Anda di halaman 1dari 30

STRUKTUR TEORI AKUNTANSI

Makalah
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Teori Akuntansi yang
diampu oleh Aristanti Widyaningsih, S.Pd., M.Si

Disusun Oleh:
Yanick Iglesias

(1204401)

RinnaMuliawati S. (1204102)
Hosianna Eria

(1204042)

Manuella Gracia

(1206585)

Yogie Rahmanda P. (1204357)


Siska Depiantili

(1203504)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah tentang Struktur Teori
Akuntansi. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata mata kuliah Teori
Akuntansi.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu penyusunan makalah ini:
1. Allah S.W.T, yang telah memberikan nikmat yang tiada banding kepada
penyusun, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik.
2. Ibu Aristanti Widyaningsih, S.Pd., M.Si selaku dosen mata kuliah Teori
Akuntansi yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini.
3. Kedua orang tua dan keluarga penulis yang telah mendukung, memotivasi,
mendoakan, memberikan kasih saying serta memberikan fasilitas kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar.
4. Dan kepada seluruh pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu
karena telah membantu kami.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari
segi penyusunan, bahasan ataupun penulisannya. Oleh karena itu, kami menerima
segala kritik dan saran yang bersifat membangun, khususnya dari dosen mata
kuliah Teori Akuntansi guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman kami untuk
lebih baik di masa yang akan datang.
Akhir kata kami berharap karya tulis ini dapat bermanfaat khususnya bagi
diri penyusun dan umumnya bagi semua orang.

Bandung, Oktober 2015


Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2
1.3 Maksud dan Tujuan..................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
KAJIAN TEORI................................................................................................................3
2.1 Struktur Teori Akuntansi..........................................................................................3
2.2 Definisi Postulat Akuntansi, Konsep Teoritis, dan Prinsip-Prinsip...........................3
BAB III..............................................................................................................................5
PEMBAHASAN................................................................................................................5
3.3 Postulat-postulat Akuntansi......................................................................................5
3.3.1 Postulat Entitas (Entity).....................................................................................5
3.3.2 Postulat Kelangsungan Usaha (going concern).................................................5
3.3.3 Postulat unit pengukur (Unit Of Measure).........................................................6
3.3.4 Postulat Periode Akuntansi................................................................................7
3.4 Konsep-konsep Teoritis Akuntansi...........................................................................8
3.4.1. Teori Proprietary/Teori Kepemilikan...............................................................8
3.4.2 Teori Entitas......................................................................................................8
3.4.3 Teori dana (Fund Theory)..................................................................................9
3.4.4 The enterprise Theory......................................................................................10
3.5 Prinsip-prinsip Dasar Akuntansi.............................................................................10
3.5.1 The Cost Principle...........................................................................................10
3.5.2 The Revenue Principle.....................................................................................11
3.5.3.The Matching Principles.................................................................................13
3.5.4 Prinsip Objektivitas (Objectivity Principles)...................................................13
3.5.5 Prinsip Konsistensi (Consistency Principle)....................................................14

3.5.6 Prinsip Pengungkapan Penuh (Disclosure Principle)......................................15


3.5.7 Prinsip Konservatisme (Conservatims Principle)............................................16
3.5.8 Prinsip Materialitas (Materiality Principle).....................................................17
3.5.9 Prinsip Keseragaman dan Kompabilitas..........................................................17
BAB IV............................................................................................................................20
PENUTUP.......................................................................................................................20
4.1 Simpulan................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Apresiasi penuh pada lingkup akuntansi sekarang dan masa mendatang
tergantung pada pemahaman teknik akuntansi maupun struktur teori akuntansi di
mana teknik diturunkan. Pengembangan struktur teori akuntansi untuk
memberikan justifikasi yang lebih baik pada aturan-aturan dan teknik-teknik yang
telah ada dimulai dengan pengujian yang dilakukan oleh Paton tentang fondasi
dasar akuntansi.
Untuk mengetahui teori akuntansi, pada dasarnya yang harus dipelajari
terlebih dahulu yaitu kita harus menganalisis dan bisa mengurai unsur-unsur teori
akuntansi itu sendiri. Salah satu upaya untuk itu adalah mengenal elemen-elemen
teori akuntansi. Teori akuntansi keuangan dibangun untuk mengembangkan
akuntansi keuangan yang sesuai dan bermanfaat bagi para pemakainya, struktur
teori akuntansi itu dimulai dari perumusan tujuan laporan keuangan, baru dari
tujuan ini dirumuskan apa itu postulat, konsep, prinsip, dan akhinrya standar
akuntansi yang merupakan pedoman atau teknik penyusunan laporan keuangan.
Dalam mendefinisikan akuntansi terdapat pandangan yang berbeda-beda.
Pada perkembangan saat ini akuntansi dapat kita definisikan dengan mengacu

pada konsep informasi. Akuntansi adalah aktivitas jasa. Fungsinya adalah


menyediakan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan tentang
entitias ekonomik yang diperkirakan bermanfaat dalam pembuatan-pembuatan
keputusan ekonomik, dalam membuat pilihan antara alternatif tindakan yang ada.
Para akuntan memliki pandangan yang berbeda-beda tentang proses
akuntansi dalam menguraikan perbedaan teori-teori akuntansi. Sebelum menguji
pendekatan-pendekatan tradisional dalam perumusan teori akuntansi, akan lebih
baik apabila dilakukan pengujian terhadap beberapa pandangan yang telah
membentuk perkembangan akuntansi keuangan.
Tujuan utama teori akuntansi adalah menyajikan suatu dasar dalam
memprediksikan dan menjelaskan perilaku serta kejadian-kejadian akuntansi.
Teori didefinisikan sebagai kumpulan gagasarn (konsep), definisi, dan dalil yang
menyajikan suatu pandangan sistematis tentang fenomena, dengan menjelaskan
hubungan antar variabel yang ada dan bertujuan untuk menjelaskan serta
memprediksikan fenomena tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Dari uraian diatas, kami merumuskan beberapa masalah:
1. Bagaimana struktur teori akuntansi?
2. Bagaimana hakikat postulat akuntansi?
3. Bagaimana konsep teoritis akuntansi?
4. Bagaimanakah prinsip-prinsip akuntansi?
1.3 Maksud dan Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, maksud dan tujuan penulisan makalah ini ialah:

