Anda di halaman 1dari 50

EFEKTIVITAS HIPNOTERAPI UNTUK MENGURANGI PERILAKU

MEROKOK

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Mendapatkan Gelar Sarjana Psikologi (S. Psi)

Oleh:
LANGEN NIDHANA MEISYALLA
10761000084

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN SYARIF KASIM
RIAU
2011

Langen Nidhana Meisyalla. Efektivitas Hipnoterapi Untuk Mengurangi Perilaku


Merokok. Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim (UIN
SUSKA) Riau. 2011.

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui apakah hipnoterapi efektif dalam


mengurangi perilaku merokok. Hipotesis yang diajukan adalah hipnoterapi efektif untuk
mengurangi perilaku merokok pada remaja.
Teknik yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah teknik purposive
sampling dengan jumlah sampel sebanyak 5 orang. Instrumen penelitian berbentuk skala
perilaku merokok. Skala perilaku merokok terdiri dari 21 aitem. Validitas dan reliabilitas
alat penelitian diuji dengan teknik alpha. Hasil uji validitas untuk instrumen skala
perilaku merokok berkisar antara 0,001 - 0,447 dan hasil uji reliabilitasnya menunjukkan
angka 0,767. Uji validitas dan reliabilitas alat ukur dikerjakan dengan bantuan program
komputer SPSS 16.0.
Data penelitian dianalisa dengan menggunakan teknik two related samples test
untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil pretest dan posttest. Hasil analisis
menunjukkan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,042. Ini menunjukkan ada
perbedaan perilaku merokok subjek penelitian antara sebelum diberikan hipnoterapi
dengan setelah diberikan hipnoterapi dengan kata lain hipnoterapi efektif untuk
mengurangi perilaku merokok pada remaja. Maka hipotesis dalam penelitian ini diterima.

Kata Kunci: hipnoterapi, perilaku merokok

DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING...

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

II

PERSEMBAHAN....

III

ABSTRAK

IV

KATA PENGANTAR..

DAFTAR ISI....

VI

DAFTAR TABEL.

VII

DAFTAR LAMPIRAN

VIII

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................

B. Rumusan Masalah. ..........................................................................

C. Maksud dan Tujuan Penelitian .....................................................

D. Manfaat Penelitian .........................................................................

1. Manfaat Teoritis ..................................................................

2. Manfaat Praktis ...................................................................

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Perilaku Merokok ........................................................................

1. Pengertian Perilaku Merokok ............................................

2. Tahap Perilaku Merokok .......................................................

3. Aspek Perilaku Merokok ......................................................

4. Akibat dari Perilaku Merokok ...............................................

11

B. Hipnoterapi ...................................................................................

12

1. Pengertian Hipnoterapi .....................................................

12

2. Tahap Hipnoterapi .................................................................

13

3. Manfaat Hipnoterapi .............................................................

17

C. Efektifitas Hipnoterapi untuk Mengurangi Perilaku Merokok.....

17

D. Hipotesis.......................................................................................

19

BAB III. METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian..........................................................................

20

B. Variabel Penelitian .......................................................................

20

C. Definisi Operasional ....................................................................

20

D. Sampel Penelitian ........................................................................

22

E. Metode Pengumpulan Data ..........................................................

22

1. Metode Observasi dan Wawancara........................................

22

2. Skala Perilaku Merokok.........................................................

23

F. Validitas dan Reliabilitas ..............................................................

26

G. Prosedur Penelitian ......................................................................

27

H. Analisis Statistik...........................................................................

29

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Pelaksanaan ....................................................................................

30

B. Hasil Penelitian................................................................................

32

C. Pembahasan ..................................................................................

37

BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................

41

B. Saran . .............................................................................................

41

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................42

LAMPIRAN .........................................................................................................44

DAFTAR TABEL

Tabel 1.

Sebaran Skor ...........................................................................

24

Tabel 2.

Blue Print try out Skala Perilaku Merokok..............................

25

Tabel 3.

Blue Print Skala Perilaku Merokok setelah try out. ................

26

Tabel 4.

Tabel Deskripsi Data Perilaku Merokok Pretest Dan Posttest. 32

Tabel 5.

Tabel perbandingan nilai pretest dan posttest...........................

33

Tabel 6.

Tabel Signifikansi Hasil Two Related Samples Test..

34

Tabel 7.

Deskripsi Hipotetik Perilaku Merokok..

36

Tabel 8.

Deskripsi Empirik Perilaku Merokok...

36

Tabel 9.

Kategorisasi Variabel Perilaku Merokok..

37

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kegiatan menghisap tembakau dengan menggunakan pipa atau lintingan kertas yang
dibakar yang biasa disebut merokok merupakan fenomena umum yang dapat dijumpai
hampir pada semua kalangan masyarakat Indonesia. Salah satu situs nasional mengatakan
bahwa Indonesia menempati urutan ketiga di dunia dengan jumlah perokok terbanyak setelah
Cina dan India. Berdasarkan data riset kesehatan dasar Departemen Kesehatan Republik
Indonesia 2010 diketahui sekitar 34,7 persen penduduk Indonesia menjadi perokok aktif
(Farrah, 2011).
Sidang tahunan Majelis Ulama Indonesia pada 25 Januari 2009 telah mengeluarkan
fatwa haram untuk kegiatan merokok pada anak-anak, pengurus Majelis Ulama Indonesia,
perempuan hamil dan perokok di tempat umum (Satiti, 2009). Banyak hal negatif yang
melatarbelakangi kenapa rokok diharamkan, rokok mengandung 4000 lebih senyawa kimia
beracun, secara garis besar ada tiga racun utama yaitu nikotin, tar dan karbon monoksida
(Plus, 2009).
Nikotin merupakan senyawa yang bersifat candu sama halnya seperti kokain dan
heroin, tubuh akan semakin tergantung secara fisik dan psikologis terhadap nikotin, saat asap
rokok terhirup maka nikotin akan masuk kedalam paru-paru kemudian diteruskan hingga
kedalam darah. Senyawa utama kedua adalah tar, yaitu bahan yang lebih kecil dari debu yang
turut masuk saat asap rokok terhirup, tar menyebabkan noda kecokelatan menempel pada gigi
dan kuku perokok, juga menyebabkan flek yang bersubstansi lengket kecokelatan pada paruparu sehingga melumpuhkan pelindung serta pembersih paru-paru. Substansi utama ketiga
yaitu karbon monoksida, merupakan gas yang jika terhirup maka akan mengikat hemoglobin
dalam darah sehingga mengurangi pasokan oksigen ke seluruh organ tubuh (Plus, 2009).

Ratusan bahan lain yang juga terkandung dalam rokok seperti ammonia, formic acid,
hydrogen cyanide, nitrous oxide dan formalin juga mengandung racun yang dapat merusak
syaraf sehingga dalam beberapa kasus berat rokok mengakibatkan kegelisahan, berkurangnya
nafsu makan, kanker paru, stroke dan pada ibu hamil yang merokok dapat mengakibatkan
keguguran pada janin yang dikandung. Pada kasus ringan asap rokok dapat merangsang jalan
napas sehingga menyebabkan batuk dan sesak napas. Karena banyaknya penyakit yang
disebabkan oleh perilaku merokok maka hukum haram difatwakan oleh Majelis Ulama
Indonesia pada 2009 (Jaya, 2009).
Larangan serta peraturan yang diberlakukan di hampir semua sekolah dan kampus di
Kota Pekanbaru mengindikasikan bahwa jumlah perokok remaja di Pekanbaru memang
sudah mengkhawatirkan, selain itu di berlakukannya smoking area di beberapa tempat
keramaian di Kota Pekanbaru juga memperkuat asumsi bahwa rokok memang selalu dibawa
kemana mana. Puntung rokok dan abu sisa pembakaran rokok yang bertebaran di tempat
umum dan mudah ditemukan juga memperjelas bahwa perilaku merokok merupakan masalah
yang belum terpisahkan dari masyarakat Kota Pekanbaru.

