PENDAHULUAN
lagi, penyandang stroke justru kini menyerang kelompok usia muda yang sangat
produktif.1
Stroke merupakan faktor resiko epilepsi yang penting khususnya pada
kelompok lanjut usia. Pada saat onset, sekitar 2% penderita stroke mengalami
serangan. Selama 5 tahun pascastroke maka 11,5% dari penderita stroke mengalami
serangan tunggal atau berulang. Penderita stroke memiliki kemungkinan 20 kali lebih
besar mengalami epilepsi daripada populasi umum.5
Epilepsi ialah manifestasi gangguan otak dengan berbagai etiologi namun
dengan gejala tunggal yang khas, yaitu serangan berkala yang disebabkan oleh lepas
muatan listrik abnormal neuron kortikal secara berlebihan.
Epilepsi dapat dialami oleh setiap orang. Penyebab dari epilepsi cukup
beragam: cedera otak, keracunan, stroke, infeksi, infestasi parasit, tumor otak.
Epilepsi dapat terjadi pada laki-laki maupun wanita, umur berapa saja, dan ras apa
saja. Jumlah penderita epilepsi meliputi 12% dari populasi. Puncak insidensi terdapat
pada golongan anak dan lanjut usia.1
Harsono (2001) juga menjelaskan bahwa di seluruh dunia diperkirakan ada 42
juta penderita epilepsi. Insidensi epilepsi di negara maju adalah 50/100.000 dan di
negara berkembang 100/100.000. Di seluruh dunia kasus baru setiap tahun
diperkirakan sekitar 3,5 juta dengan proporsi sebagai berikut: 40% golongan anak,
40%golongan dewasa, 20% golongan lanjut usia. Di negara maju faktor penyebab
epilepsi nonidiopatik yang paling menonjol adalah stroke, meliputi 11-14% dari
seluruh kasus. Sementara itu 50% dari seluruh kasus epilepsi di seluruh dunia bersifat
idiopatik.5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Stroke
1. Definisi Stroke
Stroke adalah sindroma klinis yang awal timbulnya mendadak, progesi cepat,
berupa defisit neurologis fokal dan atau global, yang berlangsung 24 jam atau lebih
atau langsung menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan oleh gangguan
peredaran darah otak non traumatic.3
Stroke digunakan untuk menamakan sindrom hemiparesis atau hemiparalisis
akibat lesi vaskuler yang dapat bangkit dalam beberapa detik sampai hari, tergantung
pada jenis penyakit yang menjadi kausanya. Daerah otak yang tidak berfungsi lagi,
dapat disebabkan karena secara tiba-tiba tidak menerima jatah darah lagi karena arteri
yang memperdarahi daerah itu putus atau tersumbat. Penyumbatan itu dapat terjadi
secara mendadak, secara berangsur-angsur ataupun tiba-tiba namun berlangsung
hanya sementara.1
2. Epidemiologi Stroke
Setiap tahunnya, sekitar 795.000 orang di dunia terkena stroke, baik
merupakan stroke baru maupun stroke berulang. Sekitar 610.000 dari jumlah tersebut
merupakan kasus baru, sedangkan 185.000 sisanya merupakan serangan berulang.
Dari semua kasus stroke, 87% diantaranya merupakan kasus stroke iskemik, 10%
kasus perdarahan intraseberal dan 3% merupakan kasus perdarahan subarachnoid.2
Secara keseluruhan prevalensi stroke di dunia diperkirakan mencapai 3.0%
dan berdasarkan data dari CDC sebanyak 2.7% laki-laki dan 2.5% perempuan yang
berusia diatas 18 tahun memiliki riwayat pernah mengalami stroke.2
Jika dirata-rata, dapat dikatakan bahwa setiap 4 menit, 1 orang di dunia
meninggal akibat stroke. Stroke adalah penyebab kematian ketiga terbanyak diantara
semua penyebab kematian.2
3. Etiologi Stroke
Penyebab utama dari stroke diurutkan dari yang paling sering adalah
aterosklerosis (trombosis), embolisme, hipertensi yang menimbulkan pendarahan
intraserebral dan ruptur aneurisme vaskuler. Stroke biasanya disertai satu atau
beberapa penyakit lain seperti hipertensi, penyakit jantung, peningkatan lemak dalam
darah, diabetes melitus, atau penyakit vaskuler perifer.2
4. Klasifikasi Stroke
Berdasarkan etiologinya, stroke terbagi menjadi 2 macam, yaitu stroke
hemoragik atau stroke perdarahan dan stroke iskemik atau stroke non hemoragik.1
a. Stroke Hemoragik
Stroke perdarahan atau hemoragik terjadi bila salah satu pembuluh darah di
otak bocor atau pecah. Darah yang keluar dari pembuluh yang bocor itu kemudian
mengenai jaringan otak sekitarnya, sehingga menimbulkan kerusakan. Selain itu, selsel otak pada bagian lain dari bocoran atau pecahan itu juga akan mengalami
kekurangan darah dan kerusakan.1
Stroke hemoragik dibagi atas :
PSA adalah perdarahan tiba-tiba ke dalam rongga diantara otak dan selaput
otak (rongga subaraknoid). Sumber dari perdarahan adalah pecahnya dinding
pembuluh darah yang lemah (apakah suatu malformasi arteriovenosa ataupun suatu
aneurisma) secara tiba-tiba. Kadang aterosklerosis atau infeksi menyebabkan
kerusakan pada pembuluh darah sehingga pembuluh darah pecah.1
merupakan jenis stroke yang paling berbahaya. Stroke biasanya luas, terutama pada
penderita tekanan darah tinggi menahun. Lebih dari separuh penderita yang memiliki
perdarahan yang luas, meninggal dalam beberapa hari.1
b. Stroke Non Hemoragik (Iskemik)
Pada stroke iskemik, terjadi kekurangan suplai darah ke suatu area di jaringan
otak. Iskemia adalah keadaan dimana vaskularisasi ke suatu organ atau jaringan
menjadi berkurang atau tidak ada. Keadaan ini bisa disebabkan karena bekuan darah,
plak aterosklerosis, atau vasokontriksi.
Stroke iskemik dibagi menjadi :
atau sepintas. Terjadi akibat penyumbatan salah satu aliran darah karena
vasospasmus, langsung menimbulkan gejala defisit atau perangsangan, sesuai dengan
fungsi daerah otak yang terkena. Setelah vasospasmus itu hilang, gejala-gejala itu
akan hilang juga dan keadaan sehat seperti semula pulih kembali.1 Pada bentuk ini
gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak akan
menghilang dalam waktu 24 jam.2
akan menghilang dalam waktu lebih dari 24 jam, tetapi tidak lebih dari seminggu.2
Pada stroke in evolution, gejala neurologik yang terjadi makin lama makin
berat (Soeharto, 2004).
Diabetes
Dibandingkan dengan orang yang tidak menderita diabetes, penderita ini
mempunyai dua sampai empat kali resiko stroke.
Merokok
Pria perokok mempunyai 40% resiko lebih besar mengalami stroke, sedangkan
wanita perokok 60%, jika dibandingkan dengan yang tidak merokok. Efek
nikotin, salah satu zat yang terkandung dalam rokok, adalah stimulasi saraf
simpatis dan pelepasan katekolamin. Keduanya ini akan menyebabkan kenaikan
tekanan darah. Selain itu, rokok juga menyebabkan plasma darah mengental dan
sel pembekuan darah bekerja aktif. Akibatnya, darah berubah mengental melebihi
tingkat yang wajar. Jika keadaan ini terus berlangsung, aliran darah dalam
pembuluh darah akan tersumbat. Jika ini mengenai pembuluh darah otak, maka
bisa terjadi stroke.1
atrium
meningkatkan
terbentuknya
bekuan
darah
yang
bisa
mengakibatkan stroke.
Kolesterol
Kolesterol darah berperan pada pembentukan plak aterosklerosis sepanjang
dinding pembuluh darah. Plak ini meningkatkan resiko stroke.
Orang yang fisiknya tidak aktif mempunyai dua kali resiko penyakit jantung dan
stroke.
Alkohol
Peminum berat meningkatkan resiko stroke karena terjadi peningkatan tekanan
darah.
6. Patofisiologi Stroke
Infark serebri diawali dengan terjadinya penurunan Cerebral Blood Flow
(CBF) yang menyebabkan suplai oksigen ke otak akan berkurang. Derajat dan durasi
penurunan CBF kemungkinan berhubungan dengan jejas yang terjadi. Jika suplai
darah ke otak terganggu, fungsi neuron akan berhenti. Bila 5 menit terganggu dapat
terjadi infark. Bagaimanapun, jika oksigenasi ke otak dapat diperbaiki dengan cepat,
kerusakan kemungkinan bersifat reversible.4
Dalam keadaan iskemik, kadar kalium akan meningkat disertai penurunan
ATP dan keratin fosfat. Akan tetapi, perubahan masih bersifat reversible apabila
sirkulasi dapat kembali normal. Ion kalium yang meninggi di ruang ekstraseluler akan
menyebabkan pembengkakan sel astroglia, sehingga mengganggu transport oksigen
dan bahan makanan ke otak. Sel yang mengalami iskemia akan melepaskan glutamate
dan asparat yang akan menyebabkan influx natrium dan kalsium ke dalam sel.4
Kalsium yang tinggi di intraseluler akan menghancurkan membran fosfolipid
sehingga terjadi asam lemak bebas, antara lain asam arakhidonat. Asam arakhidonat
merupakan prekusor dari prostasiklin dan tromboksan A2. Prostasiklin merupakan
vasodilator yang kuat dan mencegah agregasi trombosit, sedangkan tromboksan A2
merangsang terjadinya agregasi trombosit. Pada keadaan normal, prostasiklin dan
tromboksan
seperti perdarahan atau obstruksi arteri adanya titik oklusi atau rupture.
CT scan : memperlihatkan adanya edem.
MRI : menunjukkan daerah yang mengalami infark.
penilaian kekuatan otot.
EEG : mengidentifikasi masalah pada gelombang otak.
Laboratorium :
Pada pemeriksaan paket stroke : Test Agregasi Trombosit (TAT), Asam
Arachidonat (AA), Plaelet Activating Factor (PAF), Fibrinogen. Analisis
insulin.2
Posisi kepala pasien
Penelitian telah membuktikan bahwa tekanan perfusi serebral lebih
maksimal jika pasien dalam supinasi. Namun, berbaring terlentang dapat
menyebabkan peningkatan tekanan intracranial padahal hal tersebut
tidak dianjurkan pada kasus stroke. Oleh karena itu, pasien stroke
Pengontrolan demam
Antipiretik diindikasikan pada pasien stroke yang mengalami demam
karena hipertermia (utamanya pada 12-24 jam setelah onset) dapat
menyebabkan trauma neuronal iskemik. Sebuah penelitian eksperimen
menunjukkan bahwa hipotermia otak ringan dapat berfungsi sebagai
neuroprotektor.2
Pengontrolan edema serebri
Edema serebri terjadi pada 15% pasien dengan stroke non hemoragik
dan mencapai puncak keparahan 72-96 jam setelah onset stroke.
Hiperventilasi
dan
pemberian
manitol
rutin
digunakan
untuk
b. Penatalaksanaan Khusus
Antikoagulan
Pemberian antikoagulan masih bersifat controversial, baik dalam hal
manfaat maupun resikonya. Dorongan untuk memberi antikoagulan
terutama untuk menghentikan proses patologik pada kasus stroke-in
11. Komplikasi
Komplikasi akut bisa berupa gangguan neurologis atau non neurologis.
Gangguan neurologis misalnya edema serebri dan peningkatan tekanan intrakranial
yang dapat menyebabkan herniasi atau kompresi batang otak, kejang dan tranformasi
hemoragik. Gangguan non neurologis, misalnya
Kejang biasanya muncul dalam 24 jam pertama pasca stroke dan biasanya
parsial dengan atau tanpa berkembang menjadi umum. Kejang berulang terjadi pada
20-80% kasus. Penggunaan antikonvulsan sebagai profilaksis kejang pada pasien
stroke tidak terbukti bermanfaat. Terapi kejang pada pasien stroke sama dengan
penanganan kejang pada umumnya.4
Beberapa penelitian menduga pada hampir semua kejadian infark selalu
disertai komponen perdarahan berupa petekie. Dengan menggunakan CT scan 5%
dari kejadian infark dapat berkembang menjadi tranformasi perdarahan. Lokasi,
ukuran dan etiologi stroke dapat mempengaruhi terjadinya komplikasi ini.
Penggunaan antitrombotik, terutama antikoagulan dan trombolitik meningkatkan
kejadian tranformasi perdarahan. Terapi pasien dengan infark berdarah tergantung
pada volume perdarahan dan gejala yang ditimbulkannya.(makalah infark serebri).4
12. Hubungan Stroke dengan Kejadian Epilepsi
Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian
otak tiba-tiba terganggu. Dalam jaringan otak, kurangnya aliran darah menyebabkan
serangkaian reaksi biokimia, yang dapat merusakkan atau mematikan sel-sel otak.
Kematian jaringan otak dapat menyebabkan hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh
jaringan itu.1
Andai kata otak kita anggap sebagai pusat komputer yang secara elektronik
mengendalikan seluruh aktivitas badan kita, serangan kejang pada epilepsi adalah
wujud lepasnya muatan listrik abnormal secara bersamaan dan tidak terprogram dari
sekumpulan sel-sel otak atau dari seluruh otak. Akibat lepasnya muatan listrik secara
tidak terkontrol ini adalah kejang-kejang yang bisa dimulai dari lengan atau tungkai
kemudian menyebar ke seluruh tubuh.1
Sekelompok sel-sel otak yang secara spontan, di luar kehendak, tiba-tiba
melepaskan muatan listriknya ini disebabkan karena ada perubahan baik anatomis
(struktur/bentuk) maupun biokimiawi pada sel-sel itu atau pada lingkungan di
sekitarnya. Perubahan terjadi akibat trauma fisik/benturan/memar pada otak,
berkurangnya aliran darah/zat asam akibat penyempitan pembuluh darah,
pendesakan/rangsangan oleh tumor, dan yang terpenting (dan baru akhir-akhir ini
diketahui) adalah proses sklerosis, yaitu jaringan otak yang mengalami "pengerasan
akibat dari digantikannya sel-sel saraf/neuron oleh sel-sel penyokong/sel-sel
glia/jaringan parut.1
Penderita stroke
Perdarahan di
otak
Sumbatan pembuluh
darah di otak
Lesi iritatif
Iskemia
Kejang epilepsi
- Genetik
- Usia
- Obat-obatan
LAPORAN KASUS
CEREBRAL INFARK DENGAN EPILEPSI
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Mrs.HU
Umur
: 70 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Aron Kota Baro, Ketabang Tanjung
Status Pernikahan : Menikah
Pekerjaan
: Tidak Bekerja
Agama
: Islam
Tanggal Masuk
: 16 Mei 2015
No.CM
: 093273
II. SUBJECTIVE
Anamnesa
Keluhan Utama :
Penurunan Kesadaran.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Os datang dengan keluhan penurunan kesadaran 6 jam yang lalu yang
disertai dengan badan dingin dan berkeringat. Keluarga juga mengatakan
III. OBJECTIVE
Keadaan Umum
: Tidak sadar
Kesadaran
: Coma
GCS
: E4V5M5
Vital Sign
- Tekanan Darah
: 160/90 mmhg
- Nadi
: 79x.menit
- Pernafasan
: 20x/menit
- Temperatur : 37,6 C
Mata
: Konjungtiva anemis +/+, bulat, isokor.
Thorak
: Simetris kiri dan kanan.
- Paru
: Vesikuler (+), Rhonki (-), Wheezing (-).
- Jantung
: Bunyi jantung 1 dan 2 normal, bising (-)
Abdomen
: Datar, timpani (+), peristaltik (+), nyeri tekan (-)
Ekstremitas
: Oedem (-/-)
- Reflek Fisiologis : +|+ (Normal)
- Reflek Patologis
: -|- (Normal)
- Status Motorik
Pemeriksaan
Gerakan
Kekuatan Otot
Tonus otot
Atrofi otot
Reflek fisiologis
Reflek patologis
Sensibilitas
Dextra
Normal
5/5/5/5
Normal
(-)
(+)
(-)
Normal
Superior
Sinistra
Normal
5/5/5/5
Normal
(-)
(+)
(-)
Normal
Inferior
Dextra
Normal
5/5/5/5
Normal
(-)
(+)
(-)
Normal
Sinistra
Susah dinilai
Susah dinilai
Susah dinilai
Susah dinilai
Susah dinilai
Susah dinilai
Susah dinilai
VII. PROGNOSIS
Quo ad Vitam
Quo ad Sanationam
Quo ad Fungtionam
: Dubis ad Bonam
: Dubai ad Bonam
: Dubia ad Bonam
Follow Up :
Tanggal
Subjektif
Objektif
19/5/201 - TD : 130/90 -Kesadaran
5
-
20/5/201 5
-
21/5/201 5
Assesment
: - Cerebral
Therapy
Plan
- IVFD RL 20 (18/5/15)
mmhg
Compos
infark
tts/menit
- GDS = 156
RR : 20x/m
- CM Epilepsi - Ij.
Citicolin
Mentis
mg/dl
HR : 80x/m
- Anemia
-Motorik :
500mg/12
- GD PP = 302
Suhu : 36,6C
ES 5555|5555
Lemah
jam
mg/dl
EI 5555|sdn
- Ij. Ranitidin 1
anggota
- Sensorik : Dalam
amp/12 jam
gerak (+)
batas normal.
- Asam folat 1x1
Sakit kepala
- Reflek Fisiologis
- Cilostazol 2x1
(-)
: ++/++
- Phenitoin
Kejang (-)
- Reflek
3x100mg
Patologis : -/TD : 150/110 - Kesadaran
: - Cerebral
- IVFD RL 20 - Hb = 9,5 gr/dl
mmhg
Compos
infark
tts/menit
RR : 20x/m
- CM Epilepsi - Ij.
Citicolin
Mentis
HR : 76x/m
- Anemia
- Motorik :
500mg/12
Suhu : 36,0C
ES 5555|5555
Lemah
jam
EI 5555|sdn
- Ij. Ranitidin 1
anggota
- Sensorik : Dalam
amp/12 jam
gerak (+)
batas normal.
- Asam folat 1x1
Lemas (+)
- Cilostazol 2x1
Tidak
BAB
- Phenitoin
sudah 5 hari.
3x100mg
TD : 140/70 - Kesadaran
: - Cerebral
- IVFD RL 20 mmhg
Compos
infark
tts/menit
RR : 20x/m
Mentis
- CM Epilepsi - Ij.
Citicolin
HR : 76x/m
- Motorik :
- Anemia
500mg/12
Suhu : 37,0C
ES 5555|5555
Lemah
EI 5555|sdn
jam
- Sensorik
:
- Ij. Ranitidin 1
anggota
Dalam batas
amp/12 jam
gerak (+)
- Asam folat 1x1
- Tidak
BAB
normal.
- Cilostazol 2x1
sudah 6 hari.
- Phenitoin
- Lemas (-)
3x100mg
- Tidak
bisa
22/5/201 5
-
tidur (+)
TD :
- Kesadaran
: - Cerebral
RR : 20x/m
Compos
infark
HR : 72x/m
- CM Epilepsi
Suhu : 37,0C
Mentis
- Anemia
Pasien sudah - Motorik :
ES 5555|5555
diijinkan
EI 5555|sdn
pulang.
- Sensorik : Dalam
- Cilostazol 2x1
- Citicolin 2x500
mg
- Phenitoin
3x100 mg
- Asam Folat 1x1
- Ranitidin 2x1
batas normal.
- Reflek Fisiologis
: ++/++
- Reflek
Patologis : -/-
Resume Pasien
Seorang perempuan berusia 70 tahun datang ke IGD RS TGK CHIK DITIRO SIGLI
dengan keluhan penurunan kesadaran 6 jam yang lalu yang disertai dengan badan
dingin dan berkeringat. Saat itu pasien sedang duduk di depan rumahnya kemudian
secara tiba-tiba pasien jatuh tidak sadarkan diri. Keluarga langsung membawa pasien
ke rumah sakit.
Pasien juga mempunyai riwayat kejang sejak tahun 2007 setelah os melakukan
operasi mata. Selain itu pasien juga mempunyai riwayat hipertensi dan diabetes
mellitus. Pemeriksaan status generalisata, kesadaran pasien coma dan tekanan darah
tinggi. Pemeriksaan motorik dan sensorik sulit di nilai karna pasien dalam keadaan
tidak sadarkan diri.
DAFTAR PUSTAKA
1. Puspitasari, Vania. 2009. HUBUNGAN ANTARA STROKE DENGAN ANGKA
KEJADIAN EPILEPSI DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA. Surakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Press.
2. Angraeni, Dhezi Suci. Lp Stroke Infark. https://www.google.co.id/url?
sa=t&source=web&rct=j&ei=LWprVcbLPNLkuQSgoLIAg&url=https://www.scribd.com/mobile/doc/231411733/Lp-StrokeInfark&ved=0CCUQFjAD&usg=AFQjCNFJep1YE65WOFjwhsuHT2Bj3JmJw.
(Accessed 26 Juni 2014).
3. Arif M., Suprohaita., Wahyu I.W & Wiwiek S. 2000. Kapita Selekta Kedokteran.
Edisi ke3 jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius. pp: 17-26.
4. Anonymous. Infark Serebri. http://www.scribd.com/. Diakses tanggal 15 April
2014.
5. Harsono. 2011. Buku ajar Neurologi Klinis. Jogjakarta : UGM.