Anda di halaman 1dari 18

BAB I

Latar Belakang
Bau ketiak sering menyebabkan masalah psikologis banyak orang. Banyak orang menjadi
minder dan malu bersosialisasi, bahkan malas berolahraga atau enggan untuk beraktivitas
berat yang dapat mengeluarkan keringat. Banyak yang beranggapan bahwa penyebab bau
ketiak adalah malas mandi atau kurang menjaga kebersihan. Namun setelah mencoba mandi
teratur dan menjaga kebersihan badan ternyata ketiaknya tetap saja bau. Bau ketiak juga
dapat menjadi lebih kuat jika keringat yang keluar berasal dari kelenjar keringat apokrin.
Jenis keringat ini biasanya diakibatkan oleh stres. Bau timbul jika bakteri pada kulit memecah
protein pada keringat menjadi zat asam propionat atau asam proponat yang berbau tidak
sedap seperti cuka (Darmawan, 2014).
Penggunaan sabun dan air sebagai pencuci badan pada waktu mandi relatif kurang efektif
untuk mencegah bau badan. Untuk maksud tersebut dapat dilakukan beberapa alternatif
tindakan lain, seperti misalnya menggunakan sediaan kosmetika anti bau badan yaitu
deodorant (Harry RG,1983).
Sediaan topikal antibau badan biasanya mengandung :
1) Antiseptika konsentrasi tertentu yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan
bakteri, sehingga dapat mengurangi dekomposisi bakterial, dan mampu mengontrol bau
keringat atau bau badan, dikenal sebagai deodoran.
2) Senyawa astringen yang berguna untuk mengurangi laju pengeluaran keringat, disebut
sebagai antiperspiran (Harry RG,1982).
Deodoran adalah salah satu produk kosmetik yang berfungsi untuk mencegah bau badan
karena zat aktif deodorant menggunakan antibakteri, antiseptic dan parfum. Senyawa dari
alam merupakan senyawa yang lebih aman daripada senyawa sintetik, apalagi senyawa
tersebut terdapat pada sesuatu yang telah digunakan secara turun-temurun.
Indonesia merupakan suatu negara tropis yang selalu disinari matahari, sehingga berkeringat
tidak dapat dihindari. Bagi seseorang keluarnya keringat yang berlebihan dapat menimbulkan
masalah, seperti misalnya dapat menimbulkan bau badan yang kurang sedap. Bau badan
sangat berhubungan dengan sekresi keringat seseorang, dan adanya pertumbuhan
mikroorganisme, serta sangat berhubungandengan makanan dan bumbu-bumbuan yang
berbau khas seperti bawang-bawangan. Karena keringat merupakan hasil sekresi dari
kelenjar-kelenjar yang bermuara pada kulit merupakan sebum, asam lemak tinggi, dan debris

(pigmen yang terkumpul;sisa hasil metabolisme pada kulit), maka keringat dapat membantu
terben-tuknya produk berbau hasil dekomposisi (penguraian) oleh bakteri. Bau badan lebih
tercium pada daerah dengan kelenjar apokrin lebih banyak, seperti pada ketiak (aksila) dan
daerah pubik. Mikroba yang terkandung pada ketiak dalah tipe Staphilococcus Epidermidis.
Seperti telah kita ketahui, di Indonesia banyak terdapat tanaman yang berkhasiat sebagai obat
dan kosmetika, salah satunya adalah tanaman Daun Sirih (Piper batle L).
Daun sirih (Piper batle L.) tersebut sangat terkenal dikalangan masyarakat indonesia sebagai
pewangi badan atau mulut. Selain bisa menguatkan gigi, Daun sirih (Piper batle L.) sendiri
bisa mengurangi bau tidak sedap pada badan atau pada tempat yang lebih spesifik yaitu
ketiak. Berdasarkan penelitian Dr.Hasim DEA, dosen Bio Kimia dan Toksisitas FMIPA IPB,
pada konsentrasi yang sama, terbukti bahwa minyak astiri daun sirih (Piper batle L.)
yangmengandung senyawa eugenol yang termasuk senyawa fenol golongan terpenoid,
memiliki sifat antibakteri lima kali lipat lebih besar dari senyawa fenol biasa.
Dalam penelitian ini, deodoran yang akan dibuat dalam bentuk batang atau stick karena
sangat mudah untuk digunakan dan pengguna akan merasa nyaman karena tidak terasa basah
di kulit ketiak.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Apakah Deodorant Stick ekstrak daun sirih (Piper batle L.) ini efektif dalam mencegah
tumbuhnya bakteri pada ketiak dan mengurangi masalah bau badan.
1.3 BATASAN MASALAH
Penelitian ini membahas tentang perlunya penggunaan kosmetik sediaan deodorant batang
ekstrak daun sirih (Piper battle L.) sebagai penghilang bau pada ketiak.
1.4 TUJUAN
Untuk mengetahui keefektifitasan ekstrak daun sirih (Piper batle L.) dalam mencegah
tumbuhnya bakteri pada ketiak dan mengurangi masalah bau badan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
1.1 DEODORANT
Deodoran adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk mengontrol bau badan. Produkproduk ini dibuat dengan pencampuran bahan aktif dan bahan-bahan tambahan lainnya.Bau
badan terutama dihasilkan di daerah di bawah lengan di mana ada konsentrasi tinggi kelenjar
keringat. Sementara keringat dari kelenjar ini awalnya tidak berbau, mengandung minyak
alami, yang disebut lipid, yang menyediakan media pertumbuhan bakteri yang hidup pada
kulit. Bakteri ini berinteraksi dengan lipid, mengubahnya menjadi senyawa yang memiliki
bau khas berkeringat. Asam isovaleric, misalnya, adalah salah satu senyawa kimia yang
memberikan bau pada keringat. Ada dua jenis utama dari produk yang digunakan untuk
mengontrol bau badan. Pertama, deodoran, mengurangi bau badan dengan membunuh bakteri
penyebab bau. Produk ini tidak mempengaruhi jumlah keringat yang dihasilkan tubuh.
Adapun Antiperspirant, di sisi lain, menghambat aktivitas kelenjar keringat sehingga lebih
sedikit uap air yang dihasilkan. Selain menghindari basah yang tidak menyenangkan, produk
ini juga mengurangi bau karena ada sedikit keringat yang berinteraksi dengan bakteri.
Sementara deodoran dianggap produk kosmetik karena mereka hanya mengontrol bau,
antiperspirant sebenarnya narkoba karena mereka mempengaruhi fisiologi tubuh. Meskipun
mekanisme yang tepat dari interaksi fisiologis ini tidak sepenuhnya dipahami, teori
mengatakan bahwa garam antiperspiran menempel sementara di beberapa bukaan kelenjar
keringat sehingga kelembaban tidak disekresikan. Sementara pengurangan kelembaban ini
tidak cukup parah untuk mengganggu metabolisme tubuh normal.

A. Sejarah Deodoran
Produk untuk mengontrol bau badan telah digunakan selama berabad-abad. Sebelum mandi
menjadi biasa, orang-orang menggunakan parfum padat untuk menutupi bau badan. Pada
akhir abad kesembilan belas, ahli kimia mengembangkan produk yang mampu mencegah
pembentukan bau tersebut. Deodorant pertama adalah pasta yang diterapkan pada daerah
ketiak, produk tersebut pertama yang bermerek dagang di Amerika Serikat adalah Mum pada
tahun 1888 itu krim lilin yang sulit menempel dan sangat berantakan. Beberapa tahun
kemudian, Everdry, deodoran pertama yang menggunakan aluminium klorida dikembangkan.

Dalam waktu 15 tahun, berbagai produk yang dipasarkan di sejumlah bentuk yang berbeda
termasuk krim, padatan, bantalan, dabbers, roll-ons, dan serbuk. Deodoran Stick yang
dikemas dalam tabung berongga dengan platform lift di dalam yang bergerak ke atas dan ke
bawah untuk mengeluarkan produk. Dalam beberapa paket, platform ini dapat didorong
dengan tangan, di lain itu diangkat dengan memutar sekrup yang bisa membuat sediaan naik
dan terangkat.
1.2 DAUN SIRIH
Sirih
Piper batle L.
Nama umum : Sirih
Indonesia : Sirih
Sunda : Seureuh
Pilipina : Ikmo
Cina : Jujjang
A. Klasifikasi
Kingdom

:Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom

: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta ( Menghasilkan biji)


Divisi : Magnoliophyta ( Tumbuhan berbunga)
Kelas

: Magnoliopsida ( Berkeping 2/dikotil)

Sub Kelas: Magnoliidae


Ordo: Piperales
Family

: Piperacceae ( Suku sirih-sirihan)

Genus : Piper
Spesies: Piper batle L.
Sirih dikenal dengan sirih hijau, sirih merah, sirih hitam, sirih kuning, dan sirih perak. Daun
sirih (Piper batle L.) merupakan tumbuhan yang dikenal dengan nama ilmiah Piper batel
linn, dan termasuk dalam familia piperaceae. Sirih merupakan tanaman menjalar menyerupai
tanaman lada. Daunnya berbentuk jantung, berujung runcing, tumbuh berselang-seling,
bertangkai, teksturnya agak kasar jika diraba dan mengeluarkan bau yang sedap (aromatis)

jika diremas. Panjang daun 6-17,5 cm dan lebar 3,5-10 cm. Tanaman sirih memiliki bunga
dengan bentuk bulir. Bunga ini juga memiliki daun pelindung dengan ukuran 1mm,
bentuknya bulat memanjang. Sirih juga memiliki buah yang digolongkan sebagai buah buni
(buah dengan dinding dua lapis). Bentuk buah ini bulat dan warnanya hijau cenderung abuabu.
Organ akar pada tanaman sirih digolongkan sebagai akar tunggang. bentuknya bulat dan
warnanya coklat dengan sedikit menjurus pada warna kuning khas akar lainnya.
B. Kandungan dan Efek FarmakologisDaun Sirih (Piper batle L.)
Menurut Winarto Secara umum daun sirih (Piper batel L.) mengandung minyak atsiri 14,2%, hidrosikavikol, kavikol 7,2-16,7%, kavibetol 2,7-6,2%, allilfikatekol 0-9,6%, karvakrol
2,2-5,6%, eugenol 26,8-42,5%, eugenol metileter 4,2-15,8%, p-simen 1,2-2,5%, sineol 2,415,8%, karyofilen 3-9,8%, kadinen 2,4-15,8% estragol, terpen,seskuiterpen, fenil propane,
tannin, diastase 0,8-1,8%, gula, pati.
Minyak atsiri merupakan salah satu hasil proses metabolisme dalam tanaman yang terbentuk
karena reaksi berbagai senyawa kimia dan air. Bahan kimia yang ada pada minyak atsiri yaitu
monoterpen, seskuiterpen, fenol, alkohol, keton, eter atau ester, aldehida, dan kumarin. Pada
minyak atsiri daun sirih, bahan kimia yang utama adalah fenol dan alkohol. Fenol merupakan
bahan kimia yang paling antiseptik ditemukan dalam tanaman, fenol merangsang fungsi
tubuh dalam dosis kecil. Namun, dosis besar dapat menjadi racun pada sistem saraf dan dapat
menyebabkan iritasi kulit serta kenyamanan pencernaan untuk orang yang sensitif. Alkohol
ini bersifat sangat antiseptik, antibakteri, anti jamur dan antibiotik. Alkohol adalah obat yang
baik untuk sistem saraf dan merangsang respon imun tubuh. Berdasarkan pustaka dari hasil
penelitian yang pernah dilakukan ekstrak etanol daun sirih (Piper batel L.) memiliki nilai
MIC (Minimum Inhibitory Concentration) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococus
Epidermidis adalah 1,5625mg/ml .
C. Fenol
Nama lain dari fenol adalah asam karbolik, hidroksi benzen, oksibenzen, asam fenik, fenil
hidrat, fenil hidroksi, asam fenilik, alkohol fenilik. Struktur kimia dari fenol yaitu, C 6H6O,
dengan bobot molekul 94,11. Struktur fenol ialah

OH

Fenol berfungsi sebagai antimikroba dan desinfektan. Fenol biasa digunakan pada prodak
farmasetika parenteral begitu juga topikal dan kosmetik. Fenol dapat menghambat
pertumbuhan mikroorganisme seperti bakteri gram negatif dan bakteri gram positif,
mikobakterium dan jamur beserta virus. Salah satu contoh bakteri gram positif adalah
Staphylococcus Epidermidis, dimana bakteri ini banyak ditemukan pada daerah kulit
terutama ketiak.
D. Staphycoccus epidermidis
Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang paling penting pada coagulase
staphylococci (CoNS). Dahulu bakteri ini dianggap sebagai kontaminan, namun saat ini
dikenali sebagai patogen jika kondisinya memungkinkan untuk terjadinya multiplikasi.
Kepentingan klinis
Staphylococcus epidermidis menyebabkan infeksi akibat penggunaan kanula intravena, alat
prostetik intravaskular yang terpasang untuk jangka waktu lama, pirau (xhunt)
ventrikuloperitoneal, dan sendi prostetik. Hal ini dapat menyebabkan bakteremia maupun
endokarditis dan memerlukan pengangkatan prostesis. Produksi biofilm berkontribusi
terhadap patogenitas.
Diagnosis laboratorium
Staphylococcus epidermidis mudah tumbuh pada media laboratorium; bakteri ini tidak
memproduksi koagulase. Penentuan spesies dilakukan dengan uji biokimia. Pola restriksi
DNA atau teknik molekular lainnya mungkin dibutuhkan untuk menentukan apakah strain
tersebut identik. Staphylococcus epidermidis dan CoNS lainnya merupakan kontaminan yang
sering terdapat pada kultur darah, dan memerlukan evaluasi yang teliti untuk kepentingan
klinis.

Kerentana terhadap antibiotik


Kelompok organisme ini secara seragam rentan terhadap vankomisin dan biasanya juga
rentan terhadap teiklopanin. Bakteri ini dapatrentan terhadap agen apapun yang digunakan
pada infeksi Staphylococcus aureus, tetapi hal ini sulit diprediksi. Pengobatan ini harus
dipandu oleh uji in vitro.
E. Ekstraksi
Ekstraksi atau penyarian adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut dari bahan yang tidak
dapat larut dengan pelarut cair. Faktor yang mempengaruhi kecepatan ekstraksi adalah
kecepatan difusi zat yang larut melalui lapisan-lapisan batas antara cairan penyari dengan
bahan yang mengandung zat tersebut. Secara umum ekstraksi dapat dibedakan menjadi
reflux, infundasi, maserasi, perkolasi, soxhlet, dan destilasi. Cairan penyari yang dipakai
harus dipertimbangkan banyak faktor antara lain harus memenuhi kriteria tersebut:
1.Murah dan mudah diperoleh.
2.Stabil secara fisika dan kimia.
3.Bereaksi netral.
4.Tidak mudah menguap dan terbakar.
5.Selektif, yaitu hanya menarik zat berkhasiat yang dikehendaki.
6.Tidak mempengaruhi zat yang berkhasiat.
7.Diperbolehkan oleh peraturan.
Maserasi
Maserasi adalah salah satu jenis metoda ekstraksi dengan sistem tanpa pemanasan atau
dikenal dengan istilah ekstraksi dingin, jadi pada metoda ini pelarut dan sampel tidak
mengalami pemanasan sama sekali. Sehingga maserasi merupakan teknik ekstraksi yang
dapat digunakan untuk senyawa yang tidak tahan panas ataupun tahan panas. Namun
biasanya maserasi digunakan untuk mengekstrak senyawa yang tidak tahan panas
(termolabil) atau senyawa yang belum diketahui sifatnya. Karena metoda ini membutuhkan
pelarut yang banyak dan waktu yang lama. Secara sederhana, maserasi dapat kita sebut
metoda perendaman karena memang proses ekstraksi dilakukan dengan hanya merendam
simplisia kering daun sirih tanpa mengalami proses lain kecuali pengocokan (bila
diperlukan). Prinsip penarikan (ekstraksi) senyawa dari simplisia kering daun sirih adalah

dengan adanya gerak kinetik dari pelarut, dimana pelarut akan selalu bergerak pada suhu
kamar walaupun tanpa pengocokan. Namun untuk mempercepat proses biasanya dilakukan
pengocokan secara berkala.
a. Kelebihan Maserasi
Seperti dijelaskan diatas maserasi dapat digunakan untuk jenis senyawa tahan panas ataupun
tidak tahan panas. Selain itu tidak diperlukan alat yang spesifik, dapat digunakan apa saja
untuk proses perendaman.
b. Kekurangan Maserasi
Maserasi membutuhkan waktu yang lama, biasanya paling cepat 3x24jam, disamping itu
membutuhkan pelarut dalam jumlah yang banyak.

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

Metode yang akan dilakukan pada penelitian kali ini meliputi ekstraksi daun sirih (Piper
batle L.), pembuatan sediaan deodoran batang dengan ekstrak daun sirih (Piper batle L.), uji
stabilitas sediaan deodoran batang dengan ekstrak daun sirih (Piper batle L.), dan uji
keamanan sediaan deodoran batang dengan ekstrak daun sirih (Piper batle L.).
Pembuatan ekstrak daun sirih dilakukan dengan tahapan meliputi, pengeringan daun sirih
yang di oven dalam suhu 50oC selama 24 jam, hingga menjadi simplisia. Setelah itu grinder
daun sirih hingga di dapat serbuk, ayak dengan mesh 16, lalu simpan di wadah tertutup rapat.
Kemudian dilakukan ekstraksi dengan cara metode maserasi menggunakan pelarut etanol
96%. Pembuatan deodorant batang ekstrak daun sirih (Piper batle L.) menggunakan formula
yang diambil dari beberapa pustaka. Lalu dilakukan uji Stabilitas sediaan deodoran batang
dengan ekstrak daun sirih (Piper batle L.) meliputi, pengamatan organoleptik, pengukuran
pH, homogenitas dan titik potong selama 56 hari pengamatan. Pembuatan suspensi bakteri
Staphylococcus epidermidis. Konsentrasi suspensi bakteri uji pada penelitian ini adalah 106
CFU/ml. Bakteri di inokulasi pada Nutrient Broth kemudian diinkubasi dengan suhu 3737,5oC selama 18-24 jam. Kemudian dilakukan pengujian aktivitas asntibakteri dari sediaan
terhadap bakteri uji dengan menggunakan media Nutrient Agar. Pengujian aktivitas
antibakteri dilakukan dengan tahapan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 sampai 14. Kemudian yang terakhir
adalah uji keamanan sediaan deodoran batang dengan ekstrak daun sirih (Piper batle L.). Uji
keamana dilakukan untuk memastikan apakah sediaan tersebut aman digunakan pada
manusia.

BAB IV
ALAT DAN BAHAN
4.1

Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat gelas, alat pengering (oven), blender,
pipet tetes, spatula, batang pengaduk, labu Erlenmeter, tabung reaksi, alat maserasi, rotary
evaporator, alumunium foil, ayakan mesh no 16, cetakan untuk deodorant, cawan petri, dan
alat-alat lainnya yang bisa digunakan di laboratorium.

4.2

Bahan

Ekstrak daun sirih (Piper battle L.), etanol 96%, Propilen glikol, carbowax 1540, promidium
SY, aquadest, monateric CLV, pewangi, sodium stearat, suspense bakteri Sthapylococcus
epidermidis, nutrient broth, dan nutrient agar.

BAB V
RANCANGAN PENELITIAN

5.1

Pembuatan simplisia serbuk daun sirih (Piper batle L.)

Daun yang telah bersih dan bebas dari sisa air cucian dikeringkan dalam oven dengan suhu
50oC selama 24 jam, setelah itu simplisa kering dibersihkan kembali dari kotoran yang
mungkin tidak hilang pada saat pencucian. Tahap selanjutnya simplisa kering digrinder
sehingga menjadi simplisa serbuk, setelah itu serbuk simplisa diayak dengan menggunakan
mesh 16, kemudian disimpan dalam wadah bersih dan tertutup rapat.
5.2

Prosedur Maserasi

Simplisia serbuk kering dimasukkan ke dalam bejana (maserator) kemudian direndam dengan
pelarut etanol 96% sampai terendam sempurna dan tambahkan sekitar 1-2cm pelarut etanol
96% di atas permukaan sample, kemudian tutup bagian atas untuk mencegah masuknya
pengotor dan penguapan pelarut, namun berikan sedikit lobang untuk mencegah terjadinya
letupan akibat penguapan pelarut. Perendaman dilakukan selama kurun waktu tertentu, yaitu
dilakukan selama 24 jam dengan diberikan pengadukan setiap 1-2 jam (kalau malam biarkan
saja tidak perlu di aduk), proses pengadukan bukan keharusan. Setelah 24 jam ganti pelarut
dengan pelarut baru dan selanjutnya perlakukan sama dengan yang pertama. Penggantian
pelarut dilakukan untuk mempercepat proses ekstraksi, karena pelarut pertama kemungkinan
sudah jenuh oleh senyawa sehingga tidak dapat melarutkan kembali senyawa yang
diharapkan, dan waktu pergantian tergantung kebutuhan tidak harus 24 jam. Penggantian
pelarut dihentikan bila pelarut terakhir setelah didiamkan seperti pelarut sebelumnya
memperlihatkan warna asli pelarut yang menandakan senyawa sudah terekstraksi seluruhnya.
Ekstrak cair dari pelarut pertama dan pelarut selanjutnya disatukan, untuk dikisatkan (INGAT
pengisatan harus dilakukan dengan cara dingin misalnya dengan evaporator supaya senyawa
yang diharapkan tidak rusak).

5.3

Pembuatan Deodoran Batang dengan Ekstrak Daun Sirih ( Piper batle L.)

Pembuatan sediaan deodoran disini menggunakan formula yang diambil dari beberapa
pustaka, dimana pemilihannya berdasarkan pada kemudahan mendapatkan bahan-bahannya.
Formula tersebut di buat dalam 4 variasi konsentrasi ekstrak daun sirih dengan menggunakan
pelarut etanol 96%. Kemudian diamati formula mana yang baik kestabilan fisiknya maupun
potensi terhadap mikroba uji.
Formula :
Propylene Glycol

49,50%

Carbowax 1540

6,00%

Promidium SY

7,00%

DI Water

27,25%

Monateric CLV

2,00%

Fragrance

2,00%

Sodium Stearat

6,00%

Cara Pembuatan :
Panaskan Promidium SY dan Carbowax 1540 ke 70-75oC. Tambahkan wewangian, Monateric
diaduk perlahan. Hentikan Pemanasan. Diamkan sampai hangat. Masukan Zat aktif atau
ekstrak daun sirih, Propilen glikol, dan Sodium stearat, aduk hingga rata. Diamkan sediaan,
biarkan hingga sedikit mengeras. Masukan sedikit demi sedikit pada cetakan yang sudah di
siapkan sesuai dengan takaran atau dosis yang sudah di tentukan. Kemas, dan sediaan siap

Bahan

Folrmula Untuk Deodoran Stick


F0

F1

F2

F3

49,50

49,344

49,266

49,188

Carbowax 1540

6%

6%

6%

6%

Promidium SY

7%

7%

7%

7%

DI Water

27,25

27,25%

27,25%

27,25%

Propylene Glycol

%
Monateric CLV

2%

2%

2%

2%

Fragrance

2%

2%

2%

2%

Sodium Stearat

6%

6%

6%

6%

Ektrak Daun Sirih

1x MIC

2x MIC

3x MIC

5.4

Pembuatan suspensi bakteri Staphylococcus epidermidis

Konsentrasi suspensi bakteri uji pada penelitian ini adalah 10 6CFU/ml. Bakteri di inokulasi
pada Nutrient Broth kemudian diinkubasi dengan suhu 37-37,5oC selama 18-24 jam.
Selanjutnya perbenihan tersebut distandarisasi dengan menggunakan metode Mc Farland
yaitu dengan cara menyamakan kekeruhannya dengan larutan standar 0,5 Mc Farland dengan
pengenceran memakai mediium Nutrient Broth sehingga didapatkan konsentrasi bakteri 106
CFU/ml.

5.5

Prosedur Penetapan MIC (Minimum Inhibitory Concentration)


1. Masukkan sediaan uji (ekstrak daun sirih) ke dalam labu ukur, larutkan denngan
pelarut awalnya. Kemudian tambahkan pengencer akhir sampai tanda batas.
2. Rencanakan pengenceran ekstrak dan hitung konsentrasi campuran pada masingmasing tabung reaksi dan cawan petri.
3. Buat pengenceran bertingkat larutan sediaan uji dengan air suling dalam tabungtabung reaksi.
4. Bagi permukaan dasar cawan menjadi area sama besar. Beri label nama bakteri uji
(Staphylococcus epidermidis) pada setiap area.
5. Pipet 1 ml masing-masing pengenceran ekstrak ke dalam cawan petri. Tanbahkan 18
ml NA cair bersuhu 40-50oC, goyangkan beberapa saat, lalu diamkan sampai
membeku.
6. Goreskan bakteri pada area yang terpisah dengan menggunakan ose. Buat kontro
positif yang terdiri dari 20 ml NA dalam cawan petri, yang digores oleh bakteri pada
area terpisah.
7. Inkubasikan cawan petri pada suhu 37oC selama 18-24 jam. Amati pertumbuhan
bakteri dari koloni-koloni yang tampak. Bandingkan morfologi koloni-koloni tersebut
dengan kontrol positif.
8. Tentukan dimana MICnya. MIC terletak pada rentang konsentrasi terkecil yang tidak
menunjukkan adanya pertumbuhan koloni bakteri dan konsentrasi pertama yang
menunjukkan adanya pertumbuhan koloni bakteri.
9. Diperhatikan apakah terdapat perbedaan kepadatan koloni bakteri. Kepadatan koloni
dibandingkan dengan OI (Original Inokulum) untuk menentukan MIC (Minimum
Inhibitory Concentration) dimana nilai KBM adalah 0,1% OI.

5.6 Uji aktivitas antibakteri deodoran batang dengan ekstrak daun sirih terhadap
bakteri Staphylococcus epidermidis

Media yang digunakan pada pengujian daya bakteri adalah NA (Nutrient Agar). Media ini
dipilih

karena

dapat

mengoptimalkan

pertumbuhan

Staphylococcus

epidermidis.

Pertumbuhan yang optimal karena media tersebut mengandung nutrisi yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan bakteri.
Uji daya anti bakteri digunakan metode kertas cakram (Paper Disc Method). Dipilih metode
difusi karena sederhana, mudah, dan hasil yang diperoleh akurat. Sebelum dilakukan
inokulasi, terlebih dahulu dibuat suspensi bakteri.
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode taburan (Pour Plate Method) yaitu
dengan mencampurkan media uji dan suspensi bakteri sampai homogen sehingga
pertumbuhan bakteri pada media uji dapat tersebar secara merata. Alasan menggunakan
metode ini adalah sederhana, daya hambat yang muncul bisa diamati dengan jelas.
Setelah media yang berisi suspensi mikroba memadat, dilakukan pembolongan media dengan
diameter 5 mm. Kemudian diinkubasi dengan suhu 270C selama 3 x 24 jam.
Adanya daya bakterisid ditunjukkan dengan terbentuknya daerah bening di sekitar bolongan
media. Daerah hambat tersebut adalah daerah yang tidak ditumbuhi Staphylococcus
epidermidis karena adanya senyawa yang bersifat anti bakteri. Aktifitas anti bakteri ekstrak
daun sirih disebabkan adanya senyawa fenol golongan terpenoid. Senyawa fenol merupakan
golongan terpenoid yang mempunyai sifat antibakteri lima kali lipat lebih besar dari senyawa
fenol biasa.

5.7

Stabilitas Sediaan Deodoran Batang Ekstrak Daun Sirih (Piper batle L.)

a. Pengamatan Organoleptik
Uji organoleptik adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui bau dari deodoran batang.
Uji ini didasarkan pada penampakan secara fisik yang dapat teramati oleh pancaindera secara
langsung. Hasil uji organoleptis deodoran yang baik adalah jika sampel sediaan memiliki
bentuk warna dan bau yang baik. Sediaan disimpan selama 56 hari dengan tujuan untuk
mengetahui apakah sediaan tersebut masih memiliki warna, bau dan keefektifitasannya,
dengan catatan setiap minggu di cek stabilitasnya.
b. Pengukuran pH

pH adalah derajat keasaman digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman dalam suatu
sediaan. Nilai pH berkisar 0-14. Suatu sediaan dikatakan netral apabila memiliki nilai pH = 7,
nilai pH <7 menunjukan sediaan memiliki sifat badsa, sedangkan nilai pH >7 menunjukan
keasaman. pH deodoran yang dianjurkan oleh literatur yaitu berkisar diangka 7-8.

c. Homogenitas
Uji homogenitas adalah uji yang dilakukan pada suatu sediaan dengan membandingkan
keseragaman zat yang tersebar merata ke seluruh sediaan. Biasanya digunakan preparat dan
diamati dengan mikroskop untuk tingkat kehomogenan sediaan tersebut.
d. Titik Potong
Pada pengujian titik potong sediaan deodoran akan diamati berat air berbanding dengan
variabel hari pengujian. Semakin rendah titik potong maka massa deodoran batang akan
semakin lunak dan sebaliknya apabila titik potong tinggi. Titik potong deodoran adalah pada
100ml berdasarkan literatur.
5.8

Keamanan Sediaan Deodoran Batang Ekstrak Daun Sirih (Piper betel L.)

Uji keamana dilakukan untuk memastikan apakah sediaan tersebut aman digunakan pada
manusia atau tidak. Pada pengujian sediaan deodorant, sediaan tersebut diujikan pada
sukarelawan. Kemudiaan dicatat respon sukarelawan terhadap timbulnya rasa panas, eritema,
gatal-gatal, atau perih. Jika respon yang dialami negatif, maka sediaan dianggap aman untuk
digunakan.

DAFTAR PUSTAKA
DepKes RI, Formularium Kos-metika Indonesia,ed 1, Jakarta: DepKes RI, Jakarta,1985.
Hasby,E.,Keringat dan Bau Badan. www.Kompas.com.28 April 2005.

Soeryati, Sri.,Formulasi Deodoran Bentuk Batang (Stick) dengan Lendir Daun Lidah Buaya (
Aloe vera Linn.),Farmasi FMIPA UNPAD, Jatinangor-Sumedang.
Thaman, Laurent A and Zoe Diana Draelos,Cosmetic Formulation of Skin Care Products,
vol.30, Taylor & Francis, New York,2006,123-130.
Hariana, Arief., 262 Tumbuhan Obat dan Khasiatnya, Jakarta: Penebar Swadaya,2013.
Laden, Karl., Antiperspirants and Deodorants New York: Marcel Dekker, 1988.

Strandberg, Keith., "Antiperspirant & Deodorant Update." Soap-Cosmetics-Chemical


Specialties (April 1993).

Hamdani, S., Metode Maserasi. www.catatankimia.com.


Damayanti Moeljanti, Rini & Mulyono.,Khasiat & Manfaat Daun Sirih: Obat Mujarab dari
Masa ke Masa, Jakarta Press, Jakarta.

Fauziah, Lisna., Laporan Deodoran dan Antiperspirant, Yogyakarta, 2012.


Rowe, Remond C., P J Sheskey., P J Weller., Handbook of Pharmaceutical Excipients, ed 4,
Pharmaceutical Press, London, 2003.
Flick, Ernest W., Cosmetic and Toiletry Formulation, ed 2nd, vol.8, Noyes Publication &
William Andrew Publishing, USA, 2001.
Melnick, Jawtz & Aldelberg, Mikrobiologi Kedokteran, ed 20, EGC, Jakarta, 1996.

Anda mungkin juga menyukai

  • Minpro Bab 3
    Minpro Bab 3
    Dokumen3 halaman
    Minpro Bab 3
    Febry Firmansyah
    Belum ada peringkat
  • Penyuluhan Hipertensi
    Penyuluhan Hipertensi
    Dokumen10 halaman
    Penyuluhan Hipertensi
    Febry Firmansyah
    Belum ada peringkat
  • Minpro Bab 1
    Minpro Bab 1
    Dokumen5 halaman
    Minpro Bab 1
    Febry Firmansyah
    Belum ada peringkat
  • Minpro Bab 2
    Minpro Bab 2
    Dokumen10 halaman
    Minpro Bab 2
    Febry Firmansyah
    Belum ada peringkat
  • Resep Mpasi 6 12 Bulan Mpasi Rumahan
    Resep Mpasi 6 12 Bulan Mpasi Rumahan
    Dokumen55 halaman
    Resep Mpasi 6 12 Bulan Mpasi Rumahan
    romeospidey
    100% (1)
  • PUISI_SEKOLAH
    PUISI_SEKOLAH
    Dokumen9 halaman
    PUISI_SEKOLAH
    srimaryana
    Belum ada peringkat
  • Rangkuman Peren
    Rangkuman Peren
    Dokumen1 halaman
    Rangkuman Peren
    Febry Firmansyah
    Belum ada peringkat
  • Aura
    Aura
    Dokumen2 halaman
    Aura
    Febry Firmansyah
    Belum ada peringkat
  • Rangkuman PP.12
    Rangkuman PP.12
    Dokumen1 halaman
    Rangkuman PP.12
    Febry Firmansyah
    Belum ada peringkat
  • Puisi
    Puisi
    Dokumen2 halaman
    Puisi
    Wahyu Ardiansyah
    Belum ada peringkat
  • Beljar Jadi Hacker
    Beljar Jadi Hacker
    Dokumen3 halaman
    Beljar Jadi Hacker
    api-3701412
    Belum ada peringkat
  • 7 Standar Biaya Masukan 2017
    7 Standar Biaya Masukan 2017
    Dokumen11 halaman
    7 Standar Biaya Masukan 2017
    Suki Yani
    Belum ada peringkat
  • Ankilosis
    Ankilosis
    Dokumen13 halaman
    Ankilosis
    am_155008491
    Belum ada peringkat
  • PUISI
    PUISI
    Dokumen16 halaman
    PUISI
    Mustaqim Sy
    Belum ada peringkat
  • Batas Suci
    Batas Suci
    Dokumen1 halaman
    Batas Suci
    Febry Firmansyah
    Belum ada peringkat
  • Penyuluhan DBD
    Penyuluhan DBD
    Dokumen2 halaman
    Penyuluhan DBD
    Febry Firmansyah
    Belum ada peringkat
  • PTK PunyaKu
    PTK PunyaKu
    Dokumen19 halaman
    PTK PunyaKu
    Febry Firmansyah
    Belum ada peringkat
  • 7 Standar Biaya Masukan 2017
    7 Standar Biaya Masukan 2017
    Dokumen11 halaman
    7 Standar Biaya Masukan 2017
    Suki Yani
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kemajuan
    Laporan Kemajuan
    Dokumen6 halaman
    Laporan Kemajuan
    Febry Firmansyah
    Belum ada peringkat
  • PTK Ips SMK
    PTK Ips SMK
    Dokumen16 halaman
    PTK Ips SMK
    Ari Dwsmara
    Belum ada peringkat
  • Info Dasar Hiv
    Info Dasar Hiv
    Dokumen22 halaman
    Info Dasar Hiv
    Febry Firmansyah
    Belum ada peringkat
  • SURAT KUASA
    SURAT KUASA
    Dokumen1 halaman
    SURAT KUASA
    Febry Firmansyah
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kemajuan
    Laporan Kemajuan
    Dokumen4 halaman
    Laporan Kemajuan
    Febry Firmansyah
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kemajuan
    Laporan Kemajuan
    Dokumen4 halaman
    Laporan Kemajuan
    Febry Firmansyah
    Belum ada peringkat
  • Dari Febry
    Dari Febry
    Dokumen14 halaman
    Dari Febry
    Febry Firmansyah
    Belum ada peringkat
  • Dokcil Febryt
    Dokcil Febryt
    Dokumen18 halaman
    Dokcil Febryt
    Febry Firmansyah
    Belum ada peringkat
  • Dokcil Febryt Edited
    Dokcil Febryt Edited
    Dokumen36 halaman
    Dokcil Febryt Edited
    Febry Firmansyah
    Belum ada peringkat
  • Lagu Caka
    Lagu Caka
    Dokumen2 halaman
    Lagu Caka
    Febry Firmansyah
    Belum ada peringkat
  • Sapi
    Sapi
    Dokumen8 halaman
    Sapi
    Febry Firmansyah
    Belum ada peringkat