang terendah adalah daerah ubun-ubun kecil
dan bagian inilah yang akan memutar ke depan, ke bawah simfisis. Putaran paksi
dalam mutlak diperlukan untuk kelahiran kepala, karena putaran paksi merupakan
suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir, khususnya

bentuk bidang tengah dan pintu bawah panggul. Putaran paksi dalam tidak terjadi
tersendiri, tetapi selalu bersamaan dengan majunya kepala dan tidak terjadi sebelum
kepala sampai ke Hodge III kadang-kadang baru terjadi setelah kepala sampai di dasar
panggul

Putar paksi biasanya berakhir setelah kepala mencapai dasar panggul.

Sebab-sebab putaran paksi dalam yakni:


Pada letak fleksi, bagian belakang kepala merupakan bagian terendah darikepala.
Bagian terendah kepala ini mencari tahanan yang paling sedikit, yaitu disebelah depan
atas tempat terdapatnya hiatus genitalis antara antara musculuslevator ani kiri dan

kanan.
Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter anteroposterior.

Ekstensi
Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar panggul terjadilah ekstensi atau
defleksi kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul
mengarah ke depan dan ke atas sehingga kepala harus mengadakan ekstensi untuk
melaluinya. Kalau tidak terjadi ekstensi, kepala akant tertekan pada perineum dan
menembusnya. Pada kepala, bekerja dua kekuatan yang satu mendesaknya ke bawah, dan
yang satunya disebabkan oleh tahanan dasar panggul yang menolaknya ke atas. Resultannya
ialah kekuatan ke arahdepan atas. Setelah suboksiput tertahan pada pinggir bawah simfisis,
yang dapat maju karena kekuatan tersebut di atas ialah bagian yang berhadapan dengan
subocciput sehingga pada pinggir atas perineum, lahirlah berturut-turut ubun-ubun besar, dahi
hidung, mulut, dan akhirnya dagu dengan gerakan ekstensi. Suboksiput yang menjadi pusat
pemutaran disebut hipomoklion.
Proses ekstensi berlanjut dan seluruh bagian kepala janin lahir.
Putar paksi luar- external rotation
Setelah kepala lahir, terjadi putar paksi luar (restitusi) yang menyebabkan posisi kepala
kembali pada posisi saat engagemen terjadi dalam jalan lahir. Belakang kepala anak memutar
kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena

putaran paksi dalam. Gerakan ini disebut putaran restitusi (putaran balasan : putaran
paksiluar). Selanjutnya putaran dilanjutkan hingga belakang kepala berhadapan dengan tuber
ischiadicum sesisi. Gerakan yang terakhir ini adalah putaran paksi luar yang sebenarnya dan
disebabkan karena ukuran bahu menempatkan diri dalamdiameter anteroposterior pintu
bawah panggul.
7. Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai di bawah simfisis dan menjadi hipomoklion
untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu depan menyusul dan selanjutnya seluruh
badan anak lahir searah dengan paksi jalan lahir. Bahu anterior akan mengalami putar paksi
dalam sejauh 450 menuju arcus pubis sebelum dapat lahir dibawah simfisis. Persalinan bahu
depan dibantu dengan tarikan curam bawah pada samping kepala janin . Setelah bahu depan
lahir, dilakukan traksi curam atas untuk melahirkan bahu posterior. Traksi untuk melahirkan
bahu harus dilakukan secara hati-hati untuk menghindari cedera pada pleksus brachialis.
Setelah persalinan kepala dan bahu, persalinan selanjutnya berlangsung pada sisa bagian
tubuh janin dengan melakukan traksi pada bahu janin. Setelah kepala lahir, muka janin
dibersihkan dan jalan nafas dibebaskan dari darah dan cairan amnion. Mulut dibersihkan
terlebih dahulu sebelum melakukan pembersihan hidung.
Setelah jalan nafas bersih, dilakukan pemeriksaan adanya lilitan talipusat sekitar leher dengan
jari telunjuk. Lilitan talipusat yang terjadi harus dibebaskan terlebih dahulu. Bila lilitan
talipusat terlalu erat dapat dilakukan pemotongan diantara 2 buah klem.

