Disusun Oleh :
Tatik Mustika Asih
2212132051
LEMBAR PENGESAHAN
Tugas Akhir
Disusun Oleh:
TATIK MUSTIKA ASIH
2212132051
Agustus 2015
Menyetujui,
Pembimbing,
ii
Fakultas Teknik Unjani
SURAT PERNYATAAN
NIM
: 2212132051
Jurusan
: Teknik Elektro S1
Dengan ini menyatakan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil karya sendiri dan
didalamnya tidak ada bagian yang menyatakan plagiat dari hasil karya orang lain, dan
bersedia dianulir sesuai dengan peraturan yang berlaku apabila Tugas Akhir saya ini terbukti
hasil duplikasi.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya serta didasari rasa
kesadaran dan dalam kondisi sehat.
Cimahi,
Agustus 2013
iii
Fakultas Teknik Unjani
ABSTRAK
Pada penelitian ini telah direalisasikan sebuah antena mikrostrip patch
persegi untuk aplikasi Wireless Local Area Network (WLAN). Perancangan
antena ini menggunakan bantuan CST Studio Suite 2010. Antena ini dirancang
untuk bekerja pada frekuensi 2400-2483,5 MHz dengan teknik pencatuan
proximity coupling agar bandwidth yang dihasilkan lebar.
Pengukuran dilakukan untuk mengetahui frekuensi kerja antena, dan hasil
pengukuran menunjukkan bahwa antena ini bekerja pada frekuensi 2410 2524.3MHz pada VSWR 1,154 , bandwidth 114,3 MHz , Return loss -23,017,
impedansi antena 51,899 j6,962, Gain 5,69 dBi serta pola radiasi yang
dihasilkan adalah direksional.
Antena mikrostrip ini di aplikasikan sebagai antena penerima di USB
wireless TP-Link TL-WN 722N. Hal tersebut menghasilkan signal strength
sebesar -77dBm dan pada saat USB wireless TP-Link TL-WN 722N tidak
menggunakan antena mikrostrip tersebut menghasilkan signal strength sebesar 95dBm
Kata Kunci
viii
ABSTRACT
Keyword
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat-Nya kepada penulis, hingga akhirnya tugas akhir dan buku
laporan tugas akhir ini dapat penulis selesaikan. Tidak lupa shalawat serta salam
selalu tercurah bagi Rasulullah SAW.
Dalam proses tugas akhir ini penulis menemukan berbagai kendala dalam
penyelesaiannya, tetapi berkat Allah dan pihak-pihak lain yang ikut berperan
didalamnya, maka penulis dapat melaluinya. Untuk itu, penulis ingin megucapkan
terima kasih kepada Allah SWT yang telah memberikan keberkahan dalam
hidupku dan pihak-pihak yang telah membantu, yaitu:
1. Keluarga tercinta, khususnya Ibu, yang selalu memberikan dorongan,
kekuatan dan doa dalam hidup penulis, dan selalu menemani setiap langkah
perjuangan untuk menjadi lebih baik.
2. Bapak Sofyan Basuki, ST.,MT. selaku pembimbing. Terima kasih untuk
bimbingan, masukan, kesediaan waktunya serta kesabarannya dalam
membimbing penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
3. Bapak Yuda Bakti Zainal ST., MT selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro.
4. Pak Hendra yang telah membantu melakukan pengukuran di LIPI
5. Nidy Harya Bhakti terima kasih untuk selalu setia, sabar mendengarkan keluh
kesah mengerjakan laporan tugas akhir ini.
6. Siska Novia Handayane partner mengerjakan laporan tugas akhir yang selalu
ada membantu ataupun saling membantu untuk melewati keadaan susah
senang bersama. Terima kasih.
7. Kawan-kawan seperjuangan kelas ekstensi Telkom Angkatan 2013. Terima
kasih atas setiap kenangan, nasihat, hinaan, dan perjuangan dengan penuh
kebersamaan yang telah kalian isi di hari-hari yang dilalui bersama.
8. Rekan rekan saya di Jurusan Teknik Elektro Universitas Jenderal Achmad
Yani untuk kebersamaan kita selama ini..
