Anda di halaman 1dari 3

Berhati-hatilah dengan Ucapan Andaikata

Ucapan andaikata atau seandainya sudah sangat sering kita dengar. Namun banyak
kaum muslimin yang tidak mengetahui bahwa ucapan tersebut berdampak pada kemurkaan Allah
yang dapat memasukkannya ke dalam api neraka. Ucapan tersebut sering dianggap sepele
padahal berakibat pada rusaknya tauhid seseorang. Sehingga seorang yang bertauhid akan
menghindari ucapan tersebut dan lebih berhati-hati dalam perkataannya.
Oleh karena itu, penulis mengajak pembaca untuk mengetahui lebih jelas mengenai
ucapan andaikata. Ucapan ini tidak semuanya mendatangkan kemurkaan Allah. Akan tetapi
tergantung pada penggunaan ucapan tersebut sehingga ucapan tersebut memiliki hukum yang
berbeda pada masing-masing penggunaan. Berikut ini penjelasannya.
1. Ucapan andaikata yang digunakan dengan maksud untuk memprotes ketentuan syariat,
hukumnya adalah haram. Contohnya: Andaikata minuman keras itu halal, tentu saya
akan memperoleh keuntungan yang lebih besar.
Sebagaimana firman Allah:

(Mereka itu) adalah orang-orang yang berkata kepada saudara-saudaranya dan


mereka tidak turut pergi berperang, "Sekiranya mereka mengikuti kita, tentulah mereka
tidak terbunuh." Katakanlah, "Cegahlah kematian itu dari dirimu, jika kamu orangorang yang benar.(QS. Ali Imran/3:168)
2. Ucapan Andaikata apabila digunakan untuk memprotes taqdir, maka hukumnya juga
haram. Contohnya: Andaikata saya tidak sakit, maka saya tidak akan kehilangan
kesempatan yang bagus itu.
Disebutkan dalam firman Allah:

Kemudian setelah kamu berduka-cita Allah menurunkan kepadamu keamanan (berupa)


kantuk yang meliputi segolongan dari padamu, sedang segolongan lagi telah dicemaskan
oleh diri mereka sendiri; mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti
sangkaan Jahiliyyah. Mereka berkata: Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak
campur tangan) dalam urusan ini. Katakanlah: Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di
tangan Allah. Mereka menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka
terangkan kepadamu; mereka berkata: Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu (hak
campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini.
Katakanlah: Sekiranya kamu berada dirumahmu, niscaya orang-orang yang telah
ditakdirkan akan mati terbunuh itu ke luar (juga) ke tempat mereka terbunuh. Dan Allah
(berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan
apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui segala isi hati. (QS. Ali Imraan:
154).
3. Ucapan andaikata yang digunakan sebagai pernyataan penyesalan. Contohnya:
Andaikata saya kemarin tidak pergi, tentu tidak akan mengalami kecelakaan.
:


:
Bersungguh-sungguhlah untuk mendapatkan apa yang bermanfaat bagimu dan
mintalah pertolongan kepada Allh (dalam segala urusanmu) serta janganlah sekali-kali
engkau merasa lemah. Apabila engkau tertimpa musibah, janganlah engkau berkata,
Seandainya aku berbuat demikian, tentu tidak akan begini dan begitu, tetapi katakanlah,
Ini telah ditakdirkan Allh, dan Allh berbuat apa saja yang Dia kehendaki, karena
ucapan seandainya akan membuka (pintu) perbuatan syaitan. (H.R. Muslim)
4. Ucapan andaikata apabila untuk berangan-angan tentang suatu kebaikan, maka
hukumnya baik. Namun apabila untuk berangan-angan tentang kejelekan, maka hukumya
juga jelek sehingga mendapat dosa. Contohnya: Seandainya aku memiliki harta sebanyak
fulanah, akan aku gunakan sebagaimana fulanah menggunakannya. Jika fulanah
menggunakan hartanya untuk kebaikan, maka dia mendapat pahala kebaikan. Jika
hartanya digunakan dalam hal keburukan, maka dia akan mendapat dosa.

5. Ucapan andaikata yang digunakan sebagai berita, hukumnya boleh. Contohnya:


Seandainya kemarin kamu hadir, kamu dapat mendengarkan ceramah yang bermanfaat
dari Ustadz Fulan.
6. Ucapan andaikata jika digunakan untuk menjadikan taqdir sebagai dalih

berbuat

maksiat, maka hukunmya haram.


Ucapan Andaikata yang hukumnya diharamkan dapat mengakibatkan berkurangnya
kesempurnaan tauhid seseorang bahkan dapat membatalkan tauhid. Ucapan yang haram ini
merupakan kebiasaan orang-orang munafik dan orang-orang musyrik. Oleh karena itu, tidak
sepatutnya kita sebagai kaum muslimin mengikuti mereka, melainkan menjauhi amalan-amalan
yang dapat menjerumuskan ke dalam amalan-amalan mereka.
Wallahu alam

Sumber:
Mutiara Faidah Kitab Tauhid. Hal. 133-136. Abu Isa Abdullah bin Salam.

Nama : Annisa Nurlatifa Fajar

Anda mungkin juga menyukai