Anda di halaman 1dari 38

1

KONSTRUKSI BAJA GUDANG


1. PENUTUP ATAP

Sebagai penutup atap dapat digunakan :


a. Genteng dengan reng dan usuk
b. Sirap dengan reng dan usuk
c. Seng gelombang
d. Akses gelombang
e. Aluminium gelombang
f. Dll.

a. Genteng
-

Kemiringan atap : 30 60

< 60 : dipakai genteng khusus, dipaku pada reng

> 30 : dipakai genteng dengan presisi tinggi,


- diberi lapisan aluminium foil di bawah reng.
-Usuk dan reng harus mampu memikul beban hidup merata q dan terpusat p
b.Sirap
- Dilengkapi dengan usuk dan reng
Mampu memikul beban hidup merata q terpusat p
- Dapat dipakai pada sudut besar
- Bila < 30 : tumpukan sirap diperbanyak
Diberi lapisan aluminium foil
c. d, e : seng gelombang, asbes gelombang dan aluminium gelombang
- dipakai pada bangunan industri
- kemiringan atap lebih bebas ; 5 90
semakin kecil , overlap semakin besar
overlap : - pada arah mengalir air
- pada // arah mengalir air
perkiraan panjang overlap :
Sudut

arah memanjang

arah melintang

10-20

20 cm

2,5 gelombang

20-40

15 cm

1,5-2,5 gelombang

45

10 cm

1,5 gelombang

Untuk mengkaitkan seng dengan gording dipasang hook/kait yang dikait


pada gording :

Detail Hubungan Gording dengan kuda-kuda :


-

Angin yang kuat dapat mengangkat atap, maka gording perlu diikat kuat
pada kuda-kuda

2. PERHITUNGAN GORDING
Beban-beban yang dipikul oleh gording adalah :
1.beban mati
2.beban hidup
3.beban angin / beban sementara

Sedangkan untuk gording dapat dipakai :

1. Beban mati (D) :

- berat sendiri penutup atap


- buat sendiri gording
- alat-alat pengikat

2. Beban hidup (L) : sesuai peraturan pembebanan


a. Terbagi rata :

q = (40 0,8 ) 20 kg/m2

b.Terpusat

P = 100 kg

3. Beban angin (W) : lihat Peraturan, Pembebanan


besarnya tergantung dari daerah (wilayah) dan sudut

Beban rencana yang bekerja :


Adalah beban terbesar dari
U = 1,4 D
U = 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (La atau H)

La = beban hidup selama


perawatan oleh
pekerja, peralatan
H = beban hujan

U = 1,2 D + 1,6 (La atau H) + (L . L atau 0,8 W)


U = 1,2 D + 1,3 W + L . L + 0,5 (La atau H)
L = 0,5 bila L < 5 k Pa : L = 1 bila L 5k Pa

Catatan : bila L tidak terlalu besar, cukup dipasang 1 penggantung gording

Terhadap sb x x profil :
Beban mati : MXD =

(q cos ) L2

1
8

Beban hidup q : MXL =

1
8

P : MXL =

(q cos ) L2
1
4

(P cos ) L2

Terhadap sb y y profil :
Beban mati : MYD =

1
8

Beban hidup q : MYL =


P : MYL =

(q sin ) ( 13 ) 2
1
8

(q sin ) ( 13 )2

1
4

(P sin ) ( 13 )2

Momen-momen akibat beban hidup merata q, dan terpusat P diambil yang


berpengaruh terbesar. (akibat q atau akibat P)

Beban angin : lihat Peraturan Pembebanan

Wx = c x b x tekanan angin kg/m2


Wy = 0

c = koefisien angin

M xw Wx L2
8

M yw 0

Mu yang bekerja :
Mux = 1,4 MxD
= 1,2 MxD + 1,6 MxL + 0,5 (MxLa atau MxH )
= 1,2 MxD + 1,6 (MxLa atau MxH ) + (L . MxL atau 0,8 Mxw)
= 1,2 MxD + 1,6 MxL + L . MxL + 0,5 (MxLa atau MxH )
Muy = sama seperti Mux
1) Kontrol Kekuatan Gording

M
M ux
uy 1
M nx M uy

= 0,9
Mnx = Momen nominal profil terhadap sb x - x
Mny = Momen nominal profil terhadap sb y - y
Mny = diambil momen nominal sayap atas profil
Penyederhanaan penyelesaian (Structural Steel Design Galambos hal
196)
a.

dipikul
dipikul oleh

dipikul hanya sayap atas

profil penuh
Zy = tf . bf2

Zy profil
2

b.

2) Kontrol Lendutan
Lendutan terjadi f =

fx 2 fy 2 f
gording
180

Rumus lendutan : f =

5 q . L4
.
384 E . I

F=

1 P . L3
.
48 E . I

Contoh Perhitungan Gording

Berat atap seng efektif = 8 kg/m2, mutu baja Bj 37


Dicoba profil WF 125 x 60 x 6 x 8 : A
q

= 16,48 cm2
= 13,2 kg/m1

Zx = 74 cm3
Zy = 15 cm3
Ix = 412 cm4
Iy = 29,2 cm4
a) Kontrol Kekuatan Profil
Beban mati (D)
Berat seng = 1,756 x 8

= 14,05 kg/m1

Beban profil

= 13,2 kg/m1 +
27,25 kg/m1

Alat pengikat dan lain-lain 10%

= 2,72 kg/m1 +
q = 29,97 kg/m1 30 kg/m1

MxD =

1
1
(q cos ) L2 = (30 cos 20) 6,62 = 153,5 kg . m
8
8

MyD =

1
1
L
(q sin ) = (30 sin 20) (2,2)2 = 6,21 kg . m
8
8
3

Beban hidup (L)


a) Beban hidup terbagi rata :

q = (40 0,8 ) = 24 kg/m2 20 kg/m2


Menurut peraturan pembebanan, dipakai 20 kg/m2
q = 1,65 x 20 = 33 kg/m1
MxL =

1
1
(q cos ) L2 = (33 cos 20) 6,62 = 168,85 kg . m
8
8
2

1
1
L
MyL = (q sin ) = (33 sin 20) (2,2)2 = 6,83 kg . m
8
8
3
b) Beban hidup berpusat P = 100 kg
MxL =

1
1
(p cos ) L =
(100 cos 20) 6,6 = 155,1 kg . m
4
4

MyL =

1
1
L
(p sin ) =
(100 cos 20) 2,2 = 18,81 kg . m
4
4
3

Beban angin (W)


Tekanan angin W = 30 kg/m2
Angin tekan = c x W
= 0 x 30 = 0
Angin hisap = 0,4 x 30 = 12 kg/m2
Bila dibandingkan dengan beban (bb. Mati + bb. hidup)

(.. + 20 kg/m2)
Angin hisap ini tidak bisa melawan beban (D + L), maka angin
hisap ini tidak menentukan tidak perlu diperhitungkan.
Besarnya momen berfaktor Mu

10

Mu = 1,2 MD + 1,6 ML
Mux = 1,2 x 153,2 + 1,6 x 155,1 = 432,36 kg . m (bb. mati + bb.
hidup terpusat p)
Muy = 1,2 x 16,21 + 1,6 x 18,81 = 49, 548 kg . m (bb. mati + bb.
hidup terpusat p)
Pers. Interaksi :

M uy
M ux
1

b . M nx b . M ny

b = Faktor reduksi, untuk lentur = 0,90


Mnx = Kekuatan nominal lentur terhadap sb x - x
Mny = Kekuatan nominal lentur terhadap sb y - y
Penampang profil (tabel 7.5-1 SNI)

bf
p

2tf

Penampang kompak

p
tw

bf
6

3,75
2tf 2 x 0,8
170 170
p

11,0
fy
240
h
9,1

15,2
tw 0,6
1680
p
180
240
Maka Mnx = Mpx

Kontrol lateral buckling :


Misal Lb = 68 cm jarak penahan lateral
Atau (lihat brosur seng) = jarak 2 pengikat seng
Lp = 1,76 ry

E
fy

10

11

= 1,76 x 1,32

2,1 x106
= 68,72 cm
2400

Ternyata Lb < Lp maka Mnx = Mpx


Mnx = Mpx = Zx . fy = 74,0 x 2400 = 177600 kg . cm = 1.776 kg.m
Mny = Zy (1 feans) x fy = (

1
tf . bf2) x fy
4

1
= ( x 0,8 x 62) x 2400 = 17280 kg . cm
4
= 172,8 kg . m
Pers Interaksi:
432,6/0,9.1776 + 49,548/0,9.172,28 1
0,584 1......................ok (profil agak kebesaran)
Perlu juga dikontrol kombinasi pembebanan dari beban mati + beban
hidup merata q.
KONTROL LENDUTAN:
Lendutan ijin = L/180 (untuk gording)
Dicari fx = lendutan thd. Sb x-x profil
fy = lendutan thd. Sb. y-y profil
(f

fx 2 fy 2 ) f

Dimana :

f x1

f x2

5 (q cos ) L4
Lendutan akibat bb. Merata
384
EI x

1 ( P cos ) L3

Lendutan akibat bb. Terpusat


48
EI x
4

L
(q sin )
5
3 Lendutan akibat bb. Merata
f x1
384
EI y
3

L
(q sin )
1
3 Lendutan akibat bb. Terpusat
f x1
48
EI y

11

12

12

13

3.

PELAT SIMPUL
Untuk mempersatukan dan menyambung batang-batang yang bertemu di

titik simpul, diperlukan pelat simpul.


Sebagai pelat penyambung, pelat simpul harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
1. Cukup lebar, sehingga paku keling/baut dapat dipasang menurut peraturan
yang ditentukan.
2. Tidak terjadi kerja takikan, seperti dijumpai pada pelat simpul yang
mempunyai sudut ke dalam. Pelat akan gampang sobek.

3. Cukup kuat menerima beban dari batang-batang yang diteruskan pelat


simpul, maka simpul perlu diperiksa kekuatannya, dengan cara
mengadakan beberapa potongan untuk diperiksa kekuatannya pada
potongan tersebut.
Namun sebelum dilanjutkan mengenai pemeriksaan pelat simpul, sekilas
di ulang kembali dulu tentang perhitungan banyaknya baut/paku keling yang
diperlukan (kuliah konstruksi Baja I)

Banyaknya baut yang diperlukan

13

14

a. Batang pinggir menerus

= letak garis berat profil


= garis kerja gaya

w = letak lubang
e dan w = dapat dilihat pada tabel profil

Kekuatan baut tipe tumpu :


Kuat geser Rn = 0,75 x (0,5 fu) 2 Ab jumlah bidang geser = 2
fu

= tegangan patah baut

Ab

= Luas baut

Kuat tumpu Rn = 0,75 (2,4d . tp . fu)


fu

= tegangan patah baut/pelat, mana


yang kecil

= diameter baut

tp

= harga terkecil dari t1 atau 2t2

Rn = harga terkecil dari kuat geser atau kuat tumpu

Banyaknya baut :
n1

Dn
Rn `

n2

Vn
Rn `

14

15

n3

( H u 2 H u1 )
Rn

(batang menerus)

n min = 2

b. Batang pinggir terputus


1.Untuk batang terputus, maka dihitung masing-masing
n1

Dn
Rn `

n2

Vn
Rn `

n3

H u1
Rn

n4

H n2
Rn

n min = 2, jarak baut sesuai SKSNI (tata cara)

2.Cara menggambar pelat simpul


Setelah jumlah baut atau paku keling dihitung :
1) Digambar garis-garis sistem (= garis berat penampang profil)
bertemu pada satu titik

