Anda di halaman 1dari 10

BAB II

PEMBAHASAN
A. Definisi Hipoglikemia
Hipoglikemia merupakan suatu kegagalan dalam mencapai batas
normal kadar glukosa darah (kedia, 2011). Hipoglikemia di definisikan
sebagai keadaan di mana kadar glukosa plasma lebih rendah dari 45 mg/dl
50 mg/dl.jadi, disimpulkan bahwa

hipoglikemia merupakan kadar

glukosa darah yang dibawah normal <60 mg/dl.


B. Klasifikasi
Hipoglikemia menurut (setyohadi 2011 dan Thompson 2011)
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Hipoglikemia Ringan
2. Hipoglikemia sedang
3. Hipoglikemia berat
C. Faktor risiko
Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko
hipoglikemia pada penderita diabetes menurut (kedi, 2011):
Batas konsentrasi glukoa darah berkaktan erat dengan system
hormonal, persyarafan dan pengaturan produksi glukosa endogen serta
penggunaan glukosa oleh organ perifer.Insulin memegang peranan utama
dalam pengaturan konsentrasi glukosa darah. Apabila konsentrasi glukosa
darah menurun melewati batas bawah konsentrasi normal, hormonehormon konstraregulasi akan melepas. Dalam hal ini, glucagon yang
diproduksi oleh sel pankres berperan penting sebagai pertahanan utama
terhadap hipoglikemia.Selanjutnya epinefrin, kortisol dan hormone
pertumbuhan juga berperan meningkatkan produksi dan mengurangi
penggunaan glukosa.Glucagon dan epinefrin merupakan dua hormone
yang disekresi pada kejadian hipoglikemia akut.Glucagon hanya bekerja
dalam hati. Glucagon mula-mula meningkatkan glikogenolisis dan
kemudian glukoneogenesis, sehingga terjadi penurunan energy dan akan
menyebabkan ketidakstabilan kadar glukosa darah (herdman, 2010).
Penurunan kadar glukosa darah juga mnyebabkan terjadinya penurunan
perfusi jaringan perifer, ehingga epinefrin juga merangsang lipolisis di

jaringan lemak serta proteolisis di otot yang biasanya ditandai dengan


berkeringat, mgemeteran, akral dingin, klien pinsan dan lemah (setyohadi,
2011).
Pelepasan epinefrin yang cenderung menyebabkan rasa lapar Karen
rendahnya kadar glukosa darah akan menyebabkan suplai oksigen
kejaringan menurun sehina masalah dapat diberikan oleh subkutan (SC)
atau intramuscular (IM). Hal ini dapat mencegah keterlambatan dalam
memulai pengobatan yang dapat dilakukan secara darurat.
D. Etiologi
1. Dosis pemberian insulin yang kurang tepat
2. Kurangnya asupan karbohidrat karena menunda atau melewatkan
makan
3. Konsumsi alcohol
4. Peningkatan penafaatn karbohidrat karena latihan atau penurunan berat
badan (kedia, 2011)
E. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala hipoglikemia menurut Setyohadi (2011) antara
lain:
1. Adrenergikseperti: pucat, keringat dingin, takikardi, gemetar, lapar,
cemas, gelisah, sakit kepala, mengantuk.
2. Neuroglikopeniaseperti bingung, bicara tidak jelas, perubahan sikap
perilaku, lemah, disorientasi, penurunan kesadaran, kejang, penurunan
terhadap stimulus bahaya.
F. Patofisiologi
Dalam diabetes, hipoglikemia terjadi akibat kelebihan insulin
relative ataupun absolute dan juga gangguan pertahanan fisiologis yaitu
penurunan plasma glukosa. Mekanisme pertahanan fisiologis dapat
menjaga keseimbangan kadar glukosa darah, baik pada penderita diabetes
tipe I ataupun pada penderita diabetes tipe II. Glukosa sendiri merupakan
bahan bakar metabolisme yang harus ada untuk otak.Efek hipoglikemia
terutama berkaitan dengan sistem saraf pusat, sistem pencernaan dan
sistem peredaran darah(Kedia, 2011).
Glukosa merupakan bahan bakar metabolisme yang utama untuk
otak.Selain itu otak tidak dapat mensintesis glukosa dan hanya menyimpan
cadangan glukosa (dalam bentuk glikogen) dalam jumlah yang sangat

sedikit.Oleh karena itu, fungsi otak yang normal sangat tergantung pada
konsentrasi asupan glukosa dan sirkulasi.Gangguan pasokan glukosa dapat
menimbulkan disfungsi sistem saraf pusat sehingga terjadi penurunan
suplay glukosa ke otak. Karena terjadi penurunan suplay glukosa ke otak
dapat menyebabkan terjadinya penurunan suplay oksigen ke otak sehingga
akan menyebabkan pusing, bingung, lemah (Kedia, 2011).
Konsentrasi glukosa darah normal, sekitar 70-110 mg/dL.
Penurunan kosentrasi glukosa darah akan memicu respon tubuh, yaitu
penurunan kosentrasi insulin secara fisiologis seiring dengan turunnya
kosentrasi glukosa darah, peningkatan kosentrasi glucagon dan epineprin
sebagai respon neuroendokrin pada kosentrasi glukosa darah di bawah
batas normal, dan timbulnya gejala gejala neurologic (autonom) dan
penurunan kesadaran pada kosentrasi glukosa darah di bawah batas normal
(Setyohadi, 2012). Penurunan kesadaran akan mengakibatkan depresan
pusat pernapasan sehingga akan mengakibatkan pola nafas tidak efektif
(Carpenito, 2007).
Batas kosentrasi glukosa darah berkaitan erat dengan system
hormonal, persyarafan dan pengaturan produksi glukosa endogen serta
penggunaan glukosa oleh organ perifer.Insulin memegang peranan utama
dalam pengaturan kosentrasi glukosa darah. Apabila konsentrasi glukosa
darah menurun melewati batas bawah konsentrasi normal, hormon-hormon
konstraregulasi akan melepaskan. Dalam hal ini, glucagon yang diproduksi
oleh sel pankreas berperan penting sebagai pertahanan utama terhadap
hipoglikemia.Selanjutnya epinefrin, kortisol dan hormon pertumbuhan
juga berperan meningkatkan produksi dan mengurangi penggunaan
glukosa.Glukagon dan epinefrin merupakan dua hormon yang disekresi
pada kejadian hipoglikemia akut.Glukagon hanya bekerja dalam hati.
Glukagon

mula-mula

meningkatkan

glikogenolisis

dan

kemudian

glukoneogenesis, sehingga terjadi penurunan energi akan menyebabkan


ketidakstabilan kadar glukosa darah (Herdman, 2010). Penurunan kadar
glukosa darah juga menyebabkan terjadi penurunan perfusi jaringan
perifer, sehingga epineprin juga merangsang lipolisis di jaringan lemak

serta proteolisis di otot yang biasanya ditandai dengan berkeringat,


gemetaran, akral dingin, klien pingsan dan lemah(Setyohadi, 2011).
G. Komplikasi
Komplikasi dari hipoglikemia pada gangguan tingkat kesadaran
yang berubah selalu dapat menyebabkan gangguan pernafasan, selain itu
hipoglikemia

juga

dapat

mengakibatkan

kerusakan

otak

akut.

Hipoglikemia berkepanjangan parah bahkan dapat menyebabkan gangguan


neuropsikologis sedang sampai dengan gangguan neuropsikologis berat
karena

efek hipoglikemia berkaitan dengan system saraf pusat yang

biasanya ditandai oleh perilaku dan pola bicara yang abnormal (Jevon,
2010) dan menurut Kedia (2011) hipoglikemia yang berlangsung lama bisa
menyebabkan kerusakan otak yang permanen, hipoglikemia juga dapat
menyebabkan koma sampai kematian
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Gula Darah puasa
Untuk mengetahui kadar gula puasa (sebelum diberikan glukosa 75
gram oral) dan nilai normalnya antara 70-110 mg/dl
2. Gula darah 2 jam post prandial
Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal <140 mg/dl/2
jam
3. HBA1c
Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh
kadar gula darah karena pasien tidak dapat mengontrol hasil dalam
waktu 2-6 %. Semakin tinggi maka akan menunjukan bahwa orang
tersebut menderita DM beresiko terjadinya komplikasi
4. Elektrolit terjadi peningkatan creatinin jika fungsi ginjalnya terganggu
5. Leukosit terjadi peningkatan jika sampai terjadi infeksi
I. Penatalaksanaan
Menurut Kedia (2011), pengobatan hipoglikemia tergantung pada
keparahan dari hipoglikemia. Hipoglikemia ringan mudah di obati
dengana supan karbohidrat seperti minuman yang mengandung glukosa,
tablet glukosa, atau mengkonsumsi makanan rigan.Dalam Setyohadi
(2011), pada minuman yang mengandung glukosa, dapat diberikan larutan

glukosa murni 20-30 gram (1 -2 sendok makan). Padahipoglikemia


berat membutuhkan bantuan eksternal, antara lain (Kedia, 2011) :
1. Dekstrosa
Untuk pasien yang tidak mampu menelan glukosa oral karena pingsan,
kejang, atau perubahan status mental, pada keadaan darurat dapat
pemberian dekstrosadalam air pada konsentrasi 50% adalah dosis
biasanya diberikan kepada orang dewasa, sedangkan konsentrasi 25%
biasanya diberikan kepada anak-anak.
2. Glukagon Sebagai hormone kontra-regulasi utama terhadap insulin,
glucagon adalah pengobatan pertama yang dapat dilakukan untuk
hipoglikemia berat. Tidak sepertidekstrosa, yang harus diberikan
secara intravena dengan perawatan kesehatan yang berkualitas
profesional, glucagon dapat diberikan olehs Subkutan (SC) atau
intramuscular (IM) injeksi oleh orang tua atau pengasuh terlatih. Hal
ini dapat mencegah keterlambatan dalam memulai pengobatan yang
dapat dilakukan secara darurat.
J. Pengkajian Keperawatan
1. Keluhan Utama
Biasanya simptomatis dan lebih sering hipoglikemi yang
menyertai keluhan lain sebelumnya seperti asfiksia, kejang sepsis
2. Riwayat :
ANC
Perinatal
Post Natal
Imunisasi
Diabetes mellitus pada orangtua/keluarga
Pemakaian parenteral nutrition
3. Data fokus
Data Subyektif
a. Sering masuk dengan keluhan yang tidak jelas
b. Keluarga mengeluh bayinya keluar banyak keringat dingin
c. Rasa lapar (bayi sering nangis)
d. Nyeri kepala
e. Sering menguap
f. Irritabel

Data obyektif
a. Parestisia pada bibir dan jari gelisah, gugup, tremor, kejang, kaku
b. Hight pitched cry, lemes, apatis, bingung, cyianosis, apnea,
nafas cepat irregular, keringat dingin, mata berputar-putar,
menolak makan dan koma
c. Plasma glukosa <50 gr
4. Status metabolic
Intake makanan yang melebihi kebutuhan kalori infeksi atau
penyakit-penyakit akut lain. Stres yang berhubungan dengan faktorfaktor psikologis dan sosial, obat-obatan atau terapi lain yang
mempengaruhi glikosa darah, penghentian insulin atau obat
antihiperglikemik oral.
5. Aktivitas/istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot tonus
menurun, gangguan istirahat/tidur
Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau aktivitas
Letargi/disorientasi, koma.
6. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut, kesemutan pada
ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama, takikardia
Tanda : perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi
menurun/tidak, disritmia, krekel, distensi vena jugularis, kulit panas,
kering, dan kemerahan, bola mata cekung
7. Integritas/Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial
berhubungan dengan kondisi ekonomi
Tanda : Ansietas, peka rangsangan
8. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (polyuria), nokturia, rasa
nyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru/berulang, nyeri
tekan abdomen, diare

Tanda : Urine encer, pucat, kuning, poliuri (dapat berkembang


menjadi oliguria/anuria, jika terjadi hipoglikemia berat), urin
berkabut, bau busuk (infeksi), abdomen keras, adanya ansietas, bising
usus lemah dan menurun hiperaktif (diare)
9. Nurisi/Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual/muntah, peningkatan masukan
glukosa/karbohidrat, bb menurun, dehidrasi, penggunaan diuretic
Tanda : Kulit kering/bersisik, kekakuan/distensi abdomen, muntah,
pembesaran

tiroid

(peningkatan

kebutuhan

metabolic

dengan

peningkatan gula darah), bau (halisitosis)


10. Neurosensori
Gejala : pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kelemahan ada otot,
parestesi, gangguan penglihatan
Tanda : Disorientasi, mengantuk, alergi, stupor/koma, gangguan
memori dan mental, tendon menurun, aktivitas kejang
11. Pernafasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum
purulent
Tanda : Frekuensi pernapasan meningkat
12. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Abdomen tegang/nyeri (sedang maupun berat)
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati
13. Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda : Demam, kulit rusak, paralisis otot
14. Seksualitas
Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi), masalah impoten pada pria,
kesulitan organisme pada wanita.
15. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Faktor resiko, keluarga DM, jantung, stroke, hipertensi,
penyembuhan yang lambat, penggunaan obat seperti diuretk, dilantin

dan fenobarbital. Rencana pemulangan, pengaturan diet, pengobatan,


perawatan diri, pemantauan terhdap glukosa darah.
K. Diagnosa Keperawatan
1. pola napas tidak efektif b/d adanya depresan pusat pernapasan, obesitas,
penurunan energi/kelelahan
2. Gangguan perfusi jaringan b/d hipoksia jaringan. Ditandai dengan
peningkatan TIK, nekrosis jaringan, pembengkakan jaringan otak, depresi
SSP dan oedema
3. Resiko tinggi injuri b/d penurunan kesadaran.

L. Intervensi keperawatan
No
1.

DX keperawatan
Tujuan
NIC
1. Pola napas tidak Setelah dilakukan
1. Observasi tandaefektif

b/d tindakan

adanya depresan keperawatan 3x24


pusat

jam

diharapkan

pernapasan,

klien

obesitas,

efektif

penurunan

Kriteria

energi/kelelahan

Pola

RR

nafas
hasil:
x

permenit

Ekspansi

dada

Sesak

nafas

hilang / berkurang
Tidak suara nafas
abnormal

memaksimalkan

napas yang paten


4. Pasang mayo bila
perlu
5. Observasi adanya
tanda-tanda

normal

untuk
ventilasi
3. Pertahakan jalan

dengan
16-24

tanda vital
2. Posisikan pasien

hipoventilasi
6. Auskultasi suara
napas,

catat

adanya

suara

tambahan

2.

Gangguan

perfusi setelah

jaringan
hipoksia

TIK, perfusi

bandingkan

jaringan

dengan

jaringan, berkurang/hilang

jaringan

dengan

criteria

otak, Hasil: tidak ada


SSP

dan tanda

oedema

peningkatan

tanda
TIK

Tanda tanda
vital dalam batas
normal

Tidak

secara

teratur,

dengan selama 3x24 jam

pembengkakan

status

neurologi

jaringan. keperawatan

peningkatan

depresi

1. Catat

b/d tindakan

Ditandai
nekrosis

dilakukan

adanya

2.

nilai

standart.
Catat ada atau
tidaknya refleksrefleks

tertentu

seperti

refleks

menelan,

batuk

dan Babinski.
3. Pantau
tekanan
darah
4. Perhatikan adanya

penurunan

gelisah

kesadaran

meningkat,
tingkah laku yang
tidak sesuai.
5. Tin ggikan kepala
tempat

tidur

sekitar

15-45

derajat

sesuai

toleransi

atau

indikasi. Jaga
kepala

pasien

tetap berada pada


posis netral.
6. Berikan oksigen
sesuai

3.

Resiko tinggi injuri

Setelah

1. Berikan

indikasi

posisi

b/d

penurunan

kesadaran

dilakukan

dengan

tindakan
keperawatan
selama

3x24

jam diharapkan
klien mencegah
terjadinya
resiko

lebih tinggi.
2. Kaji tanda-tanda
penurunan
kesadaran.
3. Observasi TTV
4. Atur posisi pasien
untuk

injury

sehubungan
dengan

Dengan criteria

melakukan latihan
gerak.

Hasil:
mengalami

kerusakan karena

bantuan untuk

kesadaran.

Pasien

menghindari
tekanan.
5. Beri

penurunan

injury.

kepala

tidak

Anda mungkin juga menyukai