Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS KETEPATAN PENGEBORAN VERTIKAL TERHADAP

PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK DAN FRAGMENTASI PADA PT.


AGINCOURT RESOURCES INDONESIA, TAPANULI SELATAN,
SUMATERA UTARA

PROPOSAL TUGAS AKHIR


Dibuat Untuk Memenuhi Persyaratan Tugas Akhir
Pada Fakultas Teknik Jurusan Pertambangan
Universitas Veteran Republik Indonesia
Oleh :
Miranda
2010 31 087

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS VETERAN REPUBLIK INDONESIA
MAKASSAR
2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelaksanaan kegiatan pengeboran dan peledakan pada tambang terbuka
memegang

peranan

penting

dalam

keseluruhan

proses

penambangan.

Perencanaan dan teknik yang rinci sangat diperlukan, yang meliputi perencanaan
teknik desain pengeboran dan peledakan, keakuratan lokasi dan jarak lubang
pengeboran, pemuatan dan jenis bahan peledak yang disesuaikan dengan sifat dan
karakteristik batuannya.
Rangkaian proses rinci tersebut menentukan hasil peledakan yang
dikehendaki oleh perencanaan tambang yakni fragmentasi, bentuk dinding, dan
keamanan serta keselamatan.
Untuk mendapatkan hasil peledakan yang optimal maka yang harus
dilakukan adalah pemilihan dan penggunaan jenis bahan peledak yang tepat guna
pada daerah daerah yang memiliki sifat dan karakteristik batuan yang berbeda
dan jumlah bahan peledak yang akurat
PT. Agincourt Resources merupakan salah satu perusahaan Emas yang
beroperasi di desa Aek Pining, Batangtoru, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara.
Kegiatan penambangannya menggunakan sistem tambang terbuka dengan
menggunakan metode open pit. Dimana proses penambangannya

dilakukan

secara berkesinambungan dimulai dari pembersihan lahan, pengupasan tanah


penutup, penggalian, pemuatan dan pengangkutan. Oleh karenanya peneliti akan
melakukan tugas akhir yang berkaitan dengan masalah keakuratan pengeboran
vertikal terhadap penggunaan bahan peledak dan fragmentasi.

1.2 Rumusan Masalah


Kondisi setiap lubang rencana peledakan tambang sangat berbeda satu dengan
lainnya, seperti lubang pada batuan keras atau lunak, kedalaman, diameter, berair
atau tidak berair. Faktor faktor tersebut akan menentukan pemilihan jenis dan
jumlah bahan peledaknya
Setelah jenis dan tipe

bahan

peledaknya

ditetapkan,

dilakukan

pengukuran/penakaran jumlah berat yang tepat dari masing masing jenis bahan
peledak yang akan digunakan.
Penakaran yang akurat sangat dierlukan untuk optimasi peledakan. Dengan
demikian sistem kalibrasi penakaran yang baku perlu ditingkatkan dan diamati,
dicatat dan didokumentasikan secara baik sebagai acuan dikemudian hari.
1.3 Batasan Masalah
Sehubungan dengan rumusan masalah di atas,
penulis akan membatasi masalah penelitian, yaitu

maka dalam penelitian ini


pada faktor-faktor yang

mempengaruhi ketepatan pengeboran vertikal dengan menggunakan bahan


peledak dan fragmentasi hasil peledakan.
1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian
Menganalisa keakuratan sistem pengeboran
Menganalisa pemilihan jenis bahan peledak yang digunakan berdasarkan

parameter bahan peledak di area tertentu


Mengevaluasi dan mencatat kalibrasi jumlah bahan peledak yang digunakan

pada area tertentu


Menganalisa hasil fragmentasi dari hasil peledakan
1.5 Metodologi penelitian
Metode yang digunakan adalah pengamatan langsung di lapangan.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan prosedur penelitian yang
mencakup :
1. Studi Literatur

Tahapan ini dilaksanakan dengan pengumpulan sumber informasi yang terkait


dengan kegiatan penelitian yang berasal dari referensi yang berkaitan dengan
masalah yang dihadapi.
2. Pengamatan Lapangan
Pengamatan lapangan dilakukan untuk memperoleh data-data berikut :
- Diameter lubang ledak
- Kondisi lubang ledak
- Pola peledakan
- Burden dan spacing
- Jumlah isian bahan peledak
- Foto fragmen batuan hasil peledakan
1.6 Landasan Umum
Pemberaian suatu batuan merupakan salah satu kegiatan utama dalam suatu
kegiatan penambangan dan salah satu metode yang sering digunakan adalah
pemboran dan peledakan selain digaru, sesuai tingkat kekuatan batu yang akan
ditambang.
1. Bahan peledak
Bahan peledak yang dimaksudkan adalahn bahan peledak kimia yang
didefinisikan sebagai suatu bahan kimia senyawa tunggal atau campuran
berbentuk padat, cair, atau campurannya yang apabila diberi aksi panas,
benturan, gesekan atau ledakan awal akan mengalami suatu reaksi kimia
eksotermis sangat cepat dan hasil reaksinya sebagian atau seluruhnya
berbentuk gas disertai panas dan tekanan sangat tinggi yang secara kimia lebih
stabil.
Panas dari gas yang dihasilkanreaksi peledakan tersebut sekitar
4000oC, adapun tekanannya, menurut langerfors dan kihlstrom (1978), bisa
mencapai lebih dari 100.000 atm setara dengan 101.500 kg/cm2 atau 9.850
Mpa (10.000 Mpa). sedangkan energy per satuan waktu yang ditimbulkan
sekitar 25.000 MW atau 5.950.000 kcal/s. oleh sebab itu kekuatan energy
tersebut hanya terjadi beberapa detik saja yang lambat laun berkurang seiring
dengan perkembangan keruntuhan batuan.
a. Reaksi dan produk peledakan
- Peledakan akan memberikan hasil yang berbeda dari yang diharapkan
karena tergantung pada kondisi eksternal saat pekerjaan tersebut dilakukan

yang mempengaruhi kualitas bahan kimia pembentuk bahan peledak


tersebut. Panas meruapakan awal terjadinya proses dekomposisi bahan
kimia pembentuk bahan peledak yang menimbulkan pembakaran,
dilanjutkan dengan deflragrasi dan terakhir detonasi. Proses dekomposisi
-

bahan peledak diuraikan sebagi berikut :


Pembakaran adalah rekasi permukaan yang eksotermis dan dijaga
keberlangsungannya oleh panas yang dihasilkan dari reaksi itu sendiri dan
produknya berupa pelepasan gas-gas. Reaksi pembakaran memerlukan
unsur oksigen baik yang terdapat di alam bebas maupun dari ikatan

molekuler dengan mengisolasi material yang terbakar dari oksigen.


Deflagrasi adalah proses kimia eksotermis di mana transmisi dari rekasi
dekomposisi didasarkan pada konduktivitas termal (panas). Deflagrasi
merupakan fenomena rekasi permukaan yang rekasinya meningkat
bmenjadi ledakan dan menimbulkan gelombang kejut (shock wave )
dengan kecepatan rambat rendah , yaitu antara 300 -1000 m/s atau lebih

rendah dari kecepatan suara (subsonic).


Ledakan, menurut Berthelot adalah ekspansi seketika yang cepat dari gas
menjadi bervolume lebih besar dari sebelumnya diiringi suara keras dan
efek mekanis yang merusak. Dari definisi tersebut dapat tersirat bahwa
ledakan tidak melibatkan reaksi kimia, tapi kemunculannya disebabkan
oleh transfer energy ke gerakan massa yang menimbulkan efek mekanis

merusak disertai panas dan bunyi keras.


Detonasi adalah proses kimia fisika yang mempunyai kecepatan reaksi
sangat tinggi, sehingga menghasilkan gas dan temperature sangat besar
yang semuanya membangun ekspansi gaya yang sangat besar pula.
Kecepatan reaksi yang sangat tinggi tersebut menyebarkan tekanan panas
ke seluruh zona peledakan dalam bentuk gelombang tekan kejut (shock
compression wave) dan proses ini berlangsung terus menerus untuk
membebaskan energy hingga berakhir dangan ekspansi hasil reaksinya.
Kecepatan rambat reaksi pada proses detonasi ini berkisar 3000-7500 m/s.

2. Klasifikasi bahan peledak


Adapun klasifikasi bahan peledak menurut beberapa tokoh :
1. Menurut R. L. Ash (1962), bahan peledak kimia dibagi menjadi :
a. Bahan peledak kuat (high eksplosive ) bila memiliki sifat detonasi atau
meledak dengan kecepatan reaksi antara 5.000 fps (1650 8.000 m/s)
b. Bahan peledak lemah (low explosive ) bila memiliki sifat deflagrasi
atau terbakar kecepatan reaksi kurang dari 5.000 fps (1.650 m/s)
2. Menurut Anon (1977), bahn peldak kimia dibagi menjadi 3 jenis seperti
terlihat berikut ini :
JENIS
Bahan peledak lemah (low

REAKSI
Deflagrate (terbakar)

CONTOH
Black powder

explosive)
Bahan peldak kuat (high

Detonate (meledak )

NG , TNT , PETN

explosive)
Blasting agent

Detonate (meledak )

ANFO , slurry , emulsi

3. Sifat sifat fisik bahan peldak


a. Density
Massa jenis bahan peledak merupakan faktor yang sangat
penting dalam menentukan efek ledakan. Makin tinggi massa jenis
makin terpusat energi dalam bahan peldaktersebut sehingga makin
besar efek ledakannya.
Untuk menunjukkan massa jenis kadang kadang ditemukan
istilah cartridge count, ialah angka yang menunjukkan jumlah
cartridge bahan peldak.
Loading density (de) adalah berat bahan peledak per satuan
panjang muatan dan dan dalam satuan british dinyatakan dalam lb/ft.
sedang diameter muatan (De) dinyatakan dalam inci.
Hubungan antara bobot isi, cartridge count (SC) dan loading density
adalah sebagai berikut :
De = 0,34 De2 (SG)
Bila SG = 140/SC atau 141 /SC maka
De = 48 De2/SC

Dengan sendirinya makin rendah massa jenis makin tinggi cartridge


count.
b. Sensitifity
Sensitifitas adalah sifat yang menunjukkan tingkat kemudahan
inisiasi bahan peledak atau kemudahan bagi suatu rekasi kimia bahan
peledak yang terjadi dalam lubang tembak untuk menjalar melalui
seluruh muatan. Sifat sensitive bahan peledak bervariasi tergantung
pada komposisi bahan kimi peledak , diameter dan temperature.
c. Water resistance
Ketahanan bahan peledak terhadap air adalah ukuran
kemampuan suatu bahan peledak untuk melawan air disekitarnya
tanpa kehilangan sensitifitas atau efisiensi. Apabila suatu bahan
peledak larut dalam air dalam waktu yang pendek ( mudah larut ) ,
berarti bahan peledak tersebut dikategorikan mempunyai ketahanan
terhadap air yang buruk atau poor, sebaliknya nila tidak larut dalam
air disebut sangat baik atau excellent.
d. Chemical stability
Kestabilan bahan kimia peledak
kemampuan

untuk

tidak

berubah

secara

maksudnya
kimia

dan

adalah
tetap

mempertahankan sensitifitas selama dalam penyimpanan di dalam


gudang dengan kondisi tertentu.
Faktor faktor yang mempercepat ketidak stabilan kimiawi antara lain
panas , dingin , kelembaban, kualitasbahan baku , kontaminasi,
pengepakan, dan fasilitas gudang bahan peledak. Tanda tanda
kerusakan bahan peledak dapat berupa kenampakan kristalisasi ,
penambatan viskositas , dan penambahan temperature.
e. Characteristic of fumes (karakteristik gas )
Detonasi bahan peledak akan menghasilkan fume , yaitu gasgas, baik yang tidak beracun (non-toxic) maupun yang mengandung
racun (toxic). Gas gas hasil peledakan yang tidak beracun seperti uap
air (H2O), karbondioksida (CO2), dan nitrogen (N2), sedangkan yang
beracun adalah nitrogen monoksida (NO), nitrogen oksida (NO 2) dan

karbon monoksida (CO). pada peledakan tambang bawah tanah gas


gas tersebut perlu mendapat perhatian khusus , yaitu dengan sistem
ventilasi yang memadai, sedangkan di tambang terbuka kewaspadaan
ditingkatkan bila gerakan angin yang rendah.
4. Karakteristik detonasi bahan peledak
Karakteristik detonasi menggambarkan prilaku suatu bahan peledak
ketika meledak untuk menghancurkan batuan. Beberapa faktor detonasi
yang penting diketahui meliputi :
a. Kekuatan bahan peledak
Kekuatan bahan peledak berkaitan dengan energy yang mampu
dihasilkan oleh suatu bahan peledak. Pada hakekatnya kekuatan suatu
bahan peledak tergantung pada campuran kimiawi yang mampu
menghasilkan energy panas ketika terjadi inisiasi. Terdpat dua jenis
sebutan kekuatan bahan peledak komersial yang selalu dicantumkan
pada spesifikasi bahan peledak oleh pabrik pembuatnya, yaitu
kekuatan absolute dan relatif. Berikut ini diuraikan tentang kekuatan
bahan peledak dan cara penghitungannya.
1. Kekuatan berat absolut
Energi panas maksimum bahan peledak teoritis didasarkan pada
campuran kimiawinya.
Energy per unit berat bahan peledak
AWSANFO adalah 373 kj/gr dengan campuran 94 % ammonium
nitrat dan 6% solar
2. Kekuatan berat relative
Adalah kekuatan bahan peledak ( dalam berat ) disbanding dengan
ANFO
RWSHANDAK = (AWSHANDAK/AWSANFO) X 100
3. Kekuatan volume absolute
Energi per unit volume, dinyatakan dalam joule/cc
ABSHANDAK = AWSHANDAK X densitas
ABSANFO = 373 kj/gr x 0,85 gr/cc = 317 kj/cc
4. Kekuatan volume raltif
Adalah kekuatan suatu bahan peledak curah (bulk) disbanding
ANFO
RBSHANDAK = (ABSHANDAK/ABSANFO) x 100

