Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
Menurut WHO, demensia adalah sindrom neurodegeneratif yang timbul
karena adanya kelainan yang bersifat kronis dan progresif disertai dengan
gangguan fungsi luhur multipel seperti kalkulasi, kapasitas belajar, bahasa, dan
mengambil keputusan. Kesadaran pada demensia tidak terganggu. Gangguan
fungsi kognitif biasanya disertai dengan perburukan kontrol emosi, perilaku dan
motivasi. Merosotnya fungsi kognitif ini harus cukup berat sehingga mengganggu
fungsi sosial dan pekerjaan individu.
Demensia adalah suatu kondisi klinis yang perlu didiagnosis dan ditelusuri
penyebabnya. Penyebab demensia sangat banyak, namun tampilan gejala klinis
umumnya hampir sama. Enam puluh persen demensia adalah irreversibel (tidak
dapat pulih ke kondisi semula), 25% dapat dikontrol, dan 15% reversibel (dapat
pulih kembali). Penyakit penyebab demensia yang dapat diobati harus dapat
diidentifikasi dan dikelola sebaik-baiknya.
Prevalensi demensia pada populasi lanjut usia (> 65 tahun) berkisar 330%. Demensia tipe Alzheimer dilaporkan bertumbuh 2 kali lipat setiap
pertambahan usia 5 tahun, yaitu bila prevalensi demensia pada usia 65 tahun 3%
maka menjadi 6% pada usia 70 tahun, 12% pada 75 tahun dan 24% pada usia 80
tahun. Di Indonesia pada tahun 2006 diperkirakan ada 1 juta orang dengan
demensia untuk jumlah lanjut usia 20 juta orang.
Demensia vaskular adalah bentuk demensia kedua terbanyak setelah
penyakit Alzheimer. Demensia vaskular merupakan sindrom yang berhubungan
dengan mekanisme vaskular yang berbeda. Pasien yang pernah mengalami stroke
mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk demensia vaskular. Baru-baru ini, lesi
vaskular diduga telah memainkan peran dalam penyakitAlzheimer.Untuk
mengetahui perbedaan kedua tipe demensia tersebut, pada referat ini akan dibahas
mengenai demensia Alzheimer dan demensia vaskular.
BAB II
ISI
2.1 Demensia Vaskular

2.1.1 Definisi
Demensia vaskular adalah penurunan kognitif dan kemunduran fungsional
yangdisebabkan oleh penyakit serebrovaskuler, biasanya stroke hemoragik dan
iskemik, jugadisebabkan oleh penyakit substansia alba iskemik atau sekuale dari
hipotensi atau hipoksia.
Baru-baru ini terdapat kontroversi dalam diagnosis demensia vaskuler.
Pada abad ke 20,demensia pada orang lanjut usia diduga berasal dari vaskular
tetapi penelitian autopsi danneuroimaging menunjukkan banyak kasus demensia
pada orang lanjut usia di Eropa danAmerika Utara adalah dampak dari penyakit
Alzheimer. Walaupun begitu, beberapa individumengalami gangguan kognitif
sebagai akibat dari stroke. Kebanyakan dari pasien inimenunjukkan tanda klinis
seperti afasia atau disfungsi visual dan defisit neurologis ini jarangdikelirukan
dengan penurunan kognitif karena demensia.
Banyak orang lanjut usia dengan penurunan kognitif yang progresif
mempunyai vaskular yang patologi dan perubahan yang berhubungan dengan
Alzheimer secara bersamaan. Pada pasien ini, terdapat kombinasi patologi
penyakit Alzheimer dan vaskular sehingga sukar untuk menentukan penyebab
prinsip dari demensia.
2.2.2 Epidemiologi
a. Internasional
-

Demensia vaskular merupakan penyebab demensia yang kedua tertinggi di


AmerikaSerikat dan Eropa, tetapi merupakan penyebab utama di beberapa

bagian di Asia.
Kadar prevalensi demensia vaskular 1,5% di negara Barat dan kurang

lebih 2,2% diJepang


Di Jepang, 50% dari semua jenis demensia pada individu berumur lebih

dari 65 tahun adalah demensia vaskular.


Di Eropa, demensia vaskular dan demensia kombinasi masing-masing
20% dan 40%dari kasus. Di Amerika Latin, 15% dari semua demensia

adalah demensia vaskular.


Kadar prevalensi demensia adalah 9 kali lebih besar pada pasien yang
telah mengalami stroke berbanding yang terkontrol. Setahun pasca stroke,

25% pasien mengalami demensia awitan baru. Dalam waktu 4 tahun


berikutnya, resiko relatif kejadian demensia adalah 5,5%.
b. Jenis kelamin
Demensia vaskular paling sering pada laki-laki, khususnya pada mereka dengan
hipertensi yang telah ada sebelumnya atau faktor risiko kardiovaskular lainnya.
c. Umur
Insiden meningkat sesuai dengan peningkatan umur
2.2.3 Etiologi
Penyebab utama dari demensia vaskular adalah penyakit serebrovaskular
yang multipel, yang menyebabkan suatu pola gejala demensia. Gangguan
terutama mengenai pembuluh darahserebral berukuran kecil dan sedang, yang
mengalami infark menghasilkan lesi parenkimmultipel yang menyebar pada
daerah otak yang luas. Penyebab infark termasuklah oklusi pembuluh darah oleh
plak arteriosklerotik atau tromboemboli dari tempat asal yang jauh sepertikatup
jantung. Pada pemeriksaan, ditemukan bruit karotis, kelainan funduskopi, atau
pembesarankamar jantung.
Selain itu, faktor resiko demensia vaskular adalah:
-

Usia lanjut
Hipertensi
Merokok
Penggunaan alkohol kronis
Aterosklerosis
Hiperkolesterolemia
Homosistein plasma
Diabetes melitus
Penyakit kardiovaskular
Penyakit infeksi SSP kronis (meningitis, sifilis dan HIV)
Pajanan kronis terhadap logam (keracunan merkuri, arsenik dan

aluminium)
Penggunaan obat-obatan (termasuklah obat sedatif dan analgetik) jangka

panjang
Tingkat pendidikan yang rendah
Riwayat keluarga mengalami demensia

2.2.4 Klasifikasi
Berbagai subtipe demensia vaskular yaitu:
-

Gangguan kognitif vaskular ringan


Demensia multi infrak
Disebabkan oleh infark pembuluh darah besar multipel
Demensia infark strategi
Disebabkan oleh infark single yang strategi (seperti oklusi dari arteri
serebral posterior dan menyebabkan infark thalamus bilateral atau sindrom

arteriserebri anterior yang menyebabkan infark lobus frontal bilateral)


Demensia vaskular karena lesi lakunar
Penyakit Binswanger
Disebabkan oleh penyakit iskemik pembuluh darah kecil (sepertilakuna
multipel di ganglia basal, di subkortikal atau di substansia alba

periventrikuler)
Demensia vaskular akibat lesi hemoragik
Terdapat penyakit serebrovaskular hemoragik seperti hematoma subdural
atau intraserebral atau perdarahan subaraknoid
Demensia vaskular subkortikal
Demensia campur (kombinasi penyakit Alzheimer dan demensia vaskular)

2.2.5 Patofisiologi
Semua bentuk demensia adalah dampak dari kematian sel saraf dan/atau
hilangnya komunikasi antara sel-sel ini. Otak manusia sangat kompleks dan
banyak faktor yang dapat mengganggu fungsinya. Beberapa penelitian telah

menemukan faktor-faktor ini namun tidak dapat menggabungkan faktor ini untuk
mendapatkan gambaran yang jelas bagaimana demensia terjadi. Pada demensia
vaskular, penyakit vaskular menghasilkan efek fokal atau difus pada otak dan
menyebabkan penurunan kognitif. Penyakit serebrovaskular fokal terjadi sekunder
dari oklusivaskular emboli atau trombotik. Area otak yang berhubungan dengan
penurunan kognitif adalah substansia alba dari hemisfera serebral dan nuklei abuabu dalam, terutama striatum dan thalamus.Mekanisme demensia vaskular yang
paling banyak adalah infark kortikal multipel, infark single strategi dan penyakit
pembuluh darah kecil.

Demensia multi-infark: kombinasi efek dari infark yang berbeda

menghasilkan penurunan kognitif dengan menggangu jaringan neural


Demensia infark single: lesi area otak yang berbeda menyebabkan
gangguan kognitif yang signifikan. Ini dapat diperhatikan pada kasus

infark arteri serebral anterior, lobus parietal, thalamus dan satu girus
Penyakit pembuluh darah kecil menyebabkan dua sindrom major, penyakit
Binswanger

danstatus

lakunar.

Penyakit

pembuluh

darah

kecil

menyebabkan perubahan dinding arteri, pengembangan ruangan Virchow-

Robin dan gliosis parenkim perivaskular


Penyakit lakunar disebabkan oleh oklusi pembuluh darah kecil dan
menghasilkan lesikavitas kecil di otak akibat dari oklusi cabang arteri

penetrasi yang kecil. Lakunae ini ditemukan lebih sering di kapsula


interna, nuklei abu-abu dalam, dan substansia alba.Status lakunar adalah
kondisi dengan lakunae yang banyak, mengindikasikan adanya penyakit
-

pembuluh darah kecil yang berat dan menyebar


Penyakit Binswanger (juga dikenal sebagai

leukoencephalopati

subkortikal) disebabkanoleh penyakit substansia alba difus. Pada penyakit


ini, perubahan vaskular yang terjadiadalah fibrohialinosis dari arteri kecil
dan nekrosis fibrinoid dari pembuluh darah otak yang lebih besar.
2.2.6 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala kognitif pada demensia vaskular selalunya subkortikal,
bervariasi

dan

biasanyamenggambarkan

menjalankan aktivitas

harian

seperti

peningkatan

kesukaran

makan, berpakaian,

dalam

berbelanja dan

sebagainya. Hampir semua kasus demensia vaskular menunjukkan tanda dan


simptom motorik.
Tanda dan gejala fisik:
-

Kehilangan memori, pelupa


Lambat berfikir (bradifrenia)
Pusing
Kelemahan fokal atau diskoordinasi satu atau lebih ekstremitas
Inersia
Langkah abnormal
Konsentrasi berkurang
Perubahan visuospasial
Penurunan tilikan
Defisit pada fungsi eksekutif seperti kebolehan untuk inisiasi, merencana

danmengorganisasi
Sering atau Inkontinensia urin dan alvi. Inkontinensia urin terjadi akibat
kandung kencing yang hiperrefleksi

Tanda dan gejala perilaku :


-

Perbicaraan tidak jelas


Gangguan bahasa
Depresi
Berhalusinasi
Tidak familiar dengan persekitaran
Berjalan tanpa arah yang jelas

Menangis dan ketawa yang tidak sesuai. Disfungsi serebral bilateral


menyebabkaninkontinensi

emosional

(juga

dikenal

sebagai

afek

pseudobulbar)
Sukar menurut perintah
Bermasalah dalam menguruskan uang

2.3 Diagnosis
a. Anamnesis
-

Riwayat kesehatan
Ditanyakan faktor resiko demensia. Misalnya untuk demensia vaskular
ditanyakan riwayat seperti hipertensi, diabetes melitusdan hiperlipidemia.

Juga riwayat stroke atau adanya infeksi SSP.


Riwayat obat-obatan dan alkohol
Adakah penderita peminum alkohol yang kronik atau pengkonsumsi obatobatanyang dapat menurunkan fungsi kognitif seperti obat tidur dan

antidepresangolongan trisiklik.
Riwayat keluarga
Adakah keluarga yang mengalami

demensia

atau

riwayat

penyakitserebrovaskular.
b. Pemeriksaan fisik
Pada demensia, daerah motorik, piramidal dan ekstrapiramidal ikut terlibat
secara difus maka hemiparesis atau monoparesis dan diplegia dapat melengkapkan
sindromdemensia. Apabila

manifestasi gangguan

korteks

piramidal

dan

ekstrapiramidal tidak nyata, tanda-tanda lesi organik yang mencerminkan


gangguan pada korteks premotorik atau prefrontal dapat membangkitkan refleksrefleks. Refleks tersebut merupakan petanda keadaan regresi atau kemunduran
kualitas fungsi.
c. Pemeriksaan MMSE
Alat skrining kognitif yang biasa digunakan adalah pemeriksaan status
mentalmini atau Mini-Mental State Examination (MMSE). Pemeriksaan ini
berguna untuk mengetahui kemampuan orientasi, registrasi, perhatian, daya ingat,
kemampuan bahasadan berhitung. Defisit lokal ditemukan pada demensia
vaskular sedangkan defisit global pada penyakit Alzheimer.

Skor iskemik Hachinski

Bila skor 7: demensiavaskular. Skor 4: penyakit Alzheimer


2.3.1 Kriteria diagnosis menurut PPDGJ III (ICD 10)
Demensia
Pedoman Diagnostik
-

Adanya penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir yang sampai
mengganggu kehidupan seharian seseorang seperti: mandi, berpakaian,

makan, kebersihan diri, buang air besar dan air kecil.


Tidak ada gangguan kesadaran
Gejala dan disabilitas sudah nyata untuk paling sedikit 6 bulan.

F01 DEMENSIA VASKULAR


Pedoman diagnostik
-

Terdapat gejala demensia


Hendaya fungsi kognitif biasanya tidak merata (mungkin terdapat
hilangnya daya ingat, gangguan daya pikir, gejala neurologis fokal). Daya

tilik diri (insight) dan daya nilai (judgment) secara relative tetap baik.
Suatu onset yang mendadak atau deteriorasi yang bertahap disertai adanya
gejala neurologis fokal meningkatkan kemungkinan diagnosis demmensia
vascular. Pada beberapa kasus, penetapan hanya dapat dilakukan dengan
pemeriksaan CT-scan atau pemerikasaan neuropatologis

F01 DEMENSIA VASKULAR ONSET AKUT

Biasanya terjadi secara cepat setelah terjadi serangkaian stroke akibat


thrombosis sereb vascular, embolisme, dan perdarahan. Pada kasus-kasus
yang jarang suatu infark yang besar dapat menjdai penyebabnya.

F01.1 DEMENSIA MULTI-INFARK


-

Onsetnya lebih lambat, biasanya setelah serangkaian episode iskemik


minor yang menimbulkan akumulasi dari infark pada parenkim otak.

F01.2 DEMENSIA VASKULAR SUBKORTIKAL


-

Fokus kerusakan akibat iskemia pada substansia alba di hemisfer serebral


yang dapat diduga secara klinis dan dibuktikan dengan CT-scan. Kortrks
serebri biasanya tetap baik walaupun demikian gambaran klinis masih
mirip dengan demensia pada penyakit Alzheimer.

F01.3

DEMENSIA

VASKULAR

CAMPURAN

KORTIKAL

DAN

SUBKORTIKAL
-

Komponen campuran kortikal dan subkortikal dapat diduga berasal dari


gambaran klinis, hasil pemeriksaan(termasuk autopsy) atau keduanya.

F01.8 DEMENSIA VASKULAR LAINNYA


F01.9 DEMENSIA VASKULAR YTT
2.3.2 Kriteria menurut DSM IV
Kriteria Diagnosis untuk Demensia Vaskuler
A. Perkembangan defisit kognitif multipel yang bermanifestasi oleh baik
(1) Gangguan daya ingat (gangguan kemampuan untuk mempelajari
informasi baru dan untuk mengingat informasi yang telah dipelajari
sebelumnya)
(2) Satu atau lebih gangguan kognitif berikut;
(a) Afasia ( gangguan bahasa)
(b) Apraksia (gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas motorik
walaupun fungsi motorik utuh)
(c) Agnosia (kegagalan untuk mengenali atau mengidentifikasi benda
walaupun fungsi sensorik utuh
(d) Gangguan

dalam

fungsi

eksekutif

(yaitu

merencanakan,

mengorganisasi, mengurutkan dan abstrak)

B. Defisit dalam kognitif dalam kriteria A1 dan A2 masing-masing menyebabkan


gangguan yang bermakna dalam fungsi sosial atau pekerjaan dan menunjukkan
suatu penurunan bermakna dari tingkat fungsi sebelumnya
C. Terdapat bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik atau temuan
laboratorium bahwa angguan adalah akibat fisiologis langsung dari salah satu
kondisi medis selain penyakit Alzheimers atau penyakit serebrovaskuler
(misalnya; Infeksi HIV, Trauma kepala, penyakit Parkinson, Penyakit Huntington,
penyakit Pick, Penyakit Creutzfeldt-jakob, Hidrosefalus dengan tekanan yang
normal, hipotiroidism, tumorotak, atau defisiensi vitamin B12)
D. Defisit tidak terjadi semata-mata selama perjalanan delirium
Kode didasarkan padaada atau tidaknya gejala klinis yang berhubungan dengan
gangguan perilaku;
Tanpa gangguan perilaku ; Jika ganguan kognitif tidak disertai dengan gangguan
perilaku yang bermakna secara klinis
Dengan gangguan perilaku ; Jika gangguan kognitif disertai gangguan perilaku
yang bermakna secara klinis (misalnya keluyuran, agitasi)
Catatan penulisan ; Berikan juga ode dari kondisi medis pada aksis III (misalnya;
infeksi HIV, Trauma kepala, penyakit Parkinson, Penyakit Huntington, penyakit
Pick, Penyakit Creutzfeldt-jakobz)
2.3.3 Diagnosis Banding
-

Penurunan kognitif akibat usia


Apabila usia meningkat, terjadi kemunduran memori yang ringan. Volume
otak akan berkurang dan beberapa sel saraf atau neurons akan hilang.
Depresi
Biasanya orang yang depresi akan pasif dan tidak berespon. Kadangkadang keliru dan pelupa.
Delirium

10

Adanya kekeliruan dan perubahan status mental yang cepat. Individu ini
disorientasi, pusing, inkoheren. Delirium disebabkan keracunan atau
infeksi yang dapat diobati.Biasanya sembuh sempurna setelah penyebab
-

yang mendasari diatasi


Kehilangan memori
Antara penyebab kehilangan memori yang lain adalah malnutrisi,
dehidrasi, fatigue, depresi, efek samping obat, gangguan metabolik,
trauma kepala, tumor otak jinak, infeksi bakteri atau virus dan Parkinson

2.4 Tatalaksana Demensia


2.4.2 Tatalaksana Demensia Vaskular
a. Tatalaksana komprehensif
-

Terapi Suportif
Berikan perawatan fisik yang baik, misalnya nutrisi yang bagus, kacamata,
alat bantu dengar, alat proteksi (untuk anak tangga, kompor, obat-obatan)
dan lain-lain. Sewaktu-waktu mungkin perlu pembatasan/pengekangan
secara fisik.

11

Pertahankan pasien berada dalam lingkingan yang sudah dikenalnya


dengan baik, jika memungkinkan. Usahakan pasien dikelilingi oleh temanteman lamanya dan benda-benda yang biasa ada di dekatnya. Tingkatkan
daya pengertian dan partisipasi anggota keluarga.
Pertahankan keterlibatan pasien melalui kontak personal, orientasi yang
sering (mengingatkan nama hari, jam, dsb). Diskusikan berita aktual
bersama pasien. Pergunakan kalender, radio, televisi. Aktifitas harian
dibuat terstruktur dan terencana.
Bantulah untuk mempertahankan rasa percaya diri pasien. Rawatlah
mereka sebagai orang dewasa (jangan perlakukan sebagai anak kecil, jaga
dignity dari pasien-komentar penerjemah). Rencana diarahkan kepada
kekuatan/kelebihan pasien. Bersikaplah menerima dan menghargai pasien.
Hindari suasana yang remang-remang, terpencil; juga hindari stimulasi
-

yang berlebihan.
Terapi Simtomatik
Kondisi pasien psikiatrik memerlukan obat-obatan dengan dosis yang
sesuai :
Ansietas akut, kegelisahan, agresi, agitasi: Haloperidol 0,5 mg per
oral 3 kali sehari (atau kurang); Risperidon 1 mg peroral sehari.
Hentikan setelah 4-6 minggu.
Ansietas non psikotik, agitasi: Diazepam 2 mg per oral dua kali
sehari, venlafaxin XR. Hentikan setelah 4-6 minggu.
Agitasi kronik: SSRI (misal Fluozetine 10-20 mg/hari) dan atau
Buspiron (15 mg dua kali sehari); juga pertimbangkan Beta
Blocker dosis rendah.
Depresi: pertimbangkan SSRI dan anti depresan baru lainnya
dahulu; dengan Trisiklik mulai perlahan-lahan dan tingkatkan

sampai ada efek misal Desipramin 75-150 mg per oral sehari.


Insomnia: hanya untuk penggunaan jangka pendek.
Terapi Khusus :
Identifikasi dan koreksi semua kondisi yang dapat diterapi. Tidak ada
terapi obat khusus untuk demensia yang ditemukan bermanfaat secara
konsisten, walaupun banyak yang sedang diteliti (misal vasodilator serebri,
antikoagulan, stimulan metabolik serebri, oksigen hiperbarik).

12

Perubahan perilaku dan berbagai aspek psikologis pada orang dengan


demensia merupakan problem tersendiri bagi keluarga. Tidak jarang hal ini
membuat suasana kacau dan mengakibatkan stres bagi pelaku rawat
(caregiver). Untuk itu perlu adanya strategi penanganan yang tepat agar
gangguan perilaku pada demensia seperti agitasi, wandering, depresi,
delusi paranoid, apatis, halusinasi, dan agresivitas (verbal/fisik) dapat
diatasi. Strategi tatalaksana meliputi pengembangan program aktivitas dan
pemberian obat bila perlu. Program aktivitas meliputi stimulasi kognitif,
mental, dan afektif yang dikemas dalam bentuk yang sesuai untuk pasien
tersebut.
Tatalaksana demensia harus disesuaikan dengan tahapan demensia, kondisi
lingkungan, dan sumber-sumber dukungan yang ada (fisik maupun finansial),
sarana terapi yang tersedia, serta harapan pasien dan keluarganya.
Pemberian obat untuk gangguan perilaku pada demensia bersifat
simtomatik, dapat dipergunakan beberapa jenis psikotropik dalam dosis kecil.
Pemeilihan jenis terapi harus sesuai dengan target terapi berdasarkan hasil
pengkajian yang cermat dan menyeluruh.
b. Prevensi dan Rehabilitasi
Di tingkat sekunder, pencegahan progresivitas penyakit dilakukan dengan
pemberian obat yang dapat menahan laju perkembangan demensia. Dalam hal ini
diperlukan keteraturan dan kesinambungan obat dalam jangka waktu lama.
Pada tingkat tersier, upaya pencegahan perburukan fungiskognitif
dilakukan dengan program aktivitas dan stimulasi (jangan berlebihan atau di luar
batas kemampuan individu), terapi kenangan (reminiscence), validation,
snoezelen, penyesuaian lingkungan dan latihan orientasi realitas. Rehabilitasi
kognitif dalma hal ini bererti mengawetkan (preserve) fungsi-fungsi (aset)
kognitif yang masih ada, bukan mengembalikan kepada fungsi semula.

2.5 Prognosis

13

Prognosis demensia vaskular lebih bervariasi dari penyakit Alzheimer .


Pasien dengan penyakitalzheimer mempunyai angka harapan hidup rata-rata 4-10
tahun sesudah diagnosis dan biasanya meninggal dunia akibat infeksi
sekunder.Penyebab kematian lainnya untuk demensia secara umum adalah
komplikasi dari demensia, penyakit kardiovaskular dan berbagai lagi faktor
seperti keganasan.

BAB III
PENUTUP
Demensia merupakan kerusakan progresif fungsi-fungsi kognitif tanpa
disertai gangguan kesadaran. Demensia dapat diklasifikasikan berdasarkan umur,
perjalanan penyakit, kerusakan struktur otak, sifat klinisnya dan menurut
klasifikasi PPDGJ-III, DSM-IV.
Demensia yang paling sering dijumpai, yaitu demensia tipe Alzheimer dan
demensia vaskular. Dimana prevalensi demensia semakin meningkat dengan
bertambahnya usia.
Terapi demensia disesuaikan berdasarkan tipe demensianya. Namun,
secara umum terapi yang digunakan adalah terapi simptomatik dan terapi suportif
karena potogenesis dari penyakit ini masih belum jelas.

14

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.

(2010).

Demensia.

Diunduh

dari

http:

//www.scribd.com/doc//DEMENSIA
Brust, J.C.M. (2008). Current Diagnosis & Treatment: Neurology. McGrawHillCompanies, Inc. Singapore.
Direktorat Kesehatan Jiwa Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1993).
Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III.
Jakarta. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pelayanan Medik.
Kaplan dan Saddock. (1993). Comprehensive Textbook of Psychiatry Vol. 26th
Edition. USA: Williams and Wilikins Baltimore.
Maramis. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press :
Surabaya
Mardjono, M., Sidharta, P. (2006). Neurologi Klinis Dasar. PT Dian Rakyat.
Jakarta. Hal211-214
Nasrun Martina Wiwie S. Demensia. Dalam: Elvira Sylvia D, Hadisukanto. Buku
Ajar Psikiatri. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta: 2010:
494-504.

15

Anda mungkin juga menyukai