15

16

2) Gambarlah batang-batang utuhnya (sisi batang sejarak e dari garis


sistem)
3) Tempatkan baut-batu / paku keeling sesuai peraturan (letak
baut/paku keling = w dari sisi batang)
4) Tarik garis batas akhir baut/paku keling pada setiap batang (misal
= 2d) lihat tabel 13.4 1
5) Tarik garis-garis batas tepi pelat ------ lihat contoh

16

17

PEMERIKSAAN KEKUATAN PELAT SIMPUL

Disini diambil contoh pada pelat penyambung batang pinggir :


a. Batang pinggirnya menerus
b. Batang pinggirnya terputus

a) Batang pinggir / tepi menerus

Diketahui Hu1 > Hu2


Untuk salah satu potongan, misal potongan (a) (a)
Maka pada potongan (a) (a) bekerja gaya ;

17

18

Selisih gaya Hu1 dan Hu2 di terima oleh 5 baut, maka pada potongan (a)
(a) menerima gaya sebesar

2
(Hu1 Hu2)
5

Gaya yang bekerja :


Gaya normal (tarik) Nut =

2
(Hu1 Hu2) + Du1 cos
5

Gaya lintang / geser Vu = Du1 sin


Momen

Mu =

2
(Hu1 Hu2) S1 + Du1 x S2
5

Kontrol kekuatan pelat :


Nut M n 2 Vu 2


1

t N nt b M n v .Vn

Dimana : t . Nnt = harga terkecil dari


= 0,9 fy . Aq
= 0,75 fn . An
b . Mu = 0,9 Z . fy
v . Vu = 0,75 (0,6 An x fu)
Aq

= t.h

An

= t . h - A lubang

fy

= tegangan leleh / yield pelat

fu

= tegangan patah pelat

1
t . h2 A lubang x jarak
4

b) Batang pinggir / tepi terputus


Contoh

18

19

Diketahui Hu1 > Hu2


Batang Hu1 dan Hu2 terputus, namun pada bagian tepi bawah dihubungkan
dengan pelat penyambung. Pelat penyambung dianggap memindahkan
gaya

Hu2
(diketahui Hu2 < Hu1)
2
Maka pada potongan (a) (a) bekerja gaya :

Baut pada batang Hu1 di pelat simpul menerima gaya (Hu1 -

Hu2
)
2

Gaya yang bekerja :

Hu2
) + Du1 cos 1
2

Gaya normal (tarik)

Nut = (Hu1 -

Gaya lintang / geser

Vu = Du1 sin 1

Momen

Mu = (Hu1 -

Hu2
) x S1 + Du1 x S2
2

19

20

Kontrol kekuatan pelat :


Nut M u 2 Vu 2


1

t . N nt b . M n v .Vn

Dimana : t . Nnt dan seterusnya, sama seperti pada contoh a

PEMBENTUKAN PELAT SIMPUL


Didalam pembentukan pelat simpul perlu diperhatikan syarat-syarat :
-

Cukup tempat untuk penempatan baut/paku keeling

Tidak terjadi takikan

Cukup kuat

Tidak terlalu banyak pekerjaan

Tidak terlalu banyak sisa pelat akibat bentuk dari pelat simpul

20

21

Contoh:

21

22

4.

BENTUK-BENTUK KONSTRUKSI RANGKA GUDANG


Banyak bentuk-bentuk konstruksi untuk gudang yang bisa digunakan. Hal-

hal yang mempengaruhi antara lain :


Pemakaian gudang tersebut
Keadaan suasana gudang akan dibangun.
- Keadaan tanah
- Besar dan kecilnya beban angin
Bentuk yang dipilih tentunya akan menentukan cara penyelesaian struktur
dan biayanya.
a.

Konstruksi kap rangka sendi rol

Konstruksi kuda-kuda dengan tumpuan A sendi, B rol merupakan konstruksi


statis tertentu, maka penyelesaian statikanya dengan statis tertentu. Namun
sering didalam praktek dibuat A sendi, B sendi, dengan demikian konstruksi
menjadi statis tak tentu. Tetapi sering diselesaikan dengan cara pendekatan
dengan menganggap perletakan A = B didalam menerima beban H.
RAH = RBH =

H
2

Untuk mencari gaya-gaya batangannya dapat digunakan cara :


-

Cremona

22

23

Keseimbangan titik

Ritter

Dan lain-lain

Kemudian untuk mendukung kuda-kuda diperlukan kolom. Apabila dipakai


kolom dengan perletakan bawah sendi, maka struktur menjadi tidak stabil bila
ada beban H (angin/gempa).

Karena itu untuk mendukung kuda-kuda ini, harus dipakai kolom dengan
perletakan bawah jepit.

23

24

Struktur/konstruksi ini akan stabil/kokoh bila ada gaya H bekerja. Pada


perletakan bawah kolom terjadi gaya V, H dan M. Besarnya M =

H
. h adalah
2

cukup besar. Maka bila struktur ini yang dipilih pada tanah yang jelek,
pondasinya akan mahal.
Dicari penyelesaian suatu bentuk struktur agar pondasi tidak terlalu mahal.

b.

Kuda-kuda dihubungkan dengan pengaku pada kolom


1. Kuda-kuda dengan pengaku dan perletakan bawah kolom jepitan.
Struktur dengan sistem ini cukup kaku dan memberikan momen M lebih
kecil dari pada struktur sebelumnya.

Struktur semacam ini adalah statis tak tentu, maka statistikanya


diselesaikan dengan cara statis tak tentu.
Namun

sering

didalam

makhluk

diselesaikan

dengan

cara

pendekatan/sederhana yaitu :
Bila beban vertikal (gravitasi) yang bekerja, struktur dianggap statis
tertentu, yang bekerja pada kolom gaya V saja. Selanjutnya gaya-gaya
batang KRB dicari dengan : Cremona, Kesetimbangan Titik, Ritter, dan
sebagainya.

24

25

Bila beban H bekerja, dianggap terjadi titik balik (= inflection point)


terjadi ditengah-tengah yaitu S1 dan S2.
M pada titik balik = 0 (seperti sendi)
Gaya geser pada S1 dan S2 adalah =
M pada kolom bawah =

H
2

H
xa
2

V dapat dicari dengan MS2 = 0


Dari seluruh struktur S1 C E F D S2.
Dengan meninjau kolom S1 . CE :
1. ME = 0
H
x (h1 + a) (a) cos 2 x h1 = 0 (a) didapat
2

2. KV = 0
-V + (a) sin 2 (c) sin 2 = 0 (c) didapat
3. MS1 = 0

H
x (h1 + a) (b) x (h1 + a) (c) cos 1 (h1 + a)
2
+ (a) cos 2 x a = 0 (b) didapat

25

26

Setelah didapatkan gaya, (a), (b), dan (c), maka gaya batang yang lain
dari kuda-kuda dapat dicari dengan Cremona, Kesetimbangan titik,
Ritter, dan sebagainya.

2. Kuda-kuda dengan pengaku dan perletakan bawah kolom sendi.

Struktur ini sapa seperti pada perletakan bawah kolom jepit. Gaya bat (a),
(b) dan (c) dapat dihitung seperti sebelumnya, hanya mengganti jarak a
dengan h.
Keuntungan kolom dengan perletakan sendi ini adalah :
Momen pada perletakan bawah/sendi = 0
Momen pada pondasi menjadi kecil, pondasinya menjadi murah
Namun momen pada kolomnya menjadi besar 2 kali dari pada kolom
percetakan jepit (h = 2a)

26

27

c.

Konstruksi 3 Sendi
Konstruksi ini adalah statis tertentu.
Dicari reaksi diperletakan dengan
persamaan :

H 0

V 0

N 0

dan M S 0
Didapat reaksi perletakan RAH, RAV,
RBH Dan RBV.
Kemudian gaya-gaya batangnya dicari dengan : Cremona, Kesetimbangan
Titik, Ritter, dan sebagainya.

d.

Konstruksi Portal Kaku (Gable Frame)


Konstruksi ini adalah statis tak
tentu.
Diselesaikan dengan cara cross,
clapeyron, slope deflection, tabel,
dan sebagainya.
Gaya yang bekerja pada batangbatangnya N, D dan M.
Batang menerima Nu dan Mu
perhitungan sebagai beam column.

STABILITAS STRUKTUR / KONSTRUKSI


Yang telah dibicarakan adalah konstruksi/struktur yang seolah-olah pada
suatu bidang. Konstruksi dalam bidang ini memang stabil, karena sudah
diperhitungkan terhadap gaya-gaya yang bekerja pada bidang tersebut.
Dalam kenyataannya konstruksi adalah berbentuk ruang, sehingga secara
keseluruhan konstruksi belum stabil, maka perlu diatur lagi dalam arah yang lain.

27

28

Contoh

Pada bidang kuda-kuda, konstruksi ini stabil, sebab sudah diperhitungkan


terhadap beban yang bekerja yaitu P dan H (angin / gempa)

Pada bidang yang bidang kuda-kuda, bila ada beban H bekerja dalam arah
ini, konstruksi akan roboh/terguling, jadi masih labil. Maka perlu distabilkan
dalam arah ini.
Konstruksi untuk memberikan stabilitas dalam arah ini dinamakan :
- Ikatan angin
- Ikatan pemasangan (montage)
Yang dipasang pada bidang atap dan pada bidang dinding.

5.

BANGUNAN GUDANG DENGAN IKATAN ANGIN DAN IKATAN


MONTAGE (PEMASANGAN)
Untuk menjaga kestabilan struktur rangka kuda-kuda akibat tiupan

angin/gempa diberikan ikatan angin dalam arah memanjang gudang.


Ikatan angin bersama-sama dengan gording dan rangka kuda-kuda
membentuk suatu rangka batang.
Karena ikatan angin ini diperlukan untuk menjamin stabilitas dalam arah
memanjang gudang, biasanya ditempatkan pada daerah ujung-ujung gudang saja.
Sedangkan bila gudangnya cukup panjang, maka diantaranya ditempatkan lagi
ikatan-ikatan pemasangan/Montage.

28

29

Rencana / Denah Atap

Seringnya dipasang ikatan angin memanjang, untuk memperkaku bidang atap


arah melintang.
-

Penggantung gording dipasang pada semua gording

Ikatan angin pada dinding /kolom untuk meneruskan beban angin ke


pondasi

Biasanya untuk ikatan angin digunakan batang lemas.


Batang ini hanya dapat menahan gaya tarik, tidak dapat menahan gaya
tekan.
Bila ada H1, yang bekerja batang (1) tarik
Bila ada H2, yang bekerja batang (2) tarik

29

30

Bentuk Dari Ikatan Angin Dan Ikatan Montage (Pemasangan)


1.

Pada Gudang Tertutup

2.

Pada Gudang Terbuka

1.

Ikatan angin pada gudang tertutup


Contoh

Potongan Memanjang

Gavel / Portal Akhir / End Frame


Letak regel vertikal sesuai dengan titik-titik rangka ikatan angin pada atap
Regel horizontal dipasang sesuai dengan panjang seng untuk dinding
Catatan : Anggapan Konservatif :
Bila dinding dipakai dingin bata bata, dianggap tidak tahan angin, perlu
dipasang ikatan angin pada dinding,

30

31

Bila dinding dipakai dinding bata 1 bata atau lebih dianggap dinding tahan
angin, tidak diperlukan ikatan angin pada dinding.

2.

Ikatan Angin pada Gudang Terbuka (tanpa dinding)

Bentuk lain ikatan memanjang

31

32

Termasuk tepi/akhir dipasang kuda-kuda


Pengaku/bracing/ikatan memanjang pada kolom biasanya dipasang
sepanjang bangunan.
Untuk

kuda-kuda

dengan

bentang

yang

besar

>

40

m,

pengaku/bracing/ikatan memanjang dipasang juga pada rangka kuda-kuda.


BEBAN YANG BEKERJA AKIBAT TIUPAN ANGIN
Pada Gudang Tertutup

Pada regel vertikal / kolom(3)


q = (c x w x a) jarak regel-regel vertikal
R3 = q . h3
M=

1
q . h32
8

N = berat atap + dinding + kolom


Maka regel kolom (3) bekerja beban-beban Mu, Nu perhitungan sebagai
beam column.
Analog untuk regel (1), (2), dan (4).
Beban yang bekerja pada ikatan angin pada atap adalah :

32

33

R1, R2, R3, R4 = gaya yang didapat dari reaksi pada regel (1), (2), (3) dan (4).
Akibat dari beban angin ini, maka dapat dicari yang bekerja pada rangka
batang ikatan angin;
Batang atas kuda-kuda mendapat beban tambahan
Gording mendapat beban tambahan
Maka batang atas dari kuda-kuda dan gording harus diperhitungkan akibat
beban tambahan ini.
Gording pada rangka batang ikatan

Sebagai gording terjadi Mu


Sebagai rangka ikatan angin terjadi Nu perhitungan gording sebagai beam
column.
Dengan jarak L bracing, dapat diambil jarak-jarak dari baut pengikat seng

gelombang.

33

34

Ikatan angin pada dinding

Koefisien angin C :
-

Pada gevel c = 0,9

Pada dinding // c = - 0,4

* Angin bertiup pada dinding gevel


* Angin bertiup pada dinding samping
Didalam memperhitungkan beban ikatan angin pada dinding, kedua arah angin
ini harus ditinjau.
Gaya yang bekerja pada Ikatan Angin Dinding
Contoh

34

35

R = (R1 + R2 + R3 +
V=

R4
)
2

2 R2 . f3 2 R3 . f3 R4 . f 4
2. L

Diterima oleh kolom.

Dari beban beban ini, maka dapat dihitung gaya-gaya pada rangka batang
ikatan angin dinding.
Regel (2) menerima beban :
2

1
L
Beban mati qy My = qy
8
3

Beban angin c = 0,9; 0,4 dan 0,4; 0,9


Beban angin qx Mx =

1
qx . L2
8

Beban normal N angin dari gerel (=R)


Regel (1) menerima Mux, Muy perhitungan sebagai beam column.

Regel (1) menerima beban :

35

36

1
L
Beban mati qy My = qy
8
3

Beban angin c = 0,9 qx Mx =

1
qx . L2
8

Regel (1) menerima Mux, Muy perhitungan sebagai balok.


Beban angin pada Ikatan Angin Gevel
Contoh

Pada Gudang Terbuka

36

37

Angin bertiup pada bidang atap (= angin 1) ditahan oleh kuda-kuda dan
kolom
Angin bertiup pada // bidang atap atau bidang kuda-kuda (= angin 2)
menabrak kuda-kuda, ditahan oleh ikatan angin :
-

Ikatan angin pada atap

Ikatan/bracing/pengaku memanjang pada kolom.


Merupakan

struktur

statis

tak

tentu

penyelesaian statikanya kuda-kuda dengan


kolom yang dilakukan.
Beban pada akhirnya, harus sampai ke
pondasi.

Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan untuk Pertimbangan Batang


*

Pada Konstruksi rangka batang kuda-kuda


-

Pada batang tarik diperhitungkan Anetto

Pada batang tekan diperhitungkan panjang tekuk Lk

Lkx : Panjang tekuk arah vertikal


Lky : Panjang tekuk arah horizontal
*

Konstruksi console / Cantilever

37

38

Lkx : Panjang tekuk arah vertikal =


Lky : Panjang tekuk arah horizontal = 4
Jika diberi ikatan khusus seperti tergambar maka Lky 2

38

Anda mungkin juga menyukai