Nama
: Ny. K
Umur
: 17 tahun
Pekerjaan
Agama
: Islam
Alamat
: Kramat Jaya
Masuk RS tanggal
ANAMNESA
KELUHAN UTAMA
RIWAYAT PSIKOSOSIAL :
Page 1
Pasien tidak mengkonsumsi obat selain yang diberikan oleh dokter, sering terlambat makan,
makan 1-2 kali/hari bahkan terkadang tidak makan.
RIWAYAT PENGOBATAN :
Belum minum obat apapun selama sebelum ke RS
RIWAYAT HAID
Pertama kali haid saat berusia 12 tahun, teratur, durasi haid 7 hari, siklus 30 hari, HPHT : 02
Februari 2015 .
RIWAYAT PERSALINAN :
Gravida (1), Partus (0), Abortus (0)
RIWAYAT ALERGI
Tidak memiliki alergi terhadap suhu, makanan, minuman, obat, dll.
PEMERIKSAAN FISIK
KESAN UMUM
: Baik
KESADARAN
:Compos Mentis
TANDA VITAL
Suhu
: 36.50C
Pernapasan
: 20 kali/menit
Nadi
: 88 kali/menit
Page 2
STATUS GENERALIS
Mata
Hidung
Mulut
Leher
STATUS LOKALIS
Thorax
o
P: Sonor
Jantung
o
Extremitas
o
STATUS OBSTETRI
Abdomen
o
Leopold I
Leopold II
Page 3
Leopold III
Leopold IV
:-
His
:-
PEMERIKSAAN GINEKOLOGI
Inspeksi
Genitalia eksterna : vagina bersih, , ulkus (-) pembengkakan vulva (-), klitoris (-), keluar
darah yg mengalir (+), pus (-), lendir (-)
Genitalia Interna (inspekulo) : Tidak dilakukan
Vaginal toucher
Pemeriksaan USG
Terlihat masih ada sisa - sisa hasil konsepsi didalam kavum uterus.
RESUME
Telah diperiksa pasien wanita usia 17 tahun, dengan keluhan keluar darah berwarna merah
segar dari kemaluan sejak 2 hari SMRS, darah yang keluar terasa semakin banyak disertai
gumpalan-gumpalan darah. Pasien juga mengeluh nyeri pada perut bagian bawah. Pasien
mengaku hamil 3 bulan, dan ini merupakan kehamilan pertama. Pada pemeriksaan fisik
didapati Suhu : 36.50C, Pernapasan: 20x/menit, Nadi: 88x/menit, Tekanan darah:120/80
mmHg. Pada pemeriksaan ginekologi didapati keluar darah yg mengalir , Vaginal toucher :
Dinding vagina teraba licin, porsio teraba bulat lunak tebal,nyeri goyang porsio (-),
pembukaan 1 jari, teraba jaringan.
Page 4
Diagnosis
Ibu
Tata Laksana
Medika mentosa:
IVFD RL 20 tpm
Injeksi Amoxilin 1 gram
LaporanKuratase
a.
b.
c.
d.
Os di posisikan litotomi
Dilakukan tindakan asepsis dan antiseptic di daerah vulva, vagina, dan sekitarnya
Dipasang speculum bawah, dipegang oleh asisten
Dengan bantuan speculum atas, bibir portiodi identifikasi, dijepit dengan tenakulum dan
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Abortus
Page 5
Abortus iminens
Abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman terjadinya abortus. Perdarahan
pervaginam pada usia kehamilan < 20 minggu, ostium uteri masih tertutup, hasil
konsepsi masih baik berada didalam kandungan, mulas sedikit atau bahkan tidak ada
keluhan lain selain perdarahan pervaginam, besar uterus masih sesuai usia kehamilan,
tes kehamilan urine masih positif.
Abortus insipiens
Abortus yang sedang mengancam kondisi janin. Serviks yang telah mendatar, ostium
uteri telah membuka, hasil konsepsi masih berada didalam kavum uteri masih dalam
proses pengeluaran, mulas karena kontraksi uterus yang sering dan kuat, perdarahan
bertambah seiring pembukaan serviks dan usia kehamilan, besar uterus masih sesuai
Page 6
usia kehamilan, gerak dan detak jantung janin masih jelas meskipun mungkin sudah
terganggu,
Abortus Inkomplet
sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri namun masih ada yang
tertinggal. Kanalis serikalis masih terbuka, teraba jaringan dalam kavum uteri atau
menonjol dari ostium uteri eksternum, perdarahan tergantung jumlah jaringan yang
masih tersisa, besar uterus lebih kecil dari usia kehamilan, massa hiperekoik yang
bentuknya tidak beraturan.
Abortus Kompletus
Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri, ostium uteri sudah menutup,
uterus sudah mengecil, perdarahan sedikit, besar uterus tidak sesuai usia kehamilan.
KET
Kehamilan yang pertumbuhan sel telur yang telah dibuahi tidak menempel pada
dinding endometrium kavum uteri. nyeri merupakan keluahn utama pada KET,
perdarahan merupakan tanda penting kedua, hal ini menandakan kematian janin dan
berasala kavum uteri karena pelepasan desidua, perdarahan tidak banyak dan berwana
kecokelatan.
Mola Hidatidosa
Suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana tidak ditemukan janin dan
seluruh vili korialis mengalami perubahan berupa degenari hidropik. Adanya mola
harus dicurigai pada wanita dengan amenorea, perdarahan pervaginam, uterus yang
lebih besar dari usia kehamilan, tidak ditermkan tanda kehamilan pasti (balotemen dan
DJJ). Peninggian kadar hCG, snow flake pattern &honey comb appearance pada
USG.
Page 7
ETIOLOGI
Faktor Genetik
Sebagian abortus spontan diakibatkan oleh kelainan kariotip embrio. Paling
sedikit 50% kejadian abortus pada trimester pertama merupakan kelainan sitogenik.
Bagaimanapun, gambaran ini belum termasuk kelainan yang disebabkan oleh
gangguan gen tunggal atau mutasi pada beberapa lokus yang tidak terdeteksi pada
pemeriksaan kariotip.
Faktor Anatomi
Faktor anatomi kogenital dan didapat pernah dilaporkan timbul pada 10-15 %wanita
dengan abortus spontan yang rekuren.
1) Lesi anatomi kogenital yaitu kelainan duktus Mullerian (uterus bersepta).
Duktus mullerian biasanya ditemukan pada keguguran trimester kedua.
2) Kelainan kogenital arteri uterina yang membahayakan aliran darah
endometrium.
3) Kelainan yang didapat misalnya adhesi intrauterin (synechia), leimioma,
danendometriosis.
Abnormalitas anatomi maternal yang dihubungkan dengan kejadian abortus
spontan yang berulang termasuk inkompetensi serviks, kongenital dan defek uterus
yang didapatkan (acquired). Malformasi kongenital termasuk fusi duktus Mulleri yang
inkomplit yang dapat menyebabkan uterus unikornus, bikornus atau uterus ganda.
Defek pada uterus yang acquired yang sering dihubungkan dengankejadian abortus
spontan berulang termasuk perlengketan uterus atau sinekia dan leiomioma. Adanya
kelainan anatomis ini dapat diketahui dari pemeriksaanultrasonografi (USG),
histerosalfingografi (HSG), histeroskopi dan laparoskopi (prosedur diagnostik).
Pemeriksaan yang dapat dianjurkan kepada pasien ini adalah pemeriksaan
USGdan HSG. Dari pemeriksaan USG sekaligus juga dapat mengetahui adanya
suatumioma terutama jenis submukosa. Mioma submukosa merupakan salah satu
faktormekanik yang dapat mengganggu implantasi hasil konsepsi. Jika terbukti
adanyamioma pada pasien ini maka perlu dieksplorasi lebih jauh mengenai keluhan
dan harus dipastikan apakah mioma ini berhubungan langsung dengan adanya ROB
Page 8
pada pasien ini. Hal ini penting karena mioma yang mengganggu mutlak dilakukan
operasi.
Faktor Autoimun
Terdapat hubungan yang nyata antara abortus berulang dan penyakit autoimun.
Misalnya, pada Systematic Lupus Erythematous (SLE) dan Antiphospholipid
Antibodies (aPA). aPAmerupakan antibodi spesifik yang didapati pada perempuan
dengan SLE. Kejadian abortus spontan diantara pasien SLE sekitar 10%, dibanding
populasi umum. Bila digabung dengan peluang terjadi pengakhiran kehamilan
trimester 2 dan 3, maka diperkirakan 75% pasien dengan SLE akan berakhir dengan
terhentinya kehamilan. aPA merupakan antibodi yang akan berikatan dengan sisi
negatif dari fosfolipid. paling sedikit ada 3 bentuk aPA yang diketahui mempunyai arti
klinis yang penting, yaitu Lupus Anticoagulant (LAC), anticardiolipid antibodies
(aCLs), biologically false-positive syphilis (FP-STS). APS (antiphospholipid
syndrome) sering juga ditemukan pada beberapa keadan obsetrik, misalnya pada
preeklamsia, IUGR dan prematuritas. Beberapa keadaan lain yang berhubungan
dengan APS yaitu trombosis arteri-vena, trombositopeni autoimun, anemia hemolitik,
korea dan hipertensi pulmonum.
The International Consensus Workshop pada tahun 1998 mengajukan klasifikasi
kriteria untuk APS, yaitu meliputi:
Trombosis vaskular
- satu atau lebih episode trombosis arteri, venosa atau kapiler yang dibuktikan
Kriteria laboratorium
- aCL; IgG dan atau IgM dengan kadar yang sedang atau tinggi pada 2 kali
atau lebih pemeriksaan dengan jarak lebih dari atau sama dengan 6 minggu
- aCL diukur dengan metode ELISA standar
Antibodi fosfolipid/antikoagulan
- pemanjangan tes skrining koagulasi fosfolipid (aPTT, PT dan CT)
- kegagalan untuk memperbaiki tes skrining yang memanjang dengan
penambahan plasma platelet normal
- adanya perbaikan nilai tes yang memanjang dengan penambahan fosfolipid
- singkirkan dulu kelainan pembekuan darah yang lain dan pemakaian
heparin.
Faktor Infeksi
Infeksi termasuk
infeksi
yang
diakibatkan
oleh
TORC
(Toksoplasma,
spontan
berulang.
antara
Organisme-organisme
lain
Chlamydia,
yang
sering diduga
Ureaplasma,
Mycoplasma,
penyebab,
dapat
dilakukan
pemeriksaan
kultur
yang
Page 10
bahkan keduanya.
Dilatasi Hygroscopic
Trauma dari dilatasi dapat diminimalisasi dengan pemakaian alat yang secara perlahan
mendilatasi servik. Cara kerja alat ini dengan menyerap air pada jaringan servik hingga
terbuka dan melunak secara perlahan.
Laparotomy
Page 12
Misoprostol
Penatalaksanaan pada kejadian abortus tidak mengalami perubahan yang berarti dalam 60
70 tahun ini. Evakuasi sisa jaringan dengan cara dilatasi dan kuretase tetap menjadi
pilihan utama sejak tahun 1930, namun prosedur ini dapat menyebabkan morbiditas
iatrogenik. Seiring dengan perkembangan pengobatan, prostaglandin analog (seperti
misoprostol) menunjukkan tingkat efektivitas yang baik terhadap evakuasi jaringan.
Misoprostol telah digunakan secara luas pada bidang Obstetri dan Ginekologi antara lain
sebagai pematangan servik dan penatalaksanaan abortus. Berawal dari analog
prostaglandin E1 yang semula ditujukan untuk pengobatan peroral ulcus pepticus. Untuk
kasus abortus dan pematangan servik, pemberian melalui vaginal merupakan pilihan.
Banyak penelitian menyatakan pemberian intravagina lebih efektif dibandingkan
pemberian peroral. Hal ini didukung oleh penelitian farmakokinetik yang menunjukkan
sistem bioavailibilitas misoprostol intravagina tiga kali lebih tinggi dibanding pemberian
peroral.
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham, Gary. F. 2010. Williams Obstetry. Edisi 23 Cetakan Pertama. Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
2. Wiknjosastro, H., 2010. Ilmu Kebidanan. Edisi Keempat Cetakan Ketiga, Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta.
Page 13
Page 14