Anda di halaman 1dari 13

INTISARI

HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN TINGKAT KEMAMPUAN


DALAM MELAKUKAN AKTIVITAS DASAR SEHARI-HARI PADA
LANSIA DI PANTI WERDHA ASIH KWARASAN SUKOHARJO.

Lilis Murtutik, Utami Dewi


Latar Belakang: Proses penuaan adalah fenomena alamiah yang bisa terjadi pada semua
manusia sebagai akibat bertambahnya, umur. Keadaan ini bila tidak diatasi dengan baik akan
menimbulkan berbagai masalah. Masalah fisik berupa penurunan fungsi indera dan sistem
organ. Masalah mental fisikologi yang dijumpai antara lain sumber penghasilan yang
menurun, kehilangan sumber pendapatan, kehilangan orang-orang yang dicintai karena
sudah meninggal lebih dahulu dan anak-anak yang tidak tinggal serumah lagi. Dewasa ini
banyak keluarga dengan berbagai alasan dan pertimbangan menempatkan anggota
keluarganya yang lansia kepanti Werdha, antara lain di Panti Werdha Asih Kwarasan
Sukoharjo.
Tujuan Penelitian: mengetahui hubungan tingkat depresi dengan tingkat kemampuan
melakukan aktivitas dasar sehari-hari pada lansia yang tinggal di Panti Werdha Asih
Kwarasan Sukoharjo.
Metode Penelitian: penelitian kuantitatif, non eksperimental, deskriptif korelational dengan
pendekatan Cross Sectional. Populasi 29 orang, sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi sebanyak 15 orang. Instrumen yang digunakan skala L-MMPI, GDS dan Barthel
Index. Statistik non parametric dengan uji Spearman. Correlations. Hasil penelitian :
Diketahui responden yang mengalami depresi ringan sebanyak 12 responden (80%) dan
depresi sedang berat 3 responden (20%). Hasil uji korelasi Spearman diperoleh nilai -0,550
dengan p = 1,000; hal ini menunjukan ada hubungan yang kuat dan signifikan serta
berlawanan arah antara tingkat depresi dengan tingkat kemampuan dalam melakukan
aktivitas dasar sehari pada lansia yang tinggal di Panti Werdha Asih Kwarasan Sukoharjo.
Simpulan: semakin tinggi tingkat depresi semakin turun kemampuan dalam melakukan
aktivitas dasar sehari-hari pada lansia di yang tinggal di Panti Werdha Asih Kwarasan
Sukoharjo

PENDAHULUAN

intestinal, sistem urogenital dan sistem

Permasalahan fisik yang dijumpai

mekanisme

dalam

pada lansia yaitu penurunan berbagai

Permasalahan

fungsi

sering dijumpai

organ

penglihatan,

tubuh

diantaranya

pendengaran,

tubuh

lainnya.

psikis atau mental

yang

antara lain penurunan

indera

sumber penghasilan karena sudah tidak

pengecap, perabaan, sistem pernafasan,

produktif lagi, kehilangan sebagian atau

sistem

keseluruhan

kardiovaskuler,

sistem

gastro

sumber

pendapatan,

kehilangan anak-anak karena sudah tidak

bagi lingkungannya. Lansia dengan tingkat

tinggal bersama lagi, kehilangan pasangan

ketergantungan tinggi akan mengalami

hidup,

gangguan sensori yang

merasa

sudah

tidak

berguna,

merasa tidak berdaya lagi.


Menurut

Nugroho

ketidakmampuan
(2000)

menua secara linier dapat


melalui

tiga

tahap,

proses

digambarkan

yaitu

kelemahan

dalam

permasalahan tersendiri bagi lansia.