1. Memahami tentang struktur dari teori akuntansi


2. Memahami tentang hakikat postulat akuntansi
3. Memahami konsep teoritis akuntansi
4. Memahami prinsip-prinsip akuntansi

BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Struktur Teori Akuntansi


Riahi dan Belkaoui (2000:170) menyatakan pendekatan dan metodologi
apa pun yang digunakan dalam penyusunan teori akuntansi (deduktif atau
induktif, normatif atau deskriptif), kerangka acuan yang dihasilkan didasarkan
pada serangkaian elemen dan hubungan yang mengatur pengembangan teknik
akuntansi. Struktur teori akuntansi menurut Harahap (2007) merupakan elemen
yang saling berkait yang menjadi pedoman pengembangan teori dan penyusunan
teknik-teknik akuntansi. Struktur teori akuntansi terdiri dari beberapa elemenelemen berikut ini:
1. Rumusan tentang tujuan laporan keuangan yang diperoleh dari para
pemakai laporan keuangan.
2. Rumusan tentang postulat yang dirumuskan dari tujuan laporan keuangan.
3. konsep teoritis akuntansi yang terkait dengan asumsi-asumsi lingkungan
dan sifat unit akuntansi. Postulat dan konsep teoritis diturunkan dari
pernyataan tujuan.
4. Rumusan tentang prinsip-prinsip dasar yang didasarkan pada postulat dan
konsep teoritis yang menjelaskan sifat-sifat dan kualitas dasar akuntansi
keuangan.
5. Standar atau teknik akuntansi sebagai pedoman penyusunan laporan
keuangan sesuai kebutuhan para pemakai, yang dirumuskan dari prinsip
akuntansi utama.

2.2 Sifat Postulat Akuntansi, Konsep Teoritis, dan Prinsip-Prinsip


Dalam teori akuntansi kita sering dibingungkan oleh istilah-istilah yang
agak mirip, tetapi mempunyai arti yang berbeda seperti istilah: aksioma, postulat,
konsep, convention, generalization, praktik, prosedur, prinsip, standar, norma dll.
Kebingungan seperti itu dapat dihindari dengan mempertimbangkan penyusunan
struktur teori akuntansi secara deduktif, proses interaktif di mana tujuan akuntansi
menyediakan dasar untuk postulat dan konsep teoritis dari mana teknik-teknik
diturunkan.
Postulat

akuntansi

adalah

pernyataan

yang

dapat

membuktikan

kebenarannya sendiri atau disebut juga aksioma yang sudah diterima karena
kesesuaiannya dengan tujuan laporan keuangan yang menggambarkan aspek
ekonomi, politik, sosiologi dan hukum di suatu lingkungan dimana akuntansi itu
beroperasi.
Konsep teoritis akuntansi adalah pernyataan yang dapat membuktikan
kebenarannya sendiri atau disebut juga aksioma yang juga sudah diterima umum
karena kesesuaiannya dengan tujuan laporan keuangan, yang menggambarkan
sifat entitas akuntansi yang disajikan sesuai dengan kebutuhan dan penekanannya
yang berperan dalam ekonomi bebas yang ditandai oleh kepemilikan pribadi.
Prinsip akuntansi adalah sifat-sifat yang mendasari akuntansi dan seluruh
output-nya, termasuk laporan keuangan yang dijabarkan dari tujuan laporan
keuangan, postulat akuntansi, dan konsep teoritis akuntansi yang merupakan sifat
dan kualitas dasar dari akuntansi keuangan yang menjadi dasar dalam
pengembangan teknik atau prosedur akuntansi yang dipakai dalam menyusun
laporan keuangan.
Standar (teknik) akuntansi adalah peraturan-peraturan khusus yang
dijabarkan dari Prinsip Dasar Akuntansi, yang mengatur tentang bagaimana
standar perlakuan pencatatan dan pelaporan terhadap semua transaksi atau
kejadian tertentu yang dialami oleh entitas.