Episiotomi
Definisi :
Suatu tindakan insisi pada perineum yang menyebabkan terpotongnya selaput lendir vagina,
cincin selaput dara, jaringan pada septum rektovaginal, otot-otot dan fasea perineum dan kulit
sebelah depan perineum
Indikasi terdiri dari Indikasi janin dan indikasi ibu.
Indikasi janin :
-

Sewaktu melahirkan janin prematur. Tujuanya untuk mencegah terjadinya trauma


yang berlebihan pada kepala janin

Sewaktu melahirkan janin letak sungsang, melahirkan janin dengan cunam, ekstraksi
vakum dan janin besar

Indikasi ibu
Apabila terjadi peregangan perineum yang berlebihan sehingga ditakuti akan terjadi robekan
perineum atau ruptur perineum.
Jenis jenis episiotomi :
Episiotomi medialis
Pada teknik ini insisi dimulai dari ujung terbawah introitus vagina sampai batas atas otot
otot sfingter ani
Keuntungan dari episiotomi medialis ini adalah:
Perdarahan yang timbul dari luka episiotomi lebih sedikit oleh karena daerah yang relatif
sedikit mengandung pembuluh darah.
- Sayatan bersifat simetris dan anatomis sehingga penjahitan kembali lebih mudah dan
penyembuhan lebih memuaskan.
- Tidak akan mempengaruhi keseimbangan otot dikanan kiri dasar pelvis
- Insisi akan lebih mudah sembuh, karena bekas insisi tersebut mudah dirapatkan.
- Tidak begitu sakit pada masa nifas yaitu masa setelah melahirkan
- Dispareuni jarang terjadi
Kerugiannya adalah terjadi perluasan laserasi ke sfingter ani (laserasi median sfingter ani)
sehingga terjadi laserasi perinei tingkat III inkomplet atau laserasi menjangkau hingga
rektum (laserasi

dinding

rektum),

sehingga

terjadi

ruptur

perineii komplit yang

mengakibatkan kehilangan darah lebih banyak dan lebih sulit dijahit.


Episiotomi Mediolateralis
Sayatan yang di buat dari garis tengah kesamping menjauhi anus yang sengaja dilakukan
menjauhi otot sfingter ani untuk mencegah ruptura perinei tingkat III, dimana insisi dimulai

dari ujung terbawah introitus vagina menuju ke belakang dan samping kiri atau kanan
ditengah antara spina ischiadica dan anus.
Keuntungan dari epistomi mediolateral adalah

perluasan laserasi akan lebih kecil kemungkinannya mencapai otot sfingter ani dan
rektum sehingga dapat mencegah terjadinya laserasi perinei tingkat III ataupun
laserasi perineum yang lebih parah yang sampai pada rectum.

Kerugian

Perdarahan luka lebih banyak oleh karena melibatkan daerah yang banyak pembuluh
darahnya. Daerah insisi kaya akan fleksus venosus

Otot-otot perineum terpotong sehingga penjahitan luka lebih sukar dan penyembuhan
terasa lebih sakit dan lama

Insisi lateral akan menyebabkan distorsi (penyimpangan) keseimbangan dasar pelvis.

Otot ototnya agak lebih sulit untuk disatukan secara benar (aposisinya
sulit), sehingga terbentuk jaringan parut yang kurang baik

Rasa nyeri pada sepertiga kasus selama beberapa hari dan kadang kadang diikuti
dispareuni (nyeri saat berhubungan)

Hasil akhir anatomik tidak selalu bagus (pada 10% kasus) dan Pelebaran introitus
vagina

Episiotomi lateralis

Pada teknik ini insisi dilakukan ke arah lateral mulai dari kira kira pada jam 3 atau 9
menurut arah jarum jam

Luka insisi ini dapat melebar ke arah dimana terdapat pembuluh darah pundendal
interna, sehingga dapat menimbulkan perdarahan yang banyak. Selain itu parut yang
terjadi dapat menimbulkan rasa nyeri yang mengganggu penderita

Robekan perineum
Etiologi :
Robekan pada perineum umumnya terjadi pada persalinan dimana :
1. Kepala janin terlalu cepat lahir
2. Persalinan tidak dipimpin sebagaimana mestinya
3. Sebelumnya pada perineum terdapat banyak jaringan parut
4. Pada persalinan dengan distosia bahu

Robekan perineum dapat dibagi menjadi 4 tingkat :


1. Tingkat 1 : Robekan hanya terjadi pada selaput lendir vagina dengan atau tanpa
mengenai kulit perinum sedikit
2. Tingkat 2 : Robekan yang terjadi lebih dalam yaitu selain mengenai selaput lendir
vagina juga mengenai muskulus perinei transversalis, tapi tidak mengenai sfingter ani
3. Tingkat 3 : Robekan yang terjadi mengenai seluruh perineum sampai mengenai otot
otot sfingter ani
4. Tingkat 4 : Kanalis ani terbuka dan robekan dapat meluas ke rectum.

Ketuban Pecah Dini


Pengertian
1. Ketuban pecah dini atau yang sering disebut dengan KPD adalah ketuban pecah
spontan tanpa diikuti tanda-tanda persalinan, ketuban pecah sebelum pembukaan 3 cm
(primigravida) atau sebelum 5 cm (multigravida).
2. Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan.
Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu maka disebut
ketuban pecah dini pada kehamilan prematur.
Etiologi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Infeksi amnionitis atau korionamnionitis


Infeksi genitalia
Inkompetensia serviks
Trauma terutama pada koitus
Faktor pskiologis
Riwayat ketuban pecah dini
Tekanan intrauterine yang meningkat secara berlebihan( overdistensi uterus) misalnya

hidramion dan gemelli


8. Usia ibu yang < 19 tahun dan > 34 tahun

Patofisiologi

Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus dan
peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi perubahan
biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh, bukan karena seluruh selaput
ketuban rapuh. Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester tiga selaput
ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput ada hubungannya dengan pembesaran
uterus, kontraksi rahim, dan gerakan janin. Pada trimester terakhir terjadi perubahan biokimia
pada selaput ketuban. Ketuban pecah dini pada kehamilan premature disebabkan oleh adanya
factor-faktor eksternal, misalnya infeksi yang menjalar dari vagina. Ketuban pecah dini sering
terjadi pada polihidramnion, inkompeten serviks, dan solusio plasenta.
Faktor resiko untuk terjadinya ketuban pecah dini adalah :
1. Berkurang nya asam askorbik sebagai komponen kolagen
2. Kekurangan tembaga dan asam askorbik yang berakibat pertumbuhan struktur
abnormal karena antara lain merokok
Degradasi kolagen dimediasi oleh matriks metalloproteinase (MMP) yang dihambat oleh
inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor protease.
Mendekati waktu persalinan, keseimbangan antara MMP dan TIMP-1 mengarah pada
degradasi proteolitik dari matriks ekstraseluler dan membrane janin. Aktivitas degradasi
proteolitik ini meningkat menjelang persalinan

Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala yang selalu ada ketika terjadi ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan
ketuban merembes melalui vagina.
Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi
bila ibu duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya mengganjal
atau menyumbat kebocoran untuk sementara. Ada pula tanda dan gejala yang tidak selalu ada
(kadang-kadang) timbul pada ketuban pecah dini seperti ketuban pecah secara tiba-tiba,
kemudian cairan tampak diintroitus dan tidak adanya his dalam satu jam. Keadaan lain seperti
nyeri uterus, denyut jantung janin yang semakin cepat serta perdarahan pervaginam sedikit
tidak selalu dialami ibu dengan kasus ketuban pecah dini. Namun, harus tetap diwaspadai
untuk mengurangi terjadinya komplikasi pada ibu maupun janin.

Menegakan diagnosis
Diagnosis KPD didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik, dan laboratorium.

Anamnesa

Menanyakan identitas dan data umum seperti nama, usia, pekerjaan, agama, suku

Menanyakan keadaan sosial dan ekonomi, gaya hidup dan kondisi lingkungan

Menanyakan adanya keluhan utama dan penyerta

Menanyakan apakah pasien telah melakukan pemeriksaan sebelumnya atau


pengobatan sebelumnya, apa yang dilakukan untuk mengatasi keluahannya sebelum
ke dokter

Menanyakan riwayat penyakit keluarga dan penyakit terdahulu

Didahului dengan pencatatan identitas penderita secara lengkap.