Depresi

merupakan

kesehatan

keterlambatan

didapatkan pada lansia.

ketidak

mampuan

memenuhi

kebutuhan dasar dan dapat menimbulkan

(impairment), keterbatasan (disability) dan


atau

menyebabkan

jiwa

yang

masalah

paling

sering

Depresi dapat

(handicap) yang akan dialami bersamaan

timbul secara spontan ataupun sebagai

dengan proses kemunduran. Gambaran

reaksi

fungsi

dalam kehidupan seperti cacat fisik atau

tubuh

pada

lansia

mengenai

terhadap

kekuatan atau tenaga menurun sebesar

penurunan

88%, fungsi penglihatan menurun 72 %

berakibat mereka menjadi tergantung pada

kelenturan tubuh sebesar 64 %, daya ingat

orang

sebesar 61%, daya pendengaran sebesar

(Setyabudi, 1999). Depresi merupakan

67 %, dan bidang seksual sebesar 86%.

gangguan yang cukup berat di masyarakat,

Menghadapi berbagai keterbatasan

fungsi

perubahan-perubahan

lain,

dan

tubuh

yang

suasana

akan

dukacita

di Inggris terdapat 500 episode per tahun

fisik, psikis dan sosial tersebut mereka

dalam

membutuhkan bantuan dan perhatian dari

penderita baru tiap 300 penderita per

orang lain untuk mencapai rasa tenteram,

tahun, dalam hal ini tidak termasuk depresi

nyaman, kehangatan dan perlakuan yang

ringan. Jumlah penderita yang dirawat di

layak

rumah sakit

Nugroho

dari

lingkungannya.
(2000)

lansia

Menurut
dengan

ketergantungan tinggi akan menjadi beban

seratus ribu penduduk atau 15

30 40 orang dari semua

penderita yang masuk untuk rawat inap


(Surilena,

2006),

sedangkan

menurut

Setyabudi

(1999)

depresi

diperkirakan

ketidakmampuan mengurus diri sendiri

merupakan penyakit yang cukup banyak

sehingga

didapat di AS terdapat 48 juta tiap 200

kemampuan anak atau anggota keluarga

juta penduduk. Sartorius memperkirakan

yang lebih muda. Lansia yang menemukan

10 30 persen dari pasien yang berobat

dirinya dengan banyak keterbatasan dalam

ke dokter umum atau spesialis lain adalah

proses berpikir, daya ingat, kecepatan

penderita

gerak, kekuatan fisik, penurunan fungsi

depresi.

Laporan

mengenai

harus

indra

masyarakat adalah sebagi berikut di AS 5

semenarik dahulu akan mempengaruhi

8 % meliputi seluruh kasus depresi, di

kondisi psikososialnya.Tanpa disadari hal

Inggris 4 16 % pria dan 8 25 % wanita

ini

meliputi seluruh kasus depresi (Kurniawan,

tersendiri bagi lansia yang kalau kurang

2004).

atau

pola

kehidupan

di

masyarakat

ada

akan

tidak

kondisi

fisik

menimbulkan

bisa

yang

dengan

prevalensi depresi berdasarkan survei di

Seiring dengan adanya perubahan

dan

tunduk

tidak

permasalahan

mengantisipasi

dapat

menimbulkan depresi (Kuntjoro, 2002).


Berdasarkan studi pendahuluan yang

kecenderungan semakin banyak keluarga

dilakukan peneliti

dengan berbagai alasan dan pertimbangan

Werdha Asih Kwarasan Sukoharjo pada

menempatkan anggota keluarganya yang

bulan 22 September 2008 diperoleh data

lansia ke Panti Werdha. Panti werdha

bahwa lansia yang tinggal di panti tersebut

memberikan

sebanyak 28 orang, usia mulai 70-91

perhatian

kepada

lansia,

tahun,

tergantung kepada orang lain dan mampu

mengalami keterbatasan mobilitasi gerak

membantu

hidup

dan sangat membutuhkan pertolongan

mandiri. Ketidak berdayaan lansia untuk

orang lain dalam melakukan aktivitas dasar

mempertahankan

sehari-hari. Kondisi seperti inilah yang

sendiri

atau

kemauannya

dan

orang

diantaranya

Panti

mengupayakan agar mereka tidak terlalu

dirinya

pada lansia di

telah

menjadi salah satu pemicu timbilnya gejala

60 tahun ke atas, proses lansia ini

depresi.yang terlihat dalam sikap dan

berlangsung secara terus menerus sebagai

perilaku lansia. Untuk itu peneliti merasa

kelanjutan dari masa dewasa dan dengan

perlu

ditandai

melakukan

Tingkat

penelitian

Depresi

dengan

Hubungan
Tingkat

Kemampuan Melakukan Aktivitas Dasar

berbagai

gejala

dan

tanda

kemunduran fisik dan psikis.


