a. Genteng
-
Kemiringan atap : 30 60
arah memanjang
arah melintang
10-20
20 cm
2,5 gelombang
20-40
15 cm
1,5-2,5 gelombang
45
10 cm
1,5 gelombang
Angin yang kuat dapat mengangkat atap, maka gording perlu diikat kuat
pada kuda-kuda
2. PERHITUNGAN GORDING
Beban-beban yang dipikul oleh gording adalah :
1.beban mati
2.beban hidup
3.beban angin / beban sementara
b.Terpusat
P = 100 kg
Terhadap sb x x profil :
Beban mati : MXD =
(q cos ) L2
1
8
1
8
P : MXL =
(q cos ) L2
1
4
(P cos ) L2
Terhadap sb y y profil :
Beban mati : MYD =
1
8
(q sin ) ( 13 ) 2
1
8
(q sin ) ( 13 )2
1
4
(P sin ) ( 13 )2
c = koefisien angin
M xw Wx L2
8
M yw 0
Mu yang bekerja :
Mux = 1,4 MxD
= 1,2 MxD + 1,6 MxL + 0,5 (MxLa atau MxH )
= 1,2 MxD + 1,6 (MxLa atau MxH ) + (L . MxL atau 0,8 Mxw)
= 1,2 MxD + 1,6 MxL + L . MxL + 0,5 (MxLa atau MxH )
Muy = sama seperti Mux
1) Kontrol Kekuatan Gording
M
M ux
uy 1
M nx M uy
= 0,9
Mnx = Momen nominal profil terhadap sb x - x
Mny = Momen nominal profil terhadap sb y - y
Mny = diambil momen nominal sayap atas profil
Penyederhanaan penyelesaian (Structural Steel Design Galambos hal
196)
a.
dipikul
dipikul oleh
profil penuh
Zy = tf . bf2
Zy profil
2
b.
2) Kontrol Lendutan
Lendutan terjadi f =
fx 2 fy 2 f
gording
180
Rumus lendutan : f =
5 q . L4
.
384 E . I
F=
1 P . L3
.
48 E . I
= 16,48 cm2
= 13,2 kg/m1
Zx = 74 cm3
Zy = 15 cm3
Ix = 412 cm4
Iy = 29,2 cm4
a) Kontrol Kekuatan Profil
Beban mati (D)
Berat seng = 1,756 x 8
= 14,05 kg/m1
Beban profil
= 13,2 kg/m1 +
27,25 kg/m1
= 2,72 kg/m1 +
q = 29,97 kg/m1 30 kg/m1
MxD =
1
1
(q cos ) L2 = (30 cos 20) 6,62 = 153,5 kg . m
8
8
MyD =
1
1
L
(q sin ) = (30 sin 20) (2,2)2 = 6,21 kg . m
8
8
3
1
1
(q cos ) L2 = (33 cos 20) 6,62 = 168,85 kg . m
8
8
2
1
1
L
MyL = (q sin ) = (33 sin 20) (2,2)2 = 6,83 kg . m
8
8
3
b) Beban hidup berpusat P = 100 kg
MxL =
1
1
(p cos ) L =
(100 cos 20) 6,6 = 155,1 kg . m
4
4
MyL =
1
1
L
(p sin ) =
(100 cos 20) 2,2 = 18,81 kg . m
4
4
3
(.. + 20 kg/m2)
Angin hisap ini tidak bisa melawan beban (D + L), maka angin
hisap ini tidak menentukan tidak perlu diperhitungkan.
Besarnya momen berfaktor Mu
10
Mu = 1,2 MD + 1,6 ML
Mux = 1,2 x 153,2 + 1,6 x 155,1 = 432,36 kg . m (bb. mati + bb.
hidup terpusat p)
Muy = 1,2 x 16,21 + 1,6 x 18,81 = 49, 548 kg . m (bb. mati + bb.
hidup terpusat p)
Pers. Interaksi :
M uy
M ux
1
b . M nx b . M ny
bf
p
2tf
Penampang kompak
p
tw
bf
6
3,75
2tf 2 x 0,8
170 170
p
11,0
fy
240
h
9,1
15,2
tw 0,6
1680
p
180
240
Maka Mnx = Mpx
E
fy
10
11
= 1,76 x 1,32
2,1 x106
= 68,72 cm
2400
1
tf . bf2) x fy
4
1
= ( x 0,8 x 62) x 2400 = 17280 kg . cm
4
= 172,8 kg . m
Pers Interaksi:
432,6/0,9.1776 + 49,548/0,9.172,28 1
0,584 1......................ok (profil agak kebesaran)
Perlu juga dikontrol kombinasi pembebanan dari beban mati + beban
hidup merata q.
KONTROL LENDUTAN:
Lendutan ijin = L/180 (untuk gording)
Dicari fx = lendutan thd. Sb x-x profil
fy = lendutan thd. Sb. y-y profil
(f
fx 2 fy 2 ) f
Dimana :
f x1
f x2
5 (q cos ) L4
Lendutan akibat bb. Merata
384
EI x
1 ( P cos ) L3
L
(q sin )
5
3 Lendutan akibat bb. Merata
f x1
384
EI y
3
L
(q sin )
1
3 Lendutan akibat bb. Terpusat
f x1
48
EI y
11
12
12
13
3.