vi
Cimahi,
Agustus 2015
Penulis
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ii
SURAT PERNYATAAN....................................................................................iii
ABSTRAK ..........................................................................................................iv
ABSTRACT ..........................................................................................................v
KATA PENGANTAR ........................................................................................vi
DAFTAR ISI .......................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xi
DAFTAR TABEL ...............................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1
1.2
Perumusan Masalah..........................................................................1
1.3
1.4
1.5
Metode Penelitian.............................................................................2
1.6
Sistematika Penulisan.......................................................................3
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7
Pendahuluan .....................................................................................36
4.2
4.4
4.5
4.6
BAB V PENUTUP
5.1
Kesimpulan.......................................................................................58
5.2
Saran .................................................................................................58
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Pola Radiasi Isotropis. (a) Pola E-Plane (b) Pola H-Plane ..........7
Gambar 2.3
Gambar 2.4
Pola Radiasi Directional (a) Pola Azimuth (b) Pola Elevasi ......8
Gambar 2.5
Gambar 2.6
Gambar 2.9
Gambar 3.2
Gambar 3.3
Gambar 3.4
Gambar 3.5
Gambar 3.6
Gambar 3.7. a) Tampilan CST Studio Suite 2010 beserta Pemodelan Antena
Mikrostrip ....................................................................................30
Gambar 3.8
Gambar 3.9
xi
Gambar 3.12 Hasil Plot VSWR Menggunakan Software CST Studio Suite 2010
.....................................................................................................31
Gambar 3.13 Hasil Plot Pola Radiasi H-Plane menggunakan Software CST
Studio Suite 2010 ........................................................................32
Gambar 3.14 Hasil Plot Pola Radiasi E-Plane menggunakan Software CST
Studio Suite 2010 ........................................................................32
Gambar 3.15 Hasil Plot Pengukuran Directivity dengan Simulator CST Studio
Suite 2010 ....................................................................................33
Gambar 3.16 Hasil Plot Pengukuran Gain dengan Simulator CST Studio Suite
2010 .............................................................................................33
Gambar 3.17 Matching Antena Menggunakan Software CST Studio Suite 2010
.....................................................................................................35
Gambar 4.1
Gambar 4.2
Gambar 4.3
Gambar 4.4
Gambar 4.5
Gambar 4.6
Gambar 4.7
Gambar 4.8
Gambar 4.9
xii
Gambar 4.17 Penerimaan strength signal saat memakai antena omni .....................55
Gambar 4.18 Penerimaan strength signal saat antena mikrostrip dipasang ..............55
Gambar 4.19 Penerimaan data rate saat memakai antena omni ..............................56
Gambar 4.20 Penerimaan data rate saat antena mikrostrip sudah dipasang .............57
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Perbandingan Standard Wireless ........................................................5
Tabel 3.2 Dimensi Antena Hasil Simulasi .........................................................30
Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Return Loss ................................................................38
Tabel 4.2 Hasil Pengukuran VSWR .......................................................................38
Tabel 4.3 Hasil pengukuran Impedansi ..................................................................39
Tabel 4.4 Perbandingan Hasil Simulasi dan Pengukuran .........................................40
Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Pola Radiasi E-Plane...................................................43
Tabel 4.6 Hasil Pengukuran Pola Radiasi H-Plane ..................................................44
Tabel 4.7 Hasil Pengukuran Polarisasi ...................................................................47
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
bandwith yang lebar. Untuk itu antenna mikrostrip adalah salah satu kandidat
yang mampu memenuhi kebutuhan tersebut.
1.2
Perumusan Masalah
Dengan merancang sebuah antenna mikrostrip untuk teknologi WLAN,
Batasan Masalah
Pada perealisasian antena mikrostrip ini, penulis membatasi pada beberapa
aspek, yaitu :
1. Perancangan dimensi antena menggunakan aplikasi software CST Studio
Suite 2010.
2. Pada Tugas Akhir ini penulis hanya membahas perancangan dan
perealisasian sebuah antena mikrostrip untuk wifi dengan teknik pencatuan
proximity coupling.
1.4
Metode Penelitian
1. Studi Literatur
Pencarian sumber-sumber bacaan yang dapat menunjang dasar teori yang
menyangkut tentang pembuatan proyek akhir ini.
2.
Perancangan
Menghitung besaran yang di perlukan dalam pembuatan sebuah antena dan
merancang antena dengan menggunakan software CST STUDIO SUITE
2010.
3. Realisasi
Mencedtal hasil yang sudah disimulasikan dengan menggunakan PCB dan
memasang konektor SMA pada PCB tersebut.
4. Pengukuran dan pengujian
Melakukan pengukuran dan pengujian dengan spectrum analyzer.
Parameter-parameter penting seperti nilai return loss, gain, polaradiasi,
polarisasi dan VSWR dicoba untuk didata dan direkam.
5. Analisa
Melakukan analisa atau mengidentifikasi yang menjadi kendala-kendala
dari hasil pengukuran.
1.6
Sistematika Penulisan
Adapun sistematika laporan Tugas Akhir ini sebagai berikut :
Bab 1 : Pendahuluan
Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang penulis dalam memilih topik antena
mikrostrip untuk aplikasi WLAN. Perumusan masalah pada antena mikrostrip
untuk aplikasi WLAN. Batasan masalah yang akan dibahas dan sistematika
penulisan. Tujuan yang diharapkan untuk realisasi antena mikrostrip.
Bab 5 : Kesimpulan
Bab ini menjelaskan mengenai kesimpulan dari hasil perealisasian antena
mikrostrip sehingga sesuai dengan tujuan yang dicapai.
Daftar Pustaka
Bab ini berisikan referensi yang diambil oleh penulis untuk mendukung dan
menunjang perealisasian antena mikrostrip ini dan menjadi referensi pembuatan
laporan Proyek Akhir.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1
untuk Jaringan Lokal Nirkabel (Wireless Local Area Networks WLAN) yang
didasari pada spesifikasi IEEE 802.11. Standar terbaru dari spesifikasi 802.11a
atau 802.11b, dimana masing-masing spesifikasi terbaru tersebut menawarkan
banyak peningkatan mulai dari luas cakupan yang lebih jauh hingga kecepatan
transfernya [9]. Sistem komunikasi wireless tidak terlepas dari perangkat yang
mampu mengubah energi atau signal dalam medium pemandu ke ruang bebas
(udara). Perangkat tersebut dinamakan antena. Antena bekerja sebagai alat untuk
mengirim dan/atau menerima energi dan mengoptimalkan energi radiasi pada arah
tertentu [9].
Frekuensi yang kini umum dipergunakan untuk aplikasi WLAN adalah 2.4
Ghz dan 5.8 Ghz yang secara internasional dimasukkan ke dalam wilayah licensce
exempt (bebas lisensi) dan dipergunakan bersama oleh publik (frequency sharing).
Belakangan oleh forum WSIS yang disponsori oleh PBB dan badan dunia seperti
ITU, serta industri teknologi, frekuensi ini direkomendasikan sebagai tulang
punggung penetrasi Internet di negara berkembang terutama untuk area yang
belum terlayani oleh infrastruktur telekomunikasi konvensional.
Teknologi yang digunakan untuk WLAN mayoritas menggunakan standar
IEEE 802.11 (a/b/g). Perbedaan antar standar ini adalah pada modulasi
transmisinya yang menentukan kapasitas layanan yang dihasilkan. Pada standar
802.11b, kapasitas maksimalnya 11 Mbps, 802.11g dapat mencapai 20 Mbps
keduanya bekerja di frekuensi 2.4 Ghz. Sementara standar 802.11a bekerja pada
frekuensi 5.8 Ghz. Karena lebar pita frekuensi yang lebih luas dan modulasi yang
lebih baik, maka perangkat yang berbasis standar ini mampu melewatkan data
hingga kapasitas 54 dan 108 Mbps dan menampung jumlah pengguna lebih
banyak.
. Berikut adalah perbedaan dari masing-masing standar :
Tabel 2.1 Perbandingan Standar Wireless
2.2
Definisi antena
Antena menurut Webster didefinisikan sebagai a usually methalic device
as rod or wire for radiating and receiving radio waves [2] (peralatan dari logam
berupa batangan atau kawat yang digunakan untuk memancarkan dan menerima
gelombang radio). Sedangkan definisi antena menurut IEEE (IEEE Std 145-1983)
adalah a means for radiating or receiving radio waves [2] (suatu perangkat untuk
memancarkan atau menerima gelombang radio).
2.2.1 Fungsi Antena
Antena mempunyai fungsi utama yaitu [10]:
1.
Matching device
Antena sebagai matching device maksudnya antena sebagai perangkat
yang berfungsi menyesuaikan sifat-sifat yang berada di gelombang
elektromagnetik (ruang bebeas) dan di saluran transmisi. Syarat antena
yang baik adalah impedansi input match dengan impedansi karakteristik
kabel pencatunya (VSWR < 2) yang dapat memancar dan menerima energi
gelombang radio dengan arah dan polarisasi sesuai dengan aplikasi yang
dibutuhkan.
2.
Directional device.
Sedangkan antena sebagai directional device maksudnya antena sebagai
perangkat yang berfungsi untuk mengarahkan atau mengkonsentrasikan
daya elektromagnetik ke arah yang diinginkan dan menekan radiasi ke
arah lainnya.
diperhatikan agar kinerja antena tersebut baik yaitu sebagai berikut [2] :
2.3.1 Pola Radiasi
Pola radiasi sebuah antena didefinisikan sebagai gambaran grafis dari
sifat-sifat pancaran antena sebagai fungsi dari koordinat ruang. Pola radiasi antena
dibedakan menjadi 3 yaitu, pola radiasi isotropis, pola radiasi direksional, dan
pola radiasi omnidireksional.
1. Isotropis
Isotropis adalah arah pancaran antena ke berbagai arah dengan energi
sama besar pada seluruh bidang. Pola radiasi antena isotropis dalam tiga
dimensi bentuk pola radiasinya seperti bola. Antena isotropis ini
merupakan jenis antena ideal dan secara teoritis dijadikan sebagai referensi
dalam pengukuran antena lain namun tidak mungkin direalisasikan karena
dalam hal ini antena sebagai titik.
x
(b)
(a)
Gambar 2.2 Pola Radiasi Isotropis. (a) Pola E-Plane (b) Pola H-Plane
2. Directional
Directional adalah pola radiasi yang arah pancarnya diarahkan pada satu
tempat saja. Antena ini merupakan jenis antena narrow beamwidth, yaitu
antena dengan sudut pemancarannya kecil namun dengan daya yang lebih
terarah, jarak pancarnya jauh tetapi tidak dapat menjangkau area yang
luas, contohnya antena Yagi, Panel, Sektoral. Umumnya antena ini
digunakan sebagai penghubung antar gedung (konfigurasi point to point)
yang mempunyai cakupan area yang kecil.
z
x
y
(a)
(b)
Gambar 2.4. Pola Radiasi Directional (a) Pola Azimuth (b) Pola Elevasi
3. Omnidirectional
Omnidirectional adalah pola radiasi yang terbentuk karena antena
memancarkan atau menerima gelombang elektromagnetik pada satu
(a)
(b)
.
Pola radiasi merupakan bentuk radiasi gelombang elektromagnetik
dari sebuah antena sebagai fungsi dari koordinat ruang. Pola radiasi atau
bentuk penyebaran daya gelombang elektromagnetik tersebut bergantung
pada bentuk atau susunan antena dan atau sistem pencatuan [4]. Sistem
koordinat yang digunakan untuk masalah radiasi adalah koordinat bola
(spherical coordinate). Dalam sistem koordinat bola, sebuah titik dalam
ruang (misal titik A) dinyatakan dalam persamaan [4]:
(, , ) dimana 0 , 0 2
2.3.2 Gain
Gain (penguatan) suatu antena merupakan perbandingan antara intensitas
radiasi maksimum suatu antena terhadap intensitas radiasi maksimum suatu
antena referensi dengan daya yang masuk pada kedua antena adalah sama.
