A. ASPEK KLINIS
Morbili memiliki gejala klinis khas, yang terdiri dari tiga stadium yaitu
a. Stadium Prodromal
Stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai gambaran klinis seperti
demam, malaise, batuk, fotopobia, konjungtivitis, dan coryza. Menjelang akhir
dari stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, terdapat bercak
koplik berwarna putih kelabu sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema.
Lokasinya di mukosa bukalis yang berhadapan dengan molar bawah. Secara
klinis, gambaran penyakit pada stadium ini memberikan gejala menyerupai
influenza dan sering didiagnosis sebagai influenza. Diagnosis perkiraan yang
besar dapat ditegakkan jika adanya bercak koplik dan penderita pernah kontak
dengan penderita morbili. 1,2
b. Stadium Erupsi
Coryza dan batuk bertambah. Timbul enantema atau titik merah di palatum
durum dan palatum mole. Kadang kadang terlihat bercak koplik. Terjadi
eritema bentuk makulopapuler disertai naiknya suhu badan. Mula-mula eritema
timbul dibelakang telinga, bagian atas lateral tengkuk sepanjang rambut dan
bagian belakang bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit.
Rasa gatal, wajah terasa bengkak merupakan gejala lain yang sering
sendiri.
Selain
itu
ditemukan
pula
kelainan
kulit
bersisik.
Pada hari ke-9 dan ke-10, fokus infeksi berada di epitel saluran napas dan
konjungtiva sehingga muncul gejala seperti common cold dan selaput konjungtiva
tampak hiperemis. Proses peradangan diikuti dengan demam tinggi. Tampak suatu
ulseratif kecil pada mukosa pipi yang disebut bercak koplik yang merupakan
tanda pasti penegakan diagnosis. Pada hari ke 14 akan mulai muncul ruam
mukolopapular selanjutnya daya tahan tubuh menurun. Daerah epitel nasofaring
yang mengalami neksosis akan mudah terjadi infeksi sekunder sehingga dapat
memberikan koplikasi berupa bronkopneumonia dan otitis media.3,4,5
Penegakan diagnosis pada kasus ini didasarkan pada anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Pada kasus ini, pasien datang dengan keluhan ruam diseluruh
badan sejak 5 hari sebelum dibawa ke PKM . Menurut ibu pasien, ruam merah
muncul di bagian telinga, menyebar ke seluruh wajah, kemudian ke badan,
punggung, tangan dan kaki, mata pasien selalu berair selama demam. pasien juga
mengalami batuk serta flu. Pasien juga mengalami muntah. Berdasarkan
kepustakaan, morbilli diawali dengan timbulnya demam yang mendadak, diikuti
dengan batuk, coryza, konjungtivitis, anoreksia dan adanya bercak koplik pada
mukosa bukalis. Adanya bercak koplik menjadi tanda patognomonik dari
morbilli.2
Pasien memiliki riwayat kontak dengan penderita sebelumnya yaitu kakak
pasien yang mengalami hal yang sama 3 minggu yang lalu. Pasien juga tidak
mendapatkan vaksin campak usia 9 bulan, sehingga faktor resiko terkena campak
sangat besar. Berdasarkan kepustakaan, faktor resiko terjadinya morbili yaitu
kontak dengan penderita 1-2 minggu sebelumnya, tidak mendapatkan vaksin
campak saat usia 9 bulan dan imunosupresi. 1,3
Umur
Pada
sebagian
besar
masyarakat,
maternal
antibodi
akan
kohort
di
Arkansas
menyebutkan
bahwa
jika
Pekerjaan
Dalam lingkungan sosio-ekonomis yang buruk, anak-anak lebih
mudah mengalami infeksi silang. Kemiskinan bertanggungjawab terhadap
penyakit yang ditemukan pada anak. Hal ini karena kemiskinan
mengurangi kapasitas orang tua untuk mendukung perawatan kesehatan
yang memadai pada anak, cenderung memiliki higiene yang kurang,
miskin diet, miskin pendidikan. Frekuensi relatif anak dari orang tua yang
berpenghasilan rendah 3 kali lebih besar memiliki risiko imunisasi
terlambat dan 4 kali lebih tinggi menyebabkan kematian anak dibanding
anak yang orang tuanya berpenghasilan cukup.
Pada kasus ini, sosial ekonomis pasien termasuk dalam menengah
ke atas. Rentannya seseorang terserang penyakit diakibatkan karena pasien
dalam kasus ini tidak mendapatkan vaksinasi campak baik pada imunisasi
dasar maupun lanjutan.
Pendidikan
Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang
untuk bertindak dan mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya. Orang
yang berpendidikan lebih tinggi biasanya akan bertindak lebih rasional.
Oleh karena itu orang yang berpendidikan akan lebih mudah menerima
gagasan baru. Pendidikan juga mempengaruhi pola berpikir pragmatis dan
rasional terhadap adat kebiasaan, dengan pendidikan lebih tinggi orang
dapat lebih mudah untuk menerima ide atau masalah baru.
Imunisasi
Vaksin campak adalah preparat virus yang dilemahkan dan berasal
dari berbagai strain campak yang diisolasi. Vaksin dapat melindungi tubuh
dari infeksi dan memiliki efek penting dalam epidemiologis penyakit yaitu
mengubah distribusi relatif umur kasus dan terjadi pergeseran ke umur
yang lebih tua. Pemberian imunisasi pada masa bayi akan menurunkan
penularan agen infeksi dan mengurangi peluang seseorang yang rentan
untuk terpajan pada agen tersebut. Anak yang belum diimunisasi akan
tumbuh menjadi besar atau dewasa tanpa pernah terpajan dengan agen
10
Status Gizi
Kejadian kematian karena campak lebih tinggi pada kondisi
malnutrisi, tetapi belum dapat dibedakan antara efek malnutrisi terhadap
kegawatan penyakit campak dan efek yang ditimbulkan penyakit campak
terhadap nutrisi yang dikarenakan penurunan selera makan dan
kemampuan untuk mencerna makanan. Scrimshaw mencatat bahwa
kematian karena campak pada anak-anak yang ada di desa Guatemala
menurun dari 1% menjadi 0,3% tiap tahunnya ketika anak-anak tersebut
diberikan suplemen makanan dengan kandungan protein tinggi. Sedangkan
pada desa yang menjadi kontrol dimana anak-anak tersebut tidak diberikan
suplemen protein, angka kematian menunjukkan angka 0,7%. Tetapi
karena hanya 27% saja dari anak-anak tersebut yang secara teratur
mengkonsumsi protein ekstra, dapat disimpulkan bahwa perubahan rate
yang didapatkan pada kasus observasi tidak seluruhnya disebabkan oleh
suplemen makanan.
Dari sebuah studi dinyatakan bahwa elemen nutrisi utama yang
menyebabkan kegawatan campak bukanlah protein dan kalori tetapi
vitamin A. Ketika terjadi defisiensi vitamin A, kematian atau kebutaan
menyertai penyakit campak. Apapun urutan kejadiannya, kematian yang
berhubungan dengan penyakit campak mencapai tingkat yang tinggi,
biasanya lebih dari 10% terjadi pada keadaan malnutrisi.
ASI Eksklusif
11
12
penyuluhan
kepada
masyarakat
mengenai
pentingnya
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Soedarma SP. Garna H. Hadinegoro SR. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak:
Infeksi dan Penyakit Tropis .Edisi 1. IDAI: Jakarta; 2002.
2. TH, Tampengan, IR, Laurent. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. EGC.
Jakarta;2007.
3. Widagdo. Masalah Dan Tatalaksana Penyakit Infeksi Pada Anak. Sagung
Seto;2002.
14
15