Pada anamnesis umum kehamilan perlu ditanyakan usia kehamilan atau menghitung
kehamilan dengan menanyakan hari pertama dari haid terakhir, riwayat pernikahan ibu,
riwayat penyakit yang sedang diderita ibu seperti preeklamsia, maupun keadaan janin dalam
pemeriksaan kandungan sebelumnya seperti adanya kondisi hidroamnion pada janin, atau
solusio plasenta. Tanyakan pula tentang riwayat penyakit dahulu, khususnya penyakit kronis
seperti hipertensi, diabetes, atau kelainan jantung. Perlu ditanyakan pula keluhan tambahan
seperti adanya nyeri pinggang, atau nyeri perut untuk melihat adakah indikasi inpartu pada
ibu pasca terjadinya KPD. Penting juga untuk menanyakan sudah berapa lama ibu tersebut
mengalami ketuban pecah dini, dikarenakan pada umumnya 24 jam setelah terjadi KPD ibu
akan merasakan tanda-tanda inpartu sebagai akibat dari rangsangan kontraksi uterus. Perlu
ditanyakan juga apa warna, konsistensi, dan bau dari cairan yang keluar, sehingga dapat
dibedakan dengan kemungkinan inkontinensia urin pada ibu hamil maupun untuk
membedakan dengan darah dan sekret vagina. Tanyakan pula apakah ibu masih merasakan
pergerakan bayi atau tidak, sebagai indikasi kehidupan bayi, apakah frekuensinya bertambah
banyak atau tidak mengindikasikan bayi sedang dalam stres atau tidak dikarenakan kondisi
oligoamnion pasca KPD. Tanyakan pula apakah saat bayi bergerak ibu terasa kesakitan
sebagai kemungkinan dari berkurangnya cairan amnion akibat KPD.
Keluhan lainnya yang perlu ditanyakan adanya apakah terdapat demam untuk indikasi adanya
infeksi. Selain itu tanyakan pula apakah ibu pernah mengalami keadaan seperti ini, sehingga
dapat diperkirakan apakah terlah terjadi pada janin atau tidak karena jika telah lama terjadi
atau berulang kemungkian infeksi dan efek dari KPD pada ibu dan janin akan lebih
berbahaya bagi keselamatan keduanya. Pelajari pola makan dan kualitas gizinya. Apakah ia

merokok atau minum minuman beralkohol? Bagaimana penghasilan dan ruang lingkup
sosialnya?
Bagaimana riwayat kehamilan sebelum ini, apakah pernah mengalami masalah seperti ini
atau masalah lainnya seperti preeklamsia maupun hidroamnion dan sebagainya.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan tanda-tanda vital seperti tekanan darah, frekuensi napas, frekuensi nadi dan suhu
tubuh. Suhu dan keadaan umum dapat menunjukan indikasi adanya infeksi atau tidak, tandatanda infeksi adalah bila suhu ibu lebih dari 38 C serta air ketuban keruh dan berbau.
Lakukan pula pemeriksaan pada janinnya dengan memeriksa denyut jantungnya dengan
menggunakan doppler atau stetoskop bidan untuk melihat tanda bahaya atau kehidupan janin,
untuk hasil yang lebih akurat lakukan pemeriksaan dengan USG.
Hal yang penting untuk diperhatikan juga adalah, melihat adanya kontraksi pada ibu, jika
terdapat kontraksi teratur maka perlu dipertimbangkan unutk melakukan terminasi kehamilan.
Sehubungan dengan terjadinya kontraksi perlu juga dilakukan pemeriksaan fisik kehamilan
seperti Leopold untuk menilai keadaan atau posisi janin, terutama menilai tinggi fundus uteri
dan dilihat apakah sesuai dengan usia kehamilannya. Pemeriksaan ini juga perlu dilakukan
apabila dipertimbangkan unutk melakukan terminasi kehamilan atau kontraksi teratur
menunjukan akan terjadi proses inpartu dalam 24 jam. Sehingga dapat nilai posisi janin,
apakah telah berada pada posisi yang tepat untuk persalinan pada kehamilan aterm.
Pada pasien yang menunjukan tanda inpartu seperti nyeri kontraksi yang teratur maka, perlu
dilakukan pemeriksaan pada serviks pasien dengan teknik pemeriksaan bimanual untuk
menilai konsistensi lunaknya serviks guna melakukan proses persalinan dan menilai bukaan
yang terjadi. Namun pada pasien tanpa tanda inpartu hal ini dikontraiindikasikan karena
diduga dapat membantu penyebaran infeksi pasca pecahnya ketuban.
Pemeriksaan Fisik Abdomen
Atur tubuh ibu hamil dalam posisi setengah duduk dengan kedua lutut ditekuk. Lakukan
inspeksi untuk menemukan setiap sikatriks atau stria, bentuk serta kontur abdomen dan tinggi
fundus uteri. Gambaran stria yang berwarna keunguan dan linea nigra merupakan keadaan
yang normal pada kehamilan. Bentuk dan kontur abdomen dapat menunjukkan ukuran
kehamilan. Lakukan palpasi abdomen untuk menemukan:
-Organ atau massa

-Gerakan janin, biasanya gerakan janin (yang sering pula disebut dengan istilah goyang janin)
dapat dirasakan oleh pemeriksa pada kehamilan sesudah 24 minggu (dan oleh ibu pada usia
kehamilan 18-20 minggu
Pemeriksaan dengan Spekulum
Langkah penting yang akurat dalam menentukan diagnosis adalah dengan pemeriksaan
spekulum steril. Ada 2 temuan yang dapat digunakan sebagai konfirmasi diagnosis ketuban
pecah dini :
1. Pooling : pengumpulan cairan pada fornix posterior
Tes nitrazin : menggunakan swab steril unutk mengumpulan cairan dari fornix posterior
dan mengujinya dengan kertas nitrazin (phenaphthazine). Jika cairan tersebut merupakan
cairan amnion maka kertas nitrazin akan berubah menjadi biru, yang menunjukan pH
alkalis (7.0-7.25). Pada tes Nitrazin dengan pH alkalis dapat juga disebabkan infeksi
vagina atau terdapatnya darah atau semen pada sampel.
2. Ferning: cairan dari fornix posterior diletakan pada slide dan keringkan pada udara
kering. Cairan amnion akan berubah menjadi bentuk bekuan dari kristalisasi.
Mukus servikal dapat menyebabkan ferning namun biasanya hanya berbentuk titik-titik
kecil. Saat pemeriksaan spekulum, serviks pasien harus diinspeksi untuk memperkirakan
derajat dilatasi atau adanya prolaps plasenta atau tali pusar janin.

Komplikasi dari ketuban pecah dini:


1.
2.
3.
4.

Persalinan premature
Infeksi
Hipoksia dan asfiksia
Sindrom deformitas janin

Plasenta Letak Rendah


Plasenta Previa
Adalah suatu plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim demikian rupa sehingga
menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum.

Sejalan dengan bertambah membesarnya rahim dan meluasnya segmen bawah rahim kea rah
proksimal memungkinkan plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim ikut
berpindah mengikuti perluasan segmen bawah rahim seolah plasenta tersebut bermigrasi.
Ostium uteri yang secara dinamik mendatar dan meluas dalam persalinan kala satu bias
mengubah luas pembukaan serviks yang tertutup oleh plasenta. Fenomena ini berpengaruh
pada derajat atau klasifikasi dari plasenta previa ketika pemeriksaan dilakukan baik dalam
masa antenatal maupun dalam masa intranatal, baik dengan ultrasonografi maupun
pemeriksaan digital. Oleh karena itu, pemeriksaan ultrasonografi perlu diulang secara berkala
dalam asuhan antenatal ataupun intranatal.
Klasifikasi
1. Plasenta previa totalis
Plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri internum
2. Plasenta previa parsialis
Plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri internum
3. Plasenta previa marginalis
Plasenta yang tepinya berada pada pinggir ostium uteri internum
4. Plasenta letak rendah
Plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim sedemikian rupa sehingga tepi
bawahnya berada pada jarak lebih kurang 2 cm dari ostium uteri internum. Jarak yang
lebih dari 2 cm dianggap plasenta letak normal.

Gambar 1 Implantasi plasenta normal

Gambar 2 Plasenta previa letak rendah

Gambar 3 Plasenta previa parsialis

Gambar 4 Plasenta previa totalis

DAFTAR PUSTAKA
1. Asrih Dwi H, Cristine Clervo P, 2012. Asuhan Persalinan Normal. Nuha Medica.
Yogyakarta.
2. Saifuddin, Abdul Bari, dkk : Buku Ilmu Kebidanan, Edisi Keempat, Cetakan Ketigta,
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2010
3. Mochtar, Rustam, : Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi, Edisi
Kedua, EGC, Jakarta, 1998; 269 -278.
4. http://id.scribd.com/doc/113877463/Induksi-Persalinan
5. Hassan Rusepno dr.dkk.1985.Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak.Staff Pengajar
Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
6. Saifuddin, Abdul Bari, dkk : Buku Acuan pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Edisi Pertama, Cetakan Keempat, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta, 2006; 162 -166.
7. Wiknjosastro, H.Ilmu Kebidanan (kesembilan ed.). Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.2007.
8. Wiknjosastro, H.Ilmu Kebidanan (keempat ed.). Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.2011.

Anda mungkin juga menyukai