Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
HIDUNG TERSUMBAT
Oleh :
Tatas Bayu Mursito
G 99141141
Pembimbing :
dr. Antonius Christanto, M. Kes, Sp.THT-KL
A.
2.
intermediate
inaktif
lyso-PAF.
Perubahan
menjadi
aktif
Pengaruh sumbatan
Hidung merupakan bagian konduksi dari sistem respirasi, berfungsi
sebagai pintu masuk udara dari lingkungan menuju alveolus. Apabila
saluran hidung seseorang mengecil atau tertutup oleh cairan, massa,
ataupun benda asing yang dapat menjadi penghalang udara masuk, maka
orang tersebut akan merasakan keluhan hidung buntu.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien dengan hidung buntu meliputi:
a) Inspeksi
Bentuk luar hidung diperhatikan apakah ada deviasi atau depresi tulang
hidung. Adakah pembengkakan di daerah hidung dan sinus paranasal.
b) Palpasi
Dengan jari dapat dipalpasi adanya krepitasi tulang hidung pada fraktur
os nasal atau rasa nyeri tekan pada peradangan hidung dan sinus
paranasal.
c) Pemeriksaan Rinoskopi Anterior
1) Lakukan tamponade kurang lebih selam 5 menit dengan kapas yang
dengan lidokain 2% dan efedrin.
2) Angkat tampon hidung
3) Inspeksi, mulai dari:
-
meatus nasal
konka nasal
septum nasi
Fossa rossenmuler
Torus tubarius
Adenoid
Konka superior
Choana
penunjang
ini
dilakukan
untuk
mengkonfirmasi
dan
halitosis, gangguan tidur dan penurunan kualitas hidup. Polip nasi yang
masif dapat menyebabkan deformitas. Pada rinoskopi anterior terlihat
sebagai massa warna pucat yang berasal dari meatus medius dan mudah
digerakkan. Pengobatan ditujukan untuk menghilangkan keluhan, mencegah
komplikasi
dan
rekurensi
polip.
Pemberian
kortikosteroid
untuk
Deviasi septum
Deviasi septum ialah suatu keadaan dimana terjadi peralihan posisi dari
septum nasi dari letaknya yang berada di garis medial tubuh. Deviasi
septum yang ringan tidak akan mengganggu, akan tetapi bila deviasi itu
cukup berat, menyebabkan penyempitan pada satu sisi hidung. Dengan
demikian, dapat mengganggu fungsi hidung dan menyebabkan komplikasi.
Gejala yang sering timbul biasanya adalah sumbatan hidung yang unilateral
atau juga bilateral. Keluhan lain ialah rasa nyeri di kepala dan di sekitar
mata. Selain itu, penciuman juga bisa terganggu apabila terdapat deviasi
pada bagian atas septum. Penatalaksanaan dapat diberikan analgesik untuk
mengurangi rasa sakit, dekongestan untuk mengurangi sekresi cairan hidung
atau dengan pembedahan.
3.
Rhinitis alergi
Rinitis alergi adalah reaksi inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi
pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan allergen
yang sama serta dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi paparan
ulangan dengan allergen spesifik tersebut. Definisi menurut WHO ARIA
(Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) tahun 2001 adalah kelainan
pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat
setelah mukosa hidung terpapar allergen yang diperantarai oleh IgE. Secara
khas dimulai pada usia yang sangat muda dengan gejala kongesti atau
sumbatan hidung, bersin, mata berair dan gatal, dan post nasal drip.
3.
Rhinitis vasomotor
Rinitis vasomotor adalah gangguan pada mukosa hidung yang ditandai
dengan adanya edema yang persisten dan hipersekresi kelenjar pada mukosa
hidung apabila terpapar oleh iritan spesifik. Kelainan ini merupakan
keadaan yang non-infektif dan non-alergi. Rinore yang hebat dan bersifat
mukus atau serous sering dijumpai. Gejala hidung tersumbat sangat
bervariasi yang dapat bergantian dari satu sisi ke sisi yang lain, terutama
sewaktu perubahan posisi. Keluhan bersin-bersin tidak begitu nyata bila
dibandingkan dengan rinitis alergi dan tidak terdapat rasa gatal di hidung
dan mata. Gejala dapat memburuk pada pagi hari waktu bangun tidur oleh
karena adanya perubahan suhu yang ekstrim, udara lembab, dan juga oleh
karena asap rokok dan sebagainya. Selain itu juga dapat dijumpai post nasal
drip.
