Disusun oleh :
Kelompok 3&4 (Siang)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Yamin Ahmad
Nina Elisabeth Sinaga
Irma Widiyani Warman
Achmad Tachudin
Langen Tunjungsari
Lee Shinh Nian
B04120050
B04120061
B04120096
B04120076
B04120083
B04128008
A. Latar Belakang
Pengertian Iklim
Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca dalam waktu yang panjang. Iklim
mempunyai pengaruh yang besar terhadap ternak, yaitu dapat membantu atau
menganggu kelangsungan hidup dari ternak. Iklim terdiri dari curah hujan sangat
penting bagi peternakan. Dengan curah hujan penyediaan air minum dan
kelangsungan pengadaan makanan ternak sepanjang tahun dan sebaiknya
peternak mengetahui peta hujan. Curah hujan ini sangat berguna, karena
dengan begitu para peternak bisa merencanakan dan memanajemen dengan
baik masa birahi. Dengan mengetahuinya temperatur suatu daerah para
peternak dapat menempatkan jenis ternak apa yang sesuai dengan tempat yang
dipilih. Karena temperatur yang panas atau terlalu dingin sangat mempengaruhi
produktififtas ternak.
Ternak lokal dapat bertahan dengan suhu yang panas, sedangkan ternak
yang berasal dari subtropics yang telah disilangkan dengan ternak lokal dapat
bertahan ditempat yang bersuhu sedang. Kelembaban udara yang terlalu tinggi
sangat mempengaruhi kesehatan ternak, baik itu pada pernafasannya,
pertumbuhan parasit pada ternak, ataupun penyakit lainnya yang merugikan.
Kelembaban ini berbanding terbalik dengan temperature. Dengan kecepatan
udara yang normal sangat baik untuk kesegaran ternak dan kecepatan angin
dapat juga digunakan untuk kincir angin yang dapat digunakan untuk kebutuhan
manusia dalam sumber listrik juga pengadaan air untuk daerah yang kecepatan
angin juga membantu ternak dalam melepaskan panas temperatur tubuhnnya.
Kondisi Iklim Di Indonesia
Di Indonesia terdapat tiga jenis iklim yang mempengaruhi iklim di
Indonesia, yaitu iklim musim (muson), iklim tropica (iklim panas), dan iklim laut.
a.
setiap periode tertentu. Biasanya satu periode perubahan angin muson adalah 6
bulan. Iklim musim terdiri dari 2 jenis, yaitu Angin musim barat daya (Muson
Barat) dan Angin musim timur laut (Muson Tumur). Angin muson barat bertiup
sekitar bulan oktober hingga april yang basah sehingga membawa musim
hujan/penghujan. Angin muson timur bertiup sekitar bulan april hingga bulan
mengalami iklim tropis yang bersifat panas dan hanya memiliki dua musim yaitu
musim kemarau dan musim hujan. Umumnya wilayah Asia tenggara memiliki
iklim tropis, sedangkan negara Eropa dan Amerika Utara mengalami iklim
subtropis. Iklim tropis bersifat panas sehingga wilayah Indonesia panas yang
mengundang banyak curah hujan atau Hujan Naik Tropika.
c.
Iklim Laut
Indonesia yang merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak
wilayah laut mengakibatkan penguapan air laut menjadi udara yang lembab dan
curah hujan yang tinggi.
Berdasarkan gambaran curah hujan, Mohr (1933) membagi daerahdaerah di Indonesia ke dalam 5 golongan, yaitu sebagai berikut :
1. Daerah basah, yakni daerah yang hampir setiap bulannya mempunyai curah
hujan minimal 60 mm.
2. Daerah agak basah, yakni daerah dengan periode kering yang lemah dan
terdapat satu bulan kering.
3. Daerah agak kering, yaitu daerah-daerah yang mengalami bulan-bulan kering
sekitar 3-4 bulan setiap tahunnya.
4. Daerah kering, yakni daerah yang mengalami bulan-bulan kering yang
lamanya mencapai 6 bulan.
5. Daerah sangat kering, yakni daerah dengan masa kekeringan yang panjang
dan parah.
Sementara Schmidt dan Ferguson (1951) membagi iklim di Indonesia
menjadi 8 golongan, yaitu golongan A (sangat basah), golongan B (basah),
golongan C (agak basah), golongan D (sedang), golongan E (agak kering),
golongan F (kering), golongan G (sangat kering), dan golongan H (luar biasa
kering).
B. Tujuan
Mengetahui dampak perubahan iklim terhadap produktivitas ternak dan
upaya penanganannya.
PEMBAHASAN
Radiasi
sinar
matahari
terhadap
hewan
ternak
dapat
menimbulkan dua bentuk gangguan umum, yaitu mutasi gen oleh radiasi kosmik
dan kerusakan sel kulit oleh sinar ultra violet pada proses 'sunburn'.