Depresi

sehari hari Pada Lansia di Panti Werdha

Depresi merupakan suatu gangguan

Asih Kwarasan Sukoharjo.

jiwa dengan gejala sedih, merasa sendiri,

Landasan Teori

putus

asa,

rendah

diri

dan

disertai

Seorang yang telah mencapai usia

gangguan psikomotorik atau kadang terjadi

60 tahun ke atas disebut dengan lansia

agitasi, menarik diri dari pergaulan sosial

atau lanjut usia (Dep Kes, 2002) Lansia

dan terdapat gangguan napsu makan

merupakan suatu proses progresif pada

berubah, gangguan tidur (Kaplan dan

individu yang telah mencapai kematangan

Saddock,

intrinsik

Pedoman Penggolongan dan diagnostik

dan bersifat irreversible dan

1997).

Sedangkan

menurut

gejala

gangguan jiwa III di Indonesia (Dep.Kes,

kemunduran fisik. Proses ini tidak dapat

2004) depresi adalah sekumpulan gejala

dihindari sebab merupakan proses alamiah

dengan gambaran utama gangguan mood

yang dialami semua orang (Dep Kes,

yang mempengaruhi penampilan kognitif,

2002).

psikomotor

ditandai

dengan

Sedangkan

berbagai

menurut

Nugroho

(2000) masa lansia merupakan kelanjutan


dari

masa

dewasa,

kesimpulan

dari

dan

psikososial

disertai

kesulitan hubungan interpersonal.


Berkaitan dengan rasa sakit dan

pengertian di atas yaitu lansia merupakan

ketidakmampuan,

depresi

merupakan

suatu proses alami yang terjadi pada

istilah yang digunakan dalam istilah sehari-

seorang individu yang telah mencapai usia

hari yang menggambarkan suatu pengaruh

subyektif, mood atau suasana hati yang

c. ketergantungan sedang

ditahan selama jangka waktu yang lama,

d. ketergantungan berat

emosi yang merupakan indikasi obyektif,

e. ketergantungan total.

gangguan yang menunjukan gejala yang

Teori tentang perawatan diri yang

khusus.

Mood

sedih

atau

depresi

merupakan reaksi normal terhadap ketidak


sesuaian atau kehilangan.

Aktivitas Dasar Sehari hari

hari pada lansia meliputi

kemampuan

aktivitas dasar dalam alih posisi fisik, misal


duduk, tidur, mobilisasi, penggunaan toilet
(ke atau dari WC, menyiram, menyeka,

membersihkan
mengeringkan,

memakai
diri

tujuan

keperawatan

untuk

celana),

(cuci

menyisir

diterapkan pada individu yang sakit, pada


bayi, usia lanjut, individu

Kemampuan aktivitas dasar sehari-

dan

pada

memandirikan pasien. Model ini dapat

Kemampuan Lansia dalam Pemenuhan

melepas

diperkenalkan oleh Orem menekankan

muka,
rambut,

menggosok gigi), mengontrol buang air


besar, mengontrol buang air kecil, mandi,

geraknya
pengobatan,

karena
dan

(Friedman, 2001).
dijadikan

dasar

yang dibatasi

suatu
lain

tindakan
sebagainya

Teori tersebut dapat


dalam

pemberian

perawatan pada lansia dalam memenuhi


kebutuhan aktivitas dasar sehari-harinya.
Aktivitas dasar sehari-hari adalah suatu
kelompok macam kegiatan yang dilakukan
oleh individu dalam mengurus dirinya
sendiri (Gallo, 1998).

berpakaian, makan, minum, naik dan turun


Metode Penelitian

tangga ( Nugroho, 2000).


