Anda di halaman 1dari 18

Makalah PBL Blok 28 Occupational Medicine

Cor Pulmonale Et Causa PPOK


Jeffry Simamora / 102011414
Email: fasterthanvelocity@yahoo.com
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510

Pendahuluan
Kesehatan

kerja

merupakan

salah

satu

bidang

kesehatan

masyarakat

memfokuskan perhatian pada masyarakat pekerja baik yang ada di sektor formal maupun
yang berada pada sektor informal. Kesehatan kerja bertujuan agar pekerja memperoleh
derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial. Tujuan tersebut
dicapai dengan usaha-usaha preventif, kuratif dan rehabilitatif terhadap penyakit atau
gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan, lingkungan kerja serta
penyakit umum. Kesehatan kerja dapat dicapai secara optimal jika tiga komponen
kesehatan berupa kapasitas dari pekerja, beban kerja dan lingkungan kerja dapat
berinteraksi secara baik dan serasi.1
Pesatnya perkembangan industri beserta produknya memiliki dampak positif
terhadap kehidupan manusia berupa makin luasnya lapangan kerja, kemudahan dalam
komunikasi dan transportasi dan akhirnya juga berdampak pada peningkatan sosial
ekonomi masyarakat. Disisi lain dampak negatif yang terjadi adalah timbulnya penyakit
akibat pajanan bahan-bahan selama proses industri atau dari hasil produksi itu sendiri.
Timbulnya penyakit akibat kerja telah mendapat perhatian dari pemerintah Indonesia,
berdasarkan Surat Keputusan Presiden Nomor 22 tahun 1993 telah ditetapkan 31 macam
1

penyakit yang timbul karena kerja. Berbagai macam penyakit yang timbul akibat kerja,
organ paru dan saluran nafas merupakan organ dan sistem tubuh yang paling banyak
terkena oleh pajanan bahan-bahan yang berbahaya di tempat kerja. Penyakit akibat kerja
adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun
lingkungan kerja.

1 Anamnesis
Anamnesis adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara. Anamnesis
terbagi menjadi dua tipe, yang pertama autoanamnesis yaitu wawancara yang ditujukan
langsung kepada pasien, yang kedua alloanamnesis yaitu wawancara yang ditujukan
kepada pihak keluarga, orang tua, atau kerabat selain pasien. Yang termasuk didalam
alloanamnesis adalah semua keterangan dokter yang merujuk, catatan rekam medik, dan
semua keterangan yang diperoleh selain dari pasiennya sendiri. 2
Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan dalam anamnesis:
-

Menanyakan identitas pasien ? ( nama, umur, pekerjaannya apa, alamat,dll)1


Menanyakan keluhan utama ? (pada kasus sakit dada kiri dan sesak nafas)

Menanyakan ada keluhan tambahan ?

Riwayat penyakit
Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) :
Rasa sakit di dada kiri / sesak napas
Sejak kapan dirasakan ? apakah sering terjadi ?
Menjalar atau tidak ?
Sakit muncul pada waktu tertentu atau

sepanjang

hari/menetap ?
Sesak dirasakan menetap (berhari-hari) atau hilang timbul
Apakah muncul hanya di tempat kerja
Ada faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya sesak atau
memperberat gejalanya ?
Ada disertai keluhan lain ?

Riwayat Penyakit Dahulu (RPD) :


Sebelumnya apakah pernah mengalami gejala seperti ini ?
Pernah terkena penyakit paru menahun ?
2

Pernah menderita penyakit yang menyebabkan harus dirawat di


rumah sakit ?

Riwayat Penyakit Keluarga (RPK) :


Apakah memiliki riwayat penyakit keturunan di keluarga ? (DM,
asthma, jantung, kanker,dll)

Riwayat pekerjaan dan lingkungan kerja


Untuk diagnosis penyakit akibat kerja sangat penting untuk ditanyakan
mengenai riwayat pekerjaan pasien.
Sudah berapa lama bekerja sekarang ?
Berapa lama waktu bekerja dalam sehari ?
Apakah gejala penyakit berkurang pada saat tidak bekerja ?
Alat kerja, bahan kerja, proses kerja apa yang digunakan dalam
bekerja ?
Alat pelindung diri apa yang digunakan ?

2 Pemeriksaan
2.1 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik yang dapat dilakukan, antara lain :
Tanda-tanda vital (suhu, tekanan darah, frekuensi napas, frekuensi nadi)
Pemeriksaan fisik paru : inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi
Umumnya pada pemeriksaan fisik pada pasien yang menderita penyakit paru
akibat kerja akan didapatkan keluhan irtitsi saluran nafas bagian atas seperti : bersinbersin, iritasi pada mata, hidung, stridor dan gambaran trakeobronkitis. Gejala sistemik
dapat berupa mual, muntah, sakit kepala, kadang-kadang demam, pada keadaan berat
dapat terjadi oedem pulmonum. 2,3

2.2 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan Radiologi
3

2. Pemeriksaan EKG
2.3 Pemeriksaan tempat kerja
Bila memungkinkan akan jauh lebih baik jika dilakukan survey pada tempat kerja,
yang perlu di nilai adalah tentang pabrik ( bahan baku, proses produksi ,dan hasil
produksi),aspek fisik , kimia, mekanik, ergonomic, biologi, psikososial, data tenaga kerja(
menunjukan jumlah populasi yang terpajan), pelayanan kesehatan yang tersedia, serta
fasilitas pendukung lain nya. 4
3 Pajanan yang dialami
Pengetahuan mengenai pajanan yang dialami oleh seorang tenaga kerja adalah
esensial untuk dapat menghubungkan suatu penyakit dengan pekerjaannya. Untuk ini
perlu dilakukan anamnesis mengenai riwayat pekerjaannya secara cermat dan teliti, yang
mencakup:

Penjelasan mengenai semua pekerjaan yang telah dilakukan oleh penderita


secara kronologis5

Lama menekuni pekerjaan tersebut

Bahan yang diproduksi

Materi (bahan baku) yang digunakan

Jumlah pajanannya

Pemakaian alat perlindungan diri

Pola waktu terjadinya gejala6-8

Informasi mengenai tenaga kerja lain (apakah ada yang mengalami gejala
serupa)

Informasi tertulis yang ada mengenai bahan-bahan yang digunakan (Material


Safety Data Sheet/MSDS), label, dan sebagainya. 3,5

Faktor-faktor bahaya yang disebabkan oleh kondisi lingkungan kerja antara lain
adalah :
4

Faktor fisik, misalnya: penerangan, suara, radiasi, suhu, kelembaban dan


tekanan udara, ventilasi.
Faktor kimia, misalnya : gas, uap, debu, kabut, asap, awan, cairan, abu
terbang dan benda padat.
Faktor biologi, misalnya : virus dan bakteri baik dari golongan tumbuhan
atau hewan.
Faktor ergonomi atau fisiologis, misalnya : konstruksi mesin, sikap dan cara
kerja. Dan
Faktor mental - psikologis, misalnya : suasana kerja, hubungan diantara
pekerja dan pengusaha

4 Hubungan pajanan dengan penyakit


Tentukan apakah pajanan tersebut memang dapat menyebabkan penyakit tersebut.
Apakah terdapat bukti-bukti ilmiah dalam kepustakaan yang mendukung pendapat bahwa
pajanan yang dialami menyebabkan penyakit yang diderita. Jika dalam kepustakaan
tidak ditemukan adanya dasar ilmiah yang menyatakan hal tersebut di atas, maka tidak
dapat ditegakkan diagnosa penyakit akibat kerja. Jika dalam kepustakaan ada yang
mendukung, perlu dipelajari lebih lanjut secara khusus mengenai pajanan sehingga dapat
menyebabkan penyakit yang diderita (konsentrasi, jumlah, lama, dan sebagainya).6,7
Ditanyakan juga pendapat pekerja tentang keluhan yang dirasakannya. Apakah keluhan
atau gejala tersebut timbul akibat pekerjaanya atau tidak.1
Partikel debu dapat menimbulkan penyakit atau tidak bergantung kepada:
a. Ukuran partikel debu
Bila partikel debu yang masuk ke dalam paru berukuran diameter 2-10 mikron, ia
akan tertahan dan melekat pada dinding saluran pernafasan bagian atas. 12 Sedang
yang berukuran 3-5 mikron akan masuk lebih dalam dan tertimbun pada saluran
nafas bagian tengah. Partikel debu yang berukuran 1-3 mikron akan masuk lebih
dalam lagi sampai ke alveoli dan mengedap. Sedangkan yang ukurannya lebih
kecil dari 1 mikron, tidak mengendap di alveoli karena teramat ringan dan
pengaruh adanya peredaran udara. 3,7
b. Distribusi dari partikel debu dan polusi yang terinhalasi
c. Kadar dan lamanya paparan
5

Biasanya diperlukan kadar yang tinggi untuk dapat mengalahkan kerja eskalator
silia dengan waktu paparan yang lama biasanya memerlukan waktu paparan
selama 5 tahun.
d. Sifat debu
e. Kerentanan individu
Hal ini sulit diperkirakan karena individu yang berbeda dengan paparan yang
sama akan menimbulkan rekasi yang berbeda. Diperkirakan dalam paparan
terhadap bahan kimia dan debu dapat merusak epitelium saluran nafas, sensitasi
reseptor sensoris sehingga dapat meningkatkan refleks bronkokonstriksi
f. Pembersihan partikel debu
Terdapat dua mekanisme pembersihan partikel debu, yaitu mukosiliaris dan
pengaliran limopatik. Efisiensi mekanisme ini bervariasi tiap individu.
Pembersihan partikel tergantung dari mana partikel tersebut didepositkan. Partikel
yang tertinggal di atas mukus siliaris epitelium, sistem silia akan mendorong
partikel tersebut ke faring, kemudian akan ditelan atau dibatukkan keluar bersama
mukus. Partikel yang tertimbun pada daerah distal, pada saluran nafas yang tidak
mengandung silia dibersihkan lebih lambat, partikel ini akan difagositir oleh
makrofag kemudian dibawa ke saluran nafas yang dilapisis epitel bersilia
sehingga ikut terbang melalui mukus. Sebagian partikel akan tertinggal di
parenkim paru atau dibawa oleh makrofag melalui sistem limfatik.5

5 Pajanan yang di alami cukup besar


Jika penyakit yang diderita hanya dapat terjadi pada keadaan pajanan tertentu, maka
pajanan yang dialami pasien di tempat kerja menjadi penting untuk diteliti lebih lanjut
dan membandingkannya dengan kepustakaan yang ada untuk dapat menentukan
diagnosis penyakit akibat kerja. Untuk mengetahui apakah besar pengaruh suatu pajanan
itu, harus diteliti patofisiologi penyakit yang dapat ditimbulkan oleh pajanan tersebut dan
juga bukti epidemiologis penyakit tersebut. Harus diteliti secara kualitatif cara atau
proses kerja, lama kerja dan lingkungan kerja. Dilakukan juga observasi di tempat dan

lingkungan kerja dan diperiksa apakah pekerja mengaplikasikan pemakaian APD (alat
pelindung diri).2
Patofisiologi penyakit
Berdasarkan perjalanan penyakitnya, Cor Pulmonale dibagi menjadi 5 fase,
yakni: 8
Fase: 1
Pada fase ini belum nampak gejala klinis yang jelas, selain ditemukannya gejala awal
penyakit paru obstruktif menahun (ppom), bronkitis kronis, tbc lama, bronkiektasis dan
sejenisnya. Anamnesa pada pasien 50 tahunbiasanya didapatkan adanya kebiasaan
banyak merokok.
Fase: 2
Pada fase ini mulai ditemukan tanda-tanda berkurangnya ventilasi paru. Gejalanya antara
lain: batuk lama berdahak (terutama bronkiektasis), sesak napas / mengi, sesak napas
ketika berjalan menanjak atau setelah banyak bicara. Sedangkan sianosis masih belum
nampak. Pemeriksaan fisik ditemukan kelainan berupa: hipersonor, suara napas
berkurang, ekspirasi memanjang, ronchi basah dan kering, wheezing. Letak diafragma
rendah dan denyut jantungm lebih redup. Pemeriksaan radiologi menunjukkan
berkurangnya bronchovascular pattern, letak diafragma rendah dan mendatar, posisi
jantung vertikal.
Fase: 3
Pada fase ini nampak gejala hipoksemia yang lebih jelas. Didapatkan pula berkurangnya
nafsu makan, berat badan berkurang, cepat lelah. Pemeriksaan fisik nampak sianotik,
disertai sesak dan tanda-tanda emfisema yang lebih nyata.
Fase: 4
Ditandai dengan hiperkapnia, gelisah, mudah tersinggung kadang somnolens. Pada
keadaan yang berat dapat terjadi koma dan kehilangan kesadaran.

Fase: 5
Pada fase ini nampak kelainan jantung, dan tekanan arteri pulmonal meningkat.
Tanda-tanda peningkatan kerja ventrikel, namun fungsi ventrikel kanan masih dapat
kompensasi. Selanjutnya terjadi hipertrofi ventrikel kanan kemudian terjadi
gagal jantung kanan. Pemeriksaan fisik nampak sianotik, bendungan vena jugularis,
hepatomegali, edema tungkai dan kadang ascites.
Kualitatif
Proses kerja pasien berhubungan dengan debu dan polusi di jalanan, ditambah
pasien mungkin sudah bekerja sebagai tukang bakso keliling selama beberapa
tahun, sehingga telah terpajan dengan dalam waktu yang lama.
Observasi tempat dan lingkungan kerja
Pasien tidak menggunakan alat pelindung diri, contohnya masker. Sehingga
terpapar oleh udara polusi dan debu secara terus menerus. Dan waktu istirahat yang
kurang, disebabkan oleh persiapan dan proses berjualan bakso dan memakan cukup
banyak waktu.
6 Peranan factor individu
Meneliti apakah ada faktor individu yang dapat mempercepat atau memperlambat
kemungkinan terjadi penyakit akibat hubungan kerja misalnya: 1,7,9

Status kesehatan fisik:


o Alergi
o Riwayat penyakit keluarga (status genetik)
o Kebiasaan olahraga
Status kesehatan mental
Higiene perorangan
Kebiasaan merokok
Kebiasaan memakai alat pelindung dengan baik.1,2

7 Factor lain di luar pekerjaan


8

a. Hobi pekerja yang berhubungan dengan debu


b. Kebiasaan merokok ditambah paparan terhadap debu meningkatkan risiko
bisinosis
c. Pasien mungkin terpajan debu di rumah karena tidak mempunyai sistem
ventilasi yang bagus serta hygiene yang buruk
d. Pekerjaan sambilan pasien yang terkait dengan debu atau asap kotoran.3,7
8 Diagnosis okupasi
Sesudah menerapkan ke enam langkah di atas perlu dibuat suatu keputusan
berdasarkan informasi yang telah didapat yang memiliki dasar ilmiah. Seperti telah
disebutkan sebelumnya, tidak selalu pekerjaan merupakan penyebab langsung suatu
penyakit, kadang-kadang pekerjaan hanya memperberat suatu kondisi yang telah ada
sebelumnya. Hal ini perlu dibedakan pada waktu menegakkan diagnosis. Suatu
pekerjaan/pajanan dinyatakan sebagai penyebab suatu penyakit apabila tanpa melakukan
pekerjaan atau tanpa adanya pajanan tertentu, pasien tidak akan menderita penyakit
tersebut pada saat ini.
Sedangkan pekerjaan dinyatakan memperberat suatu keadaan apabila penyakit telah
ada atau timbul pada waktu yang sama tanpa tergantung pekerjaannya, tetapi
pekerjaannya/ pajanannya memperberat/ mempercepat timbulnya penyakit. 1,3,7
-

meneliti langkah 1 sampai 6


melihat referensi/ bukti ilmiah hubungan kausal pajanan dan penyakit : pasien ini
menderita PAK (penyakit akibat kerja) : Occupational Diseases)

2.1 DIAGNOSIS KERJA COR PULMONALE


Definisi
Definisi Cor Pulmonale adalah: Keadaan patologis dengan di temukannya hipertrofi
ventrikel kanan yang disebabkan oleh kelainan fungsional dan struktur paru. Tidak
termasuk kelainan karena penyakit jantung primer pada jantung kiri dan penyakit jantung
konginetal

Agen penyebab/pekerja berisiko


Penyebab sebenarnya tidak diketahui tapi secara umum diterima bahwa penyakit ini
disebabkan PPOK.
Gambaran Klinis
2.2 DIAGNOSIS BANDING
Asma karena pekerjaan 8
Definisi
Asma karena pekerjaan adalah suatu penyakit saluran pernafasan yang ditandai
dengan serangan sesak nafas dan batuk, yang disebabkan oleh berbagai bahan yang
ditemui di tempat kerja yang menimbulkan gangguan aliran nafas dan hipereaktiviti
bronkus yang terjadi akibat suatu keadaan di lingkungan kerja dan tidak terjadi pada
rangsangan diluar tempat kerja. Gejala-gejala tersebut biasanya timbul akibat kejang
pada otot-otot yang melapisi saluran udara, sehingga saluran udara menjadi sangat
sempit.

Etiologi
Banyak bahan (alergen, penyebab terjadinya gejala) di tempat kerja yang bisa
menyebabkan asma karena pekerjaan. Yang paling sering adalah molekul protein
(debu kayu, debu gandum, bulu binatang, partikel jamur) atau bahan kimia lainnya
(terutama diisosianat). Angka yang pasti dari kejadian asma karena pekerjaan tidak
diketahui, tetapi diduga sekitar 2-20% asma di negara industri merupakan asma
karena pekerjaan.
Gambaran Klinis
Gejala biasanya timbul sesaat setelah terpapar oleh alergen dan seringkali berkurang
atau menghilang jika penderita meninggalkan tempat kerjanya. Gejala seringkali
semakin memburuk selama hari kerja dan membaik pada akhir minggu atau hari libur.

10

Beberapa penderita baru mengalami gejalanya dalam waktu 12 jam setelah terpapar
oleh alergen.
Gejalanya berupa: sesak napas, bengek atau mengi, batuk, dan merasakan sesak di
dada.
Diagnosis
Dalam riwayat perjalanan penyakit, biasanya penderita merasakan gejala yang
semakin memburuk jika terpapar oleh alergen tertentu di lingkungan tempatnya
bekerja. Pada pemeriksaan dengan stetoskop akan terdengar bunyi wheezing (bengek,
mengi).
Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan:

Tes fungsi paru

Pengukuran puncak laju aliran ekspirasi sebelum dan sesudah bekerja

Rontgen dada

Hitung jenis darah

Tes provokasi bronkial (untuk mengukur reaksi terhadap alergen yang dicurigai)

Tes darah untuk menemukan antibodi khusus.

Pneumonitis Hipersensitif 8
Definisi
Pneumonitis Hipersensitivitas (Alveolitis Alergika Ekstrinsik, Pneumonitis Interstisial
Alergika, Pneumokoniosis Debu Organik) adalah suatu peradangan paru yang terjadi
akibat reaksi alergi terhadap alergen (bahan asing) yang terhirup. Alergen bisa berupa
debu organik atau bahan kimia (lebih jarang). Debu organik bisa berasal dari hewan,
jamur atau tumbuhan.
Etiologi

11

Pneumonitis hipersensitivitas biasanya merupakan penyakit akibat pekerjaan, dimana


terjadi pemaparan terhadap debu organik ataupun jamur, yang menyebabkan penyakit
paru akut maupun kronik. Pemaparan juga bisa terjadi di rumah, yaitu dari jamur
yang tumbuh dalam alat pelembab udara, sistem pemanas maupun AC.
Penyakit akut bisa terjadi dalam waktu 4-6 jam setelah pemaparan, yaitu pada saat
penderita keluar dari daerah tempat ditemukannya alergen. Penyakit kronik disertai
perubahan pada foto rontgen dada bisa terjadi pada pemaparan jangka panjang.
Penyakit kronik bisa menyebabkan terjadinya fibrosis paru (pembentukan jaringan
parut pada paru). Contoh dari pneumonitis hipersensitivitas yang paling terkenal
adalah paru-paru petani (farmer's lung), yang terjadi sebagai akibat menghirup bakteri
termofilik di gudang tempat penyimpanan jerami secara berulang. Hanya sebagian
kecil orang yang menghirup debu tersebut yang akan mengalami reaksi alergi dan
hanya sedikit dari orang yang mengalami reaksi alergi, yang akan menderita
kerusakan paru-paru yang menetap. Secara umum, untuk terjadinya sensitivitas dan
penyakit ini, pemaparan terhadap alergen harus terjadi secara terus menerus dan
sering.
Tabel 2. Penyebab Pneumonitis Hipersensitivitas
Penyakit
Paru-paru petani
Paru-paru pemelihara

burung

Sumber Partikel Debu


Jerami yang berjamur
Kotoran betet, burung dara, ayam

Paru-paru peternak burung dara


Paru-paru pemelihara ayam betina
Paru-paru penyejuk ruangan
Pelembab udara, penyejuk ruangan
Bagassosis
Limbah tebu
Paru-paru pekerja jamur
Pupuk jamur
Paru-paru
pekerja
gabus Gabus yang berjamur
(Suberosis)
Penyakit kayu maple
Paru-paru pekerja gandum
Sequoiosis
Paru-paru pekerja keju
Penyakit kumbang gandum
Paru-paru pekerja kopi
Paru-paru pekerja atap

Kayu maple yang berjamur


Gandum yang berjamur
Debu kayu merah yang berjamur
Keju yang berjamur
Tepung gandum yang terinfeksi
Biji kopi
Serabut atau tali yang digunakan untuk
12

Paru-paru pekerja kimia

atap
Bahan kimia yang digunakan untuk
membuat

serabut

busa

poliuretan,

penyekatan, molding, karet tiruan dan


bahan pembungkus
Manifestasi klinis
Gejala dari pneumonitis hipersensitivitas akut:

batuk

demam

menggigil

sesak

nafas

merasa tidak enak badan.


Gejala pneumonitis hipersensitivitas kronis:

sesak nafas, terutama ketika melakukan kegiatan

batuk kering

nafsu makan berkurang

penurunan berat badan.


Diagnosis
Pada pemeriksaan dengan stetoskop, terdengar suara pernafasan ronki.
Pemeriksaan yang biasa dilakukan:
13

a.

Rontgen dada

e. Presipitan aspergillus

b.

Tes fungsi paru

f. CT scan dada resolusi tinggi

c.

Hitung jenis darah

g.

Bronkoskopi disertai pencucian atau biopsi

transtrakeal
d.

Pemeriksaan antibodi

2.3 PENATALAKSANAAN

Medikamentosa
Bronkodilator
Aminofilin: Menghilangkan spasme saluran pernafasan Beta 2 adrenergik selektif
(Terbutalin atau Salbutamol ). Berkhasiat vasodilator pulmoner, sehingga
diharapkan dapat menambah aliran darah paru. Dosis obat diatas dapat dilihat di
buku Farmakoterapi. 8

Mukolitik dan ekspektoran


Mukolitik berguna untuk mencairkan dahak dengan memecah ikatan rantai
kimianya, sedangkan ekspektoran untuk mengeluarkan dahak dari paru.

Diuretika
Pemberian diuretika seperti furosemid atau hidroklorotiazid diharapkan dapat
mengurangi kongesti edema dengan cara mengeluarkan natrium dan menurunkan
volume darah. Sehingga pertukaran udara dalam paru dapat diperbaiki, dan
hipoksia maupun beban jantung kanan dapat dikurangi.

Digitalis
Preparat digitalis ( digoxin, cedilanid dan sejenisnya ) perlu diberikan kepada
penderita dengan Gagal Jantung kanan berat.

Nonmedikamentosa
Edukasi perubahan cara kerja
Pengobatan terpenting bagi pasien bisinosi sadalah menyingkirkannya dari
lingkungan kerja yang potensial risiko tinggi.

14

Memberikan edukasi agar pasien menghindari segala jenis polusi udara dan
berhenti merokok.
Latihan pernafasan dengan bimbingan ahli fisioterapi.

2.4 PENCEGAHAN / PENGENDALIAN

Pemeriksaan berkala
Pemeriksaan kesehatan pada waktu-waktu tertentu terhadap tenaga kerja yang
dilakukan oleh dokter. Dilakukan minimal setahun sekali. Tujuan pemeriksaan
kesehatan berkala: 4
Mempertahankan derajat kesehatan tenaga kerja

sesudah berada dalam pekerjaannya

Menilai kemungkinan adanya pengaruh pekerjaan


terhadap kesehatan
Bila ada penyakit akibat kerja wajib lapor ke Dirjen Binalindung Tenaga Kerja

melalui Kanwil Ditjen Binalindung Tenaga kerja. Pemeriksaan ini meliputi:


Pemeriksaan fisik lengkap
Kesegaran jasmani
Rontgen paru-paru
Laboratorium rutin
Pemeriksaan lain yang dianggap penting( spirometri)

Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh dokter secara khusus terhadap
tenaga kerja tertentu. Sasaran pemeriksaan kesehatan khusus:

o Tenaga kerja yang mengalami kecelakaan atau penyakit yang membutuhkan


perawatan yang lebih dari 2 minggu.
o Tenaga kerja yang berusia di atas 40 tahun atau tenaga kerja wanita dan tenaga
kerja cacat serat tenaga kerja muda yang melakukan pekerjaan tertentu.
o Tenaga kerja yang terdapat dugaan-dugaan tertentu mengenai gangguangangguan kesehatan perlu dilakukan pemeriksaan khusus sesuai dengan
kebutuhan
15

o Terdapat keluhan-keluhan di antara tenaga kerja, atau atas pengamatan


petugas pengawas K3 atau penilaian Pusat Bina Hiperkes atau pendapat
umum masyarakat.
APD
Alat pelindung diri di sini bukan hanya sekedar masker, namun yang terbaik
adalah respirator. Respirator adalah suatu masker yang menggunakan filter
sehingga dapat membersihkan udara yang dihisap. Ada 2 macam respirator, yaitu
yang half-face respirator, di sini berfungsi hanya sebagai penyaring udara, dan
full-face respirator, yaitu sekaligus berfungsi sebagai pelindung mata.Pemakaian
respirator adalah usaha terakhir, bila usaha lain untuk mengurangi pajanan tidak
memberikan efek yang optimal. Untuk menggunakan respirator, seseorang harus
melalui evaluasi secara medis.Hal ini penting karena respirator tidak selalu aman
bagi setiap orang.Pemakaian respirator dapat berakibat jantung dan paru bekerja
lebih keras sehingga pemakaian respirator dapat menjadi tidak aman bagi
penderita asma, gangguan jantung atau orang yang mempunyai masalah dengan
saluran napasnya. Pelatihan bagi pekerja yang akan menggunakan respirator
sangat penting. Dengan pelatihan tersebut pekerja diberi pemahaman tentang jenis
respirator, cara memilih respirator yang cocok, cara pemakaian serta cara
perawatan agar tidak mudah rusak.
KESIMPULAN

Kor pulmonale merupakan suatu keadaan timbulnya hipertrofi dan dilatasi


ventrikel kanan tanpa atau dengan gagal jantung kanan; timbul akibat penyakit
yang menyerang struktur atau fungsi paru atau pembuluh darahnya.

Kor pulmonale pada kasus ini merupakan penyakit akibat kerja dimana penyakit
tersebut yang diperberat karena pekerjaan Tn.IM , riwayat penyakit dahulu yaitu
batuk , riwayat merokok serta sering begadang dan minum kopi untuk
meningkatkan kondisi tubuh karena tuntutan pekerjaannya.

16

DAFTAR PUSTAKA
1. Suryadi. Buku ajar praktik kedokteran kerja. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2007. h. 234-7.
2. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Penerbit
Erlangga; 2007. h. 135-6.
3. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrta MK, Setiati S. Buku ajar ilmu
penyakit dalam. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006. h. 947.
4. Baratwidjaja GK, Harjono. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid II. Edisi ke-3.
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2001.
5. Darmanto, D. Respirologi (respiratory medicine). Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC;2007.h. 155-8
6. J.M Harrington. Buku saku kesehatan kerja. Edisi ke-3. Jakarta:EGC;2003.h.8793.
7. J.Jeyaratnam,

David

K.

Buku

Jakarta:EGC;2009.h.65-86,351-68.
8. Rahmatullah P. Buku ajar IPD

ajar
jilid

praktik
3.

kedokteran

Edisi

ke-5.

kerja.
Jakarta:

InternaPublishing;2009.h.2287-91.

17

18

Anda mungkin juga menyukai