Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
I.

Latar Belakang

Pembangunan di sektor pertanian Indonesia merupakan yang terpenting dari


keseluruhan pembangunan di Indonesia. Alasan yang mendasari pentingnya pertanian di
Indonesia: (1) potensi sumber daya yang besar dan beragam, (2) pangsa terhadap pendapatan
nasional cukup besar, (3) sebagian besar penduduk mata pencarian pada sektor pertanian dan
(4) menjadi basis pertumbuhan di pedesaan (Kastono, 2005). Untuk meningkatkan
produktivitas pertanian diperlukan usaha perbaikan teknik budidaya.
Saat ini lahan pertanian di Indonesia dapat dikatakan sedang dalam keadaan sakit,
karena unsur hara yang berada di dalam tanah sudah rusak oleh pupuk kimia. Lahan pertanian
yang sudah masuk dalam kondisi kritis mencapai 66% dari kurang lebih 7 juta lahan
pertanian yang ada di Indonesia. Penggunaan pupuk kimia berlebih dapat merusak struktur
tanah. Hal ini terjadi karena kandungan mineral yang terlalu tinggi membunuh
mikroorganisme yang bertugas melakukan dekomposisi dalam tanah. Akibatnya tanah
menjadi keras, kurang mampu menahan air dan nutrisi. Di sisi lain pupuk merupakan salah
satu sarana produksi yang memiliki peranan penting dalam peningkatan produksi dan kualitas
hasil budidaya tanaman.
Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari sisa tanaman, hewan atau manusia
seperti pupuk kandang, pupuk hujau dan kompos yang berbentuk cair maupun padat. Puouk
organik bersifat bulky dangan kandungan hara makro dan mikro rendah sehingga diperlukan
dalm jumlah banyak. Kentuangan utama menggunakan pupuk organik adalah dapat
memperbaiki kesuburan kimia, fisik dan biologis tanah, selain sumber hara bagi tanaman.
Pembuatan pupuk organik banyak dilakukan dalam skala industri karena minimal
tenaga kerja di pedesaan. Hanya sedikit petani yang dapat memproduksi kompos untuk
memenuhi kebutuhannya. Hal ini seperti halnya terjadi di Desa Bocek Kecamatan
Karangploso Kabupaten Malang. Di desa tersebut diketahui bahwa sebagian besar berprofesi
sebagai peternak dan petani (sebaiknya ada % profesi di desa tsb). Walaupun tidak memiliki
komoditas berskala besar namun para petani-petani tersebut terkumpul dalam kelompok tani
yang tujuannya memudahkan koordinasi terkait kebutuhan usahanya. Salah satunya adalah
tersediaan pupuk.
Saat ini produsen pupuk kandang di Desa Bocek hanya terdapat 2 pemilik. Proses
pembuatan pupuk kandang terurai sebagai berikut:
1) Memperkecil ukuran bahan. Untuk memperkecil ukuran bahan dapat dilakukan
dengan menggunakan parang atau dengan mesin pencacah.
2) Menyiapkan aktivator pengomposan. Aktivator dilarutkan ke dalam air sesuai dosis
yang dibutuhkan.

3) Pemasangan cetakan.
4) Memasukkan bahan ke dalam cetakan selapis demi selapis. Injak-injak bahan tersebut
agar memadat sambil disiram dengan aktivator pengomposan. Dalam setiap lapisan
siramkan aktivator pengomposan.
5) Setelah tumpukan dirasa cukup tinggi, biasanya akan langsung dikeringkan dibawah
sinar matahari dalam kurun waktu 2-3 bulan (tergantung cuaca) dan melalui parameter
tertentu.
Kendala yang dihadapi saat ini oleh produsen pupuk kandang di Desa Bocek adalah
intensitas curah hujan yang tinggi menyebabkan lamanya proses pembuatan pupuk.
Penggunaan pupuk yang matang merupakan hal yang harus dilakukan karena Telah diketahui
bahwa penggunaan pupuk mentah yang tidak tepat dapat berpengaruh negatif terhadap
kualitas tanaman sayuran seperti kentang, mentimun, wortel, lobak, kubis, brokoli dll. Pada
saat terjadi penguraian dalam tanah, pupuk tersebut melepaskan senyawa kimia seperti skatol,
indol dan senyawa fenol lainnya. Bila diserap oleh tanaman yang sedang tumbuh, senyawasenyawa ini dapat memberikan bau busuk dan rasa yang tidak enak pada tanaman sayuran.
Oleh karena itu sebagai produsen yang mengutamakan kenyamanan pelanggan, proses
pengeringan adalah kunci untuk dapat mempersingkat proses produksi dan meningkatkan
jumlah produksi kompos, sehingga para petani di Desa Bocek dapat menggunakan pupuk
tersebut secara optimal dan mengurangi penggunaan pupuk kimia atau pupuk pabrik yang
dapat mencemari lingkungan dan kesuburan tanah.
Teknologi yang dikenalkan untuk mempercepat proses pengeringan adalah Aerated
static pile yaitu gundukan kompos diaerasi statis. Tumpukan/gundukan kompos (seperti
windrow system) diberi aerasi dengan menggunakan blower mekanik. Tumpukan kompos
ditutup dengan terpal plastik. Teknik ini dapat mempersingkat waktu pengomposan hingga 3
5 minggu.

II.

Rumusan Masalah

Ada beberapa hal yang perlu diketahui dengan perumusan masalah yang terjadi
diantaranya adalah:
1) Apa yang dimaksud pupuk kompos ?
2) Bagaimana keuntungan menggunakan pupuk kompos ?
3) Bagaimana strategi untuk meningkatkan produksi pupuk kompos di Desa Bocek ?

III.

Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan materi penyuluhan ini adalah sebagai berikut:
1) Untuk memberikan wawasan kepada petani terkait pentingnya menggunakan pupuk
kompos
2) Untuk memberikan wawasan kepada peternak terkait pengolahan limbah ternak
sebagai bahan utama proses pengomposan
3) Untuk memperkenalkan strategi mempercepat proses pengomposan melalui sistem
teknologi aersi udara

IV.

Manfaat

Melalui penyuluhan ini harapannya dapat memberikan manfaat kepada auditor atau pihakpihak yang mengikuti penyuluhan ini diantaranya adalah:
1) Sebagai Produsen pupuk kompos
Dapat meningkatkan produktivitas pupuk kompos dan dapat memenuhi kebutuhan
pupuk kompos di Desa Bocek.
2) Sebagai Petani
Dapat meningkatkan produktivitas hasil pertanian setempat dengan kualitas produk
yang sehat dan terbebas dari bahan kimia yang merugikan konsumen.

BAB II
GAMBARAN UMUM PENYULUHAN

2.1

Gambaran Umum Kegiatan Penyuluhan

Negara Indonesia merupakan Negara agraris dimana daerah-daerah pertanian dan


peternakan tersebar di setiap penjuru daerah khususnya di pulau Jawa. Salah satu sentral
peternakan sapi perah adalah di Desa Bocek Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang
yang berada di daerah dataran tinggi. Dari banyaknya sapi perah di Desa Bocek tersebut
menghasilkan kotoran (feses) yang banyak juga, dan sudah terdapat usaha pengolahan
kotoran sapi perah menjadi pupuk kompos dengan penambahan aktivator seperti EM-4.
Usaha ini sudah dilakukan oleh anggota masyarakat Desa Bocek kurang lebih 4 tahun
terakhir ini. Tidak tanggung-tanggung produksi dari pupuk kompos fermentasi ini mampu
mencapai 3 ton per hari yang sebelumnya dilakukan beberapa proses sehingga tercapai hasil
tersebut setelah digiling. Keadaan tersebut apabila proses pengolahannya lancar serta
pengeringan dari pupuk kandang tersebut sepenuhnya memenuhi kriteria. Namun dalam
usaha pengolahan pupuk kandang ini terdapat kendala, yaitu dari segi pengeringan kotoran
(feses) sapi perah tersebut disaat musim hujan, dimana di daerah Kabupaten Malang ini hujan
turun tidak menentu. Akibatnya, produksi per hari yang semula mampu mencapai 3 ton
menurun sampai hanya sekitar 1,5 ton saja. Karena jika dalam keadaan basah feses sapi perah
yang sudah dikoleksi tidak dapat diproses ke tahap selanjutnya. Oleh karena itu perlu
diselenggarakan suatu upaya penyuluhan tentang strategi mempercepat proses pengomposan
melalui sistem teknologi aersi udara.

Gambar 1. Rumah Produksi Pupuk Kompos Di Desa Bocek Kec. Karangploso kab. Malang

2.2

Gambaran Umum Masyarakat Sasaran

Mayoritas masyarakat di Desa Bocek Kecamatan Karangploso mata pencahariannya


adalah sebagai peternak sapi perah dan petani. Pengolahan limbah di desa tersebut sudah
dalam keadaan baik, terbukti dengan terdapatnya usaha pengolahan kotoran sapi perah
menjadi pupuk kompos fermentasi yang dijadikan pupuk untuk tanaman pertanian di desa
tersebut dan juga untuk daerah lain disekitar desa tersebut. Permasalahan yang dihadapi oleh
masyarakat adalah menurunnya hasil produksi pupuk fermentasi tersebut disaat musim hujan,
sehingga pasokan untuk daerah lain terhambat karena pemenuhan kebutuhan di daerah desa
bocek juga terhambat disaat yang sama.
Masyarakat yang menjadi target penyuluhan kami adalah pekerja di usaha pengolahan
pupuk kompos fermentasi tersebut. Karena dengan memberikan informasi teknologi ke
pekerja ataupun pihak yang terjun langsung menangani usaha ini akan lebih cepat tercapai
tujuan penyuluhan kami. Semakin cepat inovasi kami diadopsi maka semakin baik pula
kemajuan usaha pengolahan pupuk kompos ini sebelum menghadapi musim penghujan.
Disaat musim penghujan produksi pupuk kompos fermentasi pun tidak akan terganggu dan
jumlah hasil produksi per harinya akan stabil.

BAB III
METODE PENYULUHAN

3.1 Metode Pelaksanaan


Metode pelaksanaan program ini melalui beberapa tahap sebagai berikut :
1. Persiapan kegiatan
Persiapan kegiatan dimulai dengan proses perijinan di daerah yang akan di beri
penyuluhan nanti yakni di Desa Bucek Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang. Perijinan
dimulai dengan mendatangi kantor kecamatan hingga kelurahan daerah tersebut untuk
mendapatkan surat ijin penyuluhan.
2. Pelaksanaan Kegiatan
Setelah memperoleh ijin dari pihak terkait serta diperoleh data calon peserta, maka
dilaksanakan sosialisasi program penyuluhan tentang konsep mempercepat proses
pengomposan melalui sistem teknologi aerasi udara. Selanjutnya dibuat kesepakatan
mengenai waktu pelaksanaan program.
3.2 Gambaran Teknologi
Pengomposan dengan metode ini dilakukan dengan menimbun bahan kompos dan
berangin dengan menggunakan aerasi mekanik. Lapisan ini diletakkan di atas saluran atau
pipa udara, dan aerasi diperoleh dengan meniupkan udara melalui bahan kompos. Sistem
aerasi pada metode ini dapat dilakukan dengan perangkat sederhana, menggunakan motor
listrik, kipas angin dan pipa udara, maupun dengan perangkat yang lebih canggih dilengkapi
dengan sensor dan alarm. Metode ini merupakan pengomposan dengan teknologi sedang dan
tenaga rendah, kadang-kadang menghasilkan produk yang tidak seragam. Dalam beberapa
sistem, aerasi mekanik dapat diberikan mendekati akhir periode kompos aktif.
Metode pengomposan lapisan statis yang teraerasi dikembangkan oleh USDA
merupakan suatu sistem yang sangat efisien. Selama beberapa tahun terakhir, metode ini telah
menjadi popular pada pengomposan sampah perkotaan, tetapi belum popular di lahan
pertanian. Metode pelapisan statis yang teraerasi tidak mengaduk kompos secara mekanik
untuk mencapai tingkat aerasi yang diinginkan. Lapisan ini dibangun di atas suatu sumber
udara seperti pipa plastik yang berlubang, alat berbentuk kerucut aerasi atau lantai yang
berlubang, dan aerasi dapat dipenuhi dengan mengalirkan udara melalui lapisan kompos.
Sistem aerasi ini memerlukan sumber listrik pada tempat tersebut dan menyediakan kipas
untuk ventilasi, saluran-saluran dan memonitor peralatan. Peralatan monitoring menentukan
waktu, lama dan arah aliran udara. Lapisan seharusnya ditempatkan pada setelah lantai
tertutup dengan lapisan bahan penimbun lapisan seperti serbuk kayu atau kompos yang sudah
matang.

Bahan yang dikomposkan kemudian ditambahkan, dan lapisan penutup yang berupa
kompos matang ditaburkan di atas untuk memberikan penyekatan (isolasi). Ukuran lapisan
yang optimum berhubungan dengan bahan yang dikomposkan, kemampuan aliran udara dan
tipe peralatan penanganannya. Dalam beberapa kondisi tertentu, campuran awal ditimbun di
antara pagar sementara atau penyekat jalan raya yang dapat bergerak. Ini memungkinkan
fleksibilitas dengan mempertimbangkan ukuran dan lokasi lapisan di dalam wilayah kerja
atau bangunan. Pengoperasian pelapisan statis yang teraerasi, waktu, lama dan pergerakan
yang seragam dari udara merupakan suatu hal yang penting. Perubahan kebutuhan aliran
udara bergantung pada bahan yang dikomposkan, ukuran lapisan dan umur kompos.
Kesulitan utama dengan sistem pelapisan statis adalah difusi udara yang efisien yang
masuk ke seluruh lapisan, terutama dengan limbah-limbah yang dicirikan oleh distribusi
ukuran partikel yang besar, kandungan air yang tinggi atau kecenderungan untuk
menggumpal. Masalah lain dalam metode ini adalah pembentukan saluran di dalam lapisan
yang memungkinkan udara masuk ke dalam rangkaian. Hal ini akan menyebabkan
pengeringan yang berlebihan yang disebabkan oleh evaporasi air di dekat saluran. Kondisi
seperti ini akan memerlukan pembalikan yang lebih sering. Pelapisan statis yang teraerasi
dapat menghasilkan kompos yang bagus, jika 2 kondisi operasional dasar dipenuhi yaitu:
1. Bahan awal mempunyai porositas yang memadai.
2. Sistem aliran udara bekerja dengan baik dan memberikan aliran udara yang seragam
selama periode kompos aktif di seluruh lapisan. Bila dibandingkan dengan
pengomposan windrow, metode ini memerlukan tingkat manajemen dan monitoring
yang berbeda. Pengomposan dengan metode windrow sering dianggap sebagai
pengembangan sistem penanganan pupuk alam, ketika beberapa atau seluruh mesingmesin pertanian dapat digunakan untuk pengomposan windrow. Metode ini
memerlukan peralatan tambahan dan penyediaan infrastruktur dan aset ini digunakan
untuk operasional pengomposan. Selain itu, pencampuran produk kompos awal
merupakan tahapan yang penting dalam sistem pelapisan statis teraerasi ini.
Sebaliknya, pencampuran dan penghalusan dikerjakan seluruhnya pada tahap
pengomposan aktif dalam metode pengomposan windrow. Bau yang tidak sedap
sering menjadi masalah operasional yang dapat mempengaruhi tipe sistem kompos,
namun masalah ini sering muncul dengan sendirinya dalam sistem windrow.
Sebaliknya,bila masalah bau ini muncul pada sistem ini, dapat dengan mudah
diidentikasi dan diperbaiki seluruh perangkat sistem, seperti mengubah aliran udara,
memperbaiki kapasitas aliran udara, dispersi dan filter, dan menambah lapisan
penutup. Dengan adanya tekanan udara negatif, udara dialirkan melalui lapisan dapat
dibersihkan menggunakan biofilter sebelum dilepaskan ke atmosfer. Dengan tekanan
udara positif, udara didorong melalui lapisan dan penutup bagian luar dari kompos
matang membersihkan uda yang dihembuskan.

Gambar 2. Metode Tumpukan Diberi Aerasi/Blower Terkontrol

Gambar 3. Mesin Blower

Gambar 4. Two Particular Acres in Royersford, PA

3.2.1. Cara pembuatan kompos


Pembuatan kompos diawali dengan pengumpulan kotoran sapi dengan cara
pemanenan dari kandang sistem kelompok, dilanjutkan dengan proses pengolahan menjadi
kompos.
a. Campur semua bahan-bahan yang di perlukan untuk pembuatan kompos, yaitu
kotoran sapi, serbuk gergaji, abu dan kapur secara merata. Lalu tumpuk di tempat
yang ternaungi dari sinar matahari dan hujan secara langsung. Akan lebih baik kalau
ditumpuk di tempat pembuatan kompos yang khusus. Biarkan selama 1 hari.
b. Esoknya, sisir tumpukan bahan kompos lalu taburi dengan aktivator, aduk hingga
merata. Lalu tumpuk lagi dengan ketinggian minimal 80 cm.
c. Tumpukan di biarkan terbuka sampai 7 hari. Tetapi harus tetap di jaga agar terhindar
dari panas dan hujan. Pada hari ke 7, tumpukan harus di balik agar suplay oksigen
dapat masuk kedalam bahan secara merata. Oksigen diperlukan untuk aktivitas
mikroba. Pambalikan bahan di lakukan setiap 7 hari sekali.
d. Aktivitas mikroba dapat di tandai dengan adanya peningkatan suhu. Biasanya,
peningkatan suhu akan terjadi menjelang hari ke 8 hingga hari ke 21. Dan pada hari ke
28, suhu akan menurun kembali. Kenaikan suhu yang terjadi dapat mencapai 300C.
Suhu yang tinggi ini akan membuat kompos menjadi steril dari bibit gulma dan
bakteri patogen.
e. Campuran kotoran sapi tersebut telah menjadi kompos jika suhu sudah netral dan
warnanya menjadi hitam kecoklatan.
3.2.2. Kualitas Kompos
Pengomposan dilakukan secara aerob dan proses aerasi dilakukan dengan
menggunakan blower melalui lubang-lubang pipa aerasi pada reaktor. Aerasi dilakukan setiap
hari selama minggu pertama dengan waktu aerasi selama 1 jam/hari. Pengukuran suhu
dilakukan setiap hari dan proses pengomposan dihentikan saat kompos telah matang yang
ditujukan dengan suhu yang turun dan stabil (Ismayana,2012). Selanjutnya dilakukan
pengujian terhadap kompos yang telah matang untuk menentukan mutu kompos yang
dihasilkan. Menurut hasil penelitian laboratorium, kompos dari kotoran sapi ini mengandung
banyak sekali unsur hara yang di perlukan oleh tanaman, diantaranya:
Tabel 1. Komposisi kimia dalam pupuk kompos menurut SNI-19-7030-2004
Komposisi
C/N ratio
Total Nitrogen (N)
C organic
N total
Kadar Air
Suhu

Nilai
10-20
> 1,81%
9,8-32%
Min 0,4%
Max 50%
Max 30oC

pH

6,8 7,49
(Cahaya dan Nugroho, 2007)
Dengan komposisi tersebut, pupuk yang dihasilkan termasuk dalam kategori pupuk organik
berkualitas tinggi, sehingga sangat baik untuk digunakan bagi tanaman.

3.3 Jadwal Kegiatan Program


Tabel 2. Jadwal kegiatan

3.4 Media Penyuluhan


Media yang digunakan dalam program penyuluhan ini adalah dengan menggunakan
flip chart dan blog yang telah kami buat. Media ini digunakan untuk menjelaskan strategi
mempercepat proses pengomposan melalui sistem teknologi aerasi udara. Flip chart yang
telah dibuat akan ditampilkan menggunakan LCD. Kemudian dengan membuat blog yang
berisi ringkasan latar belakang dan flow chart mengenai strategi mempercepat proses
pengomposan melalui sistem teknologi aerasi udara yang ada di internet yang sudah disetujui
oleh pemerintah setempat dapat mempermudah akses informasi.

Flip Chart

DAFTAR PUSTAKA

Hamastuti, Indah, Dkk. 2012. Peran Mikroorganisme Azotobacter chroococum,


Pseudomonas flurenscens, dan AspergillusNiger pada Pembuatan Kompos Limbah
Sludge Industri Pengolahan Susu. Jurnal Teknik POMITS Vol.1, No.1, (2012) 1-5

Nurhidayati, Dkk. 2008. E-book Pertanian Organik.

Suryadikarta, Didi. Setyorini, Diah. 2008. Baku Mutu Pupuk Organik


Revisi:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Banyak typo-typo
Banyak istilah yg takutnya nanti dipertanyakan. (di highlight kuning)
Margin belum 4 3 2,5 2,5
Adanya gmbar dan tabel sehingga perlunya daftar gambar dan tabel
Perbanyak tipus minimal 10
Perhatikan maksimal makalah 15 halaman termasuk cover, kata pengantar daftar
isi/gambit/tabel, isi, dapus
7. Tipus Ismayana & Kastono belum ada di dapus
8. Yg di dapus tidak dicantumkan dalam isi makalah
9. Flow chartnya sebaiknya ditambahi gambar-gambar sehingga mudah dipahami
Dijaga koordinasi dengan anggota kelompoknya dan tetap SEMANGAT!!! ^_^

Anda mungkin juga menyukai