Anda di halaman 1dari 2

Kasih Sayang Rekan Kampus

Dewasa ini, kampus menduduki urutan pertama tempat dimana


aku menghabiskan waktuku. Rumah kini telah menduduki tempat
kedua. Bagaimana tidak? Hamper seluruh eksistensi kehidupanku
kuhabiskan untuk mengerjakan urusan kampus. Mulai dari
belajar, tugas, organisasi, kompetisi dan karir. Tiap pagi harinya
di pukul 08.00, aku mulai berangkat ke kampus, dan tak jarang
kembali ke rumah pada pukul 19.00. selebihnya terkadang waktu
kuhabiskan dengan mengerjakan tugas di rumah teman, atau
mungkin dirumahku, yang kemudian kulanjutkan dengan
beristirahat.
Melihat
betapa
krusialnya
kampus
dalam
keseharianku kini, maka sangatlah penting bagiku untuk bisa
tetap mempertahankan kelangsunganku di dunia kampus itu
sendiri. Kelangsungan yang dimaksud disini ialah suatu keadaan
dimana aku tetap bisa merasa nyaman berada di lingkungan
tersebut. Kenyamanan tidak terjadi begitu saja, namun harus
diciptakan. Salah satu hal yang membuatku nyaman adalah
memiliki rekan kampus yang mendukung keberadaanku.
Mendukung dalam artian membantu, menghibur, bahkan
menerima keberadaanku itu saja sudah cukup. Oleh karenanya,
sangatlah penting untuk menimbulkan rasa kasih sayang antar
rekan kampus. Bukan kasih sayang seperti yang umumnya
diutarakan dalam konteks percintaan, namun kasih sayang untuk
saling peduli satu sama lain. Aku membutuhkan kasih sayang itu
dari rekan kampusku, maka sebaliknya, aku pun juga harus
mampu memberikan kasih sayang ku kepada yang lain. Karena
tanpa kasih sayang, kita akan merasa bahwa kita sendiri, dan tak
ada orang yang menginginkan kita dalam cara apapun, sehingga
dapat menganggu produktifitas kita selama berada di kampus.
Berbaiklah kepada sesama, karena memang sejatinya kita hidup
sebagai makhluk social.
Tuhan dan Dunia Kampus
Allah menyerukan kepada umatnya untuk menuntut ilmu setinggi
langit. Itulah yang menjadi salah satu alasan mengapa
pendidikan merupakan suatu prioritas bagiku. Tak pernah
sekalipun aku meragukan keberadaan Allah dalam keseharianku.
Ia selalu ada di kala aku mengalami kesulitan, terutama dalam
dunia kampus. Ia juga turut memberikanku rejeki melalui dunia
kampus. Rejeki yang mungkin tak dimiliki oleh orang lain. Maka
dari itu, atas segala nikmat yang telah ia berikan, selalu
tertanam dalam benakku, untuk selalu bersyukur dan
mengingatNya dalam keadaan sesulit, sebahagia, setinggi, dan
serendah apapun; selalu aku berusaha untuk menyisihkan waktu

beribadah kepadanya. Terkadang susah memang, dan aku juga


merupakan manusia yang sering khilaf. Namun bagaiman pun
caranya, aku akan selalu tetap berusaha

Anda mungkin juga menyukai