4 Intensitas radiasi
G ( , ) =
daya total input
4 U ( , )
Pin
G=
maka,
(1)
4 Um
Pin
(2)
(3)
dimana :
G = penguatan (Gain)
e = Efisiensi
D = pengarahan (directivity)
Jika efisiensi antena 100 % atau 1, maka penguatan antena sama dengan
pengarahannya.
2.3.3 Bandwidth
Bandwidth merupakan daerah frekuensi pada antena yang menunjukkan
lebar atau sempitnya frekuensi kerja suatu antena.Pada umumnya kriteria
bandwidth antena adalah besarnya perubahan impedansi antena tersebut terhadap
10
Vref
Vinc
(4)
dimana:
= faktor refleksi.
Vref
Vinc
= 2 0
L
l o g
(5)
11
0 1
VSWR =
Vmaks
(6)
V min
1+
1
(7)
2.3.5 Polarisasi
Polarisasi antena adalah arah medan listrik yang diradiasikan oleh antena.
Jika arah tidak ditentukan maka polarisasi merupakan polarisasi pada arah Gain
maksimum. Polarisasi dari energi yang teradiasi bervariasi dengan arah dari
tengah antena, sehingga bagian lain dari pola radiasi mempunyai polarisasi yang
berbeda. Polarisasi dapat diklasifikasikan sebagai linear
(linier),circular
(a)
(b)
12
2.4
Antena Mikrostrip
Salah satu perangkat dari sistem komunikasi nirkabel yang sangat penting
adalah antena. Jenis antena yang berkembang saat ini adalah antenna mikrostrip.
Antena mikrostrip merupakan antena yang tersusun atas bagian lapisan tipis
konduktor berbahan metal atau logam di atas sebuah substrat yang dapat
merambatkan gelombang elektromagnetik, sedang pada salah satu sisi lain
dilapisi konduktor sebagai bidang pentanahan. [8]
13
a) Tampak Atas
yang timbul tidak sepenuhnya tegak lurus terhadap patch maupun groundplane.
Fenomena ini kemudian disebut fringing effect [2].
Fringing effect ini menyebabkan sebagian medan elektromagnetik
meradiasi ke udara dan sebagian lagi ke dalam substrat seperti yang ditunjukan
pada Gambar 12. Oleh karena itu terdapat 2 jenis dielektrik yang melingkupi
14
yang memiliki dielektrik ( > 1). Dengan demikian saluran mikrostrip ini,
secara keseluruhan, dapat kita lihat sebagai sebuah saluran dengan dielektrik
homogen yang besarnya 1 < < Konstanta dielektrik ini disebut konstanta
dielektrik efektif (effective dielectric constant).
+1 + 1 1 + 12
2
2
1
2
+ 0.04 1
+1 1
12 2
2 + 2 1 +
(8)
a) Tampak atas
15
b) Tampak Samping
Gambar 2.13. Panjang Efektif Antena Mikrostrip
(9)
dengan :
+ 0.3 + 0.264
= 0.412
0.258 + 0.8
(10)
2 + 1
(11)
(12)
2 2
=
2
W/h < 2
W/h > 2
(13)
16
dengan :
0 + 2 1
0.11
+
0.23 +
60
2
+ 1
(14)
377
20
(15)
(10)
= 1 + 2 = 21
(11)
= = 2
(12)
Selain besarnya konduktansi diri dari masing masing slot, terdapat pula
12 =
(13)
1 12 )
0
sin 2
cos 0 (0 sin ) (sin ) 3
120 2 0
(14)
Pada umumnya impedansi input terdiri dari bagian real dan imajiner dan
berubah terhadap frekuensi. Nilai reaktansi dari antenna relatif jauh lebih kecil
17
bila dibandingkan dengan nilai resistansinya, oleh karena itu untuk alasan praktis
nilai reaktansi dari antenna biasanya di abaikan [2].
Dengan mengetahui nilai impedansi input, selanjutnya dapat dihitung
dimensi inset feed untuk mempermudah proses penyesuaian impedansi, yaitu :
( = 0 ) = ( = 0) cos 0
(15)
2.5
mikrostrip yaitu mikrostrip line, coaxial probe, aperture coupling dan proximity
coupling [4]. Masing-masing dari teknik pencatuan menawarkan masing-masing
kelebihan. Dalam proyek akhir ini dipilih teknik pencatuan proximity coupling,
karena dapat menghindari adanya radiasi silang (cross polarization), radiasi yang
rendah, dan dapat menghasilkan bandwidth yang relatif lebar [5].
Teknik pencatuan proximity coupling menggunakan elektromagnetik kopel
dimana antara saluran dan elemen peradiasi secara fisik tidak terhubung langsung
atau terhubung secara elektromagnetik dimana feedline pada layer pertama
terdapat groundplane, sedangkan pada layer kedua terdapat bagian patch-nya.
Beberapa konfigurasi dapat dilakukan pada antena mikrostrip dengan dua layer
ini, sama halnya dengan yang hanya menggunakan satu layer. Perbedaannya
adalah bagian patch diletakkan pada layer pertama, sedangkan bagian pencatunya
pada layer kedua sehingga antena mikrostrip dengan dua layer ini tidak
mengakibatkan munculnya radiasi tersendiri. Gambar 2.15. menunjukkan antena
mikrostrip dengan dua layer [6].
18
19
BAB III
PERANCANGAN DAN REALISASI
3.1
Menentukan
Spesifikasi
Antena
Menentukan
Karakteristik Bahan
Substitusikan
dimensi hasil
perancangan awal ke
simulator CST Studio
Suite 2010
Menetukan
Konstruksi dan
Teknik Pencatuan
Antena
Perancangan awal
dimensi antena
melalui perhitungan
Menjalankan Simulasi
Pengukuran Spesifikasi
antena secara real
Spesifikasi Antena
sesuai
Perbaikan dimensi
Antena
Spesifikasi Antena
sesuai
Perbaikan dimensi
Antena
Data
perancangan
awal hasil
perhitungan
Data Hasil
Simulasi
Antena
Mikrostrip
untuk frekuensi
2.4-2.4835
GHz
END
20
3.2
3.3
a. Frekuensi kerja
b. VSWR
:2
c. Pola radiasi
: Direksional
d. Bandwidth
: 83.5 MHz
e. Gain
: 3 dBi
f. Konektor
: SMA
Karakteristik Bahan
Antena mikrostrip yang dirancang menggunakan material tembaga untuk
:1
: 0.035 mm
b. Dielektrik
3.4
: 4.3
:1
3. Ketebalan
: 1.6 mm
21
Patch 1 Elemen
10 mm
49,276 mm
10 mm
10 mm
86,078 mm
29.276
mm
10 mm
8
mm
46,802
mm
29.276 mm
4,9
mm
22
Mikrostripline
49,276 mm
46,802 mm
61,44 mm
86,078 mm
14,638 mm
24,638 mm
3,5 mm
c) Tampak Samping
Gambar 3.2 a), b) dan c) Bentuk dan Teknik Pencatuan Antena Mikrostrip
23
3.5
= 2400 2483.5
= 2441.39
3108
0 = = 2.441109 = 122.88
2. Lebar Patch
Square patch mempunyai lebar dan panjang yang dapat dihitung dengan
rumus :
=
=
=
+ 1
20
2
4.3+1 1/2
2
2
2
2
= .
.+
= .
(0.816)
24
Dengan,
= 0.412
= 0.6592
( + 0.3) +0.264
( 0.258) +0.8
(4.29)(23.865)
(3.732)(24.4)
= .
L = L eff 2L
L=
=2
122.88
2L
2l
= 23.99 2(0.741)
29.276 mm
= .
29.276 mm
25
Tetapi pada perancangan kali ini penulis menggunakan ground plane sama
dengan ukuran dua kali patch pertama untuk lebar dan untuk panjang 3
kali patch pertama.
3.5.3 Menentukan Lebar Saluran Pencatuan Proximity Coupling
Pencatuan
Proximity
coupling
ini
berfungsi
untuk
melakukan
= 2
1184.38
207.364
= .
= 1 (2 1) +
1
(
2
= 0.6366(2.37 + 0.38{1.797})
= .
> 2,
1) + 0.39
0.61
>2
= 2.19 1.6
= .
2. Impedansi Input
= 2(
1
1 12 )
1 = 90
1
37.7
, 12
1 = 90 122.44
1 = 1.0478 103
Maka :
= 2(
1 12 )
( = 0 ) = 2 2 0
1
26
0.3236 = 1 (0.33260 )
0 = 45.85
Su
btr
at
g
ba
ian
Su
btr
ba
wa
a
tb
gia
na
tas
L
Pa
tch
h1
Sa
lura
atu
nc
h2
Gambar 3.5. Geometri antena mikrostrip dengan teknik pencatuan secara proximity coupling
3.6
software CST Studio Suite 2010 yang berfungsi sebagai simulator. Yang paling
penting pada perancangan antena dengan CST Studio Suite 2010 ini adalah agar
kita dapat mencari ukuran dimensi yang tepat supaya antena yang dirancang dapat
27
START
DIMENSI
ANTENA
RUBAH-RUBAH
UKURAN
PEMBUATAN
VARIABEL
RUNNING
ANALYSIS
SETUP
RESULT
NO
VALIDATION
CHECK
HASIL SIMULASI
(VSWR, RETURN
LOSS, BW )
YES
RUNNING
END
RESULT
SESUAI
SPESIFIKASI
HASIL SIMULASI
(VSWR, RETURN
LOSS, BW )
END
28
3.7
Hasil Simulasi
3.7.1
a)
50 mm
29.9 mm
87 mm
27. 2 mm
27.4 mm
29.9 mm
5 mm
8 mm
29
b)
50 mm
50 mm
39 mm
87 mm
87 mm
48 mm
3.07 mm
C)
d)
Gambar 3.6 a) Tampilan CST Studio Suite 2010 beserta Pemodelan Antena Mikrostrip, b) Layer
Atas bagian patch, c) Layer bawah bagian feedline dan bagian groundplan , d) Tampadank
Samping dengan
Ukuran
Patch
27,2 mm x 27,4 mm
Groundplane
50 mm x 87 mm
Tinggi Substrat
3,2 mm
30
Feedline
3.7.2
48 mm x 3,07 mm
Return loss
Pengukuran return loss
frekuensi dari antena mikrostrip ini bekerja. Hasil pengukuran return loss dari
simulasi pada CST Studio Suite 2010 adalah sebagai berikut :
3.7.3
Bandwidth
3.7.4
F1
= 2.401,7 MHz
F2
= 2.484,3 MHz
Fc
= 2.442,9 MHz
BW
Gambar 3.8 Hasil Plot VSWR Menggunakan Software CST Studio Suite 2011
31
3.7.5
Polaradiasi
Pengukuran pola radiasi ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana
bentuk pola radiasi yang dihasilkan pada antena mikrostrip ini, hasil pengukuran
pola radiasi dari simulasi pada CST Studio Suite 2010 adalah sebagai berikut :
Gambar 3.9 Hasil Plot Pola Radiasi H-Plane menggunakan Software CST Studio Suite 2010
\
Gambar 3.10 Hasil Plot Pola Radiasi E-Plane menggunakan Software CST Studio Suite 2010
32
Dari Gambar 3.9 dan 3.10, secara manual dapat menentukan besar H-plane
dan E-plane dengan melihat angular width pada hasil plot radiasinya. Dengan
cara pendekatan, directivity antena dapat dihitung dengan persamaan berikut :
41253
41253
87.3 104
4.543 i
Gambar 3.11 Hasil Plot Pengukuran Directivity dengan Simulator CST Studio Suite 2010
33
3.7.6
Gain
Gambar 3.12 Hasil Plot Pengukuran Gain dengan Simulator CST Studio Suite 2010
Berdasarkan Gambar 3.12, Gain yang diperoleh adalah sebesar 4.449 dBi.