Selama Januari hingga Mei 2010 penulis mengamati perilaku merokok beberapa
mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
(selanjutnya akan ditulis sebagai UIN SUSKA) yang sering keluar ruang kuliah saat
perkuliahan sedang berlangsung dan penulis mendapatkan beberapa dari mahasiswa tersebut
menghisap rokok. Para mahasiswa tersebut biasanya merokok di lorong ruang kelas maupun
di kamar kecil. Hal semacam ini dapat ditemukan pada jam perkuliahan siang. Penulis juga
mewawancarai beberapa diantara mahasiswa yang merokok dan sering keluar kelas saat
perkuliahan, hampir semua mengeluh karena suhu ruangan yang panas sehingga para

mahasiswa tersebut memutuskan untuk keluar ruangan dan menenangkan diri dengan cara
merokok, selain itu ada beberapa mahasiswa yang menjadikan pelajaran yang sulit atau dosen
yang membosankan sebagai alasan untuk keluar ruangan dan merokok. Mahasiswa yang
keluar ruangan untuk merokok saat jam perkuliahan ini memiliki intensitas merokok yang
hampir sama yaitu rata rata menghabiskan tiga sampai empat batang rokok ketika keluar
kelas saat jam perkuliahan sedang berlangsung dan menghabiskan waktu sekitar lima menit
hingga setengah jam untuk merokok. Tentu saja ini merupakan hal yang sangat
memprihatikan karena dapat mengganggu kelancaran proses belajar mengajar.
Angka perokok di Indonesia yang selalu meningkat dapat memperburuk kehidupan
psikis serta fisik mereka yang merokok serta individu yang berada di lingkungan tempat
tinggalnya juga akan terganggu baik perlahan maupun drastis. Bagi remaja yang menginjak
peralihan masa anak anak ke dewasa akan mengalami dorongan rasa penasaran dan ingin
tahu yang tinggi, akibatnya keingintahuan remaja akan rokok membawa mereka ke dalam
perilaku mencoba merokok hingga kecanduan karena pengaruh candu nikotin pada rokok.
Akibatnya kemampuan konsentrasinya akan meningkat secara paksa sehingga mengakibatkan
perubahan emosi dan mood yang drastis. Selain itu sampah abu dan puntung rokok juga
mengganggu kebersihan toilet dan kamar mandi.
Remaja yang merokok rentan terhadap penurunan kemampuan konsentrasi, memiliki
predisposisi untuk mengalami stres apabila kebutuhannya akan rokok tidak terpenuhi. Hal ini
akan berakibat buruk pada tugas perkembangan dan tugas akademiknya di sekolah. Selain itu
efek candu nikotin yang terkandung di dalam rokok juga akan merusak jaringan syaraf otak
secara perlahan sehingga dapat mengakibatkan terganggunya fungsi fisik remaja tersebut
(Satiti, 2009).
Para ahli Psikologi memberi perhatian penuh terhadap perilaku merokok yang dapat
berujung pada kecanduan ini, terbukti dengan dimasukkannya adiksi sebagai salah satu divisi

kajian American psychological association (APA). Maka intervensi psikologis yang


berbentuk psikoterapi terhadap perilaku merokok pun berkembang, salah satunya adalah
hipnoterapi.
Hipnoterapi merupakan salah satu aplikasi dari hipnosis, hipnosis itu sendiri menurut
Rafael (2006) adalah keadaan alami dari relaksasi total tubuh dimana kondisi kesadaran
pikiran meningkat lebih tinggi dari biasanya. Sedangkan hipnoterapi adalah terapi yang
menggunakan hipnosis untuk memfasilitasi perubahan. Perubahan yang dimaksud adalah
perubahan pola pikir dan perilaku yang diinginkan klien sebelum menjalani proses
hipnoterapi.
Gunawan (2007) mengungkapkan beberapa bidang yang selama ini diterapi
menggunakan hipnoterapi atau sering juga disebut sebagai hipnosis medis, salah satunya
adalah perilaku merokok. Hipnoterapi di anggap efektif mengurangi perilaku merokok karena
hipnoterapi berhubungan langsung dengan alam bawah sadar klien, alam bawah sadar adalah
tempat dimana persepsi, emosi, kebiasaan, dan memori jangka panjang disimpan.
Merubah persepsi dan keyakinan akan rokok dapat mengurangi perilaku merokoknya.
Untuk melihat hubungan positif dan keterkaitan antara fenomena perilaku merokok pada
mahasiswa Fakultas Psikologi UIN SUSKA dengan metode hipnoterapi yang efektif
menanamkan sugesti positif untuk melahirkan sebuah perilaku baru maka penulis berinisiatif
untuk melakukan sebuah eksperimen tentang hipnoterapi dan perilaku merokok, sebagai
penelitian ilmiah maka karya tulis ini akan diberi judul efektivitas hipnoterapi untuk
mengurangi perilaku merokok.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah: Apakah hipnoterapi efektif untuk mengurangi perilaku merokok?
C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: mengetahui efektivitas
hipnoterapi untuk mengurangi perilaku merokok.

D. Manfaat Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Sebagai sumbangan pemikiran dan bahan rujukan bagi ilmu pengetahuan pada
umumnya dan ilmu psikologi klinis dan psikologi kesehatan pada khususnya, serta sebagai
bahan rujukan bagi para peneliti selanjutnya dalam penelitian masalah yang berhubungan
dengan terapi perilaku merokok, salah satunya adalah melalui hipnoterapi.
2. Kegunaan Praktis
a. Sebagai metode terapi alternatif untuk mengurangi perilaku merokok bagi para perokok.
b. Sebagai salah satu informasi alternatif bagi dinas terkait seperti dinas kesehatan untuk
mengurangi angka perokok setiap tahun.
c. Sebagai salah satu bahan rujukan bagi para psikolog klinis dan kesehatan untuk
mengurangi perilaku merokok.
d. Sebagai sumber pengetahuan bagi masyarakat umum mengenai efektivitas hipnoterapi
untuk mengurangi perilaku merokok.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perilaku Merokok
1. Pengertian Perilaku Merokok.
Menurut Sitepoe (dalam Amelia, 2009) merokok adalah membakar tembakau yang
kemudian dihisap asapnya, baik menggunakan rokok ataupun menggunakan pipa. Armstrong
(dalam Amelia, 2009) mengatakan perilaku merokok sebagai menghisap asap tembakau yang
dibakar ke dalam tubuh dan menghembuskannya kembali keluar. Levy (dalam Amelia, 2009)
mengatakan perilaku merokok sebagai sesuatu yang dilakukan seseorang berupa membakar
dan menghisap tembakau serta menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang
disekitarnya. Perilaku merokok juga didefinisikan sebagai aktivitas subjek yang berhubungan
dengan perilaku merokoknya, yang diukur melalui intensitas merokok, waktu merokok dan
fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari. (Komalasari dan Helmi, 2011)
Dari beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian perilaku merokok
adalah kegiatan membakar dan menghisap tembakau baik menggunakan pipa maupun rokok,
kemudian mengeluarkan asap yang dapat terhisap oleh orang orang disekitarnya dan dapat
diukur melalui intensitas merokok, waktu merokok dan fungsi merokok dalam kehidupan
sehari-hari.

2. Tahap Perilaku Merokok


Oskamp (dalam Amelia, 2009) mengungkapkan empat tahap dari perilaku merokok
menjadi perokok, yaitu:

a. Tahap persiapan.
Seseorang belum mencoba rokok pada tahap ini, tahap ini meliputi perkembangan
sikap dan informasi terhadap rokok. Seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan
akan rokok dengan cara mendengar, melihat dari orangtua, media masa atau dari hasil
bacaan. Hal seperti ini menimbulkan minat untuk merokok.
b. Tahap permulaan.
Seseorang sudah mencoba untuk merokok. Tahap ini juga disebut sebagai tahap
perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang akan meneruskan merokok ataumemilih
untuk tidak merokok.
c. Tahap menjadi seorang perokok.
Oskamp (dalam Amelia 2009) mengatakan bahwa seseorang menjadi perokok apabila
orang tersebut telah mengkonsumsi rokok sebanyak empat batang perhari. Individu yang
telah mencoba sampai rokok ke-empat cenderung menjadi perokok tetap.
d. Tahap mempertahankan perilaku merokok.
Tahap ini merupakan tahap akhir, ketika faktor psikologis seperti ketenangan karena
merokok dan mekanisme biologis seperti pelepasan dopamin yang membuat tubuh merasakan
relaksasi menjadi satu, maka perilaku merokok menjadi sebuah perilaku yang akan terus
menerus dilakukan.
Dapat disimpulkan bahwa individu melalui beberapa tahapan sehingga dapat disebut
sebagai perokok, dimulai dengan tahap persiapan dimana individu hanya mendapatkan
gambaran menyenangkan tentang perilaku merokok tersebut dari orang-orang, sehingga
mendorong individu untuk mulai mencoba rokok, tahap ini adalah tahap permulaan, di tahap
selanjutnya yaitu tahap menjadi seorang perokok individu dikatakan sebagai perokok tetap
jika telah merokok empat batang perhari, pada tahap terakhir yaitu tahap mempertahankan
perilaku merokok, individu akan mempertahankan perilaku merokoknya dan melakukannya

secara terus menerus.


