Jurnal Teknik Mesin
Jurnal Teknik Mesin
BAB I
PENDAHULUAN
sehingga
dapat
digunakan
dengan
kemampuan
maksimum.
Berdasarkan uraian tersebut penulis ingin meneliti kekuatan pahat HSS terhadap
keausan untuk proses pembubutan material baja karbon rendah setelah perlakuan
panas yang berbeda.
2. Dapat mengetahui tingkat keausan yang terjadi pada bidang potong pahat
setelah penyayatan terhadap material baja karbon dengan variasi perlakuan
panas yang berbeda.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Landasan Teori
Perencanaan mesin adalah perencanaan dari sistem dan segala yang
berkaitan dengan sifat mesin (produk, struktur, alat-alat dan instrumen). Pada
umumnya, perencanaan mesin mempergunakan matematika, ilmu bahan dan ilmu
mekanika teknik. Perumusan masalah harus mencakup seluruh spesifikasi tentang
sesuatu yang akan direncanakan. Perincian tersebut mencakup sejumlah masukan
dan keluaran, sifat dan dimensi ruang yang dipakai dan semua batasan-batasan
atas besaran yang berkaitan dengan hal tersebut. Perencanaan adalah suatu proses
yang iteratif, dimana beberapa langkah harus kita lalui, kemudian menguji hasil
akhir dan kemudian kembali ke tahap awal dari prosedur.
Mesin perkakas dapat didefinisikan sebagai mesin yang dapat merubah,
memotong dan membentuk logam sehingga mencapai ukuran dan kualitas yang
direncanakan. Mesin perkakas memotong logam dalam keadaan dingin, jadi tidak
akan terjadi perubahan struktur logam selama proses pemotongan tersebut.
(Taufik Rochim, 1995)
Pahat yang bergerak relatif terhadap benda kerja akan menghasilkan geram
dan sementara itu permukaan benda kerja secara bertahap akan terbentuk menjadi
komponen yang dikehendaki. Pahat tersebut dipasangkan pada suatu jenis mesin
perkakas dan dapat merupakan salah satu dari berbagai jenis pahat atau perkakas
potong disesuaikan dengan cara pemotongan dan bentuk akhir dari produk. Pahat
yang lazim digunakan pada proses bubut adalah dari bahan HSS (High Speed
Steel), HCS (High Carbon Steel), Karbida, Keramik dan Intan. Penggunaan jenis
bahan bahan pahat tersebut disesuaikan dengan kekerasan benda kerja yang
akan disayat pada mesin bubut, sehingga umur pahat dapat ditentukan lebih tahan.
Pada mulanya untuk memotong baja digunakan baja karbon tinggi sebagai
bahan perkakas potong, dimana kecepatan potong (cutting speed) bisa mencapai
10 m/menit. Berkat kemajuan teknologi, kecepatan potong ini dapat dinaikkan
sehingga mencapai sekitar 700 m/menit dengan menggunakan CBN (Cubic Boron
Nitride). (Taufik Rochim, 1995)
Teori Dasar
Proses penyayatan dengan cara permesinan berlangsung dengan cara
mempertemukan dua jenis material. Alat potong memegang peranan yang sangat
penting pada proses pembubutan. Untuk dapat bekerja dengan cepat dan aman,
seorang operator atau teknisi bubut harus mengetahui jenis pahat, sudut-sudut
pahat, bagaimana cara pemilihan dan penggunaannya dan bagaimana cara
memperbaikinya bila terjadi kerusakan.
Menurut JE. Shigley (1999), bahwa Kekuatan dari suatu elemen adalah
merupakan faktor yang paling penting dalam mencari geometri dan ukuran dari
elemen
tersebut.
Sifat
berikut
sering
merupakan
faktor
yang
harus
dari terbentuknya BUE ini, permukaan benda kerja (surface finish) akan menjadi
kasar dan apabila permukaan benda kerja menuntut ketelitian tinggi maka
terbentuknya BUE merupakan kendala tersendiri. Penumpukan lapisan material
ini dalam proses pemesinan terkenal dengan nama BUE. Taufik Rochim, 1995.
Selama proses pembubutan berlangsung, apabila aliran metal yang kurang teratur
pada kecepatan potong yang rendah dan bila daya adhesi antara material benda
kerja dengan material pahat cukup kuat, maka akan terjadi penumpukan lapisan
benda kerja pada bidang tatal (bidang rake) di daerah dekat mata potong.
2.3 Pahat Potong
Alat-alat potong memegang peranan yang sangat penting pada proses
pembubutan. Untuk dapat bekerja dengan cepat dan aman, seorang operator atau
teknisi bubut harus mengetahui jenis pahat, sudut-sudut pahat, bagaimana cara
pemilihan dan penggunaannya dan bagaimana cara memperbaikinya bila terjadi
kerusakan sehingga dapat digunakan dengan kemampuan maksimum.
Pahat potong terbagi dalam beberapa jenis bahan baku dan kegunaannya.
Dalam permesinan bubut pahat HSS (high speed steel) adalah jenis yang sering
digunakan untuk pengerjaan. Selain harga lebih murah dengan kecepatan potong
tinggi, juga hemat dalam pemakaiannya karena bisa diasah kembali dan dibentuk
sesuai pengerjaan. Selain pahat HSS dalam permesinan bubut dikenal pula dengan
pahat potong HCS (high carbin steel), Carbide, Keramik dan Intan. Pahat yang
bergerak relatif terhadap benda kerja akan menghasilkan geram dan sementara itu
permukaan benda kerja secara bertahap akan terbentuk menjadi komponen yang
dikehendaki. Pahat tersebut dipasangkan pada suatu jenis mesin perkakas dan
dapat merupakan salah satu dari berbagai jenis pahat atau perkakas potong
disesuaikan dengan cara pemotongan dan bentuk akhir dari produk. Dapat
diklasifikasikan dua jenis pahat yaitu pahat bermata potong tunggal (single point
cutting tools) dan pahat bermata potong jamak (multiple points cuttings tools).
2.3.1
diuraikan berikut :
a. Kekerasan
Penyayat harus lebih keras dari bahan benda kerja karena jika tidak demikian
penyayat tidak akan dapat memasuki bahan benda kerja dan mengikis serpih.
b. Kekerasan panas
Akibat gesekan timbul panas yang dapat menimbulkan suhu tinggi pada lokasi
penyayatan. Kekerasan bahan penyayat harus tetap bertahan pada suhu yang
terjadi karena jika tidak, hal ini akan menyebabkan penyayat cepat aus.
c. Keuletan
Walaupun sudah memenuhi persyaratan kekerasan yang mutlak, penyayat
masih harus pula mampu menampung beban hentakan, ia tidak boleh patah.
d. Daya tahan aus
Penyayat akan aus akibat gesekan, ia akan menjadi tumpul. Oleh karena
penajaman kembali yang sering akan menimbulkan kerugian bahan dan
waktu, maka daya tahan aus bahan penyayat harus tinggi (kaitan dengan
kekerasan).
e. Ekonomis
Sifat bahan penyayat menguntungkan yang meningkatkan daya sayat
perkakas, harus mengimbangi biaya pengadaan dan pemeliharaan. Oleh
karena itu gagangnya sering terbuat dari baja konstruksi mesin biasa dan
hanya kepala penyayat atau penyayatnya saja yang terbuat dari bahan
penyayat yang baik.
Kekerasan yang rendah dan daya adhesi yang tinggi tidak diinginkan sebab
mata potong akan terdeformasi, terjadi keausan tepi dan keausan kawah yang
besar. Keuletan yang rendah serta ketahanan beban kejut thermal yang kecil
mengakibatkan rusaknya mata potong maupun retak mikro yang menimbulkan
kerusakan fatal. Sifat-sifat unggul seperti diatas memang perlu dipunyai oleh
material pahat.
Pada umumnya kekerasan dan daya tahan thermal yang dipertinggi selalu
diikuti
oleh
penurunan
keuletan.
Berbagai
penelitian
dilakukan
untuk
Cv
Jenis Pahat
30 s/d 50
1.11
HSS
50 s/d 100
1.06
1.0
Diatas 200
0.94
Karbida
Keramik
10
Pahat kasar dipakai untuk pekerjaan kasar baik untuk penyayatan melintang
baik untuk penyayatan memanjang. Pahat halus dipakai untuk pengerjaan
penyelesaian dan halus, pahat ini adakalanya mata sayatnya runcing dan ada pula
yang lebar dan radius. Pahat sisi dipakai untuk pengerjaan melintang dan untuk
pengerjaan pinggir (tepi) biasanya pahat dipasang miring maka dengan cara ini
adalah dari arah dalam ke arah luar.
2.3.2
Pahat karbon
Baja dengan kandungan karbon yang relatif tinggi (0,7% - 1,4% C) tanpa
unsur lain atau dengan prosentasi unsur lain yang rendah (2% Mn, W, Cr) mampu
mempunyai kekerasan permukaan yang cukup tinggi. Dalam proses laku panas
kekerasan yang tinggi ini (500 100 HV) dicapai karena terjadi transformasi
martensitik. Karena martensit akan melunak pada temperatur sekitar 250 0C maka
baja karbon ini hanya bisa digunakan pada kecepatan potong yang rendah dan
hanya digunakan untuk memotong logam yang lunak ataupun kayu. (Toufik
Rohim, 1995).
2.3.3
Pahat HSS
Pada tahun 1898 ditemukan jenis baja paduan tinggi dengan paduan krom
11
Standar AISI
A. HSS Konvensional
- Molybdenum HSS
- Tungsten HSS
T1, T2
B. HSS Khusus
- Cobalt added HSS
- Cast HSS
- Powdered HSS
- Coated HSS
Sumber Taufik Rohim 1995
2.3.4
Umur pahat
Pahat mempunyai umur artinya tidak selamanya dapat digunakan terus tanpa
12
dimana pahat tidak boleh digunakan. Batas keausan yang diizinkan bagi pahat
sebagaimana diterakan pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Batas Keausan Kritis
Harga keausan
Pahat
Benda Kerja
HSS
Karbida
Baja
0.3
Karbida
0.3
Keramik
0.3
13
14
bebas cukup di atas rel bangku untuk mengerjakan diameter 400 mm. tetapi,
ukuran kedua diperlukan untuk menentukan kapasitas ukuran selanjutnya dari
mesin, dalam pernyataan panjang benda kerja. Beberapa pabrik menyatakannya
dalam panjang maksimum benda kerja di antara kedua pusat mesin bubut,
sedangkan pabrik lain menyatakannya dalam panjang bangku.
: v (m/min)
: v f (mm/min)
: a (mm)
: t c (min)
: z (cm 3 / min)
15
Harga putaran poros utama umumnya dibuat bertingkat dengan aturan yang
telah distandarkan. Sesuai acuan mesin bubut pada Lab. Jurusan Teknik Mesin
Universitas Malikussaleh dengan kode Mesin LG 460A x 1000, maka putaran
yang distandarkan adalah 25, 36, 55, 80, 90, 130, 200, 300, 540, 790, 1200 dan
1800 rpm.
Elemen dasar dari proses bubut dapat diketahui atau dihitung dengan
menggunakan rumus yang dapat diturunkan dengan memperhatikan gambar
berikut :
= Diameter mula ; mm
dm = Diameter akhir ; mm
lt
= Panjang pemesinan ; mm
kr
= Sudut berat ;
= Kedalaman potong ; mm
Kecepatan potong
16
.d .n
1000
v.1000
.d
(2.1)
= (d o d m ) / 2
Kecepatan makan
vf = f. n
Pada Gambar 2.4 dijelaskan jenis penyayatan bubut menurut gerakan laju pahat.
17
18
tc =
lt
vf
lt
n. f
(min/produk)
( 2.2)
Dimana,
tc
lt
= panjang pemesinan; mm
vf
2.5.1
gesekan, antara beram dengan pahat dan antara pahat dengan benda kerja. Panas
ini sebagian besar terbawa oleh beram, sebagian merambat melalui pahat dan
sisanya mengalir melalui benda kerja menuju ke sekeliling.
Kerja mekanik dalam proses pemotongan yang bebas getaran seluruhnya
diubah menjadi panas. Energi mekanik per satuan waktu atau daya mekanik yang
diubah menjadi energi panas per satuan waktu tersebut ditulis dari persamaan ;
Q = Q sh + Q + Q ; (W)
( 2.3)
Dimana :
Q
Fv .v
; (J/s atau W)
60
Fs .v s
; (J/s atau W)
60
F .vc
60
; (J/s atau W)
19
akan terbawa oleh beram, sebagian mengalir menuju ke pahat dan benda kerja
dengan prosentase berikut ;
Q = Qc + Qs + Qw ; (W)
( 2.4)
Dimana :
Qc = Panas yang terbawa oleh beram 75%
Qs = Panas yang merambat melalui pahat 20%
Qw = Panas yang merambat melalui benda kerja 5%.
2.5.2
Daerah dimuka mata potong akan menderita tegangan geser dengan orientasi dan
harga yang bervariasi. Salah satu bidang akan mengalami tegangan geser yang
terbesar dan dengan naiknya gaya potong maka tegangan geser pada bidang
tersebut (bidang geser) akan melampaui batas elastis (yield) sehingga terjadi
deformasi plastik yang menyebabkan terbentuknya beram.
Tabel 2.4 analisis teoritik kenaikan temperatur pahat
V 3 : 20 m/min
t c : waktu
pemotongan
0,02 detik
v 1 : 10 m/min
temperatur ; 0 C
292
v 2 : 15 m/min
temperatur ; 0 C
366
Temperatur ; 0 C
430
0,24 detik
339
425
500
1 detik
369
463
544
1 menit
472
592
696
10 menit
542
680
799
30 menit
579
726
853
1 jam
603
757
890
5 jam
665
834
980
8 jam
684
858
1008
20
Dalam kenyataan temperatur akan lebih rendah daripada harga diatas karena
adanya efek pendingin lewat konveksi ataupun penghentian/ interupsi
pemotongan.
21
dengan
kebutuhannya
perlu
ditambahkan
unsur karbon
dengan
Tidak untuk dikeraskan dan relatif tak dapat dikeraskan, kecuali case
hardening atau pengerasan lapisan luarnya saja.
22
Kuat sekali
Sangat keras
Sulit dibentuk
seperti ; paron (landasan), palu baja, gergaji dan alat-alat potong. Dalam
pemilihan bahan benda kerja untuk dijadikan komponen-komponen pada mesin,
ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan, antara lain pertimbangan
fungsi, pembebanan, kemampuan bentuk dan kemudahan pencarian di pasaran
(Nieman, 1981 : 85). Beberapa jenis baja memiliki sifat-sifat yang tertentu sebagai
akibat penambahan unsur paduan. Salah satu unsur paduan yang sangat penting
dapat mengontrol sifat baja adalah karbon (C), untuk tiap tingkatan kekerasan
23
24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat
Penelitian dan pengujian dilaksanakan di Laboratorium Politeknik Negeri
Waktu
Waktu pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2011 dan
Bahan
Material yang dipakai untuk uji keausan adalah baja karbon setelah
24
35 mm
25
100 mm
Peralatan
Dalam penelitian ini akan melibatkan berbagai peralatan pendukung
26
27
28
Benda Kerja
Chuck
Pahat
29
30
Akhir yang dicapai dalam penelitian ini adalah melihat tingkat perbedaan
keausan yang terjadi pada bidang potong pahat HSS terhadap penyayatan baja
karbon yang tidak mendapatkan perlakuan panas (kondisi normal) dan setelah
baja karbon telah mendapatkan perlakuan panas yang variasi. Pada Gambar 3.8
diperlihatkan pahat HSS yang telah mengalami keausan pada bidang potongnya.
Keausan pahat
31
PENELUSURAN LITERATUR
PAHAT YANG
DIGUNAKAN
- Pahat HSS
- Sudut potong 740
MATERIAL YANG
DIGUNAKAN
- Baja karbon (mild steel)
bentuk silindris
PERLAKUAN PANAS
BAHAN PENGUJI
PEMBAHASAN
HASIL PENGUJIAN
KESIMPULAN
SELESAI
Gambar 3.10 Diagram alir penelitian
- n = 300 rpm
- a = 0,85 mm
- f = 0,25 mm/r
32
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
.d .n
1000
maka ;
n =
v . 1000
.d
dimana :
v
maka :
=
30.1000
3,14.35
30000
109,9
32
33
Jadi putaran mesin yang diizinkan untuk penyayatan pahat HSS pada benda kerja
berdiameter 35 mm adalah 300 Rpm.
Langkah penyayatan (feeding) pada mesin bubut yang digunakan
diketahui 0,25 mm/r, dan panjang penyayatan sepanjang 50 mm. Maka kecepatan
makan pahat adalah :
vf
f . n
75 mm/menit.
lt
vf
50mm
75mm / menit
0,67 menit
Setiap penyayatan kedalaman potong (a) sebesar 0,85 mm. Untuk setiap
benda kerja uji dilakukan 10 kali penyayatan, sehingga waktu yang dibutuhkan
pada setiap benda kerja adalah :
ttotal =
=
0,67 menit x 10
6,7 menit.
0,85 mm x 10
8,5 mm.
Kegiatan penyayatan yang berulang-ulang ini dengan kecepatan konstan,
akan terjadi keausan pada ujung bidang potong pahat yang disebabkan gaya
penyayatan sisi potong dengan benda kerja. Namun tingkat keausan pahat ini akan
berbeda yang disebabkan kekerasan permukaan benda kerja baja karbon berbeda
akibat pengaruh perlakuan panas.
Hasil pengaruh keausan ini dapat ditunjukkan pada Tabel 4.1 di bawah ini.
34
Sesudah
Kehilangan
penyayatan
berat
Persentase
Kehilangan
Berat (%)
Temp. 500 0C
179,17
178,77
0,4
0,22
Temp. 600 0C
178,33
178,29
0,04
0,02
Temp. 800 0C
177,33
176,75
0,58
0,33
Tanpa Perlakuan
180,295
180,235
0,06
0,03
35
dilakukan melebihi kecepatan 300 Rpm, karena gesekan yang terjadi akibat
pengaruh kecepatan yang relatif tinggi pada baja karbon yang lebih keras akan
membuat panas yang ditimbulkan menjadikan bidang potong pahat akan cepat
tumpul atau terkikis.
Pada Gambar 4.1 Grafik pengaruh berat pahat setelah proses penyayatan
dihasilkan berat pahat yang semakin menurun setelah melakukan penyayatan pada
baja karbon. Kehilangan berat ini adalah disebabkan terjadinya aus pada bidang
potong.
180,295
181
180,235
177
176,75
178,29
178,33
178
177,33
179
178,77
179,17
180
176
175
174
500 C
600 C
800 C
Tidak dipanaskan
Perlakuan Setelah
bahan uji
Sebelum penyayatan
penyayatan
36
0,33%. Sedangkan baja karbon yang tidak dilakukan pemanasan, tidak mengalami
perubahan berat yang berarti atau tidak mengalami keausan atau hanya kehilangan
berat sebesar 0,03 %.
Sehingga dari penelitian ini didapatkan suatu hasil bahwa baja karbon
merupakan baja lunak yang dapat disayat dengan baik oleh pahat HSS dengan
sudut potong 740, namun jika baja karbon tersebut dipengaruhi panas kembali
maka akan mengalami kekerasan permukaannya yang tingkatannya tergantung
lamanya pemanasan dan tingginya temperatur panas. Akibat pengaruh ini juga
ikut mempengaruhi kekuatan potong dan umur pemakaian pahat HSS.
37
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah menjalani proses penelitian melalui eksperimen di laboratorium
mesin bubut, maka disimpulkan hal-hal sebagai berikut.
1. Hasil penelitian melalui pengujian penyayatan pahat didapatkan pengurangan
berat yang diakibatkan pengikisan (aus) pada bidang potong akibat hasil
gesekan penyayatan. Pada spesimen pahat penyayatan terhadap material baja
karbon yang telah dipanaskan sampai temperatur 800 0C mengalami tingkat
keausan tertinggi dimana pahat mengalami kehilangan beratnya sampai 0,58
gram.
2. Dalam penelitian ini didapatkan suatu hasil bahwa baja karbon merupakan
baja lunak yang dapat disayat dengan baik oleh pahat HSS dengan sudut
potong 740, namun jika baja karbon tersebut dipengaruhi panas kembali maka
akan mengalami kekerasan permukaannya yang tingkatannya tergantung
lamanya pemanasan dan tingginya temperatur panas. Akibat pengaruh ini juga
ikut mempengaruhi kekuatan potong dan umur pemakaian pahat HSS.
5.2 Saran
Dari hasil analisa dan pembahasan perlu dibatasi dengan saran-saran objektif
yang efektif untuk solusi pengerjaan yang lebih baik di masa yang akan datang.
Pada penyusunan tugas akhir penulis menyampaikan saran-saran sebagai berikut.
1. Penelitian keausan pahat dapat diteliti juga pada material benda kerja yang
memiliki kekerasan yang lebih tinggi seperti baja tahan karat dan baja paduan
lainnya.
2. Penggunaan mesin perkakas seperti mesin bubut harus diperhatikan aspek
keselamatan kerja, seperti kaca mata bening. Karena akibat pengaruh keausan
bidang potong pahat akan menyebabkan potongan beram beterbangan yang
37
38
sangat membahayakan mata jika terkena serpihan beram logam yang masih
panas. Oleh karena itu agar setiap melakukan operasional mesin bubur,
operator mengenakan kacamata bening.
39
DAFTAR PUSTAKA
Anonym (PT. Arun LNG Co) Modul 1, 1984 Ilmu Pengetahuan Bahan
Sifat-sifat Bahan Logam
A. Muin, Syamsir Ir, 1989. Dasar-dasar Perancangan Perkakas Dan MesinMesin Perkakas. Penerbit Rajawali Pers, Jakarta
39