BAB III
PEMBAHASAN

3.3 Postulat-postulat Akuntansi


3.3.1 Postulat Entitas (Entity)
Akuntansi mencatat hasil kegiatan operasi dari suatu entity (lembaga atau
peruahaan) yang terpisah dan dibedakan dari pemilik. Menurut konsep ini kita
bisa menyusun laporan keuangan sesuai dengan kebutuhan pemakainya, maka
setiap perusahaan dianggap sebagai uni akuntansi yang terpisah dari pemiliknya.
Berdasarkan pengertian ini maka yang menjadi objek dan perhatian dari akuntansi
yang dimasukkan ke dalam laporan keuangan adalah kejadian yang dialami oleh
lembaga atau perusahaan dan bukan merupakan gabungan dengan pribadi
pemiliknya. Konsep ini disebut dengan firm oriented.
Dari sisi lain konsep entity ini dilihat dari kepentingan ekonomi dari
beberapa konsumen laporan keuangan suatu entity bukan dari kegiatan
administrasi lembaga tadi. Pengertian ini disebut dengan user oriented. Dalam
konsep ini yang menjadi perhatian dalam penyusunan laporan keuangan adalah
para pemakainya. Informasi apa yang diinginkan pemakai itulah yang dilaporkan
dalam laporan keuangan . Untuk mengetahui apa yang diinginkan para pemakai
laporan, perlu diketahui :
1. Kepentingan para pemakai laporan
2. Sifat-sifat dari para pemakai laporan
Contoh yang paling jelas di sini adalah Akuntansi Sosial, Akuntansi
Lingkungan, Akuntansi SDM, dll. Dalam bidang ini yang menjadi dasar bertolak
adalah apa yang diinginkan oleh para pemakai laporan keuangan dan bukan
tentang apa maunya teori akuntansi.

3.3.2 Postulat Kelangsungan Usaha (going concern)


Postulat kelangsungan usaha, atau postulat kontinuitas, menyatakan bahwa
entitas akuntansi akan terus beroperasi untuk melaksanakan proyek, komitmen,
dan aktivitas yang sedang berjalan. Postulat mengasumsikan bahwa perusahaan
tidak diharapkan untuk dilikuidasi di masa mendatang yang dapat diketahui dari
sekarang atau bahwa entitas akan terus beroperasi untuk periode waktu yang tidak
tertentu. (Riahi dan Belkaoui.2000:172)
Postulat ini memberikan pembenaran terhadap penilaian aset secara
historical cost dan book value bukan current value atau liquidation value. Dalam
asumsi ini seolah dinyatakan bahwa nilai atau harga yang terdapat dalam laporan
keuangan didasarkan pada asumsi bahwa perusahaan ini tidak akan dilikuidasi
atau dijual sehingga nilai dari aset atau utang dari perusahaan yang akan
dibubarkan. Pada kenyatannya, nilai aset pada perusahaan yang sudah berhenti
dan menunggu akan dibubarkan umumnya berbeda atau jauh lebih rendah dari
perusahaan yang masih terus berjalan. Postulat ini juga membenarkan metode
alokasi

akuntansi

seperti

pembebanan

penyusutan,

penyisihan,

konsep

konservatisme maupun amortisasi selama masa penggunaannya tau selama


perusahaan berjalan.
Postulat going concern ini juga dapat dipergunakan untuk mendorong agar
manajer bersikap forward looking, melihat jauh ke depan dan investor pun dengan
pemahaman ini diharapkan ia akan bersedia menanamkan modalnya dalam
perusahaan dalam jangka waktu yang lama atau terus menerus agar ia
mendapatkan value added dari kinerja perusahaan.

3.3.3 Postulat unit pengukur (Unit Of Measure)


Postulat ini, yang disebut juga monetery unit postulate menganggap bahwa
setiap transaksi harus diukur dengan suatu alat ukur atau alat tukar yang seragam.

Alat ukur yang dipakai dalam akuntansi adalah alat ukur moneter. Postulat ini
menimbulkan 2 keterbatasan akuntansi berikut ini:
1. Akuntansi terbatas pada pemberian informasi dalam satuan moneter tanpa
mencatat informasi non moneter lainnya yang relevan. Sehingga akuntansi
dianggap

hanya

menginformasikan

sebatas

kuantitatif,

formal,

terstruktur, dapat diaudit, angka-angka dan berorientasi pada masa lalu.


Informasi non akuntansi dianggap kualitatif, informal, penjelasan, tidak
dapat diaudit dan berorientasi pada masa depan. Namun para ahli pada saat
ini teus berupaya agar informasi yang diberikan oeh akuntansi keuangan
dapat memasukkan aspek kualitatif melalui berbagai instrumen laporan.
2. Unit moneter itu sendiri sifatnya berfluktuasi tergantung pada kemampuan
daya beli. Pada kenyataannya, daya beli itu tidak stabil karena termakan
oleh inflasi sehingga informasi keuangan yang disajikannya akan
kehilangan relevansi, maka muncullah yang dikenal dengan akuntansi
inflasi atau menggunakan metode penilaian current cost.

3.3.4 Postulat Periode Akuntansi


Riahi

dan

Belkaoui

(2000:174)

menjelaskan

meskipun

postulat

kelangsungan usaha menyatakan bahwa perusahaan akan tetap ada untuk periode
waktu yang tidak terbatas, pemakai meminta berbagai informasi tentang posisi
keuangan dan kinerja perusahaan untuk membuat keputusan jangka pendek.
Sebagai tanggapan terhadap kendala yang disebabkan lingkungan pemakai,
postulat periode akuntansi menyatakan bahwa laporan keuangan yang
menggambarkan

perubahan

dalam

kesejahteraan

perusahaan

seharusnya

diungkapkan secara periodik.