3. Aspek Perilaku Merokok
Aritonang dalam Kemala (2007) mengatakan bahwa perilaku merokok memiliki
beberapa aspek, yaitu:
a. Fungsi merokok dalam kehidupan sehari hari.
Fungsi merokok ditunjukkan dengan perasaan yang dialami si perokok, seperti
perasaan yang positif, misalnya perasaan santai, nyaman, tenang, lega, rileks. Selain itu juga
ditunjukkan dengan perasaan negatif seperti marah, dendam, sakit hati, dan perasaan negatif
lainnya.
b. Intensitas merokok.
Smet (dalam Kemala, 2007) mengklasifikasi perokok berdasarkan banyaknya rokok
yang dihisap, yaitu:
1) Perokok berat adalah perokok yang menghisap lebih dari 15 batang rokok
dalam sehari.
2) Perokok sedang adalah perokok yang menghisap 5 sampai 14 batang rokok
dalam sehari.
3) Perokok ringan adalah perokok yang menghisap 1 sampai 4 batang rokok
dalam sehari.
Penelitian ini menggunakan subjek perokok sedang, yaitu perokok yang menghisap 5
sampai 14 batang rokok dalam sehari.
c. Tempat merokok
Tipe perokok berdasarkan tempat ada dua, yaitu:
1) Perokok yang merokok di tempat umum atau ruang publik.
Kebiasaan merokok di tempat umum dan ruang publik sering sekali
mengabaikan orang disekitarnya.

2) Perokok yang merokok di tempat yang bersifat pribadi.


Perokok yang merokok di ruang pribadi seperti kamar tidur, kantor
digolongkan kepada individu yang kurang menjaga kebersihan diri dan penuh
rasa gelisah yang mencekam. Mereka yang suka merokok di toilet
digolongkan sebagai orang yang suka berfantasi.
d. Waktu merokok.
Remaja yang merokok dipengaruhi oleh kondisi yang dialaminya pada saat itu,
misalnya ketika sedang berkumpul dengan teman, cuaca yang dingin.
Dapat disimpulkan bahwa orang yang merokok di tunjukkan oleh beberapa aspek,
yaitu berdasarkan fungsi kenapa mereka merokok, intensitas merokok atau klasifikasi berapa
batang rokok yang dihabiskan perharinya, tempat merokok serta waktu atau keadaan yang
mereka rasakan ketika merokok. Skala perilaku merokok akan penulis susun berdasarkan
aspek perilaku merokok Aritonang ini.

4. Akibat dari Perilaku Merokok.


Perilaku merokok berdampak negatif terhadap tubuh sehingga mengakibatkan tubuh
mengalami berbagai penyakit yang mematikan. Marks, Murray, Evans, Willig, Woodall dan
Sykes (2005) menyatakan bahwa perilaku merokok dapat membawa kepada gejala stres pada
individu, kemampuan konsentrasi yang dipaksakan dengan cara merokok dalam jangka
waktu panjang juga akan berakibat buruk pada perkembangan syaraf. Efek nikotin yang
mengakibatkan ketergantungan akan membawa perokok pada sejumlah penyakit fisik yang
berakibat pada kematian, diantaranya kanker paru, stroke, sakit jantung, kanker lambung,
kanker leher rahim, gangguan pada kehamilan dan penyakit mematikan lainnya (Jaya, 2009).
Satiti (2009) menjelaskan bahwa secara sosial, perokok yang terbiasa merokok di
tempat umum dan ruang terbuka juga mengganggu dan mengancam kesehatan para perokok

pasif yaitu mereka yang tidak merokok dan terhirup asap rokok. Karena asap rokok juga
mengandung racun yang sangat berbahaya, bahkan perokok pasif atau individu yang terhirup
asap rokok memiliki bahaya yang lebih besar dari pada perokok itu sendiri. Satiti juga
mengatakan bahwa secara pribadi, perilaku merokok juga mengganggu penampilan perokok
itu sendiri bahkan melunturkan kewibawaan seorang perokok di mata koleganya yang tidak
suka dengan rokok.

Selanjutnya aroma yang tidak sedap tersebut sangat berpotensi

mengganggu kenyamanan orang lain yang berada disekitarnya. Bahkan adakalanya perilaku
merokok itu menjurus pada gangguan ketenteraman dan ketertiban umum, terutama jika
aktifitas merokok tersebut dilakukan di tempat umum seperti angkutan umum atau tempat
keramaian lainnya.
Dapat disimpulkan bahwa perilaku merokok dengan intensitas ringan, sedang maupun
berat sangat berbahaya bagi kesehatan. Merokok dapat memicu stres sehingga berakibat
buruk pada perkembangan syaraf. Nikotin pada rokok mengakibatkan perokok mengalami
kecanduan. Perilaku merokok juga berakibat buruk bagi individu yang terhisap asap rokok
dan mengakibatkan bau tidak sedap bagi perokok itu sendiri.

B. Hipnoterapi
1. Pengertian Hipnoterapi.
Kata hipnoterapi terdiri dari dua kata yaitu hipno dan terapi, Rafael (2006)
mendefinisikan hipnosis sebagai keadaan alami dari relaksasi total tubuh dimana kondisi
kesadaran pikiran meningkat lebih tinggi dari biasanya. Terapi adalah pengawasan atau
perawatan yang langsung di tujukan pada pengobatan kondisi secara patologi (Anshari,
1996). Maka hipnoterapi menurut Rafael (2006) adalah terapi yang menggunakan hipnosis
untuk memfasilitasi perubahan.

Definisi hipnosis selalu lekat dengan konteks penggunaannya, sebagian besar definisi
yang digunakan untuk menjelaskan hipnosis adalah definisi Bernheim. Menurut Bernheim
hipnosis pada dasarnya adalah sugestibilitas yang meningkat terhadap sugesti yang diberikan
orang lain (Kahija, 2007).
Gunawan (2007) menjelaskan bahwa Freud mendefinisikan hipnosis sebagai keadaan
tidur yang memiliki tingkat trans yang bervariasi mulai dari ringan sampai ekstrim. Gunawan
juga memandang bahwa hipnosis adalah keadaan pikiran normal yang dicirikan dengan:
a. Relaksasi yang dalam.
b. Keinginan mengikuti sugesti yang sejalan dengan sistem kepercayaannya.
c. Pengaturan diri dan normalisasi sistem syaraf pusat.
d. Sensitivitas yang meningkat dan selektif terhadap stimuli eksternal.
e. Mekanisme pertahanan psikis yang lemah.
Dapat disimpulkan bahwa hipnoterapi adalah proses penurunan kesadaran pada
individu dan peningkatan sugestibilitas terhadap sugesti yang dimanfaatkan untuk proses
terapi.
2. Tahap-tahap Hipnoterapi
Chambers (2004) mengatakan bahwa hipnosis yang digunakan untuk terapi maupun
keperluan lain memiliki tahapan, Gunawan (2007) juga menggunakan tahapan hipnosis yang
sama dan menambahkan teknik pengujian trans hipnosis dengan konversi ke kondisi hipnosis.
Berikut tahapan hipnoterapi Chambers (2004) dan Gunawan (2007):
a. Tahap Pra-Induksi
Merupakan suatu proses untuk mempersiapkan suatu situasi dan kondisi yang bersifat
kondusif antara seorang hipnoterapis dan klien. Agar proses pra- induksi berlangsung dengan
baik, maka sebelumnya hipnoterapis harus dapat mengenali aspek psikologis dari klien,
antara lain: hal yang diminati, hal yang tidak diminati, apa yang diketahui klien terhadap

hipnoterapi, dan seterusnya. Pra-induksi dapat berupa percakapan ringan, saling berkenalan,
serta hal lain yang bersifat mendekatkan seorang hipnoterapis secara mental terhadap klien.
Pra-induksi merupakan tahapan yang bersifat kritis. Seringkali kegagalan proses hipnoterapi
diawali dari proses pra-induksi yang tidak tepat. Tahap ini juga untuk menguji apakah klien
cocok diterapi dengan menggunakan hipnoterapi atau tidak, klien akan mudah dihipnoterapi
jika klien mau bekerja sama dengan suka rela untuk mengikuti instruksi hipnoterapi yang
diberikan.
b. Tahap Induksi.
Langkah berikutnya adalah induksi. Merupakan kunci utama dalam proses
hipnoterapi, karena proses inilah yang akan membawa subjek dari kondisi normal ke kondisi
rileks dan kondisi sepenuhnya di bawah kendali seorang hipnoterapis. Bagian utama dari
induksi adalah kalimat kunci dari seorang hipnoterapis, ketika memerintahkan seorang
klien untuk tidur, di mana selanjutnya hipnoterapis akan mengambil alih kendali atas alam
bawah sadar klien. Secara utuh, proses induksi terdiri dari 3 bagian yaitu: relaksasi, adalah
proses untuk mengurangi keaktifan gelombang otak klien. Induksi adalah proses untuk
membawa subjek ke gelombang otak yang baik untuk menerima sugesti, untuk selanjutnya
siap di sugesti dengan kalimat kunci. Deepening adalah proses untuk membawa Subjek ke
trans level yang lebih dalam (Theta). Contoh kalimat induksi adalah:
Silakan tarik napas panjang .. dan, tutuplah mata saat anda menghembuskan napas
. perhatikan otot-otot dan syaraf di sekitar mata anda ., lemaskan dan lepaskan semua
ketegangan yang ada di sana . lemaskan setiap otot sehingga mata anda benar-benar
rileks .
c. Pengujian Trans Hipnosis
Proses Depth Level Test. Seringkali diistilahkan dengan Trance Level Test atau
pengujian tingkat kedalaman tidur hipnotik seorang klien. Bagi seorang hipnoterapis, tingkat
kedalaman trance akan berkaitan dengan efektivitas pengaruh sugesti terapi yang akan
diberikan kepada klien. Tahap ini diberikan jika hipnoterapis merasa ragu akan kedalaman