Gain pada suatu antena memiliki keterkaitan dengan directivity yaitu dapat
dihitung dengan nilai efisiensi suatu antena yang sama dengan kemampuan untuk
mengarahkan dari antena tersebut
Jika nilai efisiensi suatu antena 100% atau 1, maka penguatan antena sama
dengan pengarahannya. Dengan data yang kita peroleh pada hasil simulasi, kita
bisa menghitung besar efisiensi yang dihasilkan oleh antena yang telah penulis
rancang yaitu sebagai berikut:
Gain = 4.449 = 10
4.449
10
= 2.78
6.163
10
Directivity = 6.163 = 10
= 4.13
2,78 = . 4,13
=
2,78
100%
4,13
= 67,31 %
Efisiensi dari antena yang telah dirancang sebesar 67,13% akan tetapi
32,87% hilang karena adanya rugi-rugi pada saluran transmisi antena serta antena
tersebut. Antena bekerja dengan baik serta daya yang dipancarkan dan
pengarahannya optimal.
34
3.7.7
Impedansi Antena
Salah satu kelemahan antena mikrostrip adalah memiliki Bandwidth yang
sempit. Hal tersebut disebabkan oleh impedansi antena mikrostrip yang sensitif
terhadap perubahan frekuensi. Dibawah ini adalah impedansi imput antena
mikrostrip yang didapat dari simulator CST Studio Suite 2010.
Gambar 3.13 Matching Antena Menggunakan Software CST Studio Suite 2010
Terlihat pada gambar 3.13 bahwa frekuensi tengah 2,442 MHz meiliki
impedansi input 49, 615 + j 0,0421 ohm.
35
BAB IV
PENGUKURAN DAN ANALISIS
4.1
Pendahuluan
Pengukuran antena dilakukan untuk mengetahui karakteristik antena yang
4.2
4.2.1
diantaranya :
1. Network Analyzer ADVANTEST R370
2. Konektor N to SMA
3. Kabel coaxial
4.2.2
Prosedur Pengukuran
Prosedur pengukuran return loss, VSWR, dan bandwidth diantaranya :
1. Set frekuensi yang diinginkan, yaitu dari 2000 MHz 3000 MHz.
2. Lakukan kalibrasi dengan menekan tombol start cal. Kemudian secara
berturut-turut menghubungkan dengan open source, short source dan
load source.
36
Hasil Pengukuran
a. Return Loss
Nilai return loss yang diperoleh dari hasil pengukuran adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Return Loss
Frekuensi (MHz)
RL
2410
-10.010
2480
-23.017
2524.3
-10.012
VSWR
2410
1.923
2480
1.154
2524.3
1.924
38
f H = 2524.3 MHz
f C = 2480 MHz
f L = 2410 MHz
Sehingga BW = f H f L = (2524.3 2410) MHz = 114.3 MHz
c. Impedasi Antena
Frekuensi
( Mhz)
Nilai
real
()
1
2
3
2000
2480
3000
9,879
51,899
17,71
Nilai
Imajiner
()
-17,1
-6,962
-15,293
2410
27,433
9,938
2524
26,269
-3,711
39
Hasil
Simulasi
Pengukuran
2.401,7 - 2.484,3
2410 - 2524.3
2442,9
2480
-47.18
-23.017
VSWR
1.0098
1.154
Bandwidth (MHz)
82,6
114.3
Parameter
Pada proyek akhir ini dapat dilihat pada tabel 4.5 bahwa hasil pengukuran
mengalami pergeseran dibandingkan dengan hasil simulasi. Terlihat pada semua
parameter dengan bergesernya frekuensi kerja maka frekuensi tengah ikut
bergeser. Untuk frekuensi kerja bergeser sekitar 11 Mhz dan untuk frekuensi
tengah bergeser 37 Mhz.
Untuk return loss pun mengalami penurunan yang signifikan yaitu pada
hasil simulasi return loss yang didapat -47.42dB dan pada hasil pengukuran
return loss
mengalami pelebaran dari hasil simulasi yang hanya 82,6 Mhz menjadi 114.3 Mhz
pada hasul pengukuran. Namun dengan 82,6 Mhz tersebut sudah masuk ke dalam
40
spesifikasi yang diinginkan. Dan untuk hasil VSWR sudah masuk kedalam
spesifikasi yaitu 2.
Secara umum penyebab terjadinya pergeseran frekuensi, bandwidth return
loss, VSWR dan Impendasi input yang berbeda antara hasil pengukuran dengan
perancangan adalah sebagai berikut :
Perbedaan ukuran dimensi patch antena antara hasil perhitungan,
simulasi, dan realisasi. Hal ini terjadi karena proses pabrikasi yang
tidak presisi, sehingga hasil pemotongan dimensi patch, ground
plane tidak sesuai dengan perancangan.
Pengukuran yang dilakukan tidak di ruang bebas pantul. Sehingga
hasil pengukuran tidak sesuai dengan hasil simulasi pada CST
Studio Suite 2010.
Pabrikasi antena yang sulit, diantaranya untuk menyatukan dua
layer dilakukan proses pengeboran, pemotongan pada bagian layer
atas yang tidak tepat karena harus menyesuaikan dengan bagian
konektor, dan soldering.
Adanya
redaman
pada
saluran
transmisi
saat
melakukan
4.3
Pengukuran Polaradiasi
Pola radiasi merupakan bentuk tiga dimensi (pola ruang) dan
6. Kabel coaxial N to N
7. Konektor N to SMA
4.3.2
Prosedur Pengukuran
Prosedur pengukuran pola radiasi sebuah antena, diantaranya :
1.
2.
3.
4.
5.
Putar antena pemancar setiap 10o, dimulai dari sudut 0o sampai 350 o
lalu didapatkan daya penerima maksimum pada Spectrum Analyzer.
6.
Catat nilai yang terbaca oleh Spectrum Analyzer pada tabel yang
tersedia.
7.
Pola radiasi dapat terlihat dengan cara memplot nilai yang diperoleh.
8.
42
4.3.3
Hasil Pengukuran
Tabel 4.6. Hasil Pengukuran Pola Radiasi E-Plane
Arah Antena
(Derajat)
Level Daya
(dBm)
Arah Antena
(Derajat)
-29,92
190
Level Daya
(dBm)
-46,29
10
-34,25
200
-46,09
20
-32,77
210
-47,94
30
-32,86
220
-48,74
40
-37,03
230
-48,54
50
-40,62
240
-45,17
60
-39,2
250
-46,38
70
-40,19
260
-45,64
80
-41,83
270
-41,85
90
-41,83
280
-41,63
100
-45,84
290
-40,49
110
-46,28
300
-39,19
120
-50,1
310
-40,92
130
-48,94
320
-37,33
140
-48,94
330
-32,76
150
-47,54
340
-32,57
160
-46,32
350
-34,55
170
-50,13
180
-49,5
E-PLANE
350360
-30
340
330
-35
320
-40
310
300
-45
290
-50
280
-55
270
260
250
240
230
220
210200
190
10 20
30
40
50
60
70
80
90
100
110
120
130
140
150
160
180170
E-Plane
Level Daya
(dBm)
Arah Antena
(derajat)
-29,45
190
Level Daya
(dBm)
-50,67
10
-28,78
200
-44,13
20
-29,53
210
-42,34
30
-31,03
220
-43,54
40
-32,57
230
-47,67
50
-33,14
240
-51,35
60
-34,72
250
-50,54
70
-36,42
260
-52,02
80
-38,12
270
-44,12
90
-40,15
280
-41,15
100
-43,12
290
-34,42
110
-48,67
300
-36,72
120
-43,5
310
-31,14
130
-49,3
320
-30,57
140
-48,14
330
-30,03
150
-43,54
340
-30,53
160
-40,32
350
-29,78
170
-45,13
180
-51,57
40
50
60
70
80
90
100
110
120
130
140
150
160
180170
H-Plane
H-Plane
-25
350360
340
330
320
-35
310
300
-45
290
280
-55
270
260
250
240
230
220
210200
190
10 20
30
44
4.3.4
antena mikrostrip ini menghasilkan pola radiasi direksional. Bentuk dari pola
radiasi dipengaruhi oleh beberapa faktor sehingga memiliki perbedaan dari hasil
pengukuran dengan hasil simulasi. Salah satu faktor nya disebabkan oleh kondisi
lokasi pengukuran yang bukan merupakan tanah lapang dan terdapat banyak
penghalang disekitar lokasi sehingga dapat menyebabkan pantulan-pantulan.
Selain itu, perbedaan frekuensi antara antena referensi dan antena yang diukur
berakibat terhadap pola radiasi yang dihasilkan. Beamwith yang diperoleh pada
polaradiasi E-plane dan polaradiasi H-plane sebesar 60.
4.4
Pengukuran Polarisasi
Polarisasi antena merupakan arah gerak medan listrik dari gelombang
4.4.2
Prosedur Pengukuran
Prosedur pengukuran pola radiasi sebuah antena, diantaranya :
1.
45
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Catat nilai yang terbaca oleh Spectrum Analyzer pada tabel yang
tersedia.
8.
46
4.4.3
Hasil Pengukuran
Tabel 4.8 Hasil Pengukuran Polarisasi
Arah Antena
Level Daya
Arah Antena
Level Daya
(Derajat)
(dBm)
(Derajat)
(dBm)
-34,32
190
-51,16
10
-34,18
200
-51,99
20
-36,28
210
-47,65
30
-35,51
220
-45,76
40
-37,77
230
-46,87
50
-47,72
240
-49,35
60
-45,75
250
-51,45
70
-53,16
260
-51,76
80
-56,83
270
-50,39
90
-50,16
280
-56,96
100
-51,9
290
-53,78
110
-51,87
300
-45,74
120
-49,17
310
-47,88
130
-46,98
320
-37,66
140
-45,86
330
-39,65
150
-47,86
340
-36,89
160
-51,82
350
-34,55
170
-51,02
180
-48,62
47
Polarisasi
350360
-30
340
330
-35
320
-40
310
300
-45
290
-50
280
-55
270
260
250
240
230
220
210200
190
10 20
30
40
50
60
70
80
90
100
110
120
130
140
150
160
180170
Polar
4.4.4
4.5
Pengukuran Gain
Pengukuran Gain dari sebuah antena dilakukan untuk mengetahui
4.5.2
Prosedur Pengukuran
1. Melakukan set-up peralatan seperti pada gambar 4.11:
Dimana:
Sehingga =
Jadi
3 108
2.441 109
2 132
12.28
= 0.12288 = 12.28
27.52
49
4.5.3
Hasil Pengukuran
Pada Gambar 4.12 menunjukan hasil pengukuran level daya pada
antena tes sebesar -29,36 dBm.
50
= 12 + (29,36) (23,05)
= 5.69
4.5.4
dBi. Gain antena yang diukur berbeda dengan Gain pada simulasi CST yang
berkisar 4.449 dBi. Hail ini dikarenakan level daya terima antena mikrostrip dan
antena referensi berubah setiap waktunya, sehingga sulit untuk mendapatkan hasil
yang akurat.
51
4.6
antena penerima atau antena client. Dengan memasang antena mikrostrip patch
rectangular ke USB wireless TP-Link TN WL722N, seperti pada gambar 4.14 :
52
4.6.1
4.6.2
53
4.6.3
Hasil Pengukuran
1. Hasil yang diperoleh malalui Software XIRRUS Wi-Fi Inspector dengan
jarak antena ke ISP 4 m dapat di lihat pada gambar berikut :
54
55
Gambar 4.21 Penerimaan data Rate saat antena mikrostrip sudah dipasang
4.6.4
56
57
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil perancangan dan realisasi antena mikrostrip dengan
teknik pencatuan proximity coupling pada frekuensi 2400 2483.5 MHz ini, dapat
disimpulkan :
1. Pada Proyek Akhir ini dirancang sebuah antena mikrostrip persegi dengan
teknik pencatuan proximity coupling dengan range frekuensi 2400 Mhz
2483,5 Mhz dengan VSWR 2 , gain 3dBi, dan pola radiasi direktional
2. Pada proses perancangan akan dilakukan simulasi menggunakan software
CST Suite Studio 2010. Dari hasil simulasi didapat bandwith 82,6 Mhz,
range frekuensi 2401,7 2484,3 Mhz, VSWR 1,009 dan return Loss 47,18dB.
3. Dengan adanya hasil simulasi yang sudah optimal, direalisasikan sebuah
atena mikrostrip dengan bandwidth sebesar 114,3 MHz dengan VSWR
1,154 dan polaradiasi direktional. Akan tetapi frekuensi kerja bergeser
sebesar 10 MHz dari spesifikasi awal yaitu dari 2400 2483.5 MHz
menjadi 2410 - 2524.3MHz. Namun dari semua parameter yang sudah
dilakukan pengukuran sudah memenuhi spesifikasi awal.
4. Aplikasi dari antena mikrostrip ini adalah dengan memasang antena
mikrostrip di USB wireless TP-Link TL-WN 722N sebagai penerima. Hal
tersebut menghasilkan signal strength sebesar -77dBm dan pada saat USB
wireless TP-Link TL-WN 722N tidak menggunakan atena mikrostrip
tersebut menghasilkan signal strength sebesar -95dBm
5.2
Saran
Berdasarkan analisa dan hasil yang telah dicapai, saran untuk pelaksanaan
59
DAFTAR PUSTAKA
[1]
[2]
[3]
Fitri, Iskandar dan Ngadino Surip. Proceeding, seminar Ilmiah Nasional Komputer
dan Sistem Intelijen (KOMMIT 2006). Antenna Slot Mikrostrip Segitiga Array
Untuk Aplikasi Ultra-Wideband. Auditorium Universitas Gunadarma, Depok, 2324 Agustus 2006.
[4]
Girish Kumar dan K.P. Ray, Broadband Microstrip Antennas, Artech House,
London, 2003.
[5]
G. Kumar and K.P. Ray. Broadband Microstrip Antennas, London: Artech House.
2003.
[6]
http://learn-antenna.blogspot.com/2010/07/polarisasi-antena.html
[7]
Https://www.academia.edu/8572703/perancangan_dan_pembuatan_antena_mikros
trip_circular_patch_array_empat_elemen_dengan_konfigurasi_symmetry_parallel_
feed_network_untuk_frekuensi_kerja_2_4_Ghz
[8]
[9]
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2
LAMPIRAN 3
LAMPIRAN 4