Panjangnya periode waktu dapat bervariasi tetapi hukum pajak
penghasilan yang mensyaratkan penentuan income dengan dasar tahunan dan
praktik bisnis tradisional, menggunakan periode normal satu tahun. Meskipun

kebanyakan perusahaan menggunakan periode akuntansi yang terkait dengan


tahun kalender, beberapa perusahaan menggunakan tahun fiskal atau tahun bisnis
alami. Bila siklus bisnis tidak berhubungan dengan tahun kalender akan lebih
bermanfaat untuk mengakhiri periode akuntansi ketika aktivitas bisnis telah
mencapai titik terendah. Karena kebutuhan akan informasi yang tepat waktu,
relevan dan sering, kebanyaka perusahaan juga menerbitkan laporan interim yang
menyediakan informasi keuangan triwulanan atau bulanan. Studi empiris tentang
reaksi pasar modal atas penerbitan laporan interim dan dampaknya terhadap
keputusan investasi pemakai mengindikasikan kegunaan laporan interim. Untuk
menjamin kredibilitas laporan interim, Accounting Principles Board menerbitkan
APB Opinion No.28, yang mensyaratkan laporan interim seharusnya didasarkan
pada prinsip akuntansi dan praktik yang sama dengan yang digunakan dalam
pembuatan laporan tahunan. (Riahi dan Belkaoui.2000:174)
3.4 Konsep-konsep Teoritis Akuntansi
3.4.1. Teori Proprietary/Teori Kepemilikan
Menurut Riahi dan Belkaoui (2000:17)

teori proprietary merupakan

entitas sebagai agen, perwakilan atau susunan melalui wirausahawan individual


atau pengoperasi pemegang saham. Sudut pandang kelompok pemilik sebagai
pusat kepentingan terefleksi dalam cara memelihara catatan akuntansi dan
membuat laporan keuangan. Tujuan utama teori proprietary adalah untuk
menentukan dan menganalisis kekayaan bersih pemilik, dengan persamaan
akuntansi:

Aset - Utang = Ekuitas Pemilik.

Persamaan ini dibaca : pemilik memiliki aset dan sekaligus memiliki


kewajiban, sehingga kekayaan bersihnya adalah kekayaan perusahaan dikurangi
dengan kewajiban perusahaan. Oleh karena itu, teori ini berorientasi pada neraca

10

(balance sheet oriented). Aset dinilai dan neraca disajikan untuk mengetahui dan
mengukur perubahan hak dan kekayaan pemilik, sedangkan penghasilan dan biaya
dianggap sebagai kenaikan atau penurunan harta kekayaan pemilik bukan
dianggap berasal dari investor atau pengambilan pemilik sehingga biaya dan
dividen adalah pengambilan modal.
Beberapa istilah akuntansi yang dipengaruhi oleh teori ini adalah seperti
penyajian dividen per share, earning per share, equity method dalam pencatatan
perkiraan investasi pada perusahaan lain dan lain-lain.

3.4.2 Teori Entitas


Teori entitas memandang entitas sebagai sesuatu yang terpisah dan berbeda
dari pihak yang menyediakan modal pada entitas. Secara sederhana, unit bisnis,
bukan pemilik, merupakan pusat kepentingan akuntansi. Unit bisnis memiliki
sumber daya perusahaan dan bertanggung jawab terhadap pemilik maupun
kreditor. Menurut teori ini, persamaan akuntansinya adalah:

Aset = Ekuitas
Aset= Utang+ Ekuitas Pemegang saham
Aset adalah hak perusahaan, ekuitas menunjukkan sumber aset yang
berasal dari kreditor atas pemilik yang merupakan kewajiban bagi perusahaan.
Kreditor dan pemilik sebenarnya adalah pemilik perusahaan yang merupakan
tempat di mana perusahaan memiliki kewajiban. Baik kreditor dan pemegang
saham adalah pemilik ekuitas, meskipun mereka memiliki hak yang berbeda
terkait dengan income, control, risiko,dan likuidasi. Laba adalah milik entity
sebelum dibagikan kepada pemilik.

11

Teori ini berorientasi pada laporan laba rugi (income statement oriented).
Pertanggungjawaban pada pemilik dilakukan dengan cara mengukur pestasi
kegiatan dan prestasi keuangan yang ditunjukkan perusahaan. Dengan demikian,
income merupakan kenaikan equity pemilik atau kenaikan kewajiban perusahaan
kepada pemilik. Setelah dikurangi hak kreditor kenaikan equity pemilik terjadi
setelah dividen dikeluarkan dan laba ditahan tetap dianggap sebagai hak milik
perusahaan sampai suatu saat dibagikan. Dalam teori ini pajak dan bunga
pinjaman dianggap sebagai bagian laba untuk pemerintah dan kreditor. Oleh
karena itu, bukan biaya.
Beberapa pengaruh teori ini pada pencatatan dan penyajian akuntansi
adalah :
1. Penggunaan LIFO dalam menilai persediaan pada masa inflasi. Metode ini
lebih baik dalam penentuan pendapatan dari pada FIFO di masa inflasi.
2. Penyajian laporan keuangan konsolidasi.
3. Definisi tentang revenue dan expenses yang lazim sesuai dengan konsep
ini.

3.4.3 Teori dana (Fund Theory)


Menurut teori yang dikemukakan W.Y Vatter (1995) dalam Harahap
(2007) ini yang menjadi perhatian bukan pemilik dan bukan pula perusahaan,
tetapi sekelompok aset yang ada dan kewajiban yang harus ditunaikan disebut
fund yang masing-masing pos memiliki aturan dalam penggunaannya. Dengan
demikian teori dana menganggap bahwa unit usaha merupakan sumber ekonomi
(dana) dan kewajiban yang ditetapkan sebagai pembatasan-pembatasan terhadap
penggunaan aset atau dana tersebut. Persamaan akuntansinya adalah:
Aset = Pembatasan Aset

12

Dalam persamaan ini unit akuntansi didefinisikan dalam istilah aset. Dan
penggunaan aset ini adalah terbatas. Kewajiban merupakan suatu pembatasan
ekonomi secara hukum terhadap penggunaan aset. Teoi dana ini memusatkan
perhatian pada harta atau asset centered dalam arti kata yang menjadi pusat
perhatiannya adalah penggunaan aset yang dibatasi. Teori ini berorientasi pada
laporan sumber dan penggunaan dana. Laporan ini menggambarkan sumber dari
mana dana dan ke mana penggunaan dana perusahaan. Umumnya teori ini berlaku
untuk organisasi pemerintah atau non profit (nirlaba).

3.4.4 The Enterprise Theory


Sejalan dengan kemajuan sosial dan meningkatnya pertanggungjawaban
publik oleh perusahaan, maka konsep teoritis akuntansi juga berubah. Hal ini
terbukti dengan munculnya enterprise theory ini. Sekarang ini perusahaan besar
biasanya harus memperhatikan berbagai kepentingan khususnya kepentingan
masyarakat secara umum. Dalam konsep teori ini yang menjadi pusat perhatian
adalah keseluruhan pihak atau kontestan yang terlibat atau yang memiliki
hubungan baik langsung maupun tidak langsung dengan perusahaan. Misalnya
pemilik, manajemen, masyarakat, pemerintah, kreditor, pegawai dan pihak yang
berkepentingan lainnya. Dalam teori ini pihak-pihak ini harus diperhatikan dalam
penyajian informasi laporan keuangannya. Menurut teori ini akuntansi jangan
hanya mementingkan informasi bagi pemilik perusahaan, tetapi juga pihak lainnya
juga yang memberikan kontribusi langsung dan tidak langsung kepada eksistensi
dan keberhasilan suatu perusahaan atau lembaga. Munculnya employee reporting,
human

resources

accounting,

value

added

reporting,

enviromenmental

accounting, socio-economic accounting merupakan fenomena yang sejalan


dengan teori ini.

13

3.5 Prinsip-prinsip Dasar Akuntansi


APB Statement No.4 memberikan sembilan prinsip dasar akuntansi
sebagai berikut:
3.5.1 The Cost Principle
Menurut pendapat ini, cost principle atau disebut juga acquisition cost
adalah dasar penilaian yang tepat untuk mencatat perolehan barang, jasa, biaya,
harga pokok dan equity. Dengan kata lain, setiap perkiraan dinilai berdasarkan
harga pertukarannya pada tanggal perolehan.
APB statement No.4 mendefinisikan cost sebagai berikut :
Cost adalah suatu jumlah tertentu yang diukur dalam bentuk uang dari kas
yang dibelanjakan atau barang lain yang diserahkan , modal saham yang
dikeluarkan, jasa yang diberikan, atau utang yang dibebankan sebagai
imbalan dari barang dan jasa yang diterima atau akan diterima.
Kelemahan dari prinsip ini yang paling utama adalah akibat nilai uang atau
kemampuan daya beli yang tidak stabil sehingga bisa terjadi kemungkinan
kesalahan pembaca dalam membaca laporan keuangan yang disajikan secara cost
principle.

3.5.2 The Revenue Principle


Prinsip ini menjelaskan sifat dan komponen, pengukuran dan pengakuan
revenue sebagai salah satu elemen penyusunan laporan laba rugi. Ketiga aspek
tersebut dijelaskan sebagia berikut :
a. Sifat dan komponen dari revenue
Pada umumnya revenue telah ditafsirkan sebagai:

14

1. Arus masuk net aset seagai akibat penjualan barang dan jasa
2. Arus keluar barang dan jasa dari perusahaan kepada langganan
3. Produksi perusahaan sebagai akibat dari semata-mata penciptaan barang
dan jasa oleh perusahaan selama periode tertentu
Perbedaan tersebut timbul akibat perbedaan pandangan tehadap apa yang
dianggap termasuk dalam revenue.
Ada dua pandangan tentang revenue, yaitu sebagai berikut :
1. Secara luas, revenue termasuk seluruh hasil dari perusahaan dan kegiatan
investasi. Termasuk revenue adalah seluruh perubahan net aset yang
timbul dari kegiatan produsi dan dari laba rugi yang berasal dari penjualan
aktiva dan investasi.
2. Secara sempit, revenue hanya berasal dari kegiatan produksi, dan tidak
termasuk laba rugi yang berasal dari penjualan aktiva tetap.
b. Pengukuran Revenue
Revenue merupakan nilai yang diukur menurut produk atau jasa yang
ditukar dengan cara transaksi yang objektif.
Nilai di sini dapat berupa :
1. Net Cash atau Equivalent
2. Nilai discounted dari uang yang diterima atau akan diterima sebagai
imbalan pertukaran barang dan jasa yang diserahkan perusahaan kepada
langganannya.
Dari nilai ini, dua penafsiran yang muncul yaitu :

15

1. Potongan harga dan pengurangan lain dari harga tetap. Hal ini perlu
disesuaikan untuk menghitung net cash yang sebenarnya atas nilai
diskonto uang yang diklaim yang harus dikurangi untuk menghitung
revenue.
2. Untuk transaksi yang buan melalui kas, nilai tukarnya dianggap sama
dengan nilai pasar wajar dari jumlah yang akan diterimayang paling
mudah dan paling jelas dapat dihitung.
c.

Waktu pengakuan revenue


Umumnya diakui revenue dan income yang diperoleh dalam semua tahap

siklus operasi. Namun karena ada kesulitan mengalokasikan revenue dan income
ke tahap yang berbeda dari suatu siklus operasi, akuntan menggunakan prinsip
realisasi untuk memilih sebuah peristiwa kritis dalam siklus untuk waktu
pengakuan revenue dan income.
Dasar penjualan untuk pengakuan revenue dibenarkan karena :
1. Harga produk dapat diketahui dengan pasti
2. Pertukaran telah diakhiri dengan pengiriman barang, sehingga diperoleh
pengetahuan yang objektif akan kos yang terjadi
3. Dalam artian realisasi, penjualan merupakan peristiwa krusial
Dasar penyelesaian produksi untuk pengakuan revenue dapat dibenarkan
ketika pasar stabil dan harga stabil tersedia untuk komoditi standar. Dasar
pembayaran untuk pengakuan revenue dibenarkan ketika penjualan akan
dilakukan dan ketika pengakuan akurat yang memadai tidak dapat diberlakukan
untuk produk yang ditransfer.

16

3.5.3.The Matching Principles


Prinsip ini mengatur agar pembebanan biaya harus dilakukan pada periode
yang sama dengan periode pengakuan hasil. Hasil diakui pada periode menurut
prinsip pengakuan hasil dan biaya akan dibebankan sesuai periode itu.
Akuntansi untuk biaya ini mencakup dua tahap yaitu :
1. Cost dikapitalisasi sebagai aset yang merupakan harta yang menyimpan
sejumlah jasa dan keuntungan.
2. Setiap aset dihapuskan dan dibebankan sebagai biaya untuk menilai bagian
dari aset itu yang dibebankan untuk menghasilkan revenue selama periode
itu.
Dengan demikan, yang dianut di sini adalah accrual basis accounting bukan cash
basis accounting.
Kaitan antara hasil dan biaya tergantung pada empat kemungkinan sebagai
berikut :
1. Pengurangan langsung biaya terhadap revenue seperti pada harga pokok
penjualan mengurangi penjualan.
2. Pengurangan langsung biaya menurut periodenya, seperti gaji direksi
3. Alokasi biaya pada periode yang memberikan keuntungan, misalnya biaya
penyusutan.
4. Membiayakan seluruh cost pada periode yang dibebankan kecuali dapat
ditunjukkan bahwa pengeluaran akan memberikan keuntungan di masa
yang akan datang, bukan pada periode itu, seperti biaya promosi.

17

3.5.4 Prinsip Objektivitas (Objectivity Principles)


Kegunaan informasi keuangan tergantung pada tingkat realibilitas
prosedur pengukuran yang digunakan. Karena menjamin realibilitas maksimum
adalah sangat sulit, akuntan telah menggunakan prinsip objektivitas untuk
menjustiikasi

pemilihan

prosedur

pengukuran

yang

digunakan.

Prinsip

objektivitas mempunyai interpretasi yang berbeda-beda yaitu :


1. Pengukuran objektivitas merupakan ukuran yang tidak bersifat personal,
dalam pengertian bebas dari bias personal pengukurnya. Dengan kata
lain, objektivitas merujuk pada realitas eksternal yang independen dari
orang yang menerimanya.
2. Pengukuran

objektivitas

merupakan

pengukuran

variable,

dalam

pengertian bahwa pemgukuran didasarkan pada bukti,


3. Pengukuran objektivitas merupakan hasil dari consensus diantara
kelompok pengamat atau pengukur tertentu. Pandangan ini juga
memandang bahwa objektivitas tergantung pada kelompok pengukur
tertentu.
4. Ukuran penyebaran atas distribusi pengukuran digunakan sebagai
indicator tingkat objektivitas suatu system pengukuran termaksud.

3.5.5 Prinsip Konsistensi (Consistency Principle)


Riahi

dan

Belkaoui

(2000:185-186)

menjelaskan

bahwa

prinsip

konsistensi menyatakan bahwa peristiwa ekonomi yang serupa seharusnya dicatat


dan dilaporkan secara konsisten dari periode ke periode. Prinsip ini berimplikasi
bahwa prosedur akuntansi yang sama akan diterapkan dalam item serupa
sepanjang lebih berguna. Kecenderungan dalam data akuntansi dan hubungan
dengan faktor-faktor eksternal akan terungkap secara lebih akurat bila prosedur
pengukuran yang komparabel telah digunakan. Demikian pula, distorsi jumlah

18

income dan neraca dan kemungkinan manipulasi laporan keuangan dapat dihindari
dengan penggunaan prosedur akuntansi yang konsisten sepanjang waktu.
Konsistensi juga merupakan batasan bagi pengguna laporan keuangan yang
komparabel dari sebuah perusahaan selama beberapa waktu, sehingga
mempertinggi kegunaan laporan. Dalam opini standar, akuntan publik mengakui
prinsip konsistensi dengan memperhatikan apakah laporan keuangan telah dibuat
sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umu yang diterapkan dengan dasar
yang konsisten dengan tahun sebelumnya atau belum.
Prinsip konsistensi tidak menghalangi perusahaan mengubah prosedur
akuntasi ketika hal tersebut dapat dibenarkan dengan perubahan keadaan, atau jika
prosedur altenatif lebih baik. Menurut APB Opinion No. 20, perubahan yang
dapat menjustifikasi perubahan prosedur adalah :
1. Perubahan dalam prinsip akuntansi
2. Perusahaan dalam estimasi akuntansi
3. Perubahan dalam entitas pelaporan
Perubahan ini harus terefleksi dalam akun dan dilaporkan dalam laporan
keuangan secara retroaktif untuk perubahan entitas akuntansi, secara prospektif
untuk perubahan dalam estimasi akuntansi, dan secara umum dan segera untuk
perubahan dalam prinsip akuntansi.

