TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Lepra (Morbus Hansen)
a. Definisi Lepra
Lepra(Morbus Hansen, kusta) adalah suatu penyakit infeksi kronik
yang disebabkan oleh M. leprae yang bersifat intraseluler obligat.
Saraf perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus
respiratorius bagian atas, kemudian dapat ke organ lain kecuali
susunan saraf pusat.1,8Lepra merupakan infeksi bakteri granulomatosa
kronis, terutama mempengaruhi kulit dan saraf perifer yang
disebabkan oleh M. leprae.9
b. Epidemiologi Lepra
Lepra dapat terjadi dimanapun seperti di Asia, Afrika, Amerika
latin,
Page 5
lepra di Indonesia turun sebesar 81% dari 107.271 pada tahun 1990
menjadi 21.026 pada tahun 2009. Hal itu dicapai setelah dilakukan
program rehabilitasi melalui operasi, rekonstruksi, protesa dan
pembentukan kelompok perawatan diri. 10
Lepra merupakan penyakit yang menyeramkan dan ditakuti oleh
karena dapat menyebabkan ulserasi, mutilasi dan deformitas.
Penderita lepra bukan hanya menderita penyakitnya tetapi juga
pengucilan dari masyarakat sekitar. Hal ini akibat kerusakan saraf
besar yang ireversibel di wajah dan ekstremitas, motorik dan sensorik
serta dengan adanya kerusakan yang berulang pada daerah anestesia
yang disertai paralisis dan atrofi otot.1,6
c. Etiologi Lepra
Kuman penyebab lepra adalah M. leprae yang ditemukan oleh
G.A. Hansen pada tahun 1874 di Norwegia, yang sampai sekarang
belum juga dapat dibiakkan dalam media artifisial.1
Mycobacterium leprae berbentuk pleomorf lurus, batang panjang,
sisi pararel dengan kedua ujung bulat dengan ukuran 3-8 m x 0,5
m. Basil ini berbentuk gram positif, tidak bergerak dan tidak
berspora dapat tersebar atau dalam berbagai ukuran bentuk kelompok,
termasuk massa irreguler besar yang disebut globi. Dengan mikroskop
elektron, M. leprae terlihat mempunyai dinding yang terdiri dari dua
lapisan yaitu lapisan peptidoglikan padat pada bagian dalam dan
lapisan
transparan
lipopolisakarida
dan
kompleks
protein
http://digilib.unimus.ac.id
Page 6
kulit putih cenderung tipe lepramatosa. Banyak terjadi pada negaranegara berkembang dan golongan sosioekonomi rendah dan
lingkungan yang kurang memenuhi kebersihan. Faktor genetik
berperan penting dalam penularan penyakit lepra. Penyakit ini tidak
diturunkan pada bayi yang dikandung ibu lepra.12
d. Patogenesis Lepra
Mycobacterium leprae mempunyai patogenitas dan daya invasi
yang rendah karena penderita yang mengandung kuman lebih banyak
belum tentu memberikan gejala yang lebih berat, bahkan dapat
sebaliknya. Ketidakseimbangan antara derajat infeksi dengan derajat
penyakit disebabkan oleh respon imun yang berbeda, yang
menggugah reaksi granuloma setempat atau menyeluruh yang dapat
sembuh sendiri atau progresif. Oleh karena itu penyakit lepra dapat
disebut sebagai penyebab imunologik. Kelompok umur terbanyak
terkena lepra adalah usia 25-35 tahun.1,12
Onsetlepra adalah membahayakan yang dapat mempengaruhi saraf,
kulit dan mata. Hal ini juga dapat mempengaruhi mukosa (mulut,
hidung dan faring), testis, ginjal, otot-otot halus, sistem retikuloendotel dan endotelium pembuluh darah.2,8
Basil masuk kedalam tubuh biasanya melalui sistem pernafasan,
memiliki patogenisitas rendah dan hanya sebagian kecil orang yang
terinfeksi menimbulkan tanda-tanda penyakit.
Masa inkubasi M.
ditemukan
dalam
makrofag,
sel-sel
otot
dan
sel-sel
endotelpembuluh darah.8,13
Setelah memasuki sel Schwann atau makrofag, keadaan bakteri
tergantung pada perlawanan dari individu yang terinfeksi. Basil mulai
berkembangbiak perlahan (sekitar 12-14 hari untuk satu bakteri
membagi menjadi dua) dalam sel, dapat dibebaskan dari sel-sel hancur
dan memasuki sel terpengaruh lainnya. Basil berkembang biak,
http://digilib.unimus.ac.id
Page 7
peningkatan beban bakteri dalam tubuh dan infeksi diakui oleh sistem
imunologi serta limfosit dan histiosit (makrofag) menyerang jaringan
terinfeksi. Pada tahap ini manifestasi klinis mungkin muncul sebagai
keterlibatan saraf disertai dengan penurunan sensasi dan atau skin
patch. Apabila tidak didiagnosis dan diobati pada tahap awal, keadaan
lebih lanjut akan ditentukan oleh kekuatan respon imun pasien.8
Sitem Imun Seluler (SIS) memberikan perlindungan terhadap
penderita lepra. Ketika SIS spesifik efektif dalam mengontrol infeksi
dalam tubuh, lesi akan menghilang secara spontan atau menimbulkan
lepra dengan tipe Pausibasilar (PB). Apabila SIS rendah, infeksi
menyebar tidak terkendali dan menimbulkan lepra dengan tipe
Multibasilar (MB). Kadang-kadang respon imun tiba-tiba berubah
baik setelah pengobatan atau karena status imunologi yang
menghasilkan peradangan kulit dan atau saraf dan jaringan lain yang
disebut reaksi lepra (tipe 1 dan 2).1,8
http://digilib.unimus.ac.id
Page 8
M. leprae
kulit
yang
saraf
oleh
1. Lepra tipe MB
2. Mengenai kulit dan
saraf, mata, testis,
ginjal , otot halus atau
volunter,
sistem
retikulo endotelial dan
endotelium vaskular
ikut terlibat
e. Klasifikasi Lepra
Menurut Kongres Internasional Madrid (1953), lepra dibagi atas
tipe Indeterminan(I), tipe Tuberculoid (T), tipe Lepromatosa dan tipe
Borderline (B). Ridley Jopling (1960) membagi lepra kedalam
berbagai tipe yaituIndeterminan (I), Tuberculoid polar (TT),
Borderline Tuberculoid (BT), Mid Borderline (BB), Borderline
Lepromatous (BL), dan Lepromatosa polar (LL).12
http://digilib.unimus.ac.id
Page 9
http://digilib.unimus.ac.id
Page 10
http://digilib.unimus.ac.id
Page 11
Lepramatosa
(LL)
Borderline
Lepromatosa
(BL)
Mid
Borderline
(BB)
Makula
Infiltrat difus
Papul
Nodus
Tidak terhitung,
praktis tidak ada
kulit sehat
Makula
Plakat
Papul
Plakat
Dome-shaped
(kubah)
Punched-out
Dapat
dihitung, kulit
sehat jelas ada
Lesi
-
Bentuk
Jumlah
Distribusi
Simetris
Permukaan
Halus berkilat
Batas
Anestesia
Tidak jelas
Tidak
ada
sampai
tidak
jelas
Agak jelas
Tidak jelas
Agak kasar,
agak berilat
Agak jelas
Lebih jelas
BTA
-
Lesi kulit
Banyak
globus)
Banyak
globus)
Negatif
(ada
Banyak
Agak banyak
(ada
Biasanya
negatif
Negatif
Negatif
Sekret
hidung
Tes lepromin
http://digilib.unimus.ac.id
Sukar
dihitung,
masih
ada
kulit seha
Hampir
simetris
Halus berkilat
Asimetris
Biasanya
negatif
Page 12
Tuberkuloid
(TT)
Borderline
Tuberkuloid
(BT)
Indeterminate
(I)
Makula saja;
makula
dibatasi
infiltrat
Satu, dapat
beberapa
Hanya makula
Lesi
-
Bentuk
Jumlah
Distribusi
Asimetris
Permukaan
Batas
Kering
bersisik
Jelas
Makula
dibatasi
infiltrat;
infiltrat saja
Beberapa
atau
satu
dengan
satelit
Masih
asimetris
Kering
bersisik
Jelas
Anestesia
Jelas
Jelas
BTA
-
Lesi kulit
Hampir
selalu negatif
Positif kuat
(3+)
Negatif atau
hanya 1+
Positif lemah
Tes lepromin
Satu
atau
beberapa
Variasi
Halus,
agak
berkilat
Dapat
jelas
atau tidak jelas
Tidak
ada,
sampai tidak
jelas
Biasanya
negatif
Dapat positif
lemah
atau
negatif
g. Reaksi Lepra
Reaksi lepra adalah interupsi dengan episode akut pada perjalanan
penyakit yang kronik disebabkan karena sistem kekebalan tubuh yang
menyerang kuman M. leprae. Penderia lepra dapat mengalami reaksi
hampir setiap saat yaitu sebelum pengobatan, saat diagnosis
ditegakkan, selama pengobatan maupun setelah pengobatan selesai.
Sebagian besar reaksi terjadi dalam satu tahun setelah diagnosis. Pada
penderita tipe MB, reaksi dapat timbul setiap saat selama pengobatan
bahkan sampai dengan beberapa tahun setelah pengobatan.1,15
http://digilib.unimus.ac.id
Page 13
http://digilib.unimus.ac.id
Page 14
http://digilib.unimus.ac.id
Page 15
Gejala/tanda
Keadaan umum
Peradangan di kulit
Saraf
Peradangan
organ lain
Waktu timbul
Tipe lepra
http://digilib.unimus.ac.id
pada
Reaksi tipe 1
Umumnya baik,
demam
ringan
(sub febris) atau
tanpa demam
Bercak kulit lama
menjadi
lebih
meradang
(merah),
dapat
timbul
bercak
baru
Sering
terjadi,
umumnya berupa
nyeri tekan saraf
dan
atau
gangguan fungsi
saraf
Hampir tidak ada
Biasanya segera
setelah
pengobatan
Dapat terjadi pada
lepra tipe PB
maupun MB
Reaksi tipe 2
Ringan
sampai
berat
disertai
kelemahan umum
dan demam tinggi
Timbul
nodul
kemerahan, lunak
dan nyeri tekan.
Biasanya
pada
lengan
dan
tungkai.
Nodul
dapat
pecah
(ulserasi)
Dapat terjadi
Terjadi
pada
mata,
kelenjar
getah
bening,
sendi,
ginjal,
testis, dll
Biasanya
saat
pengobatan
Hanya pada lepra
tipe MB
Page 16
Tabel 2.4Perbedaan reaksi ringan dan berat pada reaksi lepra tipe 1
dan tipe 2.17
No
Gejala/tanda
Kulit
Saraf tepi
3
4
Keadaan
umum
Gangguan
pada organ
lain
Reaksi tipe 1
Ringan
Berat
Bercak:
Bercak:
merah,
merah,
tebal,
tebal,
panas,
panas, nyeri
nyeri*
yang
bertambah
parah
sampai
pecah
Nyeri pada Nyeri pada
perabaan:
perabaan:
(-)
(+)
Gangguan
fungsi: (-)
Demam: (-)
Gangguan
fungsi: (+)
Demam:
Reaksi tipe 2
Ringan
Berat
Nodul:
Nodul:
merah,
merah, panas,
panas,
nyeri
yang
nyeri
bertambah
parah sampai
pecah
Nyeri
pada
perabaan:
(-)
Gangguan
fungsi: (-)
Demam:
Nyeri pada
perabaan: (+)
Gangguan
fungsi: (+)
Demam: (+)
Terjadi
perdanngan
pada:
Mata:
Iridocyclitis
Testis:
epididimoorc
hitis
Ginjal:
nephritis
Kelenjar
limfe:
limfadenitis
Gangguan
pada tulang,
hidung dan
tenggorokan
*) Apabila ada reaksi pada lesi kulit yang dekat dengan saraf
dikategorikan sebagai reaksi berat.
http://digilib.unimus.ac.id
Page 17
Fasialis
yaitu
cabang
temporal
dan
zigomatik
kehilangan
ekspresi
wajah
dan
kegagalan
mengatubkan bibir.
7) Nervus Trigeminus terjadi anestesia kulit wajah, kornea dan
konjungtiva mata, atrofi otot tenar dan kedua otot lubrikalis
lateral.
http://digilib.unimus.ac.id
Page 18
Kerusakan mata pada lepra juga dapat terjadi secara primer dan
sekunder. Primer mengakibatkan alopesia pada alis mata dan bulu
mata serta dapat mendesak jaringan mata lainnya. Kerusakan sekunder
disebabkan oleh rusaknya N. Fasialis yang dapat membuat paralisis N.
Orbicularis
palpebrarum
sebagian
atau
seluruhnya
yang
http://digilib.unimus.ac.id
Page 19
perawatan diri secara rutin hal ini dapat dicegah. Mati rasa pada
bercak bukan merupakan kecacatan tingkat 1 karena bukan
disebabkan oleh kerusakan saraf perifer utama, tetapi rusaknya
saraf lokal kecil pada kulit.17
3) Kecacatan tingkat 2 berarti cacat atau kerusakan yang terlihat.
Pada mata yaitu terjadi ketidakmampuan menutup mata dengan
rapat (lagoftalmus), kemerahan yang jelas pada mata(terjadi pada
ulserasi kornea atau uveitis), gangguan penglihatan berat atau
kebutaan.Sedangkan pada tangan dan kaki dapat terjadi luka dan
ulkus di telapak serta deformitas yang disebabkan oleh
kelumpuhan otot (kaki semper atau jari kontraktur) dan atau
hilangnya jaringan (atrofi) atau reabsorbsi parsial dari jar-jari.14,17
i. Diagnosis Lepra
Diagnosis penyakit lepra didasarkan oleh gambaran klinis,
bakterioskopis, histopatologis dan serologis. Diantara pemeriksaan
tersebut, diagnosis secara klinis adalah yangterpenting dan paling
sederhana dilakukan. Hasil bakterioskopis memerlukan waktu paling
sedikit
(15-30
menit),
sedangkan
pemeriksaan
histopatologi
http://digilib.unimus.ac.id
Page 20
Klasifikasi
Pausibasilar (1-5 lesi kulit)
Multibasilar ( 6 atau lebih lesi kulit)
http://digilib.unimus.ac.id
Page 21
http://digilib.unimus.ac.id
Page 22
http://digilib.unimus.ac.id
Page 23
pemeriksaan
serologis
lepra
didasarkan
atas
leprae
dipstick),
dan
ML
flow
test
k. Penatalaksanaan Lepra
Obat-obatan yang digunakan dalam World Health OrganizationMultydrug Therapy (WHO-MDT) adalah kombinasi rifampisin,
klofazimin dan dapson untuk penderita lepra tipe MB serta rifampisin
dan dapson untuk penderita lepra tipe PB. Rifampisin ini adalah obat
antilepra yang paling penting dan termasuk dalam perawatan kedua
http://digilib.unimus.ac.id
Page 24
jenis lepra. Pengobatan lepra dengan hanya satu obat antilepra akan
selalu menghasilkan mengembangan resistensi obat, pengobatan
dengan dapson atau obat antilepra lain yang digunakan sebagai
monoterapi dianggap tidak etis.18
Adanya MDT adalah sebagai usaha untuk mencegah dan
mengobati
resistensi,
memperpendek
masa
pengobatan,
dan
http://digilib.unimus.ac.id
Page 25
http://digilib.unimus.ac.id
Page 26
serta
memulai
pengobatan
dengan
kortikosteroid
2. Kualitas Hidup
a. Definisi kualitas hidup
Kualitas hidup adalah persepsi individual terhadap posisinya dalam
kehidupan, dalam konteks budaya, sistem nilai dimana mereka berada
dan hubungannya terhadap tujuan hidup, harapan, standar dan hal-hal
lain yang terkalit. Cakupan tentang kualitas hidup sangat luas dan
kompleks termasuk masalah kesehatan fisik, status psikologik, tingkat
kebebasan, hubungan sosial dan hubungan lingkungan tempat mereka
berada.20
b. Faktor penghambat peningkatan kualitas hidup manusia
Persoalan rendahnya kualitas hidup manusia Indonesia dipicu oleh
berbagai faktor yang kompleks. Permasalahan yang dapat menghambat
perkembangan kualitas hidup manusia Indonesia diantaranya:21
1) Aspek kesehatan meliputi: disparitas status kesehatan; beban ganda
penyakit, terutama penyakit yang menular; kinerja pelayanan
kesehatan yang rendah; perilaku masyarakat yang kurang
mendukung pola hidup bersih dan sehat; rendahnya kondisi
kesehatan lingkungan; terbatasnya tenaga kesehatan dan distribusi
yang tidak merata; dan rendahnya status kesehatan penduduk
miskin.21
http://digilib.unimus.ac.id
Page 27
pada
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Euis
http://digilib.unimus.ac.id
Page 28
B. Kerangka Teori
http://digilib.unimus.ac.id
Page 29
M. leprae
Infeksi host
SIS baik
SIS kurang
Gambaran klinis
Gambaran klinis
tuberculoid
lepromatosa
Lepra tipe PB
TT
BT
Lepra tipe MB
LL
BL
BB
Kualitas hidup
C. Kerangka Konsep
http://digilib.unimus.ac.id
Page 30
Kualitas hidup
multibasilar (MB)
D. Hipotesis
Ada hubungan antara penderita lepra tipe multibasilar dengan kualitas
hidup.
http://digilib.unimus.ac.id
Page 31