level tidur hipnotik klien. Depth Level Test dilakukan dengan cara memberikan perintah
sederhana yang berlawanan atau dengan logika kesadaran biasa. Contoh kalimat Depth Level
Test adalah:
sekarang saya akan menaruh buah durian yang masak di depan anda, saya minta
anda untuk menghirup dan merasakan secara nyata dalam pikiran anda aroma dari durian
ini, hirup aromanya dan rasakankalau anda sudah berhasil merasakan aromanya,
anggukkan kepala anda (hipnoterapis tidak menaruh durian atau apapun di hadapan klien
saat proses ini).
Gunawan (2007) menambahkan teknik pengujian trans hipnotis dengan dengan
konversi ke hipnosis dengan tujuan menentukan tingkat sugestibilitas dan mengkonversikan
kondisi sadar klien ke kondisi hipnosis tanpa disadari atau diketahui oleh klien.
Contoh kalimat konversi ke kondisi hipnosis adalah:
bagusbau durian tersebut kini membuat anda jauh lebih rileks dan
mengistirahatkan tubuh serta pikiran anda, semakin anda mencoba membuka mata anda
maka mata anda akan semakin tertutup bahkan usaha anda akan membuat anda merasakan
kantuk yang sangat berat, anda boleh mencoba membuka mata, namun semakin anda
mencoba anda akan semakin dalam memasuki alam tidur anda.
d. Sugesti.
Sugesti adalah gagasan yang muncul di otak tanpa diuji dengan mempertimbangkan
sumber asalnya, melainkan diterima seakan-akan gagasan tersebut muncul secara spontan di
dalam otak (Freud, 2009). Tahap ini merupakan tahapan inti dari maksud dan tujuan proses
hipnoterapi. Pada tahapan ini seorang hipnoterapis mulai dapat memasukkan kalimat-kalimat
sugesti ke alam bawah sadar klien. Contoh kalimat sugesti untuk mengurangi perilaku
merokok adalah:
Karena anda sekarang telah merasa tenang dan rileks, anda dapat berhasil mencapai
apapun keinginan anda, untuk mengurangi kecanduan merokok . Anda bayangkan bahwa
anda telah kehilangan hasrat dan keinginan untuk merokok yang tidak lagi anda inginkan
dan anda telah menjaga hilangnya keinginan dan hasrat tersebut . Anda bayangkan dan
rasakan dan pikirkan bahwa anda telah menjadi lebih sehat, lebih sehat, lebih segar, lebih
segar, anda bernafas dengan lancar, berhenti merokok sepenuhnya .
e. Post Hypnotic Suggestion.

Tahapan selanjutnya adalah post hypnotic suggestion. Yakni, suatu sugesti yang tetap
bekerja walaupun seseorang itu telah berada dalam kondisi pasca-hipnotis (normal). Post
hypnotic suggestion merupakan hal penting yang mendasari proses hipnoterapi. Apabila
hipnoterapis ingin mengendalikan subjek, ia dapat menggunakan simbol bunyi atau tindakan.
Inilah yang disebut Anchor yaitu sugesti berupa simbol-simbol yang akan menghasilkan
reaksi pemikiran, emosional, atau perilaku tertentu yang merupakan proses pemrograman
seorang hipnoterapis terhadap klien. Misalnya:
mulai saat ini, jika kamu melihat rokok atau orang yang merokok, maka kamu dapat
menahan keinginan kamu untuk merokok!
f. Termination.
Termination yaitu suatu tahapan untuk mengakhiri proses hipnoterapi. Konsep
termination adalah agar seorang klien tidak mengalami kejutan psikologis ketika terbangun
dari tidur hipnosis. Standar dari proses termination adalah membangun sugesti positif yang
akan membuat tubuh seorang klien lebih segar dan rileks, kemudian diikuti dengan
menghitung mundur beberapa detik untuk membawa subjek ke kondisi normal kembali.
Contoh kalimat termination:
sekarang anda telah merasakan betapa baiknya kehidupan anda tanpa rokok, rasakan
kebaikan itu kembali menjadi realita nyata dalam hidup anda sepanjang hayat bahkan
setelah anda bangun dari tidur ini, rasakan kebaikan dari tubuh anda dan perlahan lahan
rasakan kehadiran anda diruangan inisetiap napas yang anda hirup akan mengembalikan
kesadaran anda dengan kondisi yang prima. Saya akan menghitung mundur dari 5 sampai
satu, pada hitungan terakhir bangunkan diri anda dalam keadaan yang segar.
5..4..3..2..dan..1.

3. Manfaat Hipnoterapi
Gunawan (2007) mengungkapkan beberapa bidang yang selama ini diterapi
menggunakan hipnoterapi salah satunya adalah perilaku merokok. Hipnoterapi untuk perilaku
merokok banyak diminati, hal ini karena rokok merupakan salah satu penyebab 5, 4 juta
kematian yang rata rata setiap 6, 5 detik merenggut satu nyawa.

Fachri (2008) mengatakan bahwa hipnoterapi juga digunakan untuk keperluan


gangguan psikis lainnya seperti terapi pada fobia, caranya dengan menghipnosis klien dan
meminta klien untuk mengimajinasikan betapa lucunya objek yang ia takuti, hipnoterapi
dapat meningkatkan sugestibilitas individu sehingga menambah angka keefektifannya dalam
menangani konsentrasi yang buruk, pikiran irasional dan pola pikir yang salah seperti halnya
pola pikir yang salah terhadap manfaat dari obat bius dan rokok. Selain itu hipnoterapi juga
digunakan untuk meningkatkan relaksasi dan menghilangkan ketegangan dengan cara
menuntun klien untuk merasakan relaksasi dan meminta klien melepaskan dirinya dari
ketegangan (Goldberg, 2007).

C. Efektivitas Hipnoterapi Untuk Mengurangi Perilaku Merokok.


Gunawan (2007) mengatakan bahwa 75% penyakit fisik diakibatkan oleh masalah
mental dan emosi. Beberapa pengobatan atau terapi sulit menjangkau sumber masalah ini,
yaitu pikiran bawah sadar dimana mental dan emosi dapat dikendalikan. Hipnoterapi
merupakan salah satu cara yang mudah, efektif dan efisien dalam menjangkau pikiran bawah
sadar, melakukan re-edukasi dan menyembuhkan pikiran yang sakit.
Perilaku merokok merupakan perilaku yang terekam atau tersimpan di alam bawah
sadar perokok sebagaimana perilaku lainnya, di lain hal hipnoterapi sangat efektif
menjangkau bahkan merekonstruksi atau re-edukasi pikiran bawah sadar manusia untuk
menghasilkan pola perilaku yang baru. Dengan membawa klien ke alam bawah sadarnya dan
memberikan sugesti untuk mengurangi perilaku merokok maka dapat dipastikan pola
kebiasaan merokok, keyakinan atau pola pikir terhadap rokok itu sendiri juga akan berubah
ke arah yang lebih baik seperti yang diharapkan oleh klien.
Kerangka pemikiran dari penelitian ini yaitu hipnoterapi merupakan sebuah metode
yang sangat efektif dan tergolong cepat menjangkau pikiran bawah sadar manusia (Gunawan,

2007) yang berisi pengalaman, sensasi sehingga efektif merekonstruksi ataupun


memodifikasi perilaku yang salah, contohnya perilaku merokok. Rafael (2006) menyatakan
bahwa hipnoterapi efektif untuk mengurangi perilaku merokok. Penulis berasumsi bahwa
dengan memberikan perlakuan hipnoterapi kepada perokok maka keyakinan terhadap rokok,
sensasi, kepuasan akan merokok dapat diubah melalui sugesti positif dalam tahapan
hipnoterapi sehingga perilaku merokoknya akan berkurang.
Peneliti meramu serta menyajikan sebuah eksperimen psikologi dengan asumsi bahwa
hipnoterapi dapat memfasilitasi perubahan tingkah laku untuk mengurangi perilaku merokok.
D. Hipotesis
Berdasarkan paparan yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini
adalah: hipnoterapi efektif untuk mengurangi perilaku merokok.

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian.
Desain penelitian yang digunakan adalah desain one group pre and post test design
yaitu desain eksperimen dengan melihat perbedaan pre test maupun post test (Sugiyanto,
2001).

KE Y1 X Y2
Keterangan:
KE = kelompok eksperimen
Y1 = perilaku merokok sebelum pre test
Y2 = perilaku merokok sesudah post test
X = hipnoterapi
B. Variabel penelitian
Sevilla, Consuelo G. Ochave, Jesus A. Punsalan, Twila G. dkk (1993) menyatakan
variabel adalah suatu karakteristik yang memiliki dua atau lebih nilai atau sifat yang berdiri
sendiri-sendiri. Christensen, 2001 dalam Seniati (2009) mengatakan bahwa variabel
merupakan karakteristik atau fenomena yang dapat berbeda di antara organisme, situasi atau
lingkungan.
Variabel bebas (X) adalah variabel yang mempengaruhi atau variabel penyebab.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah hipnoterapi. Variabel terikat (Y) adalah variabel
yang tergantung pada variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah perilaku
merokok.
C. Definisi Operasional
Hipnoterapi adalah terapi yang menggunakan metode hipnosis, yaitu suatu terapi yang
menghantarkan klien untuk tidur dan memasuki alam bawah sadarnya serta meningkatkan
sugestibilitas terhadap sugesti yang diberikan hipnoterapis, untuk memfasilitasi perubahan
tingkah laku yang diinginkan atau disetujui oleh klien sebelum terapi dimulai. Hipnoterapi

dalam penelitian ini diberikan dengan melalui tahap pra-induksi, induksi, pengujian trans
hipnosis, sugesti, post hypnotic suggestion dan termination. Seluruh tahapan dalam
hipnoterapi ini bersumber dari Indonesian Board of Hypnotherapy (2008) kecuali isi sugesti
yang diambil dari CD Hypnotherapy: Quit Smoking (2006) milik Romy Rafael dan ini
merupakan ciri khas dari hipnoterapi dalam penelitian ini.
Perilaku merokok adalah kegiatan menghisap rokok dan membiarkan asapnya
terpapar di udara yang ditunjukkan dengan aspek merasakan perasaan positif dan negatif
ketika merokok, aspek intensitas merokok, aspek tempat merokok dan aspek waktu merokok.
Perilaku merokok diindikasikan oleh beberapa indikator seperti merasakan perasaan positif
seperti senang, nyaman, maupun perasaan negatif seperti gelisah, tidak rileks pada saat
merokok, merokok di tempat umum dan pribadi seperti jalanan dan kamar pribadi, kamar
mandi dan lain sebagainya, merokok dipengaruhi oleh keadaannya saat itu seperti keadaan
cuaca yang dingin, atau keadaan hati yang senang, marah dan lain sebagainya.
Aspek perilaku merokok yang digunakan adalah aspek perilaku merokok Aritonang
(2007), aspek intensitas merokok pada penelitian ini akan disajikan dalam bentuk pertanyaan
pada lembar biodata peserta penelitian, dan tidak dimasukkan kedalam salah satu indikator
perilaku merokok.

D. Sampel Penelitian
Menurut Arikunto (1999) sampel penelitian adalah sebagian atau wakil populasi yang
diteliti. Penelitian sampel dapat dilaksanakan apabila keadaan subjek di dalam populasi
benar-benar homogen. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling yang merupakan teknik pengambilan sampel sesuai dengan kriteria yang
diinginkan yaitu:

1.

Untuk memperoleh sampel yang homogen maka penelitian ini akan melibatkan kategori
para perokok sedang yaitu perokok yang menghisap 5 sampai 14 batang rokok dalam
sehari.

2.

Subjek menyatakan dirinya bersedia untuk diterapi dan menjadi subjek penelitian.

3.

Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN SUSKA yang berusia 17 hingga 23 tahun, individu
pada rentang usia ini dipilih sebagai subjek penelitian karena mempunyai prevalensi
yang besar akan terbiasa dengan rokok bahkan kecanduan jika dibiarkan tetap menghisap
rokok dan dikhawatirkan mengganggu ketertiban proses belajar mengajar serta
mengganggu kesehatan mahasiswa yang tidak merokok.

E. Metode Pengumpulan Data


1. Metode Observasi dan Wawancara.
Metode observasi dan wawancara dilakukan untuk mendapatkan gambaran bagaimana
motivasi subjek untuk berhenti merokok, jumlah rokok yang dihabiskan dalam sehari.

2. Skala Perilaku Merokok.


Skala perilaku merokok dalam penelitian ini disusun oleh penulis berdasarkan aspek
perilaku merokok menurut Aritonang (2007) yaitu:
a. Fungsi merokok dalam kehidupan sehari hari yang ditunjukkan dengan perasaan
yang dialami si perokok, seperti perasaan yang positif maupun perasaan negatif.
b. Intensitas merokok yaitu Perokok sedang adalah perokok yang menghisap 5
sampai 14 batang rokok dalam sehari.
c. Tempat merokok yaitu perokok yang merokok di tempat umum seperti jalanan,
tempat terbuka, oplet dan fasilitas umum lainnya, Juga perokok di tempat yang
bersifat pribadi seperti kamar tidur, kantor, kamar mandi.
d. Waktu merokok.

Remaja yang merokok dipengaruhi oleh keadaan yang dialaminya pada saat itu,
misalnya ketika sedang berkumpul dengan teman, cuaca yang dingin atau setelah
dimarahi orangtua.
Aspek intensitas merokok tidak dimasukkan kedalam blue print penelitian karena
aspek ini sudah mengarah kepada jawaban jumlah intensitas rokok yang dihabiskan oleh
peserta penelitian, oleh karena itu aspek intensitas merokok ini akan dijadikan salah satu
aitem pertanyaan di lembar biodata peserta penelitian. Pertanyaan ini juga bertujuan untuk
memilih calon peserta penelitian yang sesuai dengan kriteria penelitian, yaitu perokok sedang
yang menghabiskan 5 sampai 14 batang rokok perhari.
Skala perilaku merokok terdiri dari 40 aitem yang dibagi dua, 20 aitem favorable dan
20 aitem unfavorable. Disusun dalam bentuk skala Likert yang telah dimodifikasi oleh
penulis dengan tiga bentuk pilihan jawaban, yaitu: sering, kadang kadang dan tidak pernah.
Skor untuk aitem favorable sering (SR) adalah tiga, kadang kadang (KD) adalah dua
dan tidak pernah (TP) adalah satu, sebaliknya untuk aitem unfavorable sering (SR) adalah
satu, kadang kadang (KD) adalah dua dan tidak pernah (TP) adalah tiga. Sebaran skor dapat
dilihat di tabel 1.

AITEM
Favorable
Unfavorable

Tabel 1.
Sebaran Skor Skala Perilaku Merokok
SKOR PILIHAN JAWABAN
Sering (SR)
Kadang kadang (KD)
Tidak pernah (TP)
3
2
1
1
2
3

Di bawah ini adalah sebaran aitem skala perilaku merokok yang terdiri dari tiga aspek
dan lima indikator.
Tabel 2.
Blue Print Try Out Skala Perilaku Merokok.
N
O

ASPEK

INDIKATOR

Merasakan
perasaan
positif dan
perasaan
negatif
ketika
merokok.

Merasakan
perasaan positif
seperti senang,
nyaman, rileks
atau santai
ketika merokok.
Mengalami
perasaan negatif
seperti, gelisah,
tidak nyaman
ketika merokok.
Merokok di
tempat umum
seperti oplet,
jalanan dan
tempat terbuka
lainnya.

Tempat
merokok

Merokok di
tempat pribadi
seperti kamar
tidur, wc dan
kamar mandi.
Waktu
merokok
3

Merokok
dipengaruhi oleh
keadaan saat itu
maupun
sebelumnya.
JUMLAH

FAVORABLE

1, 3, 5, 7, 17,
25, 27, 31, 35,
50

8, 9, 29, 37, 39

UNFAVORABLE

2, 4, 10, 12, 21,


24, 26, 44, 46, 47

6, 22, 28, 30, 49

SAHIH

GUGUR

3, 5, 25,
21, 26,
46

1, 2, 4, 7,
10, 12,
17, 24,
27, 31,
35, 44,
47, 50

8, 37, 49

9, 29, 39,
6, 22, 28,
30

11, 13, 32

11, 13, 15, 32,


33

14, 23, 34, 36, 38

15, 33,
14, 23,
34, 36,
38

19, 20, 41, 43,


45

16, 18, 40, 42, 48

19, 41,
43, 45,
16

20, 18,
40, 42,
48

21

29

25

25

Setelah melewati proses ujicoba instrumen penelitian maka didapatkan 21 aitem yang
sahih dan dapat digunakan sebagai alat pengumpul data. Instrumen penelitian berbentuk skala
Likert dengan 11 aitem favorable dan 10 aitem unfavorable, berikut gambaran sebaran aitem
yang sahih:

Tabel 3.
Blue Print Skala Perilaku Merokok setelah try out.
N
O

ASPEK

INDIKATOR

FAVORABLE

UNFAVORABLE

Merasakan
perasaan
positif dan
perasaan
negatif
ketika
merokok.

Merasakan perasaan
positif seperti senang,
nyaman, rileks atau santai
ketika merokok.
Mengalami perasaan
negatif seperti, gelisah,
tidak nyaman ketika
merokok.

2, 6, 14

10, 17, 20

Merokok di tempat umum


seperti oplet, jalanan dan
tempat terbuka lainnya.

Tempat
merokok
2

Waktu
merokok

Merokok di tempat
pribadi seperti kamar
tidur, wc dan kamar
mandi.
Merokok dipengaruhi
oleh keadaan saat itu
maupun sebelumnya.
JUMLAH

11

8, 7, 12

4, 15, 18, 21, 1

5, 9, 13, 16

19

11

10
21

F. Validitas dan Relibilitas Alat Ukur.


Menurut Azwar (2009) validitas mempunyai arti sejauhmana ketepatan suatu alat
ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Penelitian ini akan menggunakan validitas isi yang
menunjukkan sejauh mana aitem dalam tes mencakup seluruh kawasan isi yang hendak
diukur oleh tes tersebut. Validitas aitem bertujuan untuk mengetahui apakah aitem yang
digunakan baik atau tidak (memenuhi kriteria) dengan mengkorelasikan skor butir dengan
skor total. Penentuan kriteria aitem yang valid adalah 0, 30 atau diatas 0, 25 sudah dianggap
baik (Azwar, 2007)

Uji coba instrumen penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2011, hasil uji validitas
pada try out dalam penelitian ini memiliki koefisien korelasi yang berkisar dari 0, 003
Sampai dengan 0, 447. Dari 50 aitem yang diujicobakan 21 diantaranya mencapai skor lebih
dari 0, 25 dengan demikian aitem tersebut handal dan dapat digunakan sebagai alat
pengumpul data. Try out skala diberikan pada subjek yang memenuhi kriteria subjek
penelitian yang berjumlah 90 orang .
Reliabilitas alat ukur menunjukkan sejauhmana hasil pengukuran dengan alat tersebut
dapat dipercaya. Hal ini ditunjukkan oleh taraf keajegan atau konsistensi skor yang diperoleh
oleh para subjek yang diukur dengan alat yang sama, atau diukur dengan alat yang setara
dalam kondisi yang berbeda (Arikunto, 2006).
Reliabilitas skala dianalisis dengan menggunakan metode Cronbachs Alpha yang
dinyatakan dengan koefisien reliabilitas yang bergerak pada angka 0.00-1.00. tidak ada
ketentuan pasti berapa besarnya koefisien alpha minimal, akan tetapi semakin mendekati
angka 1 maka semakin tinggi reliabilitasnya (Azwar, 2009).
Analisis data dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 16, 0. Hasil uji
reliabilitas dengan menggunakan metode cronbachs alpha didapatkan reliabilitas skala
perilaku merokok = 0.767.

G. Prosedur Penelitian
Sebuah penelitian harus direncanakan secara terprogram, oleh karena itu peneliti
menyusun tahap-tahap penelitian sebagai berikut:
1. Melakukan observasi serta melihat dokumentasi subjek untuk mengetahui latar belakang
subjek penelitian.
2. Pemberian pre test.
3. Pelaksanaan hipnoterapi empat kali pertemuan, waktu disesuaikan dengan jadwal.

Rancangan proses hipnoterapi:


a. wawancara prahipnosis
b. observasi
c. induksi
d. memperdalam trans
e. sugesti post hipnotik
f. membangunkan klien
4. Pemberian post test
5. Melakukan analisis data
6. Membuat kesimpulan
7. Hipnoterapis dalam penelitian ini adalah:
a. Muhammad Fahli Zatra Hadi, S. Sos.i MCh. CHt.
Merupakan seorang dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN SUSKA
RIAU, alumni Indonesian Board of Hypnotherapy. Instruktur hipnosis juga praktisi
hipnoterapi di lembaga Indonesian Councelling and Hypnotherapy yang beliau dirikan
pada tahun 2008 di Kota Pekanbaru.
b.

Tantio Fernando. CHt


Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN SUSKA RIAU semester dua yang juga

hipnoterapis yang disertifikasi oleh Indonesian Board of Hypnotherapy. Sebagai praktisi


hipnoterapi ia sering menjadi asisten pelatih hipnosis dalam pelatihan, seminar yang
diadakan oleh rekan hipnoterapis di Pekanbaru. Tantio juga sering melakukan sesi terapi
kepada beberapa klien yang datang kepadanya dan beberapa kali melakukan hipnoterapi
untuk para perokok di lingkungan tempat tinggal dan kampusnya.
H. Analisis Statistik
Data dari skala yang terkumpul selanjutnya dianalisa untuk melihat signifikansinya
dengan menggunakan analisis two related samples test, nilai signifikansi dari two related
samples test akan menentukan diterima atau ditolaknya hipotesis penelitian. Hasil pretest dan

posttest dibandingkan dengan melihat pada tabel ranking hasil pretest dan posttest, semakin
rendah nilai posttest maka hipnoterapi semakin efektif untuk mengurangi perilaku merokok
(Latipun, 2004).

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan
Fenomena perilaku merokok memang terlihat sangat umum khususnya di Fakultas
Psikologi UIN SUSKA, namun mahasiswa perokok yang bersedia untuk berhenti merokok
justru sangat sedikit, selain itu rentang waktu selama 6 minggu yang digunakan untuk proses
pemberian perlakuan dan pengumpulan data dirasakan sangat lama oleh calon subjek
penelitian, hal ini menjadi alasan bagi perokok untuk memilih tidak mengikuti penelitian
sehingga penelitian ini hanya melibatkan lima orang mahasiswa Fakultas Psikologi UIN
SUSKA sebagai peserta penelitian yang sesuai dengan kriteria penelitian dan menyatakan diri
bersedia mengikuti setiap bagian dari hipnoterapi.
Penelitian ini diawali dengan membuat alat ukur perilaku merokok yang disusun
berdasarkan aspek perilaku merokok (Aritonang, 2007) terdiri dari 20 aitem favorable dan 20
aitem unfavorable, selanjutnya ke-50 aitem tersebut diujicobakan kepada 90 perokok sedang
yaitu yang merokok 5 hingga 14 batang perharinya, pelaksanaan uji coba dilaksanakan di
Pekanbaru pada bulan Maret 2011 secara insidentil dan tidak menetap pada suatu tempat.
Hasil uji coba menunjukkan 21 aitem valid dan reliabel.
Tahap selanjutnya adalah memberikan skala perilaku merokok (pretest) yang terdiri
dari 21 aitem yang sudah valid dan reliabel kepada sejumlah subjek penelitian untuk
kemudian dilihat tingkat perilaku merokoknya, satu minggu setelah pemberian pretest peserta
penelitian ini menjalankan proses hipnoterapi dalam waktu yang bersamaan selama empat
kali terapi dengan intensitas satu kali dalam satu minggu. Satu minggu setelah pemberian
terapi ke empat, para peserta penelitian diberikan skala perilaku merokok (posttest) untuk
melihat apakah perilaku merokoknya berkurang atau tetap. Secara statistik perilaku merokok
peserta penelitian terbukti berkurang dilihat dari skor posttest yang berkurang dari skor

pretest. Hasil wawancara juga menunjukkan bahwa empat diantara peserta penelitian sudah
berhenti merokok setelah pemberian terapi yang kedua dan satu peserta lagi sudah berhenti
merokok setelah pemberian terapi yang ketiga. Meskipun beberapa peserta penelitian ada
yang berhasil mengurangi bahkan berhenti merokok sebelum seluruh sesi hipnoterapi selesai
diberikan namun seluruh peserta tetap menjalankan seluruh sesi hipnoterapi sesuai dengan
jadwal penelitian yang telah ditentukan sebelumnya.
Penelitian ini dilaksanakan di ruangan munaqasyah Fakultas Psikologi UIN SUSKA
yang dilengkapi dengan kipas angin serta lima buah kursi duduk peserta dan empat kursi
untuk hipnoterapis I dan hipnoterapis II dan observer I dan observer II. Langkah awal
perlakuan dimulai dengan pemberian pretest kepada seluruh subjek penelitian secara
bersamaan dihari Rabu 6 April 2011 langkah ini bertujuan untuk mengetahui deskripsi
perilaku merokok para subjek sebelum diberikan hipnoterapi, pada Rabu 13, 20, 27 April dan
4 Mei 2011 seluruh subjek dihipnoterapi secara bersamaan dan selang dua minggu kemudian
tepatnya pada Rabu 18 Mei 2011 seluruh subjek diberikan posttest untuk mengukur kembali
perilaku merokok mereka setelah dihipnoterapi.

B. Hasil Penelitian
Hasil penelitian terbagi dalam tiga bagian, yaitu: deskripsi data, hasil uji asumsi dan
hasil uji hipotesis. Uji asumsi dilakukan dengan tujuan untuk mencari kesesuaian antara data
yang diperoleh secara empiris dengan metode analisis data. Uji asumsi dilakukan melalui uji
normalitas. Selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis secara statistik dengan lebih mendalam
untuk mengetahui efek pemberian perlakuan.
1. Deskripsi data

Perbedaan rerata skor diperoleh dari respon subjek melalui pretest dan posttest pada
skala perilaku merokok. Rerata pada skor pretest adalah 51 sedangkan rerata pada skor
posttest adalah 29 hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.
Tabel deskripsi data perilaku merokok pada pretest dan posttest

V23
V47

N
5
5

Mean
51.20
29.40

Std. Deviation
3.962
2.074

Minimum
49
27

Maximum
59
32

Dari tabel 4 dapat dijelaskan bahwa terdapat perbedaan skor rerata skala perilaku
merokok (mean) yang bergerak turun antara skor rerata perilaku merokok sebelum diberi
perlakuan dan sesudah diberi perlakuan. Perbandingan nilai pretest dan posttest setiap peserta
penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.
Tabel perbandingan nilai pretest dan posttest

2.

U Nama Ranks
HR
3
2
j zick
DI
4
1
i RZ
DY
5
normalitas

Pretest
51
52
50
59
49

Gain score
20
23
22
27
22

Posttest
31
29
28
32
27

Ranks
2
3
4
1
5

Uji asumsi dalam penelitian ini menggunakan uji normalitas sebaran yang bertujuan
untuk mengetahui normal atau tidaknya sebaran data penelitian. Salah satu cara untuk melihat
normalitas sebaran adalah dengan melihat rasio antara kecondongan kurva (skewness) dan
kerampingan kurva (kurtosis). Jika rasio keduanya berada dalam atau mendekati -2 sampai
+2 maka dapat dikatakan bahwa data memiliki distribusi normal (Hartono, 2005).
Berdasarkan uji normalitas SPSS 16,0 didapatkan hasil sebagai berikut:

Pretest
Rasio skewness = ______ skewness______
standart error of skewness
Rasio kurtosis = _______ kurtosis_______
standart error of kurtosis
Posttest

= 1,975

Rasio skewness = ______ skewness______


standart error of skewness
Rasio kurtosis = _______ kurtosis_______
standart error of kurtosis

= 0,258

= 1,752

= 0,981

Rasio skewness (1,975) dan rasio kurtosis (1,752) pretest dan Rasio skewness (0,258)
dan rasio kurtosis (0,981) posttest dalam penelitian ini berada dalam rentang -2 sampai +2,
dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebaran datanya normal. Untuk melihat apakah
sebaran datanya normal atau tidak yaitu dengan melihat bentuk kurva. Distribusi normal
digambarkan oleh kurva yang berbentuk lonceng (Azwar, 2003), lihat lampiran histogram.
Penelitian ini tidak menggunakan uji homogenitas karena subjek berada dalam satu
kelompok yang sama (penelitian ini tidak menggunakan kelompok pembanding), sedangkan
uji homogenitas itu sendiri dimaksudkan untuk membuktikan bahwa masing-masing subjek
dalam kelompok yang satu dengan kelompok yang lainnya tidak menunjukkan adanya
perbedaan varian yang signifikan. Selain itu untuk menghindari ancaman validitas eksternal
maka peneliti memilih subjek penelitian dengan kriteria yang sudah ditetapkan sebelumnya.
3. Hasil uji hipotesis
Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan hasil dari tabel two related samples
test.
Tabel 6.
Tabel signifikansi hasil two related samples test
V47 - V23
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)

-2.032

.042

Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa nilai signifikansi sebesar 0, 042, secara teoritis angka
signifikansi ini lebih kecil dari 0, 05 dengan demikian hipotesis penelitian diterima (Hartono,
2008).
Hasil perbandingan terhadap skor pretest dan posttest menunjukkan terdapat
penurunan skor posttest pada kelima subjek penelitian dengan rerata mean 51(pretest) dan 29
(posttest).

Latipun (2004) menyatakan bahwa perbedaan antara nilai pada pretest dan

posttest merupakan efek dari sebuah perlakuan. Dapat disimpulkan bahwa hipnoterapi efektif
untuk menurunkan perilaku merokok.
Dari hasil analisis tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
intensitas perilaku merokok yang signifikan antara sebelum dan sesudah diberikan
hipnoterapi pada perokok dilihat dari skor rerata 51(pretest) dan 29 (posttest) serta nilai
signifikansi yang lebih kecil dari 0, 005 hal ini mengindikasikan bahwa hipotesis diterima.
Kesimpulan yang dapat diambil adalah: pemberian hipnoterapi efektif untuk mengurangi
perilaku merokok, artinya hipotesis dalam penelitian ini diterima.
4. Analisis tambahan
Menurut Azwar (2004) sisi diagnostik suatu pengukuran atribut psikologi adalah
pemberian makna atau interpretasi terhadap skor skala yang bersangkutan. Sebagai suatu
hasil ukur berupa angka (kuantitatif) skor skala memerlukan suatu norma pembanding agar
dapat diinterpretasikan secara kualitatif. Untuk memberi makna yang memiliki nilai
diagnostik, terlebih dahulu skor skala perlu diacukan pada suatu norma kategori. Pada skala
perilaku merokok pengelompokan subjek dibagi menjadi tinggi, sedang dan rendah. Maka
dapat dihitung dengan cara 6 (satuan deviasi standar) dibagi 3, sehingga setiap kelompok
memiliki jarak 2 SD (standar deviasi). Untuk membuat kategorisasi ini dimana perhitungan
dilakukan secara manual, berdasarkan skor terkecil dan terbesar yang mungkin diperoleh
subjek (Azwar, 2002). Skala disebar diberi skor 1 sampai 3 dengan 21 aitem. Dengan

demikian nilai terendah yang mungkin diperoleh adalah 1 X 21 = 21skor tertinggi yang
mungkin diperoleh adalah 3 X 21 = 63. Rentang nilai sebesar 63 21 = 42. Nilai rentang ini
dibagi dalam 6 satuan standar deviasi, sehingga diperoleh nilai standar deviasi 42:6= 7.
Dalam penelitian ini peneliti mengelompokkan responden dalam 3 kategori dengan jarak
antara kategori adalah 6:3= 2 SD. Maka besar jarak adalah 7 x 2 = 14. Secara rinci diperoleh
sebagai berikut: nilai terendah (min) = 21, nilai tertinggi (max) = 63, rentang nilai (range) =
42, standar deviasi= 7, jarak antar kelompok 14, mean= 42. Dari hasil analisis data empirik,
didapat nilai minimum dan maximum. Nilai minimum perilaku merokok sebelum diberi
perlakuan adalah 49 dan maximum yakni 59, sedangkan nilai minimum perilaku merokok
setelah merokok adalah 27 dan maximum yakni 32.
Tabel 7.
Deskripsi Hipotetik Perilaku Merokok.
Aitem
21

Min
21

Max
63

Deviasi
7

Range
42

Mean
42

Tabel 8.
Deskripsi Empirik Perilaku Merokok
Aitem
pretest
posttest

Min
49
27

Max
59
32

Mean
51
29

Standar deviasi
3.962
2.074

Dari tabel 8 dapat dilihat ada penurunan skor yang signifikan pada nilai minimum
maupun maksimum sebelum dan sesudah diberi hipnoterapi (pretest dan posttest). Hal ini
menunjukkan bahwa hipnoterapi efektif menurunkan perilaku merokok.
Tabel 9.
Kategorisasi Variabel Perilaku Merokok
Rumus kategorisasi
< ( 1,0 )

( 1,0 ) < ( 1,0 )

kategori
Rendah
Sedang

21<< (42)

(42) < (49)

pretest

posttest

( 1,0 ) <

Tinggi

Jumlah

(49) <

Pada awalnya (pretest) subjek berada pada kategori sedang dan tinggi sementara
setelah diberikan perlakuan, subjek menunjukkan perubahan yang signifikan, hal ini dapat
dilihat dari posisi subjek pada kategorisasi tabel 7.
C. Pembahasan
Hartono (2008) menyatakan jika angka signifikansi lebih kecil dari 0, 05 maka
hipotesis diterima. Berdasarkan hasil analisis pada tabel two related samples test didapatkan
nilai signifikansi = 0,042, dengan demikian nilai 0, 042 lebih kecil dari 0,05 artinya hipotesis
penelitian diterima. Berdasarkan analisis tabel hasil pretest dan posttest yang dilakukan dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan skor perilaku merokok sebelum diberikan hipnoterapi dan
sesudah dihipnoterapi. Skor perilaku merokok yang bergerak turun dari kategori tinggi ke
kategori rendah menunjukkan bahwa perilaku merokok terbukti berkurang setelah diberi
hipnoterapi, hal ini membuktikan bahwa hipotesis diterima.
Temuan ini didukung juga oleh Rafael (2006) yang menyatakan bahwa hipnoterapi
efektif untuk menurunkan perilaku merokok bahkan untuk berhenti merokok, karena
hipnoterapi menjangkau alam bawah sadar manusia untuk diberikan sugesti yang dapat
merubah perilaku merokoknya.
Rommy Rafael melakukan penelitian terhadap 200 karyawan dengan memberikan
group therapy, mereka dikumpulkan dalam satu ruangan lalu diberikan terapi pada saat yang
bersamaan dan satu bulan kemudian 95% diantara karyawan yang diterapi telah berhenti
merokok (Rafael, 2006). Wijaya (2009) menyatakan bahwa hipnoterapi dapat diaplikasikan
untuk menghentikan perilaku merokok.