3.5.6 Prinsip Pengungkapan Penuh (Disclosure Principle)


Terdapat konsensus umum dalam akuntansi bahwa terdapat pengungkapan
data akuntansi yang penuh (full), wajar (fair) dan cukup (adequate).
Pengungkapan penuh mensyaratkan bahwa laporan keuangan didesain dan dibuat
untuk menggambarkan secara akurat peristiwa ekonomi yang telah mempengaruhi
perusahaan untuk suatu periode dan memuat informasi yang memadai untuk
membuat laporan berguna dan tidak menyesatkan bagi rata-rata investor. Secara

19

lebih eksplisit, prinsip pengungkapan penuh berimplikasi bahwa tidak ada


informasi penting atau kepentingan bagi rata-rata investor yang menghilangkan
atau disembunyikan. (Riahi dan Belkaoui.2000:186)
Skinner memberikan perhatian pada beberapa permasalahan yang
seharusnya menjadi subjek pengungkapan penuh :
1. Rincian tentang kebijakan dan metode akuntansi, terutama bila diperlukan
pertimbangan dalam penerapan metode akuntansi, bila metode khas untuk
entitas pelaporan tertentu, atau bila metode akuntansi alternatif dapat
digunakan.
2. Informasi tambahan untuk membantu analisis investasi atau untuk
mengindikasikan hak berbagai pihak yang memiliki klaim atas pelaporan
entitas.
3. Perubahan dari tahun sebelumnya dalam kebijakan dan metode akuntansi
yang digunakan dan dampak perubahan tersebut.
4. Aset, utang, biaya dan revenue yang timbul dari transaksi dengan pihak
lain yang memiliki kepentingan pengendalian atau dengan direktur atau
karyawan yang memiliki hubungan khusus dengan entitas pelaporan.
5. Aset, utang, dan komitmen bersyarat
6. Transaksi keuangan atau transaksi operasi lainnya yang terjadi setelah
tanggal neraca yang memiliki dampak material terhadap posisi keuangan
entitas sebagaimana telah digambarkan dalam laporan akhir tahun.
(Riahi dan Belkaoui.2000:186-187)

20

3.5.7 Prinsip Konservatisme (Conservatims Principle)


Prinsip konservatisme merupakan prinsip pengecualian atau modifikasi
dalam artian bahwa prinsip tersebut bertindak sebagai batasan untuk penyajian
data akuntansi yang relevan dan reliable. Prinsip konservatisme menyatakan
behwa ketika memilih diantara dua atau lebih teknik akuntansi yang dapat
diterima, maka preferensinya adalah memilih yang paling kecil dampaknya
terhadap ekuitas pemegang saham. Secara lebih spesifik, prinsip ini menunjukkan bahwa lebih disukai melaporkan nilai terendah untuk asset dan revenue dan
nilai tertinggi untuk utang dan expenses. Prinsip konservatisme kemudian
menyatakan bahwa akuntan secara umum menggambarkan perilaku pesimistik
ketika memilih teknik akuntansi untuk pelaporan keuangan. Untuk mencapai
tujuan pemahaman income sekarang dan asset, prinsip konservatisme mungkin
mendorong perlakuan yang merupakan penyimpangan dari pendekatan teoritis
dan dapat diterima. Sebagai contoh, pengadopsian konsep lower-of-cost-ormarket bertentangan dengan prinsip biaya historis. Meskipun penilaian asset dan
penyusutan dipercepat secara umum diyakini sebagai ukuran yang melawan
inflasi, mereka dipandang sebagai hasil dari pengadopsian prinsip konservatis-me.
Chatfield mengatakan bahwa
Keduanya (LIFO dan penyusutan dipercepat) memunculkan kembali
tradisi lama tentang konservatisme neraca, sedemikian banyak sehingga
pembayar pajak dimungkinkan menggunakan LIFO bersama dengan
penilaian sediaan lower-of-cost-or-market. Keduanya telah memberikan
keutamaan bagi kebutuhan menajemen akan penilaian yang lebih tepat.
(Riahi dan Belkaoui.2000:187)

3.5.8 Prinsip Materialitas (Materiality Principle)


Seperti halnya konservatisme, Riahi dan Belkaoui (2000:188) menjelaskan
prinsip materialitas merupakan prinsip pengecualian atau modifikasi. Prinsip ini

21

menyatakan bahwa transaksi dan peristiwa yang tidak memiliki dampak ekonomi
signifikan dapat diatasi dengan cara yang paling tepat, apakah transaksi dan
peristiwa tersebut sesuai dengan prinsip berterima umum atau tidak, dan tidak
perlu diungkapkan.
Secara umum, badan-badan akuntansi telah meninggalkan penggunaan
materialitas dalam pertimbangan akuntan, pada saat yang sama tetap menekankan
pentingnya materialitas. Menurut APB Statement No. 4, materialitas menunjukkan
bahwa pelaporan keuangan hanya berurusan dengan informasi yang cukup
signifikan untuk mempengaruhi evaluasi atau keputusan, APB Opinion No. 30
menggantungkan pada konsep materialitas yang tidak didefinisi untuk
menjelaskan item-item luar biasa. Demikian pula, APB Opinion No. 22
merekomendasikan pengungkapan pengungkapan semua kebijakan atau prinsip
yang secara material mempengaruhi posisi keuangan, hasil operasi dan perubahan
dalam posisi keuangan suatu entitas. Pada tahun 1975, FASB menerbitkan
memorandum diskusi tentang isu materialitas, yang menekankan pentingnya
prinsip ini. (Riahi dan Belkaoui.2000:188)
Prinsip materialitas kurang memiliki definisi operasional. Kebanyakan
definisi materialitas menekankan pada peran akuntan dalam menginterpretasikan
apa yang material dan apa yang tidak material. Sebagai contoh, Frishkoff
mendefinisi materialitas sebagai arti pentingnya relatif dan kuantitatif dari suatu
informasi akuntansi bagi pengguna dalam konteks keputusan yang harus dibuat.

