Anda di halaman 1dari 48

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1;

Latar Belakang Penelitian


Pada era globalisasi ini, kondisi perekonomian terus mengalami
perkembangan, yang ditunjukan dengan semakin banyaknya perusahaanperusahaan yang berdiri saat ini baik itu yang berskala kecil maupun besar.
Sehingga dengan semakin banyaknya perusahaan yang saat ini tentu akan
menimbulkan suatu persaingan bisnis antar masing-masing perusahaan. Hal
ini tentunya akan menjadikan persaingan antar perusahaan akan semakin
ketat. Persaingan antar perusahaan saat ini tidak lagi hanya terfokus dalam
penjualan atau menarik perhatian konsumen saja, melainkan sudah
menyebar ke berbagai sektor lainnya. Oleh karena itu, perusahaan dalam
menjalankan usahanya dituntut untuk selalu memberikan yang terbaik agar
dapat

menjaga

kelangsungan

hidup

perusahaan

sekaligus

untuk

mendatangkan keuntungan bagi perusahaan tersebut.


Ada beberapa tujuan didirikannya suatu perusahaan, namun yang
menjadi alasan utama adalah untuk mendapatkan laba yang sebesarbesarnya atau mencapai tingkat keuntungan yang maksimal. Keberhasilan
mencapai tujuan utama tesebut tentunya akan membawa pengaruh terhadap
kemakmuran perusahaan atau para pemegang saham (Martina,2012).
Pada dasarnya,setiap perusahaan memiliki tujuan utama, yaitu untuk
memperoleh laba yang maksimal. Pada era globalisasi ini, persaingan antar
perusahaan yang semakin ketat, menuntut perusahaan untuk menghadapi
dan mengantisipasi segala situasi agar mampu bertahan dan tetap maju
ditengah situasi tersebut, khususnya dalam rangkaian tujuan utama
perusahaan tersebut (chandra, 2010).
Tujuan lain dari pendirian suatu perusahaan adalah untuk
memaksimalkan nilai perusahaan tersebut dimana dapat tercerminkan oleh
harga sahamnya. Setiap perusahaan tentunya menginginkan nilai perusahaan
yang tinggi, sebab hal tersebut juga secara tidak langsung menunjukan

kemakmuran bagi para pemegang saham, sehingga para pemegang saham


akan

menginvestasikan

modalnya

kepada

perusahaan

tersebut

(Haruman,2008). Nilai perusahaan menggambarkan seberapa baik atau


buruk manajemen mengelola kekayaannya, hal ini bisa dilihat dari
pengukuran kinerja keuangan yang diperoleh. Suatu perusahaan akan
1
berusaha untuk memaksimalkan nilai
perusahaannya. Peningkatan nilai
perusahaan biasanya ditandai dengan naiknya harga saham di pasar
(Rahayu,2010).
Menurut Zuredah (2010) pengukuran kinerja keuangan merupakan
salah satu faktor yang sangat penting bagi perusahaan, karena pengukuran
tersebut digunakan sebagai dasar untuk menyusun sistem imbalan dalam
perusahaan, yang dapat mempengaruhi perilaku pengambilan keputusan
dalam perusahaan dan memberikan informasi yang berguna dalam membuat
keputusan yang penting mengenai aset yang digunakan untuk membuat
keputusan yang menyalurkan kepentingan perusahaan.
Penelitian mengenai faktor-fakor yang berpengaruh terhadap nilai
perusahaan telah banyak dilakukan diantaranya adalah dilakukan oleh
Yuniasih dan Wirakusuma (2007). Teori yang mendasari penelitianpenelitian tersebut adalah semakin tinggi kinerja keuangan yang biasanya
diproksikan dengan rasio keuangan, maka semakin tinggi juga nilai
perusahaan. Melalui rasio-rasio keuangan tersebut dapat dilihat seberapa
berhasilnya manajemen perusahaan mengelola aset dan modal yang
dimilikinya untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Untuk mengukur
kinerja keuangan perusahaan biasanya menggunakan analisis rasio
keuangan. Rasio-rasio itu antara lain Return on Asset (ROA), Return on
Equity (ROE), Operating profit margin (OPM), Total Asset Turnove Ratio
(TATO), dan Net Profit Margin (NPM) Merupakan contoh indikator yang
lazim atau sering digunakan oleh para peneliti untuk menilai tingkat
profitabilitas perusahaan.

(Jumingan 2008:123-124) Rasio yang umum sering digunakan


dalam analisis laporan keuangan adalah rasio lancar (Current Ratio). Dalam
mengukur rasio modal kerja yang penting bukan besar kecilnya perbedaan
aktiva lancar dengan utang jangka pendek (modal kerja neto) melainkan
harus dilihat pada hubungannya dan perbandingannya yang mencerminkan
kemampuan untuk membayar utang. Current Ratio yang tinggi mungkin
menunjukan adanya uang kas yang berlebihan dibanding dengan tingkat
kebutuhan atau adanya unsur aktiva lancar yang rendah likuiditasnya
(seperti persediaan) yang berlebih-lebihan.
Current Ratio yang tinggi tersebut memang baik dari sudut pandang
kreditur,

tetapi

dari

sudut

pandangan

pemegang

saham

kurang

menguntungkan karena aktiva lancar tidak didayagunakan secara efektif.


