A. SUHU TUBUH
Suhu tubuh merupakan hasil keseimbangan antara produksi panas dan
hilangnya panas dari tubuh ke lingkungan. Produksi panas yang dihasilkan tubuh
antara lain berasal dari :
1.
2.
b. Olahraga
3.
4.
5.
6.
SUHU ( Celcius )
SUHU (Fahrenheit )
36,1 37,7
97 100
2 tahun
37,2
98,9
12 tahun
37
98,6
Dewasa
36
96,8
2. Aktifitas tubuh
Aktifitas otot dan proses pencernaan sangat mempengaruhi suhu tubuh.
Pada pagi hari jam 04.00 06.00 suhu tubuh paling rendah, sedangkan sore hari
sekitar jam 16.00 20.00 yang paling tinggi, perubahan suhu berkisar antara 1.1 1.6
C ( 2 3 F ).
3. Jenis Kelamin
Wanita lebih efisien dalam mengatur suhu internal tubuh dari pada pria, hal
ini disebabkan karena hormon estrogen dapat meningkatkan jaringan lemak.
Meningkatnya progesteron selama ovulasi akan meningkatkan suhu wanita sekitar 0.3
0.5 C (0.5 1 F) sedangan estrogen dan testoteron dapat meningkatkan Basal
Metabolic Rate
4. Perubahan emosi
Emosi yang meningkat akan menambah kadar Adrenalin dalam tubuh
sehingga metabolisme meningkat dan suhu tubuh menjadi naik.
5. Perubahan Cuaca
Perubahan cuaca , Iklim, atau musim mempengaruhi Evaporasi, radiasi,
konveksi, konduksi, sehingga mempengaruhi metabolisme dan suhu tubuh
6. Makanan, minuman, rokok, dan lavemen
Makanan, minuman dan rokok dapat merubah suhu oral, misalkan Minum
air es dapat menurunkan suhu oral sekitar 0.9 C (1.6 F). Untuk itu dianjurkan
mengukur suhu oral sekitar 30 menit setelah makan, minum atau merokok ,
sedangkan tempertur rectal diukur setelah 15 menit melakukan lavemen / enema.
a. Alat Pengukur Suhu Tubuh
Secara umum pengukuran suhu tubuh menggunakan termometer kaca (glass
thermometers). Skala yang sering digunakan adalah termometer skala Celcius
( Centigrade) yang mempunyai skala dengan titik beku air 0 derajat Celcius dan titik
didih 100 derajat Celcius. Ada pula digital thermometer yang mempunyai kepekaan
tinggi dan waktu pemeriksaan hanya beberapa detik , banyak dipakai pada kondisi
kegawatan.
b. Pengukuran Suhu Tubuh
Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan dibeberapa tempat yaitu di mulut
(oral), anus (rectal), ketiak (axilla) dan telinga ( auricular ) . Masing- masing tempat
mempunyai variasi suhu yang berlainan. Suhu rektal biasanya berkisar 0.4 C (0.7 F)
lebih tinggi dari suhu oral dan suhu aksila lebih rendah 0.6 C (1 F) dari pada oral . Di
Puskesmas biasanya yang sering dipergunakan adalah pemeriksaan suhu aksila.
Pemeriksaan Suhu Aksila dengan Termometer Air Raksa
Pengukuran suhu aksila dianggap paling mudah dan aman, namun kurang akurat.
Penggunaan sering dilakukan pada :
1. Anak
2. Pasien dengan radang mulut
3. Pasien yang bernapas dengan mulut atau menggunakan alat bantu napas
Persiapan pemeriksaan suhu :
1). persiapan peralatan
1. Cucilah tangan
2. Siapkan soft tissue atau lap bersih
3. Siapkan buku pencatat suhu dan alat tulis
4. Sebuah handuk bersih untuk membersihkan keringat pasien
2). Persiapan pasien
1. Jagalah privasi pasien dengan tirai atau pintu tertutup.
2. Jelaskan kepada pasien tentang pentingnya pemeriksaan suhu aksila
3. Lepaskan baju pasien dan bagian lain ditutup dengan selimut.
3). Cara pemeriksaan
1. Pegang termometer pada bagian ujung yang tumpul.
2. Bersihkan dengan soft tissue atau cucilah dalam air dingin bila disimpan
dalam desinfektan serta bersihkan dengan lap bersih
3. Peganglah ujung termometer yang tumpul dengan ibu jari dan jari kedua,
turunkan tingkat air raksa sampai angka 35 derajat celsius
4. Bukalah lengan pasien.
5. Bersihkan keringat pasien dengan handuk yang kering/ tissue
6. tempelkan termometer ke ketiak, turunkan lengan dan silangkan lengan
bawah pasien keatas dada, sedangkan pada anak pegang tangannya dengan
lembut.
7. Biarkan selama 5-10 menit untuk hasil yang baik.
8. Angkat termometer dan bersihkan dengan soft tissue/ lap bersih dengan gerak
rotasi.
9. Bacalah tingkat air raksa sejajar dengan mata pemeriksa.
10. Turunkan tingkat air raksa.
11. Kembalikan termometer ke tempat penyimpanan.
12. Cuci tangan.
13. Informasikan ke pasien dan catat hasil pemeriksaan pada buku.
B. PEMERIKSAAN PERNAFASAN
Pemeriksaan
pernafasan
bisa
dilakukan
dengan
inspeksi,palpasi,perkusi
dan
auskultasi.
Secara
inspeksi,
pemeriksaan pernafasan diliat dari simetris dan asimetris dari
bentuk dada saat respirasi.
Frekuensi Pernapasan normal
Bayi:
Anak:
2. Arteri Brankialis
Terletak di dalam otot biceps dari lengan atau medial di lipatan siku (fossa
antekubital). Digunakan untuk mengukur tekanan darah dan kasus cardiac arrest
pada infant
3. Arteri Karotid
Terletak dileher dibawah lobus telinga, dimana terdapat arteri karotid berjalan diantara
trakea dan otot sternokleidomastoideus. Sering digunakan untuk bayi, kasus
cardiac arrest dan untuk memantau sirkulasi darah ke otak
Frekuensi denyut nadi manusia bervariasi, tergantung dari banyak faktor yang
mempengaruhinya, pada saat aktifitas normal :
Normal : 60 100 x / menit,
Bradikardi : <>
Takhikardi : > 100. x / menit
Denyut nadi pada saat tidur yaitu :
a. Bayi baru lahir 100 180 x/menit
b. Usia 1 minggu 3 bulan 100 220 x/ menit
c. Usia 3 bulan 2 tahun 80 150 x/menit
d. usia 10 21 tahun 60 90 x/menit
e. Usia lebih dari 21 tahun 69 100 x/menit
3) cara pemeriksaan
1. Cuci tangan pemeriksa
2. Menyingsingkan lengan baju pasien yang menutupi lengan atas
3. Pada posisi duduk, tangan diletakkan pada paha dan lengan ekstensi. Pada
posisi tidur terlentang, kedua lengan ekstensi dan menghadap atas.
4. Lakukan palpasi ringan arteri dengan menggunakan jari telunjuk dan jari
tengah pada fossa kubiti (lekuk antara otot bisep dan trisep diatas siku)
5. Rasakan denyut arteri brankialis dan irama yang teratur
6. Hitung jumlah denyut selama satu menit
7. Informasikan ke pasien dan catat hasil pemeriksaan pada buku
C. Pemeriksaan frekwensi denyut arteri karotis
1) Persiapan alat
1. Alat pengukur waktu (jam tangan dengan jarum detik, stop watch)
2. Buku catatan nadi ( kartu status )
3. Alat tulis
2) Persiapan pasien
1. Jelaskan pada pasien tentang perlunya pemeriksaan ini.
2. Buatlah pasien serilek dan senyaman mungkin
3) Cara pemeriksaan
1. Cuci tangan pemeriksa dengan air bersih
2. minta pasien melepaskan baju sehingga bagian leher terlihat jelas
3. pasien duduk dengan posisi tangan diistirahatkan diatas paha
4. Inspeksi kedua sisi leher untuk melihat denyut arteri karotis
5. Mintalah pasien untuk memalingkan kepala pada sisi arah yang berlawanan dengan
yang akan diperiksa
6. Kemudian lakukan palpasi dengan lembut, jangan terlalu keras untuk menghindari
rangsangan sinus karotid
7.
Dengan
menggunakan
jari
tengah
dan
telunjuk
palpasi
sekitar
otot
USIA
Tekanan
Sistole (mm Hg )
Tekanan
Diastole (mm Hg )
Bayi
Anak 7 - <>
10 - <>
Laki- laki
Perempuan
Usia tengah
1
2
3
65 115
87 117
124 136
124 127
120
140 160
42 80
48 64
77 84
63 74
80
80 90
Usia lanjut
EKSPIRASI
Diafragma
Kontraksi
datar )
Tulang dada
Bergerak keluar
Bergerak kedalam
Rongga dada
membesar
mengecil
Paru-paru
mengembang
mengempis
Anak:
tampak
Relaksasi
keatas )
melengkung
9.