3.5.9 Prinsip Keseragaman dan Kompabilitas


Prinsip konsistensi mengacu pada penggunaan prosedur yang sama untuk
item-item yang terkait dengan perusahaan tertentu antar waktu, prinsip
keseragaman merujuk pada penggunaan prosedur yang sama oleh perusahaan
yang berbeda. Tujuan yang diinginkan adalah mencapai komparabilitas laporan
keuangan dengan mengurangi keanekaragaman yang tercipta karena penggunaan
prosedur akuntansi yang berbeda oleh perusahaan yang berbeda. Pada

22

kenyataannya, debat yang konstan terjadi tentang apakah fleksibilitas atau


keseragaman seharusnya berlaku dalam akuntansi dan pelaporan keuangan.
Pendukung utama prinsip keseragaman mengklaim bahwa prinsip tersebut akan:
1. Mengurangi

perbedaan

penggunaan

prosedur

akuntansi

dan

ketidakcukupan praktik akuntansi.


2. Memungkinkan pembandingan yang berarti bagi pengguna laporan
keuangan.
3. Memperbaiki kepercayaan pengguna pada laporan keuangan.
4. Mendorong intervensi pemerintah dan regulasi praktik akuntansi
Pendukung utama fleksibilitas mengklaim bahwa :
1. Penggunaan prosedur akuntansi yang seragam untuk menunjukkan item
yang sama yang terjadi dalam berbagai kasus menimbulkan risiko
penyembunyian

perbedaan-perbedaan

penting

diantara

kasus-kasus

tersebut;
2. Komparabilitas merupakan tujuan yang tidak praktis ; hal tersebut tidak
dapat dicapai dengan mengadopsi peraturan-peraturan perusahaan yang
tidak menggunaan pencatatan yang memadai untuk situasi faktual yang
berbeda
3. Perbedaan dalam keadaan atau variable-variabel keadaan meminta
perlakuan yang berbeda, sehingga pelaporan perusahaan dapat merespon
keadaan tempat transaksi dan peristiwa terjadi. Varibel keadaan didifinisi
sebagai :..kondisi lingkungan yang bervariasi diantara perusahaan dan
yang mempengaruhi
a. Kelayakan metode akuntansi, dan atau
b. Objektivitas ukuran yang merupakan hasil penerapan metode akuntansi

23

Tujuan implisit prinsip keseragaman maupun fleksibilitas adalah


melindungi pengguna dan menyajikan data bermanfaat bagi pengguna. Kedua
prinsip tersebut gagal mengatasi posisi ekstrimnya dalam isu pelaporan keuangan.
Keseragaman tidak mendorong komparabilitas, tidak dapat disangkal sebagai
tujuan yang tidak layak. Fleksibilitas terbukti telah mendorong munculnya
kebingungan dan ketidakpercayaan, solusi/tradeoff yang mungkin dapat diberikan
adalah mendukung keseragaman dengan mempersempit perbedaan praktik
akuntansi dan, pada saat yang sama memungkinkan pengakuan yang layak atas
dasar dan peristiwa ekonomi khusus perusahaan tertentu dan industry tertentu
dengan hubungan yang tepat antara keadaan ekonomi tertentu dengan teknik
akuntansi. Posisi tengah ini meminta definisi operasional dari perbedaan
keadaan dan petunjuk yang lebih baik untuk keterkaitan perbedaan dengan
berbagai prosedur.

24

BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan
Aturan dan teknik akuntansi yang ada didasarkan pada fondasi teori
akuntansi. Fondasi ini dibentuk dari elemen-elemen hierarki yang berfungsi
sebagai kerangka acuan atau struktur teoritis. Pendekatan dan metodologi apapun
yang digunakan dalam penyusunan teori akuntansi, rerangka acuan atau struktur
teori yangb dihasilkan didasarkan pada serangkaian elemen dan hubungan yang
mengatur pengembangan teknik akuntansi.
Struktur teori terdiri dari beberapa elemen sebagai berikut :
1. Pernyataan tujuan laporan keuangan
2. Pernyataan postulat dan konsep teoritis akuntansi yang terkait dengan
asumsi-asumsi lingkungan dan sifat unit akuntansi. Postulat dan konsep
teoritis diturunkan dari pernyataan tujuan
3. Pernyataan tentang prinsip-prinsip dasar yang didasarkan pada postulat
dan konsep teoritis
4. Batang tubuh teknik-teknik akuntansi yang diturunkan dari prinsip-prinsip
akuntansi
Pemahaman terhadap elemen-elemen ini dan hubungan teori akuntansi
menjamin pemahaman terhadap alasan balik praktik aktual dan masa mendatang.
Laporan keuangan yang disajikan dalam laporan akuntansi formal semata-mata
merupakan refleksi penerapan struktur teori akuntansi. Perbaikan isi dan format
laporan keuangan berkaitan dengan perbaikan struktur teoritis akuntansi. Agenda
terpenting dari badan-badan akuntansi seharusnya adalah penyusunan elemenelemen teori akuntansi yaitu tujuan akuntansi, Postulat lingkungan, konsep teoritis
prinsip akuntansi.
DAFTAR PUSTAKA

Harahap, S.S. (2007). Teori Akuntansi Edisi Revisi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

25

Mendrofa, W. (2011, Mei 04). Dipetik 10 17, 2015, dari


http://wastinmendrofa.blogspot.co.id/2011/05/elemen-dan-strktur-akuntansi.html
Riahi, A., & Belkaoui. (2000). Accounting Theory. Jakarta: Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai