Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Arsitektur ATRIUM vol. 02 no.

03, Desember 2005: 42 50

ANALISIS HIDROLIS JARINGAN PIPA TRANSMISI AIR MINUM


DI KECAMATAN MEDAN HELVETIA
Tauhid Ichyar, Abdul Ghani Salleh, N. Vinky Rahman
Program Studi Magister Teknik Arsitektur
Bidang Kekhususan Manajemen Pembangunan Kota

Abstract. Proper management of water supply treatment system in the District of Medan Helvetia is needed in
order to fulfill the needs of its residents. The purpose of this research is to examine the drinking water supply
network system in the district. The district has an area of 11.60 km2 and population of 128.144 residents. Only 67%
of the population are currently served by the water supply network system. Data were collected in several test-drive
locations and analysed using EPANET program 2.0. The results of the research indicate that the drinking water
supply network system is effective and the system is proposed to be introduced to other areas.
Keywords: Drinking water, supply network, distribution efficiency

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air bersih sebagai infrastruktur kota sangat
berperan dalam menunjang perkembangan kota.
Kota modern membutuhkan sistem perencanaan
air bersih yang baik, sehingga mampu memenuhi
kebutuhan pertumbuhan penduduknya. Pengelolaan
sistem penyediaan air bersih yang layak serta
memenuhi kebutuhan masyarakat dan aktivitas
perkotaan secara keseluruhan akan meningkatkan
produktivitas kota dan menurunkan kemiskinan
(Sahbbir, 1993).
Kota Medan yang mempunyai penduduk 2,5
juta jiwa, 79% kebutuhan air minum penduduknya
dipenuhi melalui PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera
Utara. Aktivitas PDAM mulai dari mengumpulkan,
mengolah dan menjernihkan, sampai mendistribusikan
air ke setiap pelanggan secara berkesinambungan.
Kecamatan Helvetia adalah salah satu kecamatan
di kota Medan di mana 53% penduduknya
(jumlah pelanggan hingga Maret 2005 sebanyak
17.386 NPA) memperoleh sumber air minum
dari PDAM Tirtanadi Cabang Sei Agul.

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi


Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu
operator air minum di Sumatera Utara. Sebagai
pengelola pelayanan publik, PDAM dituntut agar
dapat memberikan kualitas pelayanan yang baik
dari aspek teknis (berkaitan dengan supply air
baik secara kualitas, kuantitas, dan kontinuitas
atau K3) maupun nonteknis. Air harus memiliki
kualitas yang layak, yaitu tidak berwarna, tidak
berbau, dan tidak mengandung zat-zat yang dapat
mengganggu kesehatan. Secara kuantitas, air yang
didistribusikan harus mencukupi kebutuhan yang
dicirikan dari tekanan air yang diterima pelanggan.
Secara kontinuitas distribusi air harus dapat
dijamin, yang dicirikan dari lamanya/durasi
distribusi air yang diterima pelanggan setiap
harinya (idealnya 24 jam sehari).
1.2 Identifikasi Permasalahan
Masyarakat Kecamatan Medan Helvetia belum
memperoleh kualitas pelayanan yang baik dari
PDAM Tirtanadi, terutama berkaitan dengan
kuantitas dan kontinuitas distribusi air.
Kuantitas dan kontinuitas supply air sangat
ditentukan oleh sistem jaringan pipa air minum

42
Universitas Sumatera Utara

ANALISIS HIDROLIS JARINGAN PIPA TRANSMISI AIR MINUM


DI KECAMATAN MEDAN HELVETIA

yang berfungsi sebagai sarana transportasi air


dalam jumlah tertentu (sesuai dengan kebutuhan
yang direncanakan).
Terdapat beberapa permasalahan pada jaringan
pipa existing PDAM Tirtanadi, khususnya di
wilayah Kecamatan Helvetia:
1. Supply debit dan pressure pada jaringan
pipa transmisi masih belum cukup baik
sehingga pada beberapa daerah layanan
sering air kecil dan mati.
2. Operasional jaringan pipa transmisi belum
dilaksanakan secara optimal .
3. Pada beberapa daerah layanan jaringan pipa
transmisi tidak terinterkoneksi/sirkulasi
sehingga beban debit dan pressure tidak
terbagi secara merata.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini di lakukan dengan tujuan untuk
mengetahui:
1. Penyebab kurangnya supply debit dan
pressure pada jaringan pipa air minum
existing di Kecamatan Medan Helvetia
khususnya Perumnas Helvetia dan sekitarnya.
2. Sejauh mana optimalisasi operasional
jaringan pipa transmisi dengan membuat
suatu model dalam perencanaan jaringan
pipa transmisi air minum.
Penelitian dapat memberikan masukan dan
menjadi bahan pertimbangan dalam perencanaan
sistem pendistribusian air PDAM Tirtanadi.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Rumus-rumus dasar yang digunakan dalam
hidrolika yang berkaitan dengan jaringan
distribusi adalah Kontinuitas, Bernouli, bilangan
Reinold, Hazen William, dan Darcy-Eeisbach.
Tabel 1. Rumus pada saluran bertekanan
Nama
No.
Rumus
Persamaan
1. Kontinuitas
A1.V1= A2.V2=Konstan
Q1=Q2
2. Bernoulli
v12/2g+p1/pg+Z1
= v22/2g+P2/pg+Z2+ H loss
3. DarcyHloss=f.L/D.v2/2g
Weisbach

Tauhid Ichyar
Abdul Ghani Salleh
N. Vinky Rahman

No.
4.
5.
6.

Nama
Persamaan
Hazen William
Bilangan
Reynold
Minor losses

Rumus
Q=0.2785.C.D2.63.S0.54
Nre= v.D/v
Hm= k.v2/2g

Konsep pengaliran pada saluran pipa bertekanan


mengikuti persamaan Bernoulli: jumlah energi
sepanjang pipa antara titik kesatu dengan titik
kedua adalah sama (antara titik satu dan dua tidak
ada percabangan). Tekanan/energi akan berkurang
karena adanya gesekan antara zat cair dan dinding
pipa yang disebut sebagai kehilangan tekanan.
Tekanan piezometrik atau tekanan air sesungguhnya
di setiap titik sepanjang pipa merupakan hasil
penjumlahan.
Headloss atau kehilangan tekanan karena gesekan
antara cairan dan dinding pipa dihitung dengan
menggunakan rumus Darcy-Weisbach atau Hazen
William. Suatu pipa bertekanan adalah pipa yang
dialiri air dalam keadaaan penuh, pipa bertekanan
dapat digunakan untuk menghindari kehilangan
air sikat rembesan dan penguapan yang terjadi
pada saluran terbuka. Pipa bertekanan lebih
disukai untuk pelayanan air minum, karena lebih
sedikit kemungkinan tercemar (Ray K. Linsey,
Joseph B. Franzini 1985).
Pada tiap jaringan pipa terdapat 2 syarat yang
harus dipenuhi:
1. Jumlah aljabar dari penurunan tekanan di
keliling setiap putaran tertutup haruslah
sama dengan 0.
2. Aliran yang memasuki suatu titik pertemuan
harus sama besar dengan yang meninggalkan
titik tersebut.
Syarat yang pertama menyatakan tidak boleh
terjadi tekanan yang tidak berkesinambungan,
berarti bahwa turunnya tekanan pada jalur
manapun antara 2 (dua) buah titik pertemuan
haruslah sama besar. Syarat kedua adalah
pernyataan tentang hukum kontinuitas.
Masalah jaringan pipa dipecahkan dengan metode
pendekatan yang berturut-turut, karena setiap
penyelesaian analisis akan membutuhkan penggunaan
berbagai persamaan sekaligus, yang beberapa di
antaranya tidak linear.

43
Universitas Sumatera Utara

Jurnal Arsitektur ATRIUM vol. 02 no. 03, Desember 2005: 42 50

Suatu prosedur yang disarankan oleh Hardy Cross


(Analysis of flow in Networks of conduits or
Conductors) menuntut bahwa aliran di dalam
tiap-tiap pipa dianggap sedemikian rupa, sehingga
asas-asas kontuinitas dipenuhi pada masingmasing titik simpul. Suatu koreksi terhadap besar
aliran yang diandalkan haruslah dihitung berturutturut untuk setiap putaran pipa di dalam jaringan
yang bersangkutan, sehingga koreksinya berkurang
hingga suatu besaran yang dapat diterima.

Hasil keluaran (output) metode analisis hidrolis


EPANET 2005 digunakan sebagai metode analisa
destruktif, yaitu menganalisa kondisi jaringan
existing di lapangan, daerah aliran debit dan
pressure yang kritis, daerah aliran potensial dan
penggabungannya sehingga dapat diketahui potensi,
masalah, dan prospek di kawasan penelitian.
3.3 Pengumpulan Data
a.

Air didistribusikan ke konsumen dengan beberapa


cara, tergantung kepada kondisi tempat atau
pertimbangan-pertimbangan tertentu, metode
tersebut antara lain:
1. Sistem gravitasi
2. Sistem pompa dengan bak penampung
3. Sistem pompa tanpa bak penampung

b.

Sistem pendistribusian dalam jaringan pipa antara


lain:
1. Sistem jaringan distribusi sistem pohon atau
ujung tertutup (tree or deadend system)
2. Sistem lingkaran atau cincin
3. Sistem grid iron
4. Sistem radial
c.
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di PDAM Tirtanadi Cabang
Sei Agul wilayah pelayanan Kecamatan Medan
Helvetia. Menggunakan metode survai dan
observasi dengan cara melakukan pengukuran dan
pengumpulan data pada saat proses pengaliran/
pendistribusian air minum pada jaringan pipa
transmisi dari sumber booster dan jaringan pipa
transmisi untuk wilayah pelayanan Medan
Helvetia, khususnya Perumnas Helvetia pada pagi
hari jam 7.00 9.00 WIB, bulan Maret hingga
April 2005 pada saat pemakaian air maksimum.
3.2 Metode Analisa Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode analisis hidrolis, suatu model
yang akan memberikan konfigurasi jaringan pipa
existing yang diketahui dari asbuilt drawing
dengan hasil survai lapangan yang dimasukkan
dalam analisis hidrolis program EPANET 2005.

d.

Data Primer, diperoleh langsung dari


lapangan dengan melakukan pengamatan
pada reservoar, operasional pompa, jaringan
pipa, dan daerah-daerah yang kekurangan
pasokan air.
Data sekunder, diperoleh dari PDAM
Tirtanadi, jurnal, buku literatur, media
massa, internet, laporan bulanan, dan lainnya.
Data sekunder yang digunakan dalam
penelitian ini umumnya diperoleh dari
beberapa divisi terkait di lingkungan
Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi,
antara lain dari laporan informasi, jumlah
pelanggan, rata-rata pemakaian, tekanan air
per wilayah pelayanan, sumber air masuk,
panjang pipa, dan diameter pipa.
Observasi
Observasi dilakukan untuk mengetahui
pelaksanaan sistem berjalan, serta pelaksanaan
proses penyelesaian.
Survai
Survai dilakukan untuk mengetahui debit
dan tekanan sumber air masuk, operasional
pompa booster, titik tapping jaringan pipa
transmisi.

Untuk menunjang penelitian ini juga dilakukan


preliminary survey agar gambaran umum suplai
air PDAM Tirtanadi Cabang Sei Agul saat ini
dapat diketahui secara jelas.
3.4 Tahapan penelitian
Untuk mencapai tujuan dan sasaran penelitian di
atas, maka tahapan proses penelitian yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Desk Study
Desk study dimaksudkan untuk menyusun
desain prosedur sistem, menganalisa aspek
positif dan negatif, serta kebutuhan
penunjangnya. Hal ini didasari atas evaluasi
terhadap sistem berjalan (existing).

44
Universitas Sumatera Utara

ANALISIS HIDROLIS JARINGAN PIPA TRANSMISI AIR MINUM


DI KECAMATAN MEDAN HELVETIA

b.

c.

Tauhid Ichyar
Abdul Ghani Salleh
N. Vinky Rahman

Dalam tahap ini juga dilakukan studi


literatur yang terkait dengan metode analisis
yang digunakan dalam penelitian.
Pengumpulan data
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data
menggunakan metode seperti yang telah
dijelaskan.
Analisis dan kesimpulan
Dari data yang diperoleh lalu dilakukan
analisis sesuai dengan metode analisis yang
digunakan dalam penelitian ini.

4. TINJAUAN
TIRTANADI

KEBERADAAN

PDAM

4.1 Gambaran Umum


Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi
merupakan Badan Usaha Milik Daerah Provinsi
Sumatera Utara yang telah berdiri pada zaman
pemerintahan Belanda, 23 September 1905 dengan
nama NV. Waterleiding Maatschappij Ayer Beresih
dan berkantor pusat di Amsterdam, Belanda.
Meskipun telah melalui zaman penjajahan
Belanda dan Jepang selanjutnya memasuki masa
kemerdekaan Republik Indonesia, perusahaan ini
masih mampu memberikan pelayanan kepada
masyarakat secara berkelanjutan.
Status dan nama perusahaan telah berganti-ganti
dan berdasarkan Peraturan Pemerintah Provinsi
Daerah Tingkat I Sumatera Utara No. 11 Tahun
1979 yang berpedoman kepada Undang-undang
No. 5 Tahun 1962 telah ditetapkan nama dan
status Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi
adalah milik Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.
Setelah ditetapkan melalui Perda No. 11 Tahun
1979 dan disempurnakan lagi dengan Perda
Provinsi Sumatera Utara No. 25 Tahun 1985,
selanjutnya disempurnakan dengan Perda No: 6
tahun 1991 dilaksanakanlah perubahan pertama
Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Utara yang
mengatur bahwa Perusahaan Daerah Air Minum
Tirtanadi selain mengelola air bersih juga
mengelola air limbah.

Gambar 1. Pelayanan PDAM


Sumatera Utara

Tirtanadi

Provinsi

PDAM Tirtanadi telah banyak mengalami


perubahan-perubahan dan kemajuan, sebagai
gambaran bahwa pada tahun 2000 jumlah
pelanggan sebanyak 280.486 sambungan rumah
dan pada akhir Desember 2003 jumlah pelanggan
telah mencapai 322.757 sambungan atau sebesar
51,1% dari jumlah penduduk pada wilayah
pelayanan Sumatera Utara, sedangkan cakupan
pelayanan khusus wilayah Kota Medan dan
sekitarnya sudah mencapai 86,5%.
4.1.1 Cakupan Pelayanan
Dalam upaya meningkatkan kualitas dan cakupan
wilayah pelayanan air bersih di Provinsi Sumatera
Utara, sejak 17 Juli 1999, telah dilakukan kerja
sama dengan 7 daerah kabupaten berbentuk kerja
sama operasional selama 25 tahun.
Dengan adanya kerja sama tersebut maka pada
akhir 2003 wilayah pelayanan PDAM menjadi:
1. Kota Medan, Brastagi, dan Sibolangit
(291.170 sambungan)

45
Universitas Sumatera Utara

Jurnal Arsitektur ATRIUM vol. 02 no. 03, Desember 2005: 42 50

2. Kabupaten Deli Serdang yaitu Kecamatan


Lubuk Pakam, Perbaungan, Tanjung Morawa,
Tembung, Batang Kuis, dan Pantai Cermin
(9.516 sambungan).
3. Kabupaten Tapanuli Selatan (8.581 sambungan).
4. Kabupaten Tapanuli Tengah yaitu Kecamatan
Pandan (1.837 sambungan).
5. Kabupaten Nias yaitu Kota Gunung Sitoli dan
Teluk Dalam (4.172 sambungan).
6. Kabupaten Mandailing Natal (865 sambungan).
7. Kabupaten Simalungun yaitu Kota Parapat
(3.509 sambungan).
8. Kabupaten Toba Samosir (3.107 sambungan).
4.1.2 Sistem Kapasitas dan Hidrolis
a. Sistem Kapasitas Produksi
Kapasitas terpasang saat ini untuk wilayah
pelayanan Tingkat I 3.950 l/d meliputi 5
sumber yaitu:
1. Mata air Sibolangit dengan sumber dari
beberapa bronkaptering 600 l/d.
2. IPA Sunggal dengan sumber air baku dari
Sungai Belawan 1.500 l/d.
3. IPA Deli Tua dengan sumber air baku dari
Sungai Deli 1.400 l/d.
4. IPA Belumai dengan sumber air baku dari
Sungai Belumai 400 l/d.
5. Sumur bor di Belawan 50 l/d.
Sedangkan untuk wilayah pelayanan operasi
Tingkat II kapasitas terpasangnya adalah 673 l/d
meliputi 8 sumber yaitu:
1. Mata air di Brastagi sebesar 70 l/d.
2. IPA Sungai Ular dan sumur bor di Deli
Serdang sebesar 180 l/d.
3. Mata air di Parapat sebesar 58 l/d.
4. IPA Toba Samosir sebesar 75 l/d.
5. Mata air di Tapanuli Tengah sebesar 49 l/d.
6. IPA Gunung Sitoli dan Teluk Dalam di
Nias sebesar 45 l/d.
7. Mata air Tapanuli Selatan sebesar 168 l/d.
8. IPA Mandailing Natal 25 l/d.
b. Sistem Hidrolis
Sistem hidrolis yang mendasar bahwa seluruh
jaringan transmisi dan distribusi terinterkoneksi
dan dioperasikan secara balance system antara
produksi dan reservoar. Pelaksanaan pengaturan
waktu pemompaan booster di reservoar, dalam
hal ini pemompaan dari produksi, bekerja 24 jam
dan aliran dari mata air Sibolangit, sehingga
aliran minimum pada malam hari hanya dari
reservoar utama.

Skematisasi jaringan ditunjukkan pada Gambar 2


pada halaman berikut.
Jaringan perpipaan dibagi atas 2 sistem hidrolis,
di mana sampai dengan bulan September 2004
panjangnya mencapai:
1. Jaringan transmisi (200 1.000 mm):
481,5 km
2. Jaringan distribusi (< 200 mm): 2.186,5
km
c. Sistem Nonhidrolis
Sistem nonhidrolis yaitu:
1. Reservoar sebagai penampung air untuk
menyeimbangkan (balance system) kondisi
pemakaian air pada jam-jam puncak.
2. Pemompaan dari produksi maupun pompapompa booster di reservoar bekerja dengan
jadwal operasional.
3. Peralatan kontrol hidrolis seperti katup-katup
operasi, interkoneksi dan pengaman, maupun
peralatan pembacaan tekanan dan aliran.
4. Sumber daya listrik sebagai alat utama
penggerak motor-motor pompa, peralatan
penunjang lainnya.
5. Peralatan dan fasilitas penunjang operasi dan
pemeliharaan sistem jaringan transmisi dan
distribusi.
4.1.3 Batas Administratif Kawasan Kajian
Lokasi kajian berbentuk empat persegi panjang
dengan luas wilayah 11.60 km2. Secara administratif
kawasan kajian ini terletak pada Kelurahan
Helvetia Timur, Kelurahan Helvetia Tengah dan
Helvetia, Kecamatan Medan Helvetia dengan
batas:
1. sebelah utara Kab. Deli Serdang,
2. sebelah selatan dan barat Kec. Medan Sunggal,
3. sebelah timur Kec. Medan Barat dan Petisah.
Terhadap Kota Medan, lokasi kajian yang berada
di Kecamatan Medan Helvetia dengan luas
kecamatan 116 ha, memiliki persentase sebesar
0,44% terhadap luasan luas Kota Medan 26.150
ha, sumber air minum masyarakat di kecamatan
ini 53% dilayani oleh PDAM Tirtanadi Cabang
Sei Agul dengan jumlah pelanggan hingga Maret
2005 sejumlah 17.386,00 NPA, selebihnya
masyarakat masih menggunakan air sumur.

46
Universitas Sumatera Utara

ANALISIS HIDROLIS JARINGAN PIPA TRANSMISI AIR MINUM


DI KECAMATAN MEDAN HELVETIA

7.
26

8.

20
21

17
16
12
25

22
11

Gambar 2. Jaringan pipa transmisi Kecamatan Medan


Hevetia & Sekitar
Sumber: Divisi Perencanaan PDAM Tirtanadi 2005

Wilayah pelayanan di Kecamatan Medan Helvetia


dilayani 8 wilayah, yakni wilayah 1, 11, 12, 16, 17,
21, 22, dan 25 yang meliputi pelayanan pelanggan
daerah:
1. Wilayah 1: Jl. Karya Sukaria, Jln. Persatuan,
Jl. Pembangunan, Jl. Masjid, Asrama Zipur,
Jl. Damai, Kompleks Pondok Surya dan
sekitar dengan jumlah pelanggan 973 NPA.
2. Wilayah 11: Jl. Gatsu < Asrama Jl. P.
Harapan < Panta, Jln. Kapten Muslim, Jln.
Budi luhur, Jln. Gatot Subroto, Jln. Asrama,
Gg. Banteng, Gg. Jawa, Jln. Ampera dan
sekitar dengan jumlah pelanggan 2.100 NPA.
3. Wilayah 12: Jl. Budi Luhur, Jl. Perkutut, Jl.
Gaperta, Jl. Beringin Raya, Jl. Sawah Halus,
Jl. Amir Hamzah dan sekitarnya, jumlah
pelanggan 3.184 NPA.
4. Wilayah 16: Jl. Melati Raya, Jl. Nusa Indah,
Jl. Palem IX, Jl. Anggrek, Jl. Melati, Jl.
Filisium, Jl. Angsana, Jl. Flamboyan dan
sekitarnya, jumlah pelanggan 2.746 NPA.
5. Wilayah 17: Jl. Matahari Raya, Jl. Aster, Jl.
Wijaya Kesuma, Jl. Tanjung, Jl. Melur, Jl.
Kemuning, Jl. Palem dan sekitarnya dengan
jumlah pelanggan 2.353 NPA.
6. Wilayah 21: Jl. Masjid, Jl. Karya II, Jl. Setia
Budi Gg. Panca, Jl. Kpt. Muslim, Jl.
Pembangunan, Jl. Setia Budi, Jl. Persatuan
dan sekitar dengan pelanggan 1.653 NPA.

Tauhid Ichyar
Abdul Ghani Salleh
N. Vinky Rahman

Wilayah 22: Jl. Kpt. Muslim, Jl. Budi Luhur


Blok E, Jl. Karya luhur, Jl. Amal Luhur dan
sekitar dengan pelanggan 1.867 NPA.
Wilayah 25: Jl. Setia Luhur, Jl. Bakti Luhur,
Jl. Setia Luhur Gg. Apel, Gg. Madrasah, dan
sekitar dengan pelanggan 1.519 NPA.

Jumlah pelanggan pada wilayah pelayanan 1, 11,


12, 16, 17, 21, 22, dan 25 adalah sebanyak 17.386
NPA, dan pemakaian rata-rata adalah 28 30
m3/pelanggan/bulan.
4.2 Kependudukan Kawasan Kajian
Kecamatan Medan Helvetia memiliki jumlah
penduduk yang cukup tinggi, terdapat sejumlah
128.144 jiwa dan kepadatan penduduk rata-rata
11.095 jiwa per km2, laju pertambahan penduduk
1.24%/tahun di tahun 2002. Terdapat 7
kelurahan di Kecamatan Medan Helvetia, yaitu:
Tabel 2.

Jumlah Penduduk & Rata-rata Anggota


Keluarga di Kecamatan Medan Helvetia
Banyaknya

No.

Kelurahan

1
2
2 Helvetia Timur
3 Helvetia
Tengah
4 Helvetia
5 Sei Sikambing
CII
6 Dwikora
7 Cinta Damai
8 Tanjung Gusta

R.TangPenduduk
ga

Rata-rata Kepadatan
anggota Penduduk
Keluarga
5
6
4,5
11.914

3
4.818

4
21.683

6.090
2.920

21.860
12.904

4
4

14.573
10.323

3.078
4.972
4.386
3.422

12.928
22.706
17.378
18.685

4
4
4
5

13.192
11.353
9.654
8.493

128.144
4
11.095
Sumber: Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota Medan
2002

Berdasarkan komposisi penduduk, di Kecamatan


Medan Helvetia terdapat penduduk yang bermata
pencaharian pegawai negeri 5.961 jiwa, pegawai
swasta, pedagang, maupun pensiunan 4.787 jiwa,
ABRI 1.196 jiwa dan petani 105 jiwa. Penduduk
yang bermukim di kawasan ini sangat heterogen
yakni dari berbagai suku dan agama.
Berdasarkan data pelanggan air minum yang
dikonversikan dengan jumlah penduduk hingga
akhir Maret 2005 sekitar 67% kawasan ini telah
mendapatkan layanan air bersih sedangkan 23%
di seluruh unit kegiatan baik pemukiman atau
produksi barang/jasa memanfaatkan sumur dangkal

47
Universitas Sumatera Utara

Jurnal Arsitektur ATRIUM vol. 02 no. 03, Desember 2005: 42 50

dan sumur dalam guna memenuhi kebutuhan air


bersihnya.
5. ANALISIS HIDROLIS
5.1 Aliran Fluida dalam Jaringan
Beberapa di antara masalah saluran pipa yang
kompleks adalah aliran fluida dalam pipa yang
saling berpotongan. Prinsip yang ada dalam
masalah pembagian aliran yang tidak merata di
Kecamatan Medan Helvetia ini dapat dilihat dari
jaringan pipa existing.

Gambar 6. Jaringan Pipa Paralel

Apabila pada Q debit dan pressure aliran besar,


sifat-sifat pipa diketahui, maka debit dan pressure
Q1, Q2, dan Q3 kembali pada aliran Q. Dengan
menggunakan prinsip ini memungkinkan debit
dan pressure bertambah.

5.2 Pemilihan lokasi uji coba debit dan


pressure
Untuk mendapatkan debit dan pressure yang ideal
dari suatu sistem jaringan pipa, kestabilan dalam
pengaliran, keamanan dalam mengalirkan air/
mensuplai air, kemudahan perhitungan hidrolis
dalam jaringan pipa, dan kesesuaian dengan kondisi
topografi, aspek kemudahan dalam program
hidrolis dalam jaringan pipa diaplikasikan dengan
EPANET-2005.
Uji coba debit dan pressure pada lokasi dipilih
beberapa kriteria untuk mendapatkan penyebaran
aliran pada daerah kritis antara lain:
1. Pressure minimal pada titik tapping
penambah aliran 0,75 kg/cm2
2. Debit 9 60 L/dt
3. Jarak terjauh dari booster pump maksimal
1 km
4. Diameter pipa 120 mm 300mm
5. Sumber pipa tapping belum tersambung
Dalam memenuhi lima kriteria di atas, dicari
beberapa lokasi yang memungkinkan pemerataan
aliran di luar jarak terdekat dari sumber air
booster pump, yakni Jl. Gatot Subroto < Jl.
Asrama, Jl. Gatot Subroto < Jl. Kpt. Muslim
sumber dari WTP Sunggal, Jl. Kpt. Muslim < Jl.
Gaperta disuplai dari 2 titik pertemuan jaringan
WTP Sunggal dan booster pump Sei Agul.
6. KESIMPULAN DAN SARAN

Gambar 7 Jaringan Pipa bercabang

Beberapa pipa dihubungkan secara paralel, maka


berlaku persamaan kontinuitas yaitu:
Q = Q1 + Q2 + Q3
Di mana Q1, Q2, dan Q3 adalah debit pipa 1, 2, dan
3 yang dihubungkan secara paralel, maka
kehilangan tingi tekanan di semua pipa akan
sama. Pembagian aliran kedua cabang harus
sedemikian rupa sehingga hilang tinggi pressure
yang terjadi adalah sama di tiap cabang.

6.1 Kesimpulan
1. Dari beberapa kali percobaan dalam
penelitian ini dapat dilihat bahwa hasil uji
coba yang dilakukan dari 1 3 kurang baik,
sedangkan ke-4 cukup baik, namun pada uji
coba ke-5 hasilnya sangat signifikan, dari
node B D, sumber aliran tapping pipa B
300 mm ke pipa D 110 mm dilakukan
dengan 4 kali uji coba, masing-masing pipa
200 mm, 175 mm, 150 mm, dan 100 mm.
Dari rata-rata uji coba terjadi perubahan, hasil
uji coba ke-5 ini sangat signifikan
memberikan aliran ke setiap wilayah, ratarata tiap wilayah mendapatkan pasokan aliran
yang sangat baik, terjadi perubahan pressure
dari 0,890 1,172 kg/cm2 dan debit 3,89
60,19l/det, pressure pada wilayah 1 0,416

48
Universitas Sumatera Utara

ANALISIS HIDROLIS JARINGAN PIPA TRANSMISI AIR MINUM


DI KECAMATAN MEDAN HELVETIA

kg/cm2, wilayah 11 0,698kg/cm2, 0,416


kg/cm2, wilayah 16 0,485 kg/cm2, wilayah 17
dari press 0,713 kg/cm2, wilayah 0,427
kg/cm2, wilayah 22 0,794 kg/cm2 dan wilayah
25 0,687 kg/cm2.
2. Tindakan perbaikan yang perlu dilakukan
adalah pemasangan pipa baru atau pipa
paralel
sesuai
dengan
perhitungan,
penyambungan lewat 200 mm dari pipa
tapping 300 mm di lokasi Asrama <
Matahari Raya, dapat menyelamatkan daerah
kritis wilayah 1 Jl. Karya, Sukaria dan sekitar,
wilayah 12 Jl. Perkutut dan sekitar, wilayah
21 Jl. Masjid dan sekitar, wilayah 16 Jl.
Melati Raya dan sekitar, dan wilayah 17 Jl.
Matahari Raya dan sekitar, khususnya
Perumnas Helvetia dan sekitarnya.
3. Sektor air bersih sebagai infrastruktur kota
sangat berperan dalam menunjang pengembangan
kota. Kota yang modern membutuhkan
sektor air bersih yang baik dan terencana
sehingga mampu memenuhi perkembangan
pertumbuhan penduduk. Untuk itu perlu
sistem perencanaan yang sistematis dan
terukur sehingga pemanfaatan tata guna lahan
dalam membangun jaringan air minum
perkotaan efisien dan berhasil guna.
6.2 Saran
1. Sistem jaringan pendistribusian air yang baik
adalah mengalirkan air dengan debit dan
pressure yang cukup, serta melaksanakan
pengendalian program jaringan pipa dengan
memperhatikan hal-hal berikut:
a. Pengaliran air harus senantiasa dikendalikan
secara terpadu, sehingga pressure dan
debit di daerah pelayanan lebih kurang
akan sama.
b. Bila pressure dan debit terlalu tinggi,
maka kebocoran air akan sering terjadi.
Idealnya air maksimum yang baik di
jaringan pipa adalah 4,00 kg/cm2 atau 40
mka.
2. Apabila tidak mungkin mengendalikan
tekanan air yang tinggi dengan pengaturan
katup, perlu dipasang pipa paralel atau
menggantinya dengan pipa yang berdiameter
lebih besar. Pada daerah yang jauh dari
booster pump yang bertekanan rendah perlu
dipasang pompa penguat dan pada daerah

Tauhid Ichyar
Abdul Ghani Salleh
N. Vinky Rahman

yang bertekanan tinggi perlu dipasang katup


pengurang pressure.
3. Bila kemampuan pipa distribusi menurun,
indikasi ini menunjukkan diameter pipa
kurang besar, karena diameter itu ditetapkan
berdasarkan jumlah penduduk yang dilayani
untuk jangka waktu tertentu, perkembangan
dan perubahan tata guna lahan. Maka
kebutuhan air juga meningkat dan diameter
pipa harus diperbesar disesuaikan dengan
perkembangan penduduk.
4. Dengan melihat hasil uji coba ke-5 dengan
hasil yang signifikan, maka perlu dikaji ulang
efektivitas pemasangan jaringan daerah lain
jika memang telah direncanakan, agar tidak
terjadi pola perencanaan yang tumpang tindih
sehingga mengganggu estetika kota.
5. Penelitian lanjutan menggunakan variasi
lokasi yang berbeda dengan pengamatan
operasional pompa, buka tutup valve, debit
dari WTP Sunggal atau beberapa titik tapping
daerah layanan yang mengalami kritis.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsini. 1998. Prosedur Penelitian,
Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta,
Jakarta.
Bambang Triatmodjo Prof.Dr.Ir.CES.DEA. 2003.
Hidrolika I & II . Beta Offset.
C. Totok Sutrisno, Eni Suciastuti, 1987.
Teknologi Penyediaan Air Bersih, PT.Aneka
Cipta, Jakarta.
Cheema, G. Shabbir. 1993. Urban Management.
Westport Connection, London.
Hamid, Shivani. 1985. The Urban Desaign
Process, Van Nostrand Renhold Company,
New York.
Imam Subarkah. Ir. 1974. Bangunan Air, Penerbit
Idea Dharma Bandung.
I.Soetejo Ir.1982 Fluid Flow. Angkasa Bandung.
Nur Yuwono Ir 1977 Hidrolika I, PT. Hanindita.
Jogyakarta.
Ray K.Linsley, Joseph B Franzini.1995 .Teknik
Sumber Daya Air. Erlangga.
Soewarno.2000 Hidrologi Operasional PT.Citra
Aditya Bakti.
Supranto,2001 Manajemen Pemasaran Rineka
Cipta, Jakarta.

49
Universitas Sumatera Utara

Jurnal Arsitektur ATRIUM vol. 02 no. 03, Desember 2005: 42 50

Syahril Effendy Pasaribu. Drs, Msi, MA.2003.


PDAM Operator Pelayanan Air Bersih & Air
Minum, Bina Teknik Press
WP.Palmer, 1979, Building Planning and
Desaign, Chapmans Hall, LTD,USA.
Yunus, Hari Sabari. 2000. Struktur Tata Ruang
Kota, Pustaka Pelajar, Jakarta
Zahnd, Markus. 1999. Perancangan Kota Secara
Terpadu, Kanisius & Soegijapranata University
Press, Semarang.
________, 2004 Pelatihan On The Job Training,
Perencanaan Pemograman Air Minum,
Direktorat Jenderal Penataan Ruang Nasional,
(CBUIM).
_______, 2002 Pelatihan Pedoman Intehrasi
Ruang Kota dengan Pengelolaan lahan,

Direktorat Jenderal Penataan Ruang nasional,


(CBUIM).
_______,(2002) Gambaran Umum PDAM
Tirtandi Propinsi Sumatera Utara , Website
www.pdamtirtanadi.com
_______, Peraturan Daerah Propinsi Daerah
Tingkat I Sumatera Utara (1999), Perusahaan
Daerah Air Minum Tirtanadi Propinsi Daerah
Tingkat I Sumatera Utara No.3 tahun 1999,
Medan, Sumatera Utara.
________, (2004) Coorporate Plan 2001-2005
Revisi keempat, PDAM Tirtanadi Sumatera
Utara.

50
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai