Anda di halaman 1dari 37

PENYIMPULAN

Penyimpulan
Besi dibakar > panas, tak
terbakar

Jika benda dibakar


akan panas

Kaca dibakar > panas, tak


terbakar
Kayu dibakar > panas,
terbakar
Air dibakar > panas,
mendidih
Dll dibakar > panas

Jika besi, kaca


dibakar tak
terbakar

Jika kayu dibakar


terbakar ...... dll

Penyimpulan

Pengetahuan lama
Pengetahuan lama
Pengetahuan lama
Pengetahuan lama

Pengetahuan
Baru
Kesimpulan
Ilmu baru

Penyimpulan (Silogisme)
Penyimpulan adalah kegiatan akal budi
manusia
untuk
mendapatkan
pengetahuan yang baru berdasarkan
pengetahuan-pengetahuan (lama) yang
sudah dimilikinya.
Dengan
kata
lain,
atas
dasar
pengetahuan
yang
lama
(antecedens atau PREMIS) orang
berusaha
memperkembangkan
pemikirannya
untuk
memperoleh
pengetahuan
yang
baru

Antara pengetahuan yang baru dan


lama ada hubungan yang bukan
kebetulan.
Hubungan
itu
disebut
konsekuensi (consequentia) atau
hubungan penyimpulan.
Kesimpulan bisa lurus dan bisa tidak
lurus (palsu). Kesimpulan lurus apabila
harus
dan
dapat
ditarik
dari
antecedensnya. Sebaliknya, tidak lurus
apabila
tidak
dapat
ditarik
dari
antecedensnya.

Penyimpulan

Penyimpulan
Hubungan antara premis-premis
dengan konklusi disebut
konsekuensi (consequentia).
Antara premis-premis dengan
konklusi harus mempunyai
hubungan yang lurus, betul, dan
sah.
Dengan kata lain, kesimpulan disebut
lurus (= betul) apabila ditarik dari
atau berdasarkan antecedensantecedens (premis-premis)-nya.

Macam-Macam Penyimpulan
1. Dari sudut bagaimana terjadinya
a. Penyimpulan langsung (intuitif).
Penyimpulan ini tidak memerlukan
pembuktian-pembuktian. S=P. Lihat
pembalikan dan perlawanan atau
ekwivalensi dan keputusan langsung
empirik faktual ( Ini adalah ..... ).
b. Penyimpulan
tidak
langsung.
Penyimpulan ini diperoleh dengan
menggunakan term antara (M). M
berfungsi untuk memberikan alasan
mengapa S=P atau SP.

2. Dari sudut isi (benar) dan bentuk


(lurus)nya. Kesimpulan pasti benar
apabila:
a. Premisnya benar dan tepat. Ini
adalah
sudut
pandang
material
penyimpulan.
b. Jalan
pikirannya lurus. Artinya
hubungan
antara
premis
dan
kesimpulannya haruslah lurus. Ini
adalah
sudut
formal
suatu
penyimpulan.

Hukum penyimpulan
(Sillogisme)
P(Anteceden
s)

Benar
Salah
Salah
Benar/Salah

(consequenti
a)

Harus:
lurus
betul
- sah

(conclusio)

Benar
Salah / Benar
Salah

Benar

Penyimpulan

Induksi
Khusus
(satuan)

Umum
(general)

Deduksi

Sillogisme

Induksi

Deduksi

Kategori
s

Hipotetis

Jamak / Tersusun
Modalitas
Tunggal

Sillogisme

Kondisional

Hipotetis

Disyungtif

Kategoris

Hipotetis
Kategoris

Keputusan

Konyungtif

SILOGISME KATEGORIS

Bagan Silogisme
1.
2.
3.
4.

Sillogisme terdiri atas Premis-premis dan menuju kepada Kesimpulan


Silogisme terdiri dari 3 Term: Subyek, Predikat, dan Term Antara (M)
Premis Mayor adalah Premis yang mengandung Predikat Kesimpulan
Premis Minor adalah Premis yang mengandung Subyek Kesimpulan

Premis Mayor : Setiap manusia akan mati. M


P
Premis minor : Budi adalah manusia. S M
Kesimpulan
: Jadi, Budi akan mati.
SP

Hukum Umum
Yang menyangkut term-term:
1. Sillogisme mempunyai 3 term : S
MP
2. Term M tidak masuk dalam
Kesimpulan
3.S & P dalam Kesimpulan tidak lebih
luas daripada dalam Premis-premis
(cf latius hos) atau bahaya
generalisasi
4. Term M paling tidak sekali universal

Hukum Umum
Yang menyangkut keputusankeputusan:
1. Jika kedua premis afirmatif, maka
kesimpulan juga afirmatif
2. Kedua premis tidak boleh samasama negatif
3. Kedua premis tidak boleh samasama partikular
4. Kesimpulan mengikuti yang paling
lemah:
Negatif lebih lemah daripada

Kombinasi Berdasarkan Susunan


dan A-E-I-O

Kombinasi Berdasarkan
Posisi M

Kemungkinan Kombinasi Setiap susunan


(16 x 4) 64 64 x 4 = 256 (?)

Ternyata, tidak setiap Kombinasi


menghasilkan susunan silogisme yang
lurus. Kombinasi yang lurus itu pun
masih harus menepati beberapa syarat
lagi.

Hukum Khusus

SUSUNAN SAH SILOGI


SME

Sillogisme Tersusun
a. Epicherema: adalah sillogisme yang salah satu atau kedua
premisnya disambung dengan pembuktiannya (dengan premis
kausal).
b. Enthymema:
sillogisme yang salah satu premisnya atau kesimpulannya dilam
paui, atau dipersingkat, karena diandaikan orang sudah tahu.
c. Polysillogisme: adalah suatu deretan sillogisme, sehingga
kesimpulan sillogisme yang satu langsung menjadi premis
major untuk sillogisme berikutnya. (Hukum yang berlaku sama
dengan untuk susunan I)
d. Sorites: adalah semacam polysillogisme, tetapi bedanya
predikat keputusan yang satu langsung menjadi subyek
keputusan atau premis berikutnya.

Hukum Sorites
Semua premis (kecuali yang
terakhir) haruslah affirmatif.
Semua premis (kecuali yang
pertama) haruslah universal.
Kesimpulan mengikuti yang paling
lemah

Bagan Sorites
(Bdk dengan bagan Polysillogisme)

Dilema

Dilema adalah sebuah bentuk


argumentasi yang memiliki premis yang
terdiri dari proposisi disjungtif dan
premis minornya menunjukkan bahwa
setiap bagian pilihan disjungtif
manapaun selalu tidak benar (serba
salah).

Hukum Dilema
1. Keputusan
disjungtif
haruslah
lengkap / utuh. Semua kemungkinan
harus disebut.
2. Konsekuensinya haruslah lurus /
didasarkan pada antecendens.
3. Kesimpulan yang lain tidak mungkin.
Dilema tidak boleh bersifat terbuka
terhadap argumen balik.

SILOGISME HIPOTETIS

Silogisme Hipotetis
1. Hipotetis kondisional
Jika (a)maka (b)..
2. Hipotetis Disjungtif
(Atau)
.atau.
3. Hipotetis konjungtif
Tidak sekaligus
dan.

Silogisme Hipotetis Kondisional


Premis mayor berupa proposisi
kondisional, sedangkan premis minor
dan kesimpulan berupa proposisi
kategoris.
Inti keputusan kondisional adalah
hubungan ketergantungan antara
dua
klausa;
antecedens
dan
konsekuens.

keputusan kondisional
hubungan a dan b benar.
Keputusan kondisional

benar

jika

salah

jika

Hukum silogisme hipotetis


kondisional
1. Jika antecedensnya benar (dan
hubungannya
lurus)
maka
consequens (kesimpulan)nya juga
benar.
2. Jika consequens-nya salah dan
hubungannya
lurus
maka
antecedens-nya juga salah.

Penerapan Hukum
Jika jatuh cinta, aku tidak
konsentrasi belajar
Jika A benar maka B juga benar
Jika B salah maka A juga salah
Jika A salah maka B dapat salah
tetapi juga dapat benar.
Jika B benar maka A dapat salah
tetapi juga dapat benar.

Silogisme hipotetis disjungtif


Premis mayor terdiri dari keputusan
disjungtif. Premis minor mengakui /
memungkiri salah satu kemungkinan
yang disebut premis mayor.
Ada dua bentuk
1. Silogisme disjungtif dalam arti sempit.
2. Silogisme disjungtif dalam arti luas.

1. Silogisme disjungtif sempit


Mengandung dua kemungkinan; tidak lebih,
tidak kurang.
Tidak dapat sama-sama benar. Hanya satu
yang benar dan tidak ada kemungkinan yang
ketiga.
Tampak dalam dua corak
a.

b.

Modus ponendo tollens: mengakui satu


bagian disjungsi dalam premis minor dan bagian
yang lainnya dipungkiri dalam kesimpulan.
Modus tollendo ponens: memungkiri satu
bagian disjungsi dalam premis minor dan bagian
yang lainnya diakui dalam kesimpulan.

2. Silogisme disjungtif luas


Ada kemungkinan ketiga

Silogisme hipotetis konjungtif


Premis mayor berupa keputusan
konjungtif.
Dua kemungkinan
1. Afirmatif-negatif; premis minor afirmatif
dan kesimpulannya negatif.
2. Negatif-afirmatif; premis minor negatif
dan kesimpulannya afirmatif.

Hukum silogisme konjungtif


Jika yang satu benar, yang lain pasti
salah.
Jika yang satu salah, yang lain dapat
benar, dapat juga salah.
Ada kemungkinan ketiga, yaitu
kedua-duanya sama-sama salah.

Anda mungkin juga menyukai