Hipnoterapi efektif untuk menurunkan perilaku merokok karena setiap kali memasuki
pikiran bawah sadar, sugesti pasti akan memberikan efek atau pengaruh. Efek ini disebut
dengan post hypnotic effect atau efek pasca hipnosis. Fakhri (2008) membahasakan sugesti
seperti afirmasi dalam istilah psikologi, yaitu sebuah pesan positif yang dapat berpengaruh
pada sikap dan perilaku individu karena pesan itu diberikan pada saat subjek berada dalam
keadaan tidur hipnosis.
Sugesti yang positif dan sesuai dengan yang dikehendaki oleh subjek akan dengan
mudah diterima tanpa ada penolakan, sebaliknya sugesti negatif yang tidak sesuai atau
bertolak belakang dengan keyakinan, kepercayaan dan keinginan subjek akan dengan mudah
ditolak atau tidak diaplikasikan dalam kehidupan sehari hari subjek (Gunawan, 2010).
Sugesti yang digunakan dalam penelitian ini khusus ditujukan untuk keperluan
berhenti merokok, dan sugesti ini sudah di aplikasikan serta ditulis kedalam sebuah buku
panduan untuk berhenti merokok (Rafael, 2006).
Kekurangan dalam penelitian ini adalah jumlah subjek penelitian yang sedikit, hal ini
disebabkan karena peneliti kurang maksimal dalam screening subjek yang bersedia untuk
diteliti. Informed consent juga tidak memuat penjelasan tentang manfaat dari penelitian,
pertanggungjawaban terhadap peserta juga sebaiknya tidak sepenuhnya dibebankan pada
eksperimenter, data wawancara penelitian hendaknya juga disertakan dalam lampiran
penelitian, peneliti tidak diperbolehkan memberitahukan subjek penelitian akan hipotesis
penelitian.
Perilaku merokok yang tergolong kategori ringan, sedang maupun berat dapat
dikurangi dengan hipnoterapi. Manfaat hipnoterapi tidak saja untuk mengurangi perilaku
merokok tapi juga untuk berhenti merokok (Fachri, 2008).
Dari hasil wawancara hipnoterapis diketahui bahwa empat peserta penelitian berhasil
berhenti merokok, hal ini diketahui dari perilaku dan sikap yang tenang ketika tidak merokok,

peserta yang berhenti merokok mengakui bahwa perilaku merokok sebelum tidur, sebelum
mandi dan sesudah makan tidak pernah dilakukan lagi. Satu peserta lain hanya berhasil
mengurangi perilaku merokoknya, hal ini diketahui dari pengakuannya bahwa perilaku
merokoknya jauh berkurang dari satu bungkus perhari menjadi dua sampai tiga batang
perminggu, perasaan gelisah jika tidak merokok juga masih muncul walaupun tidak sering
seperti sebelumnya, secara keseluruhan pandangan kelima peserta penelitian terhadap rokok
berubah dari keyakinan bahwa rokok membuat tenang, memudahkan dalam berkonsentrasi
menjadi pandangan baru bahwa merokok membuat tenang dan mudah berkonsentrasi dalam
waktu sesaat saja dan kandungan bahan kimia pada rokok sangat berbahaya serta mematikan
sehingga tidak baik untuk dikonsumsi.
Setelah menyelesaikan seluruh sesi hipnoterapi, peserta merasakan perubahan dalam
perilaku merokok bahwa merokok bagi kelima peserta penelitian adalah sesuatu yang tidak
baik dilakukan karena rokok terasa pahit, asap rokok membuat batuk serta mengganggu
kenyamanan kelima peserta dan seringkali membuat sakit kepala dan terkadang membuat
rasa mual.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang
signifikan pada perilaku merokok mahasiswa Fakultas Psikologi UIN SUSKA sebelum dan
sesudah diberikan hipnoterapi. Artinya hipnoterapi efektif untuk mengurangi perilaku
merokok.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyarankan beberapa hal sebagai berikut:
1. Saran teoritis
Peneliti selanjutnya untuk melihat lebih luas mengenai keefektifan hipnoterapi
untuk mengurangi perilaku merokok maka diharapkan ada penelitian
selanjutnya dengan subjek perokok ringan atau perokok berat.
2. Saran praktis ditujukan pada:
a. Perokok, Psikolog, mahasiswa dan teman yang menetap dengan anggota
keluarga yang aktif merokok. Hipnoterapi dapat dijadikan salah satu rujukan
yang tepat untuk mengurangi perilaku merokok.
b. Instansi

terkait

seperti

dinas

kesehatan

agar

dapat

lebih

gencar

mensosialisasikan bahaya merokok dan dapat menjadikan hipnoterapi sebagai


salah satu teknik pada program untuk mengurangi perilaku merokok.

DAFTAR PUSTAKA

Amelia, A. (2009). Gambaran Merokok Pada Remaja Laki Laki. Skripsi.


Fakultas kedokteran. Universitas
Negeri Sumatera Utara. Tidak
diterbitkan.
Anshari, H. (1996). Kamus Psikologi. Surabaya: Usaha Nasional.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian. Yogyakarta: Rineka Cipta.
Azwar, S. (2007). Tes Prestasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
________. (2008). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
________. (2009). Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Chamber, B. (2004). How to Hypnotize. Semarang: Dahara Prize.
Fachri, H. A. (2008). The Real Art of Hypnosis. Jakarta: Gagas Media.
Farrah. (2011). 82 Juta Penduduk Indonesia Jadi Perokok Aktif. Artikel.
http://health.detik.com/read/2011/02/04/170722/1560386/763/82-jutapenduduk-Indonesia-jadi-perokok-aktif 2/5/11 3.02. Di akses tanggal 2
Mei 2010.
Goldberg, B. (2007). Self Hypnosis. Yogyakarta: B-First.
Gunawan, A. W. (2007). Hypnotherapy. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hartono. (2005). Statistik. Pekanbaru: LSFK2P.
Hartono. (2008). Spss 16.0. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Jaya. M. (2009). Pembunuh Berbahaya Itu Bernama Rokok. Sleman: Rizma.
Kahija, Yf. L. (2007). Hipnoterapi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Freud, S. (2009). Kamus Psikoanalisis (terjemahan).Yogyakarta. e-Nusantara.
Komalasari dan Helmi (2011). Faktor-faktor Penyebab Perilaku Merokok Pada
Remaja. Jurnal. http://avin.staff.ugm.ac.id/data/jurnal
/perilakumerokok_avin.pdf. Diakses pada 10 Oktober 2011.
Latipun. (2004). Psikologi Eksperimen. Malang: UMM Press.

Marks, Murray, Evans, Willig, Woodall, & Sykes. (2005). Health Psychology.
Callifornia: Sagepub.
Monks. F. J, A.M.P. Knoers dan Haditono, Siti Rahayu. (2000). Psikologi
Perkembangan. Yogyakarta: Andi Offset
Murphy, J. (1997). The Power of Your Subconscious Mind (terjemahan):
Jakarta: Spektrum.
Nasution, I. K. (2007). Perilaku Merokok Pada Remaja. Skripsi: Fakultas
kedokteran. Universitas Negeri Sumatera Utara. Tidak diterbitkan.
Plus, redaksi. (2009). Stop Rokok. Mudah, murah, cepat. Jakarta: Penebar
swadaya.
Putra, Y. P. (2010). Rahasia Dibalik Hypnosis Ericksonian. Jakarta: Elex
Media Komputindo.
Rafael, R. (2006). Hipnoterapi: Quit Smoking. Jakarta: Gagas Media.
Satiti, A. (2009). Strategi Rahasia Berhenti Merokok. Yogyakarta: Data
Media.
Seniati, Yulianto, Aries. Setiadi, Bernadette. (2009). Psikologi Eksperimen.
Jakarta: PT Indeks.
Sevilla, Consuelo G. Ochave, Jesus A. Punsalan, Twila G. dkk. (1993).
Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: UI Press.
Sugiyanto. (2001). Buku Saku Rancangan Eksperimen. Yogyakarta. Fakultas
Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Wijaya. J. A, Rusli. S. I. (2009). The secret of hypnosis. Jakarta. Penebar
Plus+.

HERE IS
WHERE
THE
JOURNEY
WAS
BEGUN.

Here Is Where the Journey Begun.


Anda mungkin juga menyukai