Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Tujuan utama dari suatu survey seismik adalah melakukan pengukuran seismik untuk
memperoleh rekaman yang berkualitas baik. Kualitas rekaman seismik dinilai dari
perbandingan kandungan sinyal refleksi terhadap nilai gangguan (S/N) dan keakuratan
pengukuran waktu tempuh (Travel Time) gelombang seismik ketika menjalar dalam batuan.
Eksplorasi seismik dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu : Eksplorasi prospek
dangkal dan eksplorasi dalam. Eksplorasi seismik dangkal (shallow seismic reflection)
biasanya diaplikasikan untuk eksplorasi batubara dan bahan tambang lainnya. Sedangkan
eksplorasi seismik dalam digunakan untuk eksplorasi daerah prospek hidrokarbon. Kedua
kelompok ini tetntu saja menuntut resolusi dan akurasi yang berbeda dengan teknik lapangan
yang berbeda pula.
Untuk memperoleh hasil pengukuran data seismik refleksi yang baik diperlukan
pengetahuan tentang system perekaman dan parameter lapangan yang baik pula. Parameter
lapangan sangat ditentukan oleh kondisi lapangn yang ada. Oleh karena itu diperlukan
pengetahu yang cukup untuk bisa memahami teknik pengukuran data seismik.
1.2 TUJUAN
1. Mengetahui secara umum gambaran mengenai akuisisi data seismik.
2. Mengetahui paremeter-parameter akuisisi data seismik dengan baik.

3. Menentukan paremeter-parameter lapangan yang cocok dengan daerah survey .

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PARAMETER AKUISISI DATA


Sebelum melakukan akuisisi data, tentukan dahulu sasaran yang akan dicapai, problemproblem apa saja yang ada dan masalah-masalah yang mungkin akan muncul pada daerah
survey, paling tidak ada 8 problem yang harus dijawab, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Berapa kedalaman target.


Bagaimana kualitas refleksi.
Bagaimana resolusi vertikal yang diinginkan.
Seberapa besar kemiringan target yang tecuram.
Apa ciri jebakan yang menjadi sasaran.
Apa problem noise yang khusus.
Bagaimana problem logistik Team.
Apa ada spesial proses yang mungkin diperlukan.
Dari ke delapan problem tersebut jawabannya akan sangat menentukan nilai parameter-

parameter lapangan yang diperlukan. Terdapat 13 parameter pokok lapangan yang berpengaruh
pada kualitas data serta suksesnya suatu survey. Hal tersebut harus dipertimbangkan baik
secara teknis maupun ekonomis. Ke 13 parameter itu adalah :
1. Offset terjauh (Far Offset).
2. Offset Terdekat (Near Offset).
3. Group Interval.
4. Ukuran Sumber Seismik (Charge Size).
5. Kedalaman Sumber (Charge depth).
6. Kelipatan Liputan (Fold Coverage).
7. Laju Pencuplikan (Sampling Rate).
8. Tapis potong Rendah (Low cut Filter).
9. Panjang perekaman (Record length).
10. Rangkaian Geophone (Group Geophone).
11. Larikan Bentang Geophone (Geophone Array).
12. Panjang lintasan.
13. Arah lintasan.

2.1.1 OFFSET TERJAUH


Adalah jarak antara sumber seismik dengan geophone/receiver terjauh. Penentuan
offset terjauh didasarkan atas pertimbangan kedalaman target terdalam yang ingin dicapai
dengan baik pada perekaman (gambar 1.1).
2.1.2 OFFSET TERDEKAT (Near Offset).

Adalah jarak antara sumber seismik dengan Geophone/Receiver terdekat. Penentuan


Offset terdekat didasarkan atas pertimbangan kedalaman target yang terdangkal yang masih
dikehendaki. (Gambar 1.1)

Gambar 2.2. Jarak Trace terdekat dan Terjauh.


2.1.3 GROUP INTERVAL
Adalah jarak antara satu kelompok Geophone terhadap satu kelompok Geophone
berikutnya. Satu group geophone ini memberikan satu sinyal atau trace yang merupakan stack
atau super posisi dari beberapa geophone yang ada dalam kelompok tersebut. Susuan
geophone didalam kelompok ini tertentu untuk meredam noise.
2.1.4 UKURAN SUMBER SEISMIK (Charge Size)
Ukuran sumber seismik (dynamit, tekanan pada air gun, water gun, dll) merupakan
energi yang dilepaskan oleh sumber seismik. Sumber yang terlalu kecil jelas tidak mampu
mencapai target terdalam, sedangkan ukuran sumber yang terlalu besar dapat merusak event
(data) dan sekali gus meningkatkan noise. Oleh karena itu diperlukan ukuran sumber yang
optimal melalui Test Charge.
2.1.5 KEDALAMAN SUMBER
Sumber sebaiknya ditempatkan dibawah lapisan lapuk (weathering zone), sehingga
energi sumber dapat ditransfer optimal masuk kedalam system lapisan medium dibawahnya.
Untuk mengetahui ketebalan lapisan lapauk dapat diperoleh dari hasil survey seismik refraksi
atau uphole survey.
2.1.6 KELIPATAN LIPUTAN (Fold Coverage)
Fold coverage adalah jumlah atau seringnya suatu titik di subsurface terekam oleh
geophone dipermukaan. Semakin besar jumlah fold-nya, kualitas data akan semakin baik.

Untuk mengetahui berapa kali titik tersebut akan terekam dapat dilakukan perhitungan
sebagai berikut : Jika diketahui jarak Trace (antara trace), jarak shot point SP (titik ledakan
dynamit) dan jumlah trace (kanal) maka banyak liputanya adalah :
Fold = (jumlah chanel / 2) . (jarak antar trace/jarak titik tembak) NSP
NSP Adalah jumlah penembakan yang bergantung pada geometri penembakan yang dilakukan.
Untuk split spread dan off end makan NSP =1, sedangkan untuk double off end NSP = 2.
Besar kecilnya lingkup ganda akan berpengaruh pada :

Mutu Hasil Rekaman.


Resolusi vertikal.
Besarnya filter pada ambient noise dan ground roll yang masih ada.
Besarnya biaya survey.

2.1.7 LAJU PENCUPLIKAN (Sampling Rate)


Penentuan besar kecilnya samapling rate bergantung pada frekuensi maksimum sinyal
yang dapat direkam pada daerah survey tersebut. Akan tetapi apada kenyataannya , besarnya
sampling rate dalam perekaman sangat bergantung pada kemampuan instrumentasi
perekamannya itu sendiri, dan biasanya sudah ditentukan oleh pabrik pembuat instrumen
tersebut.
Penentuan sampling rate ini akan memberikan batas frekuensi tertinggi yang terekam
akibat adanya aliasing. Frekuensi aliasing ini terjadi jika frekuensi yang terekam itu lebih besar
dari frekuensi nyquistnya. Besarnya frekuensi nyquist dapat dihitung dengan rumus :
Frekuensi nyquist = Fq =(1/2 T) = 0,5 Fsampling
Dimana : T = Besarnya sampling rate.
Sebagai contoh, jika kita ambil sampling ratenya sebesar 4 ms, maka besarnya
frekuensi sampling adalah (1000/4) s-1 atau 250 Hz, dan besarnya sampling rate adalah 125 Hz.
Hal diatas memeiliki arti fisis, jika besarnya frekuensi gelombang yang terekam
memiliki frekuensi lebih besar dari 125 Hz, maka frekuensi sebenarnya. Ini yang disebut
frekuensi aliasing.

2.1.8 HIGH CUT DAN LOW CUT FILTER.


Penentuan filter ini kita lakukan pada instrumen yang kita gunakan. Pemilihan high cut
filter dapat kita tentukan atas dasar sampling rate yang kita gunakan. Pemasangan high cut
filter ini ditunjukkan untuk anti aliasing filter dan besarnya high cut filter selalu diambil lebih
kecil atau sama dengan frekuensi nyquist dan selalu lebih besar atau sama dengan frekuensi
sinyal tertinggi.

Pemilihan besarnya low cut filter ditunjukkan untuk meredam noise yang lebih rendah
dari frekuensi yang terdapat pada geophone. Hal ini digunakan jika noise tersebut terlalu besar
pengaruhnya terhadap sinyal sehingga sulit untuk dihilangkan walaupun dengan melakukan
pemilihan array geophone atau mungkin juga sulit dihilangkan dalam prosesing. Pemasangan
filter ini dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain :
Target kedalaman, karena akan mempengaruhi frekuensi yang dihasilkan.
Resolusi vertical.
Adanya noise.
Prosesing.
2.1.9 PANJANG PEREKAMAN (Record length)
Adalah lamanya merekam gelombang seismik yang ditentukan oleh kedalaman target.
Apabila targetnya dalam, maka diperlukan lama perekaman yang cukup agar gelombang yang
masuk kedalam setelah terpantul kembali dapat merekam dipermukaan minimal 1 detik dari
target, namun pada umumnya 2 kali kedalaman target (dalam waktu).
2.1.10 RANGKAIAN GEOPHONE (Group Geophone).
Adalah sekumpulan geophone yang disusun sedemikian rupa sehingga noise yang
berupa gelombang horizontal (Ground roll, Air blass/air wave) dapat ditekan sekecil mungkin.
Kemampuan merekam noise oleh susunan geophone tersebut bergantung pada jarak antar
geophone, panjang gelombang noise, dan konfigurasi susunannya.
2.1.11 ARRAY GEOPHONE
Tujuan dari penentuan array geophone ini adalah untuk mendapatkan bentuk
penyusunan geophone yang cocok

yang berfungsi utnuk meredam noise yang sebesar-

besarnya, dan sebaliknya untuk mendapatkan sinyal yang sebesar-besarnya. Dengan kata lain
untuk meningkatkan signal to ratio yang besar.
Dalam penentuan Array geophone, maka langkah langkah yang perlu dilakukan
adalah sebagai berikut. Menentukan panjang ground roll yang dominan dengan cara seperti
yang telah dijelaskan diatas.
Membuat kurva Array geophone, dengan rumus yang digunakan adalah :
R

Sin( Nkd )
N sin(kd )

Untuk wiegted array atau tapered array :


R

Sin( Nkd ) Sin( Mky )


N sin(kd ) MSin(ky )

Dan besarnya atenuasi adalah :


G (dB) = -20 log R
Dimana :
R = Respon array geophone.
G = Besarnya atenuasi dalam desibel.
K = Bilangan gelombang ground roll.
d = jarak antar group geophone.
X = jarak antar geophone dalam satu group.
Y = jarak antara geophone pertama dengan geophone pertama group berikutnya.
2.1.12 ARAH LINTASAN
Ditentukan berdasarkan informasi studi pendahuluan mengenai target, survey akan
dilakukan pada arah memotong atau membujur atau sembarang terhadap orientasi target pada
arah dip atau strike, up dip atau down dip (Sutopo,2015).
2.2 AKUISISI DATA SEISMIK
Akuisisi data merupakan pekerjaan pertama dalam suatu eksplorasi. Persiapan pertama
sebelum melakukan akuisisi adalah menentukan informasi dari target yang akan dituju,
seperti :

Berapa kedalaman target

Apa cirri-ciri jebakan yang menjadi sasaran target

Apa problem noise khusus yang sering dihadapi

Dimana eksplorasi dilakukan


Informasi diatas sangat bermanfaat dalam menentukan parameter lapangan. Parameter

dilapangan penting karena sangat menentukan kualitas data yang didapat serta dapat
mendukung proses pengolahan data secara optimal. Beberapa parameter lapangan adalah
sebagai berikut :
Geometry Penembakan (Spread Type)
Geometry penembakan adalah konfigurasi titik tembak dan channel di lintasan survey.
Konfigurasi ini dirancang untuk menyesuaikan dengan struktur geologi bawah permukaan
daerah target. Ada beberapa tipe konfigurasi yaitu:
Split spread, yaitu titik tembak berada diantara bentangan receiver. Untuk jenis penembakan
ini terbagi dua, yaitu:

Off end spread dan End on spread, yaitu titik tembak berada pada salah satu ujung, off
end di ujung kiri dan end on di ujung kanan dari bentangan. Pada tipe off end spread
system penembakan terbagi:

Cross spread, jika bentangan kabel receiver membentuk silang, silang tegak lurus
dengan shot point berada dipersimpangan atau perpotongan bentangan kabel receiver
tersebut.

Gambar 2.2. Pola konfigurasi titik tembak dan chanel saat geometry
Geometri Lintasan Sinar Gelombang(raypath)
Berdasarkan lintasan sinar gelombang (raypath) geometri penembakan dapat dibagi
dalam 4 jenis, yaitu :

Common source point(CSP), yaitu sinyal direkam oleh setiap trace yang datang dari
satu titik tembakan yang sama.

Common depth point (CDP), yaitu sinyal hasil pantulan dari satu titik

reflector direkam oleh sekelompok receiver yang berbeda.

Common receiver point (CRP), yaitu satu trace merekam sinyal-sinyal dari setiap titik
tembak yang ada.

Common offset (CO), yaitu sinyal setiap titik reflector masing-masing

direkam oleh satu trace dengan offset yang sama.

Gambar 2.3. Geometry lintasan sinar gelombang (Riyadi, 2011)


2.3 PARAMETER AKUISISI DATA SEISMIK REFRAKSI
Akuisisi data merupakan pekerjaan bagian terdepan dari suatu eksplorasi. Persiapan
awal yang harus dilakukan adalah menentukan parameter-parameter lapangan yang cocok dari
suatu daerah yang hendak disurvey. Penentuan parameter ini sangat penting karena akan
menentukan kualitas data yang akan diperoleh. Parameter lapangan dari suatu daerah biasanya
tidak sama untuk daerah lain yang berbeda. Maksud dari penentuan parameter lapangan ini
adalah untuk menetapkan parameter awal dalam suatu rancangan survey (akuisisi data) yang
dipilih sedemikian rupa sehingga dalam pelaksanaannya akan diperoleh informasi target
selengkap mungkin dengan noise serendah mungkin (perbandingan S/N tinggi).
1. Offset Terjauh (far offset)
Adalah jarak antara sumber seismik dengan geophone/receiver terjauh. Penentuan
offset terjauh didasarkan atas pertimbangan kedalaman target terdalam yang ingin
dicapai dengan baik pada perekaman (gambar 1.1.).
2. Offset Terdekat (near offset)
Adalah jarak antara sumber seismik dengan geophone/receiver terdekat. Penentuan
offset terdekat didasarkan atas pertimbangan kedalaman target yang terdangkal yang
masih dikehendaki
3. Group Interval
Adalah jarak antara satu kelompok geophone terhadap satu kelompok geophone
yang berikutnya. Satu group geophone ini memberikan satu sinyal atau trace yang
merupakan stack atau superposisi dari beberapa geophone yang ada dalam kelompok
tersebut. Susunan geophone di dalam kelompok ini tertentu untuk meredam noise.
4. Ukuran Sumber Seismik (Charge Size)
Ukuran sumber seismik (dynamit, tekanan pada air gun, water gun, dll) merupakan
ukuran energy yang dilepaskan oleh sumber seismik. Sumber yang terlalu kecil jelas
tidak mampu mencapai target yang dalam, sedangkan ukuran sumber yang terlalu
besar dapat merusak event (data) dan sekaligus meningkatkan noise. Oleh karena itu
diperlukan ukuran sumber yang optimal melalui test charge.
5. Kedalaman Sumber (Charge Depth)
Sumber sebaiknya ditempatkan di bawah lapisan lapuk, sehingga energy sumber
dapat ditransfer optimal masuk ke dalam istem lapisan medium di bawahnya. Untuk
mengetahui ketebalan lapisan lapuk dapat diperoleh dari hasil survey seismik
refraksi atau up hole survey
6. Kelipatan Liputan (Fold Coverage)

Fold Coverage adalah jumlah atau seringnya suatu titik di subsurface terekam oleh
geophone di permukaan. Semakin besar jumlah fold-nya, kualitas data akan semakin
baik seperti contoh gambar 1.3. Untuk mengetahui berapa kali titik tersebut akan
terekam dapat dilakukan perhitungan sebagai barikut; Jika diketahui jarak trace
(antar trace), jarak shot point SP (titik ledakan dynamit) dan jumlah trace (kanal)
maka banyak liputannya adalah,
Fold Coverage

Jarak trace
x Jumlah Kanal (geophone) x 100%
2 x jarak SP

(1.1)

Atau, bila suatu lintasan seismik ditembak secara teratur, maka bilangan kelipatan
liputannya bisa juga dihitung dengan rumus,
Fold Coverge

Jumlah Trace dalam satu SP


x 100%
2 x langkah group

(1.2)

Sebagai Contoh :
Apabila dalam setiap shot point terdiri dari 24 trace, penembakan dari satu SP ke SP
berikutnya group geophone maju 1 langkah, maka diperoleh,
Fold Coverage = 24/(2 x 1) = 12 atau 1200 % (12 fold)
Kalau group geophone maju 2 langkah, maka
Fold Coverage = 24/(2 x 2) = 6 atau 600 % (6 fold)
7. Laju Pencuplikan (Sampling rate)
Laju pencuplikan akan menentukan batas frekuensi maximum yang masih dapat
direkam dan direkonstruksi dengan benar sebagai data. Frekuensi yang lebih besar
dari batas maximum akan mengakibatkan timbulnya aliasing. Batas frekuensi
maximum ini disebut frekuensi Nyquist . Pada umumnya sinyal frekuensi tinggi
dicuplik dengan laju pencuplikan 2 ms atau 1 ms agar terhindar dari alias. Frekuensi
Nyquist dihitung dengan persamaan,
fq

1
2t

fq = frekuensi Nyquist ; t = laju pencuplikan


Sinyal yang mempunyai kandungan frekuensi > fq akan direkam dan direkonstruksi
menjadi sinyal yang mempunyai kandungan frekuensi yang lebih rendah dari pada
kandungan frekuensi sebenarnya (alias).
8. Tapis Potong Rendah (Low Cut Filter)
Merupakan tapis/filter yang dipasang pada instrumen perekaman untuk memotong/
menurunkan amplitudo frekuensi gelombang/trace yang rendah. Misal untuk
memotong frekuensi gelombang < 5,3 Hz dengan laju penurunan 18 dB/oct.

9. Frekuensi Geophone
Adalah watak geophone dalam merespon suatu gelombang seismik. Suatu
geophone
mampu merekam gelombang seismik sampai batas frekuensi rendah tertentu yang
pada umumnya (7-28 Hz) untuk refleksi, dan 4,5 Hz untuk refraksi dan untuk
frekuensi tinggi biasanya cukup besar (200 Hz). Responsibilitas geophone ini
disebabkan oleh adanya faktor peredaman (dumping) dari gerakan massa terhadap
koil di dalam geophone. Misal untuk geophone jenis GSCD-20,10 Hz.
10.Panjang Perekaman (Record Length)
Adalah lamanya merekam gelombang seismik yang ditentukan oleh kedalaman
target. Apabila targetnya dalam maka diperlukan lama perekaman yang cukup agar
gelombang yang masuk ke dalam setelah terpantul kembali dapat direkam di
permukaan. Minimal 1 detik dari target, namun pada umunya 2 kali kedalaman
taget (dalam waktu).
11.Rangkaian Geophone (Group Geophone)
Adalah sekumpulan geophone yang disusun sedemikian rupa sehingga noise yang
berupa gelombang horizontal (Ground roll, Air blast/air wave) dapat ditekan sekecil
mungkin. Kemampuan menekan noise oleh susunan geophone tersebut bergantung
pada jarak antar geophone, panjang gelombang noise, dan konfigurasi susunannya.
12.Panjang lintasan
Panjang lintasan ditentukan dengan mempertimbangkan luas sebaran/panjang target
di sub-surface terhadap panjang lintasan survey di surface.
12.Larikan Bentang Geophone (Geophone Array)
Bentang Geophone menentukan informasi kedalaman rambatan gelombang, nilai
kelipatan liputan dan alternatif sistem penembakan pada daerah-daerah sulit, seperti
lintasan menyeberangi sungai lebar dll.
14.Arah Lintasan
Ditentukan berdasarkan informasi studi pendahuluan mengenai target. Survey akan
dilakukan pada arah memotong atau membujur atau sembarang terhadap orientasi
target. Pada arah dip atau strike, up dip atau down
15.Spasi Antar Lintasan
Pertimbangan spasi antar lintasan melibatkan segi teknis dan ekonomis. Dari segi
teknis akan dilihat pada kepentingan survey, yaitu untuk studi pendahuluan atau
studi pengembangan atau sebagai data pelengkap saja (gambar 1.7.). Sedangkan dari
segi ekonomis tentu menyangkut besarnya dana yang tersedia. Semakin rapat

semakin mahal, namun demikian apakah data yang diperoleh cukup memadai atau
mubazir relatif terhadap kepentingannya.
2.4 TAHAP AKUISISI DATA SEISMIK
Sebelum melakukan akuisisi data, tentukan dahulu sasaran yang akan dicapai, problemproblem apa saja yang ada dan masalah-masalah yang mungkin akan muncul pada daerah
survey. Paling tidak ada beberapa problem yang harus dijawab yaitu :
1. Bagaimana desain survey dan pola point dalam grid yang akan digunakan sebagai
acuan untuk pengambilan data seismik yang menentukan resolusi penampang yang
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

akan dihasilkan
Berapa kedalaman target
Bagaimana kualitas refleksi
Bagaimana resolusi vertikal yang diinginkan
Seberapa besar kemiringan target yang tercuram
Apa ciri-ciri jebakan yang menjadi sasaran
Apa problem noise yang khusus
Bagaimana problem logostik team
Apa ada spesial proses yang mungkin diperlukan

Secara umum kegiatan akuisisi data seismik adalah dimulai dengan membuat sumber
getarbuatan, seperti palu seismik, vibroseis atau dinamit, kemudian mendeteksi dan
merekamnya ke suatu alat penerima (receiver), seperti geophone atau hidrophone.
Getaran hasil ledakan akan menembus ke dalampermukaan bumi dimana sebagian dari sinyal
tersebut akan diteruskan dan sebagian akandipantulkan kembali oleh reflektor. Sinyal yang
dipantulkan kembali tersebut akan direkamoleh alat perekam di permukaan.Sedangkan sinyal
yang menembus permukaan bumi akan dipantulkan kembali oleh bidangrefleksi yang kedua
snyalnya akan diterima kembali oleh alat perekam dan seterusnya hinggake alat perekam yang
terakhir. Alat perekam akan menghasilkan data berupa trace seismik. Sedangkan untuk tata
cara dalam operasi penyelidikan seismik adalah sebagai beikut:
1. Pelaksanaan tes parameter akuisisi agar survei optimal
2. Pembuatan desin survei koordinat teoritik dari titik-titk tembak dan receiver
3. Pengukuran dan pemberiaan tanda terhadap koordinat titk tembak dan reciver oleh tim
topografi dan sambil melakukan pembukaan akses jalan, serta memindahkan (offset
dan kompensasi) titik tembak jika ditemukan penghambat dalam survei.
4. Pengeboran lubang titik shot source dengan kedalaman tertentu sesuai dengan hasil
parameter tes yang dilakukan atau persiapan lempeng jika menggunakan palu seismik
5. Pengisian lubang dengan bahan peledak sesuai dengan aturan atau penaruhan lempeng
palu seismik di tempat yang langsung kontak dengan tanah
6. Penutupan kembali lubang yang telah diisi dengan campuran rumput, tanah, jerami,
daun sampai lubang bener-benar tertutup rapat.
7. Pengukuran/pengecekan terhadap koordinat aktual yang telah diisi.
8. Selanjutnya dilakukan kontrol kualitas lubang shot point untuk mengurangi resiko
terjadinya missfire dan weakshot.

9. Pembentangan kabel dan pemasangan geophone untuk kondisi permukaan yang kering
dan hydrophone untuk kondiisi berair.
10. Perekaman dengan melakukan penembakan shot point dan mengaktifkan reciver
dengan jumlah channel yang aktif disesuaikan dengan hasil tes parameter yang
dilakuakan. Sebelum penembakan dilakuakan, ada petugas yang bertugas untuk
menghentian bising.
11. Kontrol kualitas data rekaman, untuk memastikan data telah memenuhi syarat atau
malah perlu dilakuakan penembakan ulang.
12. Penyimpanan data rekaman dan kemudian data dari mobil labo dibawa ke basecamp.
13. Pengolahan data lapangan (Ferdi,2013).

BAB III
DATA HASIL PENGAMATAN
3.1 Data Pengamatan
A. Desain seismik 2D
1. Group internal geophone (interval trace)

v
2 x Fmax x sin

2. Far Offset
Fo No {( jumlah channel 1) x interval trace}
3. Sampling Rate
t

1
x Fmax
2

4. Jorok antar geophone


x geophone

interval group geophone


jarak geophone - 1

B. Gambar lintasan berdasarkan parameter parameter berikut :

1.

Jumlah group geophone : 10 buah

2.

Geophone array : in line array

3.

Frekuensi maksimal : 245 Hz

4.

Depth and size : 15 m/kg

5.

Sistem penembakan : simetrical split and spread

6.

Kemiringan terjal : 200

7.

Kecepatan rata rata : 511 m/s

8.

Near offset : 90 m

9.

Jumlah channel: 120

10. Kedalaman yang ingin dicapai: 4 sekon


11. S/N : 5,48
3.2 Data Hasil Pengamatan
A. Desain Seismik 2D
1. Group internal geophone (interval trace)
v
2 x Fmax x sin

5110 m/s
2 x 245 Hz x sin 20

5110 m/s
167,5898702 s -1

30,491103 m
30,5 m
2. Far Offset

Fo No {( jumlah channel 1) x interval trace}


90 m {(12 - 1) x 30,5 m }
90 m 335,5 m
425,5 m

3. Sampling Rate
t

1
x Fmax
2

1
x 245 Hz
2
122,5 Hz

4. Jorok antar geophone


x geophone

interval group geophone


jarak geophone - 1

30,5 m
10 m - 1
3,38 m

4.2 Gambar Lintasan

BAB IV
ANALISA
Pada praktikum ini membahas tentang akuisisi data seismik, Proses akuisisi data
seismik ini bisa dikatakan merupakan langkah awal dari suatu survey seismik yang akan
dilakukan. Sebelum melakukan akuisisi data seismik ada beberapa hal yang terkait dengan
pengambilan data yang harus di ketahui terlebih dahulu agar data yang diperoleh nantinya
merupakan data yang baik. Ada beberapa parameter yang harus kita ketahui sebelum
melakukan akuisisi data seismik, yaitu offset terjauh, offset terdekat, group interval, ukuran
sumber seismik (charge size), kedalaman sumber (charge depth), kelipatan liputan (fold
coverage), laju pencuplikan (sampling rate), tapis potong rendah (low cut filter), panjang
perekaman (record length), rangkaian geophone (group geophone), larikan bentang geophone
(geophone array), panjang lintasan dan arah lintasan.
Akuisisi data seismik ada yang dilakuknan di darat dan ada yang dilakukan dilaut.
Akuisisi data dilapangan (darat) dilakukan untuk memperoleh data seismik berupa wavelet
atau trace-trace seismik. Setelah memperoleh data seismik dari lapangan maka data yang
diperoleh dapat di proses dengan tahapan-tahapan yang disesuaikan oleh pemroses data
seismik dengan menggunakan peralatan geophone. Sedangkan akuisisi data seismik laut

(marine) untuk memetakan struktur geologi dibawah permukaan laut dengan menggunakan
peralatan yang cukup rumit seperti air gun, perlengkapan navigasi dan lain-lain.
Ada beberapa tahapan yang biasa dilakukan didalam pengolahan data seismik yaitu,
edit geometri, koreksi statik, automatic gain control, analisa kecepatan, pembatasan trace, stack
dan migrasi.

BAB V
KESIMPULAN
1.

Akuisisi data sesimik dilakukan untuk meperoleh data pemetaan dibawah permukaan

2.
3.

bumi.
Langkah pertama dalam survey seismik yaitu akuisisi data seismik
Akuisisi dilakukan untuk mendapatkan peta geologi bawah permukaan secara detail dari

4.

suatu daerah.
Sebelum akuisisi data seismik dilakukan, ada baiknya terlebih dahulu kita menentukan
sasaran yang akan dicapai dan problem yang ada pada daerah survey yang akan kita

5.

eksplorasi.
Parameter-parametr yang ada sangat menentukan kualitas data seismik yan akan
didapatkan.

Anda mungkin juga menyukai