Anda di halaman 1dari 4

Kegiatan Pertambangan Rakyat Desa Talawaan, Kabupaten Minahasa Selatan, Propinsi Sulawesi Utara

DAS Talawaan diperkirakan mempunyai luas 34.400 Ha, secara geografis terletak pada 010 0430" - 010 06 55" LU dan 1240 08 35" 1250 0 28". Secara administratif terletak di Kabupaten Minahasa (Kecamatan Dimembe dan Kecamatan Wori) dan Kota Manado
(Kecamatan Tuminting, Bunaken dan Mapanget). Desa yang termasuk Dalam DAS Talawaan sebanyak 51 desa, terdiri dari 30 desa di
Kabupaten Minahasa dan 21 kelurahan di Kota Manado. Keadaan topografi wilayah DAS Talawaan pada umumnya merupakan daerah
pegunungan dan berbukitbukit yang tersebar pada wilayah sungainya. Sebagian besar areal berada pada daerah administratif Kabupaten
Minahasa (80%) sedangkan 20% merupakan wilayah administratif Kota Manado. Salah satu perbukitan yang ada di wilayah DAS
Talawaan ternyata mengandung sumber daya alam yang cukup menjadi perhatian semua pihak.
Sejarah membuktikan, walaupun tahun 1953 sempat beredar informasi Bukit Batu Api mengandung Emas, masyarakat sekitar tidak tahu
mengolah emas yang begitu besar depositnya. Beberapa tahun sebelumnya mereka hampir saja memberikan harta berharga tersebut kepada
perusahaan asing. Walaupun mereka sempat memberikan hadiah kepada masyarakat yang paham tentang tambang emas yang kebetulan
bukan dari wilayah tambang Tatelu untuk mendapat kue karena ketidaktahuan masyarakat lokal. Disaat bersamaan mereka justru
mendapat hadiah yang cukup membuat repot mereka. Hadiah yang mereka terima tiada lain, dibombardirnya isu pencemaran merkuri di
DAS Talawaan.
Secara fisik gas buangan mengandung partikel-artikel debu dan secara kimia merupakan larutan berbagai jenis gas tergantung dari jenis
mineral bijih yang diolah. Limbah cair mengandung bahan-bahan kimia beracun dari logam-logam berat dan sianida dengan konsentrasi
yang relatif masih tinggi.

Tahap I : Bahan baku (Rep) yang baru diturunkan dari lokasi pertambangan kemudian dihancurkan/ dihaluskan
menggunakan tangan atau batu kalau repnya sudah kering dan mengeras
Tahap II: Rep tersebut dimasukkan dalam tromol yang ukuran sedang untuk dihaluskan sebelum masuk ke tromol kecil
dan besar yang menggunakan campuran Merkuri dan Sianida untuk menangkap emas
Tahap III: Setelah tahap II, selanjutnya Sianida dicampurkan pada tong besar/ tong blender kemudian ditutup hingga 50
jam disesuaikan berdasarkan jumlah yang diolah pada saat itu, begitu juga pada tromol kecil dengan menggunakan
Proses Pengolahan

campuran Merkuri dengan waktu 3 jam dalam proses pengelolaannya


Tahap IV: Setelah tahap III selesai dilakukan, proses pemisahan antara tangkapan emas dengan menggunakan sianida
dan merkuri serta limbahnya, dari tromol kecil dan besar tersebut dari hasil pemisahan itu akan dilakukan pembakaran
untuk dapat mengetahui hasil akhirnya yakni berapa ons atau gram emas yang diperoleh dari proses ini.
Tahap V: Pengelolaan limbah setelah proses penggunaan tromol, limbah tersebut di alirkan/ ditampung dalam bak
penampung yang sudah tersedia, dan ainya digunakan kembali dengan menggunakan mesin pompa air, kecuali limbah
padat langsung dibuang/ tamping disekitar lingkungan tempat kerja.
Limbah Merkuri
Limbah dari hasil pengolahan emas di tromol, langsung di buang ke bak penampungan tetapi kemudian air limbah

Pengolahan Limbah

tersebut masih digunakan kembali


Limbah Sianida
Setelah hasil pengolahan emas di tong pengolahan, kemudian limbah limbah tersebut di buang langsung ketempat
pembuangan dibelakang samping tempat pengolahan yang berjarak sekitar 5 meter

Dampak Terhadap

mencemari tanah di sekitar lokasi pertambangan


3

Lingkungan

Solusi

Dasar Hukum

mencemari air tanah di daerah sekitar tempat pengolahan emas


mempengaruhi menurunnya kualitas air bersih dan biota-biota di dalam air akan terkontaminasi dengan
kadar Merkuri dan Arsen.jika pembuangan limbah langsung di buang kesungai
terpapar langsung dengan pekerja maka tanpa disadari akan terakumulasi kedalam tubuh dan dapat
menyebabkan penyakit terhadap pekerja yang berada di sekitar tempat pengolahan emas
Menerapkan sistem pertambangan yang lebih ramah lingkungan
Menerapkan system pengelolaan limbah pertambangan
Bioremidiasi pada lokasi-lokasi yang telah tercemar
Perlu pengawasan dan aturan kegiatan pertambangan emas rakyat
Menanamkan kesadaran pada masyarakat
Menutup segala aktivitas pertambangan di Desa Talawaan

1. Pengendalian / penanggulangan pencemaran air di Indonesia telah diatur melalui Peraturan Pemerintah
Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas dan Pengendalian Pencemaran Air. Secara umum hal
ini meliputi pencemaran air baik oleh instansi ataupun non-instansi. Salah satu upaya serius yang telah
dilakukan Pemerintah dalam pengendalian pencemaran air adalah melalui Program Kali Bersih
(PROKASIH).
2. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 23 Tahun 2008. Tentang pedoman teknis
pencegahan dan pencemaran dan / atau kerusakan lingkungan hidup akibat
pertambangan emas rakyat

Anda mungkin juga menyukai