Sebaliknya Current Ratio yang rendah relatif lebih riskan, tetapi
menunjukan bahwa manajemen telah mengoperasikan aktiva lancar secara
efektif. Saldo kas dibuat minimum sesuai dengan kebutuhan dan tingkat
perputaran piutang dan persediaan diusahakan maksimum. Menurut Kasmir
(2012:134), menyatakan bahwa : Untuk mengukur kemampuan perusahaan
membayar kewajiban jangka pendek atau hutang yang segera jatuh tempo
pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak
aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang
segera jatuh tempo. Rasio lancar dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk
mengukur tingkat keamanan suatu perusahaan.
Penilaian prestasi perusahaan dapat dilihat dari kemampuan
perusahaan itu menghasilkan laba. Laba perusahaan selain merupakan
indikator kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban bagi para
penyandang dananya juga merupakan elemen dalam penciptaan nilai
perusahaan yang menunjukan prospek perusahaan di masa yang akan datang
(Rahayu,2010). Aktivitas operasi perusahaan membutuhkan investasi, baik
untuk asset yang bersifat jangka pendek maupun jangka panjang (inventory
and account receivable) maupun jangka panjang (property, plan and
equipment). Rasio aktivitas menggambarkan hubungan antara tingkat

operasi perusahaan (sales) dengan asset yang dibutuhkan untuk menunjang


kegiatan operasi perusahaan tersebut. Rasio aktivitas juga dapat digunakan
untuk memprediksi modal yang dibutuhkan perusahaan (baik untuk kegiatan
operasi maupun jangka panjang). Misalnya untuk meningkatkan penjualan
akan membutuhkan tambahan aset. Dua buah contoh rasio aktivitas adalah
inventory turnover dan total asset turnover .
Total asset turnover mengukur intensitas perusahaan dalam
menggunakan aktivanya. Ukuran penggunaan aktiva paling relevan adalah
penjualan,karena penjualan penting bagi laba. Total asset turnover
merupakan rasio antara jumlah aktiva yang digunakan dengan jumlah
penjualan yang diperoleh dalam periode tertentu. Rasio ini merupakan
ukuran seberapa jauh aktiva telah dipergunakan dalam kegiatan perusahaan
atau menunjukan berapa kali aktiva berputar dalam periode tertentu. Apabila
dalam menganalisis rasio ini menunjukan suatu trend yang meningkat,
memberikan gambaran bahwa semakin efisien penggunaan aktiva sehingga
hasil usaha akan meningkat (sawir 2001:56).
Keberadaan laba yang tinggi dalam suatu perusahaan atau organisasi
belum cukup mencerminkan keberhasilan suatu usaha tanpa disertai
efektivitas dalam pengelolaannya. Masalah rentabilitas ekonomi sangat
penting bagi kelangsungan hidup dan perkembangan setiap perusahaan atau
organisasi, karena rentabilitas merupakan salah satu alat untuk menilai
keberhasilan suatu perusahaan dalam memperoleh laba. Dengan laba yang
besar, maka perusahaan bisa meningkatkan pembagian laba bagi para
karyawan, serta dapat dijadikan ukuran bahwa perusahaan tersebut telah
bekerja secara efisien. Data empiris mengenai variabel-variabel yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu : Current Ratio, Total Asset Turnover,
dan Rentabilitas Modal Sendiri dapat dilihat pada Tabel 1.1 sebagai berikut

Tabel 1.1
Current Ratio, Total Asset Turnover dan Rentabilitas Modal
Sendiri pada PT. Telekomunikasi Indonesia Periode
Variabel
2011
2012
2013
2014
Current Ratio(%)
95,80 116,04 116,31 106,22
Total Asset Turnover (%)
0,70
0,69
0,65
0,63
Rentabilitas Modal Sendiri (%)
60,98
27,41
26,21
24,90
Sumber : financial data and ratios PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk.
Perode 2011-2014.
Berdasarkan Tabel 1.1 menunjukan bahwa nilai Current Ratio
sempat meningkat pada periode 2011 sebesar 95,80% , pada tahun 2012
sebesar 116,04% dan pada tahun 2013 sebesar 116,31% hal ini
mengindikasikan bahwa semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk
menutupi kewajiban jangka pendeknya, namun terjadi penurunan pada
periode 2014 menjadi 106,2% namun hal ini tidak masalah karena jika
terlalu tinggi juga kurang bagus, karena menunjukan banyaknya dana
menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampuan laba
perusahaan.
Sementara Total Asset Turnover mengalami penurunan pada setiap
tahunnya dimana pada tahun 2011 (0,70%), tahun 2012 (0,69%), tahun 2013
(0,65%) dan pada tahun 2014 sebesar 0,63% hal ini mengindikasikan bahwa
semakin tidak efisien penggunaan keseluruhan aktiva didalam menghasilkan
penjualan atau laba didalam perusahaan selama periode tertentu. Hal ini
berpengaruh pada Rentabilitas Modal Sendiri yang dimana pada tahun 2011
sebesar 60,98%, 2012 sebesar 27,41%, 2013 sebesar 26,21% dan pada tahun
2014 sebesar 24,90% mengindikasikan bahawa semakin menurunnya
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan
modal sendiri yang dimiliki perusahaan.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perbedaan tersebut
diteliti melalui ukuran perusahaan, serta rasio-rasio keuangan perusahaan
yang meliputi unsur likuiditas, aktivitas, solvabilitas dan profitabilitas atau
rentabilitas. Semakin meningkatnya rentabilitas, maka kelangsungan usaha

dan perkembangan perusahaan menjadi baik serta kesejahteraan karyawan


akan semakin meningkat. Rentabilitas ekonomi menurut Riyanto (2005 : 35)
adalah perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dan modal
asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut. Efisiensi
perubahan dalam hal ini perusahaan baru dapat diketahui dengan
membandingkan laba dengan yang di peroleh perusahaan tersebut, atau
dengan kata lain ialah menghitung rentabilitasnya. Sedangkan pengertian
dari rentabilitas ekonomi sendiri adalah perbandingan antara laba usaha
dengan modal sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk
menghasilkan laba tersebut dan dinyatakan dalam persentase.
Oleh