Hewan ternak mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan iklim. Iklim tropis Indonesia merupakan kondisi yang sangat disenangi
oleh pertumbuhan agen penyakit, pada saat bersamaan kondisi inang sedang
mengalami penurunan daya tahan tubuhnya sehingga outbreak suatu penyakit
infeksius mudah terjadi. Kondisi ini menyebabkan hewan dalam kondisi stres,
yang pada gilirannya daya tahan tubuh dapat merosot sehingga produktivitas
maupun kesehatan hewan juga semakin rendah.
Pengaruh Langsung Iklim Terhadap Ternak
Semua ternak domestik termasuk hewan berdarah panas (homeotherm)
yang berarti ternak berusaha mempertahankan suhu tubuhnya pada kisaran
yang paling cocok untuk terjadinya aktivitas biologis yang optimum. Kisaran yang
normal pada jenis mamalia adalah 37-390 C, sedangkan pada burung adalah 40400C dengan beberapa perkecualian. Untuk mempertahankan suhu tubuhnya
terhadap suhu lingkungan yang sangat bervariasi, ternak domestik harus
mempertahankan keseimbangan antara panas yang diproduksi oleh tubuh atau
panas yang didapat dari lingkungannya dengan panas yang hilang ke
lingkungannya.
Mekanisme fisiologis mengharuskan alokasi energi untuk kinerja produksi
maupun reproduksi dipakai untuk mempertahankan keseimbangan panas tubuh.
Dengan demikian, akan berdampak buruk yaitu penurunan produktivitas ternak.
Salah satu cara untuk mengatasi masalah ini adalah dengan mengendalikan
panas yang diterima dan peningkatan panas yang terbuang oleh ternak, yaitu
pemberian naungan atau atap dan pemilihan bahan atap yang lebih efektif dalam
menciptakan kondisi iklim mikro kandang yang kondusif bagi ternak untuk
berproduksi.
Berdasarkan tumbuhan dan hewan yang hidup dominan di dalamnya,
lingkungan hidup dapat digolongkan menjadi enam, yaitu kawasan tundra, hutan
berdaun jarum, hutan bermusim, hutan tropik basah, padang rumput dan padang
pasir. Secara umum, ada dua komponen lingkungan, yaitu abiotik dan biotik.
Komponen abiotik adalah semua unsur lingkungan yang tidak bernyawa yang
bersifat fisik, kimia, dan sosial, misalnya lahan, air, kandang dan nilai-nilai sosial
budaya dan agama; sedangkan komponen biotik adalah semua unsur hayati
yang ada dalam kehidupan, misalnya musim, tumbuh-tumbuhan, dan hewan lain.
Perubahan yang dapat terjadi pada ternak ketika terjadinya perubahan
iklim adalah sebagai berikut :
a. Perilaku merumput
Lamanya waktu merumput saat siang hari sangat dipengaruhi oleh iklim,
bangsa, kualitas, tipe mamalia, dan pastur yang tersedia (padang rumput). Jika
ternak digembalakan pada daerah bukan asalnya, maka masa merumput akan
berkurang .
b. Pengunaan makanan dan pengambilan makanan
Jika suatu tempat memiliki temperatur yang tinggi maka akan
mempengaruhi pengambilan makanan pada ternak, semakin tinggi temperatur
maka semakin sedikit makan karena akan lebih banyak minum. Jika temperatur
lebih dari 40maka ternak akan berhenti memamah biak.
c. Air yang diminum (water intake )
Air sangat penting bagi ternak sebab air mempunyai peran yang penting
dalam metabolisme ternak, selain itu air juga membantu ternak melepaskan
panas tubuhnya secara konduksi dan penguapan, keperluan air ini akan
meningkat apabila temperatur naik.
d. Mempengaruhi efisiensi pengunaan makanan
Ternak dapat mengalami heat stress apabila iklim suatu tempat panas,
sehingga ternak tidak banyak melakukan gerak untuk menjaga suhu tubuhnya
tetap stabil.
e.
sangat tinggi akibatnya feed intake ternak pun akan menurun dan juga
mempengaruhinya lamanya merumput dan akhirnya juga mempengaruhi
produktififtas dari ternak.
g.
subtropics, berbeda dengan daerah tropis sapi perah lebih sedikit menghasilkan
susu. Iklim juga sangat mempengaruhi kandungan susu, lemak, bahan kering.
h.
dari tingkah laku ternak itu sendiri. Faktor internal dan eksternal merupakan
faktor yang dapat menyebabkan strees pada ternak.
Faktor Internal terdiri dari : penyakit ,vaksinasi ,penyapihan.
Faktor Eksternal terdiri dari : cuaca ,makanan dan lingkungan
Panas dan kelembaban yang tinggi merupakan lingkungan yang baik bagi
parasit internal dan eksternal, jamur dan vector penyakit. Parasit internal tidak
begitu penting pada iklim agak kering tetapi parasit eksternal adalah penting
meskipun parasit ini tidak begitu banyak di daerah iklim kering oleh karena jenis
vegetasi di daerah ini mempengaruhi adanya insekta pembawa penyakit maka
iklim mempunyai pengaruh tidak langsung yang besar terhadap produksi ternak.
Pada daerah-daerah tropik afrika dimana curah hujan cukup untuk mendukung
pertumbuhan semak-semak menyebabkan ternak. juga iklim yang mendukung
perkembangan stomoxys spp.
c. Penyimpangan dan penanganan hasil ternak
Produktivitas ternak merupakan fungsi dari faktor genetik dan faktor
lingkungan. Faktor genetik merupakan faktor yang menentukan kemampuan
produksi, sedangkan faktor lingkungan merupakan faktor pendukung agar ternak
mampu berproduksi sesuai dengan kemampuannya. Faktor lingkungan yang
dimaksud antara lain pakan, pengelolaan, dan perkandangan, pemberantasan
dan pencegahan penyakit serta, faktor iklim baik iklim mikro maupun iklim makro.
Sehingga dalam hal ini lingkungan merupakan faktor yang berpengaruh cukup
besar terhadap penampilan produksi seekor ternak. Hal ini telah dibuktikan
bahwa keunggulan genetik suatu bangsa ternak tidak akan ditampilkan optimal
apabila faktor lingkungannya tidak sesuai. Seperti telah disebutkan bahwa salah
satu
faktor
lingkungan
yang
merupakan
kendala
utama
tidak
dapat
terekspresinya secara optimal potensi produksi ternak adalah iklim mikro dan
iklim makro.
Iklim makro maupun iklim mikro dapat berpengaruh langsung terhadap
penampilan produktivitas ternak. Pengaruh tidak langsung adalah ketersediaan
hijauan pakan ternak yang cepat tua dan menyebabkan tingginya serat kasar,
sedangkan penganah langsungnya adalah terjadinya stress panas atau dingin,
sehingga ternak menderita stress atau ternak merasa tidak nyaman yang
berakibat terhadap penurunan produksi dan reproduksi ternak. Untuk itulah perlu
diketahui pengaruh ikiim terhadap kondisi fisiologis ternak, sehingga dapat
diupayakan pengendalian iklim, khususnya iklim mikro agar penampilan
produktivitas ternak dapat ditingkatkan. Iklim mikro adalah merupakan interaksi
berbagai faktor iklim di suatu lokasi yang spesifik atau keadaan iklim di sekitar
ternak dimana ternak berada. Dijelaskan lebih lanjut bahwa ada empat faktor
iklim utama yang merupakan interaksi tersebut yaitu suhu udara, kelembaban,
3. Perbaikan
konstruksi
kandang,
pemberian
naungan
pohon
dan
Produktivitas ternak dapat dipengaruhi oleh iklim makro dan iklim mikro.
Iklim yang ekstrim atau tidak sesuai dengan kondisi fisiologis hewan dapat
menyebabkan kondisi stress dan berakibat pada penurunan produktivitas hewan
tersebut. Sehingga perlu diperhatikan kondisi optimal untuk mengurangi stress
seperti perbaikan pakan/ransum, perbaikan konstruksi kandang, pemberian
naungan pohon dan mengkontinyu kan suplai air, penggunaan naungan,
penyemprotan air dan penggunaan kipas angin serta kombinasinya, sehingga
pada akhirnya kondisi nyaman bagi ternak dapat tercapai dan status kesehatan
dan produktivitas ternak yang prima dapat terwujud.
DAFTAR PUSTAKA
Bonsma, J.C.(1949) Breeding cattle for increased adaptability to tropical and
subtropical environments.J.agric. Sci.(Camb), 39, 204-21.
Derner, Justin D., William K. Lauenroth, Paul Stapp, and David J. Augustine.
"Livestock as Ecosystem Engineers for Grassland Bird Habitat in the
Western Great Plains of North America." Rangeland Ecology &
Management 62.2 (2009): 111-18
McDowell, R.E. 1972. Improvement of Livestock Production in Warm Climate.
W.H. Freeman and Co., San Frascisco.p.1-128.
Purwanto, B.P. 1993. Heat and Energy Balance in Dairy Cattle Under High
Environmental Temperatute. Doctoral Thesis. Hiroshima University.
Sientje. 2003. Stres Panas Pada Sapi Perah Laktasi. IPB, Bogor
Suprayogi A. 2010. Peran Ahli Fisiologi Hewan dalam Mengantisipasi Dampak
Pemanasan Global dan Upaya Perbaikan Kesehatan dan Produksi
Ternak. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Fakultas Kedokteran Hewan,
Institut Pertanian Bogor. Bogor, 22 Desember 2012.