PELAT SIMPUL
Untuk mempersatukan dan menyambung batang-batang yang bertemu di
13
14
w = letak lubang
e dan w = dapat dilihat pada tabel profil
Ab
= Luas baut
= diameter baut
tp
Banyaknya baut :
n1
Dn
Rn `
n2
Vn
Rn `
14
15
n3
( H u 2 H u1 )
Rn
(batang menerus)
n min = 2
Dn
Rn `
n2
Vn
Rn `
n3
H u1
Rn
n4
H n2
Rn
15
16
16
17
17
18
Selisih gaya Hu1 dan Hu2 di terima oleh 5 baut, maka pada potongan (a)
(a) menerima gaya sebesar
2
(Hu1 Hu2)
5
2
(Hu1 Hu2) + Du1 cos
5
Mu =
2
(Hu1 Hu2) S1 + Du1 x S2
5
t N nt b M n v .Vn
= t.h
An
= t . h - A lubang
fy
fu
1
t . h2 A lubang x jarak
4
18
19
Hu2
(diketahui Hu2 < Hu1)
2
Maka pada potongan (a) (a) bekerja gaya :
Hu2
)
2
Hu2
) + Du1 cos 1
2
Nut = (Hu1 -
Vu = Du1 sin 1
Momen
Mu = (Hu1 -
Hu2
) x S1 + Du1 x S2
2
19
20
t . N nt b . M n v .Vn
Cukup kuat
Tidak terlalu banyak sisa pelat akibat bentuk dari pelat simpul
20
21
Contoh:
21
22
4.
H
2
Cremona
22
23
Keseimbangan titik
Ritter
Dan lain-lain
Karena itu untuk mendukung kuda-kuda ini, harus dipakai kolom dengan
perletakan bawah jepit.
23
24
H
. h adalah
2
cukup besar. Maka bila struktur ini yang dipilih pada tanah yang jelek,
pondasinya akan mahal.
Dicari penyelesaian suatu bentuk struktur agar pondasi tidak terlalu mahal.
b.
sering
didalam
makhluk
diselesaikan
dengan
cara
pendekatan/sederhana yaitu :
Bila beban vertikal (gravitasi) yang bekerja, struktur dianggap statis
tertentu, yang bekerja pada kolom gaya V saja. Selanjutnya gaya-gaya
batang KRB dicari dengan : Cremona, Kesetimbangan Titik, Ritter, dan
sebagainya.
24
25
H
2
H
xa
2
2. KV = 0
-V + (a) sin 2 (c) sin 2 = 0 (c) didapat
3. MS1 = 0
H
x (h1 + a) (b) x (h1 + a) (c) cos 1 (h1 + a)
2
+ (a) cos 2 x a = 0 (b) didapat
25
26
Setelah didapatkan gaya, (a), (b), dan (c), maka gaya batang yang lain
dari kuda-kuda dapat dicari dengan Cremona, Kesetimbangan titik,
Ritter, dan sebagainya.
Struktur ini sapa seperti pada perletakan bawah kolom jepit. Gaya bat (a),
(b) dan (c) dapat dihitung seperti sebelumnya, hanya mengganti jarak a
dengan h.
Keuntungan kolom dengan perletakan sendi ini adalah :
Momen pada perletakan bawah/sendi = 0
Momen pada pondasi menjadi kecil, pondasinya menjadi murah
Namun momen pada kolomnya menjadi besar 2 kali dari pada kolom
percetakan jepit (h = 2a)
26
27
c.
Konstruksi 3 Sendi
Konstruksi ini adalah statis tertentu.
Dicari reaksi diperletakan dengan
persamaan :
H 0
V 0
N 0
dan M S 0
Didapat reaksi perletakan RAH, RAV,
RBH Dan RBV.
Kemudian gaya-gaya batangnya dicari dengan : Cremona, Kesetimbangan
Titik, Ritter, dan sebagainya.
d.
27
28
Contoh
Pada bidang yang bidang kuda-kuda, bila ada beban H bekerja dalam arah
ini, konstruksi akan roboh/terguling, jadi masih labil. Maka perlu distabilkan
dalam arah ini.
Konstruksi untuk memberikan stabilitas dalam arah ini dinamakan :
- Ikatan angin
- Ikatan pemasangan (montage)
Yang dipasang pada bidang atap dan pada bidang dinding.
5.
28
29
29
30
2.
1.
Potongan Memanjang
30
31
Bila dinding dipakai dinding bata 1 bata atau lebih dianggap dinding tahan
angin, tidak diperlukan ikatan angin pada dinding.
2.
31
32
kuda-kuda
dengan
bentang
yang
besar
>
40
m,
1
q . h32
8
32
33
R1, R2, R3, R4 = gaya yang didapat dari reaksi pada regel (1), (2), (3) dan (4).
Akibat dari beban angin ini, maka dapat dicari yang bekerja pada rangka
batang ikatan angin;
Batang atas kuda-kuda mendapat beban tambahan
Gording mendapat beban tambahan
Maka batang atas dari kuda-kuda dan gording harus diperhitungkan akibat
beban tambahan ini.
Gording pada rangka batang ikatan
gelombang.
33
34
Koefisien angin C :
-
34
35
R = (R1 + R2 + R3 +
V=
R4
)
2
2 R2 . f3 2 R3 . f3 R4 . f 4
2. L
Dari beban beban ini, maka dapat dihitung gaya-gaya pada rangka batang
ikatan angin dinding.
Regel (2) menerima beban :
2
1
L
Beban mati qy My = qy
8
3
1
qx . L2
8
35
36
1
L
Beban mati qy My = qy
8
3
1
qx . L2
8
36
37
Angin bertiup pada bidang atap (= angin 1) ditahan oleh kuda-kuda dan
kolom
Angin bertiup pada // bidang atap atau bidang kuda-kuda (= angin 2)
menabrak kuda-kuda, ditahan oleh ikatan angin :
-
struktur
statis
tak
tentu
37
38
38