b. Kecepatan detonasi
Kecepatan detonasi disebut juga velocity of detination atau
VoD merupakan sifat bahan peledak dengan satuan millimeter per
sekon (m/s) atau feet per second (fps). Kecepatan detonasi diukur
dalam kondisi terkurung atau tidak terkurung.
Kecepatan detonasi terkurung adalah ukuran kecepatan
gelombang detonasi yang merambat melalui kolom bahan peledak di
dalam lubang ledak atau lubang terkurung lainnya. Sedangkan
kecepatan detonasi tidak terkurung menunjukkan kecepatan detonasi
bahan peledak apabila bahan peledak tersebut diledakkan dalam
keadaan terbuka. Karena bahan peledak umumnya digunakan dalam
keadaan derajat pengurungan tertentu, maka harga kecepatan
detonasi dalam keadaan terbuka menjadi lebih berarti.
Kecepatan detonasi bahan peledak harus melebihi kecepatan
suara massa batuan, sehingga akan menimbulkan energy kejut yang
mampu memecahkan batuan. Untuk peledakan pada batuan keras
dipakai bahan peledak yang mempunyai kecepatan detonasi tinggi
dan pada batuan lemah dipakai bahan peledak yang kecepatan
detonasinya rendah.
Nilai kecepatan detonasi bervariasi tergantung diameter, densitas, dan
ukuran partikel bahan peledak. Untuk bahan peledak komposit
tergantung pula pada derajat pengurungannya. Kecepatan detonasi
tidak terkurung umumnya 70 80 % kecepatan detonasi terkurung,
sedangkan kecepatan detonasi bahan peledak komersial bervariasi
antara 1500-8500 m/s atau sekitar 5000 25000 fps. Kecepatan
detonasi ANFO antara 2500-4500 m/s tergantung pada diameter
lubang ledak. Apabila diameter dikurangi sampai batas tertentu akan
terjadi gagal ledak karena perambatan tidak dapat berlangsung,
diameter ini disebut diameter kritis.

Kecepatan detonasi bahan peledak ANFO (bentuk butiran)


akan menurun seiring dengan bertambahnya air karena ANFO dapat
larut terhadap air. Suatu penelitian memperlihatkan bahwa ANFO
yang mengandung 10 % air (dalam satuan berat) dapat menurunkan
kecepatan detonasi hingga tinggal 42 % , yaitu dari VoD ANFO
kering 3800 m/s turun menjadi hanya tinggal 1600 m/s. akibat
penurunan kecepatan detonasi ANFO yang sangat tajam akan
mengurangi energy gagal ledak secara drastic atau bhakan tidak akan
melewdak sama sekali (gagal ledak )
c. Tekanan detonasi
Tekanan detonasi adalah tekanan yang terjadi disepanjang zona
reaksi peledakan hingga terbentuk reaksi kimia seimbang sampai
ujung bahan peledak yang disebut dengan bidang chpman-jouguet.
Umumnya mempunyai satuan MPa. Tekanan ini merupakan fungsi
dari kecepatan detonasi dan densitas bahan peledak.
d. Tekanan pada lubang ledak
Gas hasil detonasi bahan peledak akan memberikan tekanan
terhadap dinding lubang ledak dan terus berekspansi menembus
media untuk mencapai keseimbangan. Keseimbangan tekanan gas
tercapai stelah gas tersebut terbebaskan, yaitu ketika telah mencapai
udara luar biasa tekanan gas pada dinding lubang ledak sekitar 50 %
dari tekanan detonasi. Volume dan laju kecepatan gas yang dihasilkan
peledakan akan mengontrol tumpukan dan lemparan fragmen batuan.
Makin besar tekanan pada dinding lubang ledak akan menghasilkan
jarak lemparan tumpukan hasil peledakan semakin jauh

Anda mungkin juga menyukai