Pemenuhan aktivitas

dasar sehari

hari pada lansia dikategorikan:

Jenis Penelitian
Jenis

penelitian

adalah

a. mandiri atau tanpa bantuan

penelitian kuantitatif, non eksperimental

b. ketergantungan

yaitu suatu penelitian dimana variabelnya

berupa

kategori-kategori

yang

disusun

menurut kuantitas, besarnya atau nilainya

lansia di Panti Werdha Asih Kwarasan


Sukoharjo.

dapat dinyatakan dengan angka dan tidak


melakukan

percobaan

atau

perlakuan

Populasi dan Sampel

terhadap variabel independennya dan tidak

Populasi dalam penelitian ini adalah

mengukur akibat percobaan tersebut pada

semua lansia yang berada di Panti Werdha

variabel

2005).

Asih Kwarasan Sukoharjo saat dilakukan

gunakan

penelitian. Berdasarkan studi pendahuluan

deskriptif korelational dengan pendekatan

yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal

Cross Sectional

yaitu suatu metode

22 September 2008 diketahui populasi

penelitian yang dilakukan dengan tujuan

lansia di panti werdha Asih kwarasan

untuk membuat gambaran tentang suatu

sebanyak 27 orang. Sampel penelitian ini

keadaan secara objektif tentang hubungan

diambil dari semua lansia yang tinggal di

antara dua variabel pada sekelompok

Panti Werdha Asih Kwarasan Sukoharjo

subjek,

yang masih dapat diajak komunikasi dan

dependen

Sedangkan

(Sugiyono,

metode

penelitian

ini

yang

dilakukan

untuk

melihat hubungan antara variabel satu

mandiri yaitu sebanyak 15 orang.

dengan yang lainnya dan dikumpulkan

Analisa Data

secara simultan atau dalam waktu yang


bersamaan (Notoatmodjo, 2002).
Rancangan
diskriptif
penelitian

penelitian

korelasi

yaitu

dengan

ini

terkumpul baik dari studi dokumentasi,


adalah

rancangan

maksud

Analisa data dilakukan setelah data

untuk

kuesioner

maupun wawancara langsung

dengan langkah sebagi berikut:


1.

Melakukan

pengecekan

kembali

menggambarkan hubungan antara tingkat

data-data yang diperoleh kelengkapan data

depresi

dan isian data.

dengan

tingkat

kemampuan

melakukan aktivitas dasar sehari-hari pada

2.

Tabulasi data, meliputi :

a.

Tingkat depresi berdasarkan Skala

perangkat lunak program SPSS for window

Depresi Geriatrik yang berisi 15 butir

versi

pertanyaan tentang kejadian yang dialami

korelasi dapat menghasilkan angka positif

subyek penelitian. Jawaban ya pada item

atau negatif.. Jika korelasi menghasilkan

pertanyaan nomer 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 12,

angka positif (+) berarti hubungan ke dua

14, 15 masing-masing mendapat skor 1.

variabel searah. yaitu bila variabel bebas

Jawaban tidak pada butir pertanyaan

besar maka variabel terikat juga besar,

nomer 1, 5, 7, 11 dan 13 masing-masing

sedangkan

mendapat skor 1.

negatif(-) berarti hubungan tidak searah

b.

Tingkat

kemampuan

dalam

14,0. Seperti diketahui bahwa

menghasilkan

angka

yaitu bila variabel bebas besar maka

melakukan aktivitas dasar sehari hari

variabel

yang

menggunakan

bila

terikat

menjadi

kecil.

Angka

Barthel

Index

korelasi berkisar 0 sampai dengan 1, jika

Selanjutnya

untuk

angka mendekati 1 maka hubungan ke dua

tingkat

variabel semakin kuat dan sebaliknya bila

kemampuan dalam aktivitas dasar sehari

korelasi mendekati 0 maka hubungan

hari dengan tingkat depresi dilakukan uji

kedua variabel semakin lemah Sugiyono

statistik

(2005)

Interpretasi

Skor

mengetahui

hubungan

non

parametrik

Spearmans

dengan

antara

korelasi

dari

menggunakan

Hasil Penelitian
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Kemampuan Aktivitas Dasar
Tabel Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Kemampuan Aktivitas Dasar Sehari- Hari
Pada Lansia di Panti Werdha Asih
No

KEGIATAN

Transfer
posisi

KEMAMPUAN
atau alih Mandiri
Dibantu satu orang

12
2

80
13.33

6
7

10

Mobilisasi
Penggunaan
toilet
(ke/dari
WC,
menyiram, menyeka,
lepas/pakai celana)
Membersihkan
diri
(lap
muka,
sisir,
gosok gigi)

Mengontrol BAB

Mengontrol BAK
Mandi
Berpakaian

Makan

Naik Turun Tangga

Berdasarkan

tabel

Dibantu dua orang


Tidak mampu
Mandiri
Dibantu satu orang/
walker
Kursi roda
Tak mampu
Mandiri
Perlu pertolongan
sebagian
Tergantung orang lain
Mandiri
Perlu bantuan orang lain

1
0
6
8

6,67
0
40
53,3

1
0
14
1

6.67
0
93,33
6,67

0
14
1

0
93,33
6,67

Kontinen teratur
Kadang-kadang
inkontinen
inkontinen
Mandiri
Kadang-kadang
inkontinen
inkontinen
Mandiri
Tergantung orang lain
Mandiri
Sebagian dibantu
Tergantung orang lain
Mandiri
Sebagian dibantu
Tergantung orang lain
Mandiri
Perlu Pertolongan
Tidak Mampu

6
9

40
60

0
10
5

0
66,66
33,34

0
14
1
11
4
0
11
4
0
5
10
0

0
93,33
6,67
73.33
26.67
0
73.33
26.67
0
33.34
66,66
0

di

atas

adalah mandiri yaitu sebanyak 12 orang

menunjukkan bahwa tingkat kemampuan

(80%), yang membutuhkan bantuan satu

aktivitas dasar responden adalah sebagai

orang sebanyak

berikut :tingkat kemampuan dasar dalam

yang perlu bantuan dua orang sebanyak 1

hal kemampuan transfer atau alih posisi

orang (6,67%). Kemampuan mobilisasi

(tidur duduk, duduk tidur, tidur- berdiri,

yang

duduk berdiri ) yang paling banyak

membutuhkan bantuan satu orang/ walker

paling

2 orang ( 13,33%) dan

banyak

adalah

yang

yaitu sebanyak 8 orang (53,33%),

yang

kontinen teratur. Kemampuan responden

masih mapu mandiri sebanyak 6 orang

untuk mengontrol BAK yang masih mandiri

(40%) dan yang membutuhkan bantuan

sebanyak 10 orang (66.66 %) dan yang

kursi roda sebanyak 1 orang

(6,67%).

kadangkadang inkontinen sebanyak 5

dalam

orang (33,34%). Kemampuan responden

penggunaan toilet yang paling banyak

untuk melakukan aktivitas mandi yang

adalah responden yang masih mampu

mandiri sebanyak 14 orang ( 93,33%) dan

mandiri yaitu sebanyak 14 orang (93,33%),

yang tergantung pada orang lain sebanyak

yang membutuhkan bantuan orang lain

1 orang (6,67%). Kemampuan responden

sebanyak 1 orang ( 6,67%). Kemampuan

untuk melakukan aktivitas makan yang

responden untuk membersihkan diri yaitu

masih mampu mandiri sebanyak 11 orang

sebanyak 14 orang (93.33 %) masih

(73,33%) dan yang membutuhkan orang

mampu mandiri dan 1 orang (6,67%).

lain

Kemampuan responden untuk mengontrol

Kemampuan

BAB, yang paling banyak adalah kadang-

membutuhkan pertolongan sebanyak 10

kadang inkontinen yaitu sebanyak 9 orang

orang

(60%) dan 6 orang responden (40%)

sebanyak 5 orang (33,34%).

Kemampuan

responden

sebanyak

(66,66%)

orang

responden

dan

26,67%).
yang

yang

mandiri

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Ketergantungan Pemenuhan Kebutuhan Dasar


Sehari-hari
Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Ketergantungan
Aktivitas Dasar Sehari-hari
No
Tingkat Ketergantungan
F
%
1

Mandiri/ Tanpa Bantuan

20

Ketergantungan Ringan

12

80

Ketergantungan Sedang

Ketergantungan Berat

Pemenuhan

Ketergantungan Total
Jumlah

Berdasarkan
ketergantungan
dibedakan

tabel

15

100

tingkat

responden

menjadi

orang responden (20%)

dapat

tingkatan

masih mampu

mandiri.

yaitu

Hasil

analisa

bivariat

dengan

mandiri/ tanpa bantuan, ketergantungan

menggunakan program SPSS for Windows

ringan,

versi 10.0 uji statistik non parametric

ketergantungan

sedang,

ketergantungan berat dan ketergantungan

Corellations

total.

mengetahui ada tidaknya hubungan antara

Berdasarkan

ditemukan

bahwa

mengalami

hasil

penelitian

responden

ketergantungan

Spearmans

tingkat kemampuan aktivitas dasar sehari-

ringan

hari dengan tingkat depresi pada lansia

Hubungan kedua variabel dapat dilihat pada tabel di bawah ini:


Tabel Hasil Uji Korelasi Spearmans

SGD

rho

SGD

Barthel

1.000

-.550(*)

Sig. (2-tailed)

.034

15

15

-.550(*)

1.000

Sig. (2-tailed)

.034

15

15

Correlation
Coefficient

Barthe Correlation
l

untuk

yang

sebanyak 12 orang (80%) dan sebanyak 3

Spearman's

yaitu

Coefficient

Berdasarkan tabel 10, uji korelasi di atas dapat diketahui bahwa hasil korelasi
pengukuran depresi (SDG) dengan kemampuan responden dalam melakukan aktivitas
dasar sehari-hari menunjukkan angka 0,550. Angka ini menunjukkan hubungan yang
berlawanan arah yaitu jika kemampuan untuk melakukan aktivitas dasar sehari-hari
sangat menurun maka tingka depresi akan meningkat. kuat dan sebaliknya bila
kemampuan untuk melakukan aktivitas dasar sehari-hari meningkat maka akan terjadi
penurunan depresi dan sebagai indikatornya adalah tingkat depresi pada responden.
Hasil angka signifikansi pada uji tersebut menunjukkan p = 1.000; hasil ini mempunyai
makna bahwa ada korelasi yang sangat kuat dan signifikan antara ke dua variabel.
Pembahasan
Tingkat depresi
Berdasarkan tingkat depresi pada responden ditemukan bahwa responden
mayoritas menunjukkan gejala depresi ringan sebanyak 12 responden

dan yang

menunjukkan gejala depresi sedang sampai berat sebanyak 3 responden. Hasil ini bila
dikaitan dengan kemampuan responden dalam melakukan aktivitas dasar sehari-hari.

Tingkat kemampuan melakukan aktivitas dasar sehari-hari


Kemampuan responden yang

mengalami kemunduran secara fisik mulai

membutuhkan bantuan orang lain dalam alih posisi, sebagian yang mulai bergantung
pada orang lain untuk melakukan aktivitas gerak tertentu misal naik turun tangga 10
orang responden membutuhkan bantuan orang lain, untuk mobilisasi gerak sebagian
responden membutuhkan alat bantu atau pertolongan orang lain, dalam berpakaian
sebanyak 4 responden (26,67%) telah membutuhkan bantuan orang lain. Hal inilah
yang menjadi penyebab timbulnya depresi pada lansia. Sesuai dengan teori yang
Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 1, No. 1, Februari 2012

11

diungkapkan oleh

Notoatmodjo (2002) bahwa lansia yang mengalami berbagai

keterbatasan dalam proses berpikir daya ingat, kecepatan gerak, kekuatan fisik,
penurunan fungsi indra dan kondisi fisik

akan berpengaruhi terhadap kondisi

psikososialnya, dan akan menimbulkan permasalahan bagi lansia dan kemungkinan


menyebabkan timbulnya depresi.

Simpulan
Berdasarkan uraian dalam BAB sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa:
1.

Ada hubungan yang kuat dan signifikan antara tingkat kemampuan untuk

melakukan aktivitas dasar sehari-hari dengan tingkat depresi pada lansia di panti
Werdha Asih Kwarasan Sukoharjo (p= 1,000).
2.

Ada korelasi yang kuat dan berlawanan antara tingkat kemampuan untuk

melakukan aktivitas dasar sehari-hari dengan tingkat depresi pada lansia di panti
Werdha Asih Kwarasan Sukoharjo dengan hasil uji korelasi - 0,550.
3.

Hipotesa dalam penelitian ini terbukti yaitu ada hubungan antara tingkat

kemampuan untuk melakukan aktivitas dasar sehari-hari dengan tingkat depresi pada
lansia di panti Werdha Asih Kwarasan Sukoharjo
DAFTAR PUSTAKA

BPS, 2003. Indikator Kesejahteraan Rakyat. BPS.Jakarta


Cuningham, dkk, 2006. Pengantar Statistik Kesehatan. Jakarta: EGC.
Departemen Kesehatan RI, 2002. Pedoman Pengelolaan Kesehatan Pasien Geriatri,
Jakarta.
______, 2004. Pedoman Pengelolaan Kegiatan Kesehatan di Kelompok Usia Lanjut.
Jakarta

Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 1, No. 1, Februari 2012

12

Effendy N, (1998) Dasar- dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat Edisi 2. EGC,


Jakarta
Friedman, M.M. 2001. Keperawatan Keluarga Teori dan Praktik. EGC, Jakarta.
Gallo. J.J ( 1998) . Buku Saku Gerontologi. Edisi 2 Alih Bahasa James Veldman,
EGC.Jakarta.
Hadi. S. (2004) Metodologi Research. Yogyakarta
Hardywinoto. 2005. Panduan Gerontologi, Tinjauan dari Berbagai Aspek. Jakarta :
Gramedia.
Kaplan and Saddock. 1997. Sinopsis Psikiatri. Binarupa Aksara.
Jakarta.
Kaplan and Saddock. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat.
Jakarta.Widya Medika.
Moore, Keith L Dalley, Arthur F, Clinical Oriented Anatomy, Lippincott Williams &
Wilkins, Philadelphia, 2004, hal 199
Niswan, M. 1998 . Karakteristik Lansia dan Tingkat Kemampuan Dalam Melaksanakan
Aktivitas Dasar dan Instrumental SehariHari di Panti Werdha Hanna Yogyakarta.
(Skripsi). Tidak diterbitkan. Yogyakarta: Fakultas Kedotekteran UGM. Yogyakarta.
Nugroho W. (2000) Keperawatan Geriatriik Edisi 2. EGC. Jakarta.
Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Salemba Medika. Yogyakarta.
Notoatmodjo. S (1997) Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta . Jakarta
_____, 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta
Rining H. 2003 Hubungan Tingkat Kemampuan Dalam Aktivitas Dasar Sehari-Hari
dengan Tingkat Depresi Pada Lansia yang Tinggal Di Panti Sosial Tresna Werdha
Abiyoso Jogyakarta( Skripsi). Tidak diterbitkan. Yogyakarta: Fakultas Kesehatan.
Univeristas Ahmad Dahlan. Yogyakarta

Saman. 2005. Hubungan Pengetahuan Aktivitas Dasar Sehari-hari (ADS) Dengan


Perilaku Sehat Lanjut Usia di PSTW Yogyakarta Unit Budhi Luhur, Skripsi, PSIK,FK
UGM. Yogyakarta.

Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 1, No. 1, Februari 2012

13

Anda mungkin juga menyukai