Well Log Untuk Evaluasi Formasi
Well Log Untuk Evaluasi Formasi
Evaluasi Formasi
Ditulis pada Maret 30, 2012
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Saat ini teknologi di dalam eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi
telah berkembang dengan pesat. Hal tersebut sangat diperlukan mengingat
harga minyak dan gas bumi yang semakin meningkat sehingga perlu
dilakukan eksplorasi terhadap sumur minyak baru maupun peningkatan
produksi terhadap sumur minyak yang telah ada sebelumnya.
Sebelum dilakukan pengeboran kita harus melakukan evaluasi formasi untuk
mengetahui karakteristik formasi batuan yang akan di bor. Berbagai macam
metode digunakan untuk mengetahui karakteristik formasi baik melalui
analisis batu inti, analisis cutting, maupun analisis data well logging.
Analisis well logging saat ini banyak digunakan karena biayanya yang relatif
lebih murah dan kualitas datanya yang akurat. Untuk itu perlu dilakukan
pembahasan mengenai Aplikasi Well Logging di dalam Evaluasi Formasi.
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1
Maksud
Maksud dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui aplikasi well
logging di dalam evaluasi formasi.
1.2.2
Tujuan
2.
3.
4.
2.
3.
4.
BAB II
EVALUASI FORMASI
2.1 Ruang Lingkup Evaluasi Formasi
Evaluasi formasi batuan adalah suatu proses analisis ciri dan sifat batuan di
bawah tanah dengan menggunakan hasil pengukuran lubang sumur
(Harsono, 1997). Evaluasi formasi membutuhkan berbagai macam
pengukuran dan analisis yang saling melengkapi satu sama lain. Tujuan
utama dari evaluasi formasi adalah untuk mengidentifikasi reservoar,
memperkirakan cadangan hidrokarbon, dan memperkirakan perolehan
hidrokarbon (Harsono, 1997).
2.2 Metode Metode Evaluasi Formasi
Evaluasi formasi umumnya dilakukan secara berurutan dan sistematis.
Daerah yang dianggap berpotensi mengandung hidrokarbon awalnya
ditentukan melalui survei seismik, gravitasi, dan magnetik (Bateman, 1985).
Setelah daerah tersebut dibor selanjutnya dilakukan mud
logging dan measurements while drilling (MWD) ; setelah itu bisa dilakukan
pengambilan batu inti (Bateman, 1985). Saat mata bor tersebut telah
Mud Logging
2.
2.
engineering department.
Mud-logging unit akan menghasilkan mud log yang akan dikirim ke kantor
pusat perusahaan minyak. Menurut Darling (2005), mud log tersebut
meliputi:
Mud log merupakan alat yang berharga untuk petrofisis dan geolog di dalam
mengambil keputusan dan melakukan evaluasi. Darling (2005) menyatakan
bahwa mud logdigunakan untuk hal hal berikut ini:
Deskripsi Cutting
Pekerjaan lain dari seorang mud logger adalah melakukan
deskripsi cutting. Cuttingmerupakan material hasil hancuran batuan oleh
mata bor yang dibawa oleh lumpur pemboran ke permukaan
(Bateman,1985). Sebagian sampel dimasukkan ke dalam
Sifat butir
Tekstur
Tipe
Warna
Sortasi
Kekerasan
Ukuran
Deteksi Hidrokarbon
Coring
informasi yang bisa didapat. Informasi penting yang bisa didapat oleh
seorang petrofisis dari data core tersebut menurut Darling (2005) antara lain:
Homogenitas reservoar
Tipe mineral
Kenampakan dip
Data core tidak selalu akurat, menurut Darling (2005) ada sejumlah alasan
yang menyebabkan hal tersebut yaitu:
Suatu core diambil pada water leg, dimana proses diagenesis mungkin saja
terjadi, hal ini menyebabkan core tidak selalu dapat mewakili oil atau gas
leg di reservoar.
Coring dan proses pemulihannya menyebabkan tejadinya perubahan
tekanan dan suhu batuan sehingga bisa menyebabkan terjadinya perubahan
struktur pada batuan tersebut
Proses penyumbatan, pembersihan, dan pengeringan dapat
mengubah wettability dari sumbat sehingga membuatnya tidak bisa
merepresentasikan kondisi di bawah lubang bor.
Pengukuran resistivitas sumbat pada suhu lingkungan dengan
menggunakan udara sebagai fluida yang tidak basah (nonwetting fluid) bisa
tidak merepresentasikan kondisi reservoar.
2.2.3
Well Logging
BAB III
PENGERTIAN WELL LOGGING
3.1 Pengertian Log dan Well Logging
Log adalah suatu grafik kedalaman (bisa juga waktu), dari satu set data
yang menunjukkan parameter yang diukur secara berkesinambungan di
dalam sebuah sumur (Harsono, 1997). Kegiatan untuk mendapatkan data log
disebut logging Loggingmemberikan data yang diperlukan untuk
mengevaluasi secara kuantitatif banyaknya hidrokarbon di lapisan pada
situasi dan kondisi sesungguhnya. Kurva log memberikan informasi yang
dibutuhkan untuk mengetahui sifat sifat batuan dan cairan.
Well logging dalam bahasa Prancis disebut carrotage electrique yang
berarti electrical coring, hal itu merupakan definisi awal dari
well logging ketika pertama kali ditemukan pada tahun 1927. Saat ini well
logging diartikan sebagai perekaman karakteristik dari suatu formasi batuan
yang diperoleh melalui pengukuran pada sumur bor (Ellis &
Singer,2008). Well logging mempunyai makna yang berbeda untuk setiap
orang bor (Ellis & Singer,2008). Bagi seorang geolog, well logging merupakan
teknik pemetaan untuk kepentingan eksplorasi bawah permukaan. Bagi
seorang petrofisisis, well logging digunakan untuk mengevaluasi potensi
produksi hidrokarbon dari suatu reservoar. Bagi seorang geofisisis,
well logging digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh melalui
seismik. Seorang reservoir enginer menggunakan well log sebagai data
pelengkap untuk membuat simulator. Kegunaan utama dari well
logging adalah untuk mengkorelasikan pola pola electrical
conductivity yang sama dari satu sumur ke sumur lain kadang kadang
untuk area yang sangat luas bor (Ellis & Singer,2008). Saat ini teknologi well
logging terus berkembang sehingga dapat digunakan untuk menghitung
potensi hidrokarbon yang terdapat di dalam suatu formasi batuan.
Log adalah suatu grafik kedalaman (bisa juga waktu), dari satu set data
yang menunjukkan parameter yang diukur secara berkesinambungan di
dalam sebuah sumur (Harsono, 1997). Log elektrik pertama kali digunakan
pada 5 September 1927 oleh H. Doll dan Schlumberger bersaudara pada
lapangan minyak kecil di Pechelbronn, Alsace, sebuah propinsi di timur laut
Prancis (Ellis & Singer,2008). Log terus mengalami perkembangan dari waktu
ke waktu. Pada tahun 1929 log resistivitas mulai digunakan, disusul dengan
kehadiran log SP tiga tahun kemudian, selanjutnya log neutron digunakan
pada tahun 1941 disusul oleh kehadiran mikrolog,laterolog, dan log sonic
pada tahun 1950-an (Schlumberger,1989).
3.2 Macam macam metode yang digunakan untuk memperoleh data log
Ellis & Singer (2008) membagi metode yang digunakan untuk memperoleh
data log menjadi dua macam, yaitu:
3.2.1
Wireline Logging
Mobile laboratory
2.
Borehole
3.
Wireline
4.
3.2.2
Logging while drilling (LWD) merupakan suatu metode pengambilan data log
dimanalogging dilakukan bersamaan dengan pemboran (Harsono,1997). Hal
ini dikarenakan alatlogging tersebut ditempatkan di dalam drill collar. Pada
LWD, pengukuran dilakukan secara real time oleh measurement while
drilling (Harsono,1997)..
Alat LWD terdiri dari tiga bagian yaitu: sensor logging bawah lubang bor,
sebuah sistem transmisi data, dan sebuah penghubung permukaan (lihat
gambar 3.3). Sensor loggingditempatkan di belakang drill bit, tepatnya
pada drill collars (lengan yang berfungsi memperkuat drill string) dan aktif
selama pemboran dilakukan (Bateman,1985). Sinyal kemudian dikirim ke
permukaan dalam format digital melalui pulse telemetry melewati lumpur
pemboran dan kemudian ditangkap oleh receiver yang ada di permukaan
(Harsono,1997). Sinyal tersebut lalu dikonversi dan log tetap bergerak
dengan pelan selama proses pemboran. Logging berlangsung sangat lama
sesudah pemboran dari beberapa menit hingga beberapa jam tergantung
pada kecepatan pemboran dan jarak antara bit dengan sensor di bawah
lubang bor (Harsono,1997).
Layanan yang saat ini disediakan oleh perusahaan penyedia jasa LWD
meliputi gamma ray, resistivity, densitas, neutron, survei lanjutan (misalnya
sonik). Tipe log tersebut sama (tapi tidak identik) dengan log sejenis yang
digunakan pada wireline logging. Secara umum, log LWD dapat digunakan
sama baiknya dengan log wireline logging dan dapat diinterpretasikan
dengan cara yang sama pula (Darling,2005). Meskipun demikian,
karakteristik pembacaan dan kualitas data kedua log tersebut sedikit
berbeda.
Menurut Darling (2005), alat LWD mempunyai sejumlah keunggulan
dibandingkan denganwireline logging yaitu:
Hal ini karena informasi tersebut disimpan di dalam sebuah memori khusus
yang tetap dapat tetap diakses walaupun terjadi gangguan pada sumur.
Data LWD dapat disimpan dengan menggunakan memori yang ada pada alat
dan baru dilepas ketika telah sampai ke permukaan atau ditransmisikan
sebagai pulsa pada mud column secara real-time pada saat pemboran
berlangsung (Harsono,1997). Berkaitan dengan hal tersebut terdapat Darling
(2005) menyebutkan sejumlah kelemahan dari LWD yang membuat
penggunaannya menjadi terbatas yaitu:
Daya tahan baterai: tergantung pada alat yang digunakan pada string,
biasanya hanya dapat bekerja antara 40-90 jam
Kesalahan alat: Hal ini bisa menyebabkan data tidak dapat direkam
atau data tidak dapat ditransmisikan.
BAB IV
MACAM MACAM LOG
Untuk melewati suatu materi, gamma ray bertumbukan dengan atom dari zat
penyusun formasi (Ellis & Singer,2008). Gamma ray akan kehilangan
energinya setiap kali mengalami tumbukan, Setelah energinya hilang,
gamma ray diabsorbsi oleh atom formasi melalui suatu proses yang disebut
efek fotoelektrik (Ellis & Singer,2008). Jadi gamma ray diabsorbsi secara
gradual dan energinya mengalami reduksi setiap kali melewati formasi. Laju
absorbsi berbeda sesuai dengan densitas formasi (Schlumberger,1989).
Formasi dengan jumlah unsur radioktif yang sama per unit volum tapi
mempunyai densitas yang berbeda akan menunjukkan perbedaan tingkat
radioaktivitas Formasi yang densitasnya lebih rendah akan terlihat sedikit
lebih radioaktif. Respon GR log setelah dilakukan koreksi terhadap lubang bor
dan sebagainya sebanding dengan berat konsentrasi unsur radioaktif yang
ada di dalam formasi (Schlumberger,1989).
Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut:
Dimana
= densitas mineral radioaktif
= bulk volume factors mineral
= proportionally factors corresponding mineral radioaktif
= bulk density formasi
Peralatan
GR sonde memiliki detektor untuk mengukur radiasi gamma yang terjadi
pada formasi di dekat sonde. Detektor scintillation umumnya digunakan
untuk pengukuran ini (Schlumberger,1989). Detektor ini lebih efisien
dibandingkan dengan detektor Geiger-Mueller yang digunakan di masa lalu
(Schlumberger,1989). Panjang detektor ini hanya beberapa inchi sehingga
detil formasi bisa diperoleh dengan baik.
besar daripada salinitas air formasi maka defleksi akan mengarah ke kanan
(Harsono,1997).
Penurunan kurva SP tidak pernah tajam saat melewati dua lapisan yang
berbeda melainkan selalu mempunyai sudut kemiringan (Harsono,1997). Jika
lapisan permeabel itu cukup tebal maka kurva SP menjadi konstan bergerak
mendekati nilai maksimumnya sebaliknya bila memasuki lapisan serpih lain
maka kurva akan bergerak kembali ke nilai serpih secara teratur
(Harsono,1997).
Kurva SP tidak dapat direkam di dalam lubang bor yang diisi dengan lumpur
non-konduktif, hal ini karena lumpur tersebut tidak dapat menghantarkan
arus listrik antara elektroda dan formasi (Harsono,1997). Selanjutnya apabila
resistivitas antara lumpur penyaring dan air formasi hampir sama, defleksi
akan sangat kecil dan kurva SP menjadi tidak begitu berguna (Harsono,1997).
Gambar 4.5 Kenampakan kurva SP terhadap berbagai variasi litologi
(Asquith dalam Ellis & Singer,2008)
4.4 Log Densitas
Log densitas merekam bulk density formasi batuan
(Schlumberger,1989). Bulk densitymerupakan densitas total dari batuan
meliputi matriks padat dan fluida yang mengisi pori. Secara geologi, bulk
density merupakan fungsi dari densitas mineral yang membentuk batuan
tersebut dan volume fluida bebas yang menyertainya (Rider,1996). Sebagai
contoh, batupasir tanpa porositas mempunyai bulk density 2,65g/cm ,
3
(Rider,1996).
Prinsip Kerja
Perlengkapan
Untuk mengurangi pengaruh dari mud column, maka detektor
dan skidmounted sourceharus dipasangi perisai (Schlumberger,1989).
Sebuah koreksi diperlukan ketika kontak antara skid dan formasi tidak
sempurna. Jika hanya ada satu detektor yang digunakan, koreksi tidak mudah
untuk dilakukan karena pengoreksian bergantung pada ketebalan, berat, dan
komposisi mudcake atau mud interposed di antara skid dan formasi
(Schlumberger,1989).
Pada formation density logging (FDC), digunakan dua buah detektor dengan
ruang dan kedalaman yang berbeda (Schlumberger,1989). Dengan demikian
maka koreksi dapat lebih mudah dilakukan.
keberadaan hidrogen di dalam formasi. Jadi pada formasi bersih dimana pori
pori telah terisi oleh air atau minyak, log neutron merefleksikan porositas
yang terisi oleh fluida (Schlumberger,1989).
Zona gas juga dapat diidentifikasi dengan membandingkan hasil pengukuran
log neutron dengan log porositas lainnya atau
analisis core (Schlumberger,1989). Kombinasi log neutron dengan satu atau
lebih log porositas lainnya dapat menghasilkan nilai porositas dan identifikasi
litologi yang lebih akurat dibandingkan dengan evaluasi kandungan serpih
(Schlumberger,1989).
Prinsip Kerja
Neutron merupakan bagian dari atom yang tidak memiliki muatan namun
massanya ekuivalen dengan inti hidrogen (Schlumberger,1989). Neutron
berinteraksi dengan material lain melalui dua cara, yaitu melalui kolisi dan
absorbsi: kolisi umumnya terjadi pada tingkat energi tinggi sedangkan
absorbsi terjadi pada tingkat energi yang lebih rendah (Schlumberger,1989).
Jumlah energi yang hilang setiap kali terjadi kolisi tergantung pada massa
relatif inti yang betumbukan dengan neutron tersebut (Schlumberger,1989).
Kehilangan energi terbesar terjadi apabila neutron bertumbukan dengan
material lain yang memiliki massa sama dengannya, misalnya inti hidrogen
(Schlumberger,1989) . Tumbukan dengan inti yang berat tidak akan terlalu
memperlambat laju dari neutron. Jadi, penurunan terbesar jumlah neutron
yang kembali ditentukan oleh seberapa besar kandungan air di dalam formasi
batuan tersebut (Schlumberger,1989).
Dalam waktu beberapa mikrodetik, neutron yang telah diperlambat melalui
kolisi akan bergerak menyebar secara acak tanpa kehilangan banyak energi
(Schlumberger,1989). Neutron tersebut baru akan berhenti apabila ditangkap
oleh inti dari atom seperti klorin, hidrogen, atau silikon (Schlumberger,1989).
Saat konsentrasi hidrogen di dalam material yang mengelilingi sumber
neutron besar, sebagian besar neutron akan bergerak semakin lambat dan
dapat ditangkap pada jarak yang dekat dengan sumber (Schlumberger,1989).
Sebaliknya, apabila konsentrasi hidrogennya sedikit, neutron akan bergerak
jauh dari sumbernya baru kemudian ditangkap oleh inti atom lain (lihat
Perlengkapan SNP dirancang hanya bisa dioperasikan pada open holes, baik
yang terisi oleh cairan maupun yang kosong. Diameter minimal lubang bor
yang diperlukan adalah 5 inchi (Harsono,1997).
Tampilan Log
Gambar 4.6 Tampilan log densitas dan log neutron (Ellis & Singer,2008).
4.6 Log Resistivitas
Log resistivitas adalah rekaman tahanan jenis formasi ketika dilewati oleh
kuat arus listrik, dinyatakan dalam ohmmeter (Schlumberger,1989).
Resistivitas ini mencerminkan batuan dan fluida yang terkandung di dalam
pori-porinya. Reservoar yang berisi hidrokarbon akan mempunyai tahanan
jenis lebih tinggi (lebih dari 10 ohmmeter), sedangkan apabila terisi oleh air
formasi yang mempunyai salinitas ringgi maka harga tahanan jenisnya hanya
beberapa ohmmeter (Schlumberger,1989). Suatu formasi yang porositasnya
sangat kecil(tight) juga akan menghasilkan tahanan jenis yang sangat tinggi
karena tidak mengandung fluida konduktif yang dapat menjadi konduktor alat
listrik (Schlumberger,1989). Menurut jenis alatnya, log ini dibagi menjadi dua
yaitu laterolog, dipakai untuk pemboran yang menggunakan lumpur
pemboran yang konduktif dan induksi yang digunakan untuk pemboran yang
menggunakan lumpur pemboran yang fresh mud (Harsono,1997).
Berdasarkan jangkauan pengukuran alatnya, log ini dibagi menjadi tiga yaitu
dangkal (1-6 inci), medium (1,5-3 feet) dan dalam (>3 feet).
1.
Alat Laterolog
Alat DLT memfokuskan arus listrik secara lateral ke dalam formasi dalam
bentuk lembaran tipis (Harsono,1997). Ini dicapai dengan menggunakan arus
pengawal (bucking current) yang berfungsi untuk mengawal arus
utama (measured current) masuk ke dalam formasi sedalam-dalamnya.
Dengan mengukur tegangan listrik yang diperlukan untuk menghasilkan arus
listrik utama yang besarnya tetap, resistivitasnya dapat dihitung dengan
hukum Ohm (Schlumberger,1989).
Sebenarnya alat DLT terdiri dari dua bagian, bagian pertama mempunyai
elektroda yang berjarak sedemikian rupa untuk memaksa arus utama masuk
sejauh mungkin ke dalam formasi dan mengukur LLd, resistivitas laterolog
dalam (Harsono,1997). Bagian lain mempunyai elektroda yang berjarak
sedemikian rupa membiarkan arus utama terbuka sedikit, dan mengukur LLs,
resistivitas laterolog dangkal (Harsono,1997). Hal ini tercapai karena arus
yang dipancarkan adalah arus bolak-balik dengan frekuensi yang berbeda.
Arus LLd menggunakan frekuensi 28kHz sedangkan frekuensi arus LLs adalah
35 kHz (Harsono,1997).
Bila alat DLT mendekati formasi dengan resistivitas sangat tinggi atau
selubung baja, bentuk arus DLT akan terpengaruh (Harsono,1997). Hal ini
akan mengakibatkan pembacaan yang terlalu tinggi pada LLd. Pengaruh ini
dikenal dengan sebutan efek Groningen (Harsono,1997).
DLT generasi baru telah dilengkapi dengan suatu rangkaian elektronik yang
mampu mendeteksi dampak Groningen ini dengan menampilkan kurva LLg
(Harsono,1997). Bila terdapat efek Groningan biasanya pembacaan LLg tidak
sama dengan LLd pada jarak anatara titik sensor dan torpedo
kabel logging (Harsono,1997).
1.
Alat Induksi
dengan kekuatan dari medan magnet yang dihasilkan dan sebanding dengan
arus eddy dan juga konduktivitas dari formasi (Harsono,1997).
Perbandingan antara pengukuran Laterolog dan Induksi
Hampir setiap alat pengukur resistivitas saat ini dilengkapi dengan alat
pemfokus. Alat tersebut berfungsi untuk mengurangi pengaruh akibat fluida
lubang bor dan lapisan di sekitarnya (Harsono,1997). Dua jenis alat pungukur
resistivitas yang ada saat ini: induksi dan laterolog memiliki karakteristik
masing-masing yang membuatnya digunakan untuk situasi yang berbeda
(Harsono,1997).
Log induksi biasanya direkomendasikan untuk lubang bor yang yang
menggunakan lumpur bor konduktif sedang, non-konduktif (misalnya oil-base
muds) dan pada lubang bor yang hanya berisi udara (Harsono,1997).
Sementara itu laterolog direkomendasikan pada lubang bor yang
menggunakan lumpur bor sangat konduktif (misalnya salt muds)
(Harsono,1997).
Alat induksi, karena sangat sensitif terhadap konduktivitas baik digunakan
pada formasi batuan dengan resistivitas rendah sampai sedang
(Harsono,1997). Sedangkan laterolog karena menggunakan peralatan yang
sensitif terhadap resistivitas sangat akurat digunakan pada formasi dengan
resistivitas sedang sampai tinggi (Harsono,1997).
.BAB V
APLIKASI WELL LOGGING DALAM EVALUASI FORMASI
pasir karena kehadiran mineral radioaktif di dalam pasir. Serpih dapat dengan
jelas dikenali sebagai suatu zona ketika log densitas berada di sebelah kanan
dari log neutron, dicirikan dengan nilai unit porositas sebesar 6 atau lebih
(Darling, 2005).
Jadi crossover antara log densitas dan log neutron lebih baik digunakan untuk
mengidentifikasi reservoar. Zona gas akan menunjukkan nilai crossover yang
lebih besar daripada zona air dan minyak (Darling, 2005). Log densitas dan
log neutron merupakan hasil pengukuran statistik (diukur berdasarkan waktu
kedatangan sinar gamma pada detektor yang bersifat acak) sehingga
tampilannya dapat tetap meliuk-liuk walaupun berada pada litologi yang
homogen (Darling, 2005). Oleh karena itu sangat berbahaya apabila kita
membuat aturan ketat bahwa kurva densitas harus berpotongan dengan
kurva neutron untuk menyatakan bahwa lapisan tersebut adalah net
sand. Untuk sebagian besar reservoar, Darling (2005) menyarankan aturan
aturan berikut ini:
sa
sh
sa
Ketika salinitas air formasi sangat tinggi, resistivitas clean sand juga
akan turun
Pada shally sand zones yang mempunyai proporsi zat konduktif tinggi,
resestivitasnya akan tetap kecil walaupun berfungsi sebagai reservoar.
Bila air formasi sangat murni (Rw tinggi) resistivitasnya dapat terlihat
seperti hidrokarbon padahal merupakan water-bearing zones.
untuk mengidentifikasi zona gas meliputi log GR, densitas, neutron, dan sonik
namun semuanya tidak bisa dijadikan sebagai acuan (Darling,2005).
Pada depleted reservoir gas telah keluar melalui solution dari zona minyak
dan tidak bisa lagi mencapai kesetimbangan (Darling, 2005). Gas akan tetap
dalam bentuk football-sized pockets yang dikelilingi oleh minyak. Pada situasi
seperti ini log dasar tidak akan bisa memberikan jawaban yang tepat
(Darling, 2005).
Cara yang paling tepat untuk mengidentifikasi zona gas adalah dengan
menggunakanshear sonic log yang dikombinasikan dengan compressional
sonic (Darling, 2005). Jikacompressional velocity (Vp) / shear velocity (Vs)
diplotkan terhadap Vp, deviasi akan terlihat pada zona gas karena Vp lebih
dipengaruhi oleh gas dibandingkan Vs (Darling, 2005).
Pada banyak kasus, tidak ada lompatan nilai porositas yang teramati
melewati kontak. Sebuah pengecualian dimana ada nilai porositas yang
melewati OWC merupakan efek diagenetik yang bisa saja terjadi.
Hal yang perlu diingat adalah bahwa porositas yang dihitung dengan
menggunakan log densitas merupakan nilai porositas total sehingga air yang
terikat di dalam pori-pori lempung (clay-bound water) tetap termasuk di
dalamnya (Darling, 2005). Untuk itu hasil pengukuran log densitas perlu
dibandingkan dengan hasil analisis batu inti yang relatif lebih bisa
menghilangkan pengaruh clay-bound water.
Dalam menghitung porositas, penting untuk memeriksa zona yang
mengalami washoutsehingga nilai densitasnya menjadi sangat tinggi tak
menentu dan mengakibatkan nilai porositas tinggi yang tidak realistis
(Darling, 2005). Pada sejumlah kasus zona tersebut dapat dikenali dari
karakternya yang soft dan mempunyai porositas tinggi. Meskipun demikian,
pada sejumlah kasus perlu dilakukan pengeditan data log densitas secara
manual dengan menggunakan persamaan tertentu (Darling, 2005). Menurut
Schlumberger (1989), estimasi yang paling baik pada water-bearing
section adalah dengan menggunakan resistivitas sebenarnya (Rt) dan
persamaan Archie sebagai berikut:
R =R* *
t
-m
atau
S = [(R /R )* ]
w
dengan:
(-1/n)
Rw
Sw
= saturasi air
= eksponen saturasi
total
* (1 C*V )
sh
hubungan antara kedua faktor tersebut dalam bentuk persamaan. Wyllie dan
Rose menngeluarkan persamaan k = C* / (Swi) y yang dirumuskan
berdasarkan hubungan antara permeabelitas dan irreducible water
saturation (Schlumberger,1989). Ketergantungan permeabelitas terhadap
porositas tidak dijelaskan melalui persamaan tersebut (Schlumberger,1989).
Berdasarkan persamaan Wyllie dan Rose tersebut sejumlah peneliti
mengeluarkan berbagai macam persamaan yang bisa digunakan untuk
menghitung permeabelitas berdasarkan porositas dan irreducible water
saturation yang didapat dari data well logsebagai berikut:
Tixier
k = 250 ( /S )
1/2
wi
Timur
k = 100 ( /S )
1/2
2,25
wi
Coastes-Dumanoir
k = (300/w ) ( /S )
1/2
w
wi
Coates
k = 70 (1-S ) / S
1/2
2
e
wi
wi
dengan
k
= permeabelitas
= porositas
wi
dan
wi
wi
K = (S -S ) /(1-S )
ro
wi
2,1
wi
ro
rw
dan
k =k k
o
ro
dimana k dan k merupakan permeabelitas efektif air dan minyak (md) dan k
w
wi1
Semua determinasi saturasi air dari log resistivitas pada formasi bersih
dengan porositas intergranular yang homogen didasarkan pada persamaan
Archie atau turunannya (Schlumberger,1989). Persamaan tersebut adalah
sebagai berikut:
= F R /R
w
Dimana
R
Untuk Sxo, saturasi air pada zona terbilas, persamaan tersebut menjadi :
= F R /R
mf
xo
Dimana
R
mf
xo
adalah F = 0,62/
2,15
2.
Serpih dapat hadir sebagai butiran atau nodul dalam matriks formasi.
Matriks serpih tersebut dikenal dengan istilah serpih struktural. Matriks
serpih tersebut biasanya dianggap mempunyai sifat fisik yang sama
dengan laminasi serpih dan serpih masif.
3.
=[ ( Sw ) / a R (1-Vsh) ] + [ (V S ) / R ]
2
sh
sh
BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditarik dari referat ini adalah sebagai berikut:
1.
Evaluasi formasi batuan adalah suatu proses analisis ciri dan sifat
batuan di bawah tanah dengan menggunakan hasil pengukuran lubang
sumur
2.
3.
Terdapat dua metode well logging yaitu wireline logging dan logging
while drilling
4.
Terdapat beberapa jenis log antara lain log Gamma Ray, log SP, log
densitas, log neutron, dan log resistivitas
5.
Aaplikasi well logging dalam evaluasi formasi antara klain adalah untuk
mengidentifikasi reservoar, mengidentifikasi jenis fluida dan kontak
antar fluida, menghitung porositas, menentukan permeabelitas, dan
menghitung saturasi
DAFTAR PUSTAKA
Bateman, R.M., 1985, Open-hole Log Analysis & Formation Evaluation,
International Human Resources Development Corporation, Boston.
Darling, T, 2005, Well Logging and Formation Evaluation, Gulf Freeway, Texas.
Ellis, D. V. & Singer, J. M., 2008, Well Logging for Earth Scientist 2nd Edition,
Springer, Netherlands.
Harsono, A, 1997, Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log, Schlumberger Oilfield
Services, Jakarta.
Rider, M, 1996, The Geological Interpretation of Well Logs 2nd Edition,
Interprint Ltd, Malta.
Schlumberger, 1989, Log Interpretation Principles/Aplication, Schlumberger
Educational Services, Texas.
http://hznenergy.com/loggingwhiledrilling
www.easternutd.com/pulseneutronlogging