TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Daging
Definisi daging adalah semua jaringan hewan dan produk olahannya yang sesuai dan digunakan sebagai
makanan. Daging terdiri dari 4 empat jaringan utama yaitu:
a.
b.
c.
d.
Jaringan Otot
Jaringan epitel
Jaringan ikat
Jaringan saraf
: Dapat mengetahui dan mendeteksi tingkat kebusukan awal daging secara laboratoris.
: -Reagen Eber terdiri dari HCL, Alkohol, Eter dengan perbandingan 1:3:1.
N6H4Cl
Prosedur Percobaan :
1. Tabung uji disiapkan, bila percobaan dilakukan duplo maka jumlah tabung uji disesuaikan,
kemudian tuangkan reagen Eber sebanyak 5 ml ke dalam tabung uji.
2. Sebelumnya, sepotong daging pada ujung kawat yang dikaitkan pada tutup/penyumbat tabung
sehingga dapat tergantung diatas permukaan reagen.
3. Sumbatkan pada tabung uji yang telah berisi reagen Eber yang telah dipasang potongan daging
yang akan diuji.
4. Amati perubahan yang terjadi pada permukaan tabung.
Catatan : Perubahan terjadi sangat cepat sehingga harus diperhatikan benar-benar dan teliti. Bila hasil
negative percobaan diulangi dan bila positif berarti ada pembusukan. Untuk setiap percobaan harus
membuat reagen baru.
a. Uji H2S
Prinsip : Gas H2S yang terbebaskan dari daging dapat dibuktikan dengan pb asetat dengan membentuk pb
Sulfida.
Tujuan : Dapat mengetahui/mendeteksi kebusukan daging tingkat awal dengan terbentuknya pb sulfide.
Peralatan : - Cawan pertri yang bergarsi tengah 10 cm
-
Kertas saring
Pisau
Pb asetat 10 %
Pb sulfat + H2 asetat
Prosedur Percobaan :
1.
2.
3.
4.
BAB IV
HASIL dan PEMBAHASAN
4.2.3 Analisa Hasil
a. Perbandingan dengan SNI dan literature (termasuk daging dengan mutu berapa dan layak/tidak
konsumsi)
b. Interpretasi hasil pratikum (jelaskan terbetuknya hasil)
c. Jelaskan media PCA dan VRB (sebutkan bakteri yang dapat tumbuh pada media tersebut dan
karakteristiknya)
d. Sebut dan jelaskan 3 bakteri yang dapat ditemukan pada daging (jelaskan karakteristiknya, seperti
morfologi, dll)
e. Jelaskan Proses Pembusukan pada daging
f. Jelaskan tentang prerigor , rigormotis dan postrigor.
1. Rigormortis merupakan kekuan otot setelah terjadinya proses kematian. Rigormotis terjadi
setelah cadangan energi otot habis atau otot sudah tidak mampu lagi mempergunakan
cadangan energi. Rigormortis berkaitan dengan semakin habisnya ATP otot. Tidak adanya
ATP mengakibatkan filament aktin dan filamin myosin saling tumpah tindih dan terkunci
sehingga membentuk ikatan aktomiosin yang permanen sehingga otot tidak dapat
diregangkan. Selama konversi otot menjadi daging terjadi proses kekakuan otot setelah
kematian dan otot tidak dapat diregangkan disebut rigormortis. Perkembangan proses
rigormortis terdiri dai tigda fase yaitu : fase penundaan, fase cepat, dan fase pasca kaku.
Proses hilangnya daya regang otot sampai terbentuknya kompleks aktomiosin mula-mula
Berlangsung seacara lambat selama beberapa jam (fase penundaan), kemudian berlangsung
cepat (fase cepat) dan akhirnya berlangsung secara konstan dengan kecepatan rendah sampai
tercapainya kekakuan (rigor). Dengan demikian kondisi rigormotis ditandai dengan danya
kehilangan dengan adanya daya mulur/elastis, kehilangan daya regang/memanjang,
pemendekan otot
g. Jelaskan tentang DFD ( Dark, Firm and Dry) dan PSE (Pale, Soft and Exudative)