Definisi
Luka adalah keadaan hilang/terputusnya kontinuitas jaringan,
Klasifikasi Luka
Dibedakan macam luka berdasarkan:
A. Berdasarkan penyebab, berhubungan dsngan kepentingan forensik, antara lain:
1. Ekskoriasi atau luka lecet atau gores adalah cedera pada permukaan epidermis akibat
bersentuhan dengan benda berpermukaan kasar atau runcing.
2.
Vulnus scissum adalah luka sayat atau luka iris yang ditandai dengan tepi luka berupa
garis lurus dan beraturan.
3. Vulnus laceratum atau luka robek adalah luka dengan tepi yang tidak beraturan atau
compang-camping biasanya karena tarikan atau goresan benda tumpul.
4. Vulnus punctum atau luka tusuk adalah luka akibat tusukan benda runcing yang
biasanya kedalaman luka lebih daripada lebarnya.
5. Vulnus morsum adalah luka karena gigitan binatang.
6. Vulnus combutio atau luka bakar
B. Berdasarkan ada/tidaknya kehilangan jaringan:
1. Ekskoriasi
2. Skin avulsion, degloving injury
3. Skin loss
C. Berdasarkan derajat kontaminasi:
1. Luka bersih
o
Tidak ada kontak dengan orofaring, traktus respiratorius, traktus alimentarius, traktur
genitourinarius
2.
3. Luka tercemar
o
4. Luka kotor
o
2. Fase proliferasi atau fibroplasi. Berlangsung dari hari ke-6 sampai dengan 3 minggu.
Terjadi proses proliferasi dan pembentukan fibroblas yang berasal dari sel-sel mesenkim.
Fibroblas menghasilkan mukopolisakarida dan serat kolagen yang terdiri dari asam-asam
amino glisin, prolin dan hidroksiprolin. Mukopolisakarid mengatur deposisi serat-serat
kolagen yang akan mempertautkan tepi luka.
Serat-serat baru dibentuk, diatur, mengkerut, yang tak diperlukan dihancurkan, dengan
demikian luka mengkerut/mengecil.
Pada fase ini luka diisi oleh sel-sel radang, fibroblas, serai-serta kolagen, kapiler-kapiler
baru; membentuk jaringan kemerahan dengan permukaan tak rata disebut jaringan
granulasi.
Epitel sel basal di tepi luka lepas dari dasarnya dan pindah menutupi dasar luka,
tempatnya diisi hasil mitosis sel lain. Proses migrasi epitel hanya berjalan ke permukaan
yang rata atau lebih rendah, tak dapat naik. Pembentukan jaringan granulasi berhenti
setelah seluruh permukaan luka tertutup epitel dan mulailah proses pendewasaan
penyembuhan luka: pengaturan kembali, penyerapan yang berlebih.
3.
Fase remodeling atau fase resorpsi. Dapat bertangsung berbulan-bulan dan berakhir bila
tanda radang sudah hilang. Parut dan sekitarnya berwarna pucat, tipis, lemas, tak ada rasa
sakit maupun gatal.
Penatalaksanaan
Evaluasi Luka
1.
Anamnesis
Penting untuk menentukan cara penanganan dengan menanyakan bagaimana, di
mana, dan kapan luka terjadi. Hal ini dilakukan untuk memperkirakan kemungkinan
terjadinya kontaminasi dan menentukan apakah luka akan ditutup secara primer atau
dibiarkan terbuka.
2.
Pemeriksaan Fisik
a.
Lokasi. Penting sebagai petunjuk kemungkinan adanya cedera pada struktur yang
lebih dalam.
b.
Tindakan Antisepsis
Daerah yang disucihamakan harus lebih besar dari ukuran luka. Prinsip saat
mensucihamakan kulit adalah mulai dari tengah dan bekerja ke arah luar dengan
pengusapan secara spiral, di mana daerah yang telah dibersihkan tidak boleh diusap lagi
menggunakan kasa yang telah digunakan tersebut. Larutan antiseptik yang dianjurkan
adalah povidone iodine 10% atau klorheksidine glukonat 0,5%.