4.
Rhinitis medikamentosa
Rhinitis medikamentosa adalah suatu kelainan hidung berupa gangguan
respons
normal
vasomotor
yang
diakibatkan
oleh
pemakaian
Sinusitis/Rhinosinusitis
Sinusitis didefinisikan sebagai inflamasi mukosa sinus paranasal.
Umumnya disertai dan dipicu oleh rhinitis sehingga sering disebut
rinosinusitis. Keluhan utama rhinosinusitis akut adalah hidung tersumbat
disertai nyeri/rasa tekanan pada muka dan ingus purulen, yang seringkali
turun ke tenggorok (post nasal drip). Dapat disertai gejala sistemik seperti
demam dan lesu. Nyeri tekan di daerah sinus yang terkena, kadang nyeri
terasa di tempat lain (referred pain). Nyeri pipi menandakan sinusitis
maksila, nyeri diantara atau dibelakang bola mata menandakan sinusitis
etmoid, nyeri dahi atau seluruh kepala menandakan sinusitis frontal. Pada
sinusitis sphenoid, nyeri di vertex, oksipital, belakang bola mata, atau
daerah mastoid. Pada sinusitis maksila kadang ada nyeri alih ke gigi dan
telinga. Gejala lain adalah sakit kepala, hipoosmia/anosmia, halitosis, postnasal drip yang menyebabkan batuk dan sesak pada anak. Tujuan terapi
sinusitis adalah mempercepat penyembuhan, mencegah komplikasi, dan
mencegah perubahan menjadi kronik. Prinsip pengobatan ialah membuka
sumbatan di KOM sehingga drenase dan ventilasi sinus-sinus pulih secara
alam. Indikasi bedah sinus endoskopi fungsional (BSEF/FESS) berupa
sinusitis kronik yang tidak membaik setelah terapi adekuat, sinusitis kronik
disertai kista atau kelainan yang ireversibel, polip ekstensif, adanya
komplikasi sinusitis serta sinusitis jamur.
E.
Golongan Obat
Kortikosteroid
tab
tab
0,5
mg;
4,
8,
16
mg;
hidrokortison tab 10 mg
Antibiotik
Antihistamin
Dekongestan
Oksimetazolin
tetes
hidung
0,025%,
0,050%
F. Mekanisme obat-obat Penyakit dengan Keluhan Utama Hidung
Tersumbat
Berikut ini adalah obat-obatan yang dapat dipakai untuk meringankan atau
menghilangkan hidung tersumbat berdasarkan Formularium Nasional:
1. Antialergi
a. Cetirizin
Cetirizine adalah antihistamin dengan efek sedative yang rendah pada
dosis aktif farmakologi dan mempunyai sifat tambahan sebagai anti
alergi. Merupakan antagonis selektif reseptor H1, efeknya terhadap
reseptor lain dapat diabaikan sehingga cetirizine hampir bebas dari efek
anti kolinergik dan anti serotonin. Cetirizine menghambat pelepasan
histamin pada fase awal dari reaksi alergi, mengurangi migrasi dari sel
inflamasi dan melepaskan mediator yang berhubungan dengan respon
alergi. Dosis: tab 10 mg x 3 / hari
b. Loratadin
Dosis: tab 10 mg x 3 / hari
2. Kortikosteroid
a. Deksametason
Deksamethasone adalah glukokortikoid
imunosupresan
dan
anti-inflamasi.
imunosupresan
DAFTAR PUSTAKA
Adams, George L. Boies: buku ajar penyakit THT (Boeis fundamentals of
otolaryngology). Edisi ke-6. Jakarta: EGC, hal; 174, 240-247, 1997.
Irawati, Nina, Elise Kasekeyan dan Nikmah Rusmono. 2007. Rinitis Alergi dalam
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala &
Leher. Jakarta: FKUI. Halaman 128-134.
Irawati, Nina, Niken L. Poerbonegoro, Elise Kasekeyan. 2007. Rinitis Vasomotor
dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala &
Leher. Jakarta: FKUI. Halaman 135-138.
Alergi.
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25985/4/Chapter%20II.pdf.
diakses Maret 2015.