Pembersihan Luka
o Irigasi sebanyak-banyaknya dengan tujuan untuk membuang jaringan mati dan benda
asing (debridement) sehingga akan mempercepat penyembuhan. Irigasi dilakukan dengan
menggunakan cairan garam fisiologis atau air bersih. Lakukan secara sistematis dari
lapisan superfisial ke lapisan yang lebih dalam.
o Hilangkan semua benda asing dan eksisi semua jaringan mati. Tepi yang compang-camping sebaiknya dibuang.
o Berikan antiseptik.
o Bila perlu tindakan ini dilakukan dengan pemberian anestesi lokal.
Penjahitan Luka
Luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta berumur kurang dari 8 jam boleh
dijahit primer. Sedangkan luka yang terkontaminasi berat dan/atau tidak berbatas tegas
sebaiknya dibiarkan sembuh per secundam atau per tertiam.
Jenis-jenis jahitan:
1. Jahitan kulit
a. Jahitan interrupted:
i. Jahitan simple interrupted (jahitan satu demi satu). Merupakan jenis jahitan yang paling
dikenal dan paling banyak digunakan. Jarak antar jahitan sebaiknya 5-7 mm dan batas jahitan
dari tepi luka sebaiknya 1-2 mm. Semakin dekat jarak antara tiap jahitan, semakin baik bekas
luka setelah penyembuhan.
ii. Jahitan matras:
o Jahitan matras vertikal. Jahitan jenis ini digunakan jika eversi tepi luka tidak bisa dicapai hanya
dengan menggunakan jahitan satu demi satu, misalnya didaerah yang tipis lemak subkutisnya
dan tepi luka cenderung masuk ke dalam.
o Jahitan matras horizontal. Jahitan ini digunakan untuk menautkan fasia dan aponeurosis.
Jahitan ini tidak boleh digunakan untuk menjahit lemak subkutis karena membuat kulit di
atasnya terlihat bergelombang.
b. Jahitan continous:
i. Running suture, simple continuous, continuous over & over, atau jelujur. Jahitan jelujur lebih
cepat dibuat, lebih kuat dan pembagian tekanannya lebih rata bila dibandingkan dengan jahitan
terputus. Kelemahannya jika benang putus atau simpul terurai seluruh tepi luka akan terbuka.
Jangan digunakan untuk menjahit luka terinfeksi karena dapat menghambat pengeluaran pus atau
darah.
ii. Jahitan interlocking, feston
iii. yang khas: jahitan kantung tembakau (tabac sac)
c. Jahitan dengan stepler (skin steples)
2. Jahitan subkutis
a. Jahitan continuous: Jahitan terusan subkutikuler atau intradermal. Digunakan jika ingin
dihasilkan hasil kosmetika yang baik setelah luka sembuh. Selain itu digunakan juga untuk
menurunkan tegangan pada luka yang lebar sebelum dilakukan penjahitan satu demi satu.
b. Jahitan interrupted dermal stitch
3. Jahitan dalam
Pada luka infeksi misalnya insisi abses, dipasang dren. Dren dapat dibuat dari guntingan sarung
tangan. Fungsi dren adalah mengalirkan cairan keluar (darah atau senun) pada dead space (jika
terbentuk).
Penutupan Luka
Prinsip dalam menutup luka adalah mengupayakan kondisi lingkungan yang baik pada luka
sehingga proses penyembuhan berlangsung optimal. Fungsi kulit adalah sebagai sarana pengatur
penguapan cairan tubuh dan sebagai barier terhadap invasi bakteri patogen. Pada luka fungsi ini
menurun oleh karena proses inflamasi atau bahkan hilang sama sekali (misalnya pada kehilangan
kulit akibat luka bakar) sehingga untuk membantu mengembalikan fungsi ini, perlu dilakukan
penutupan luka. Penutupan luka yang terbaik adalah dengan kulit (skin graft, flap). Bila tidak
memungkinkan maka sebagai alternatif digunakan kassa (sampai luka menutup atau dilakukan
penutupan dengan kulit)
Pembalutan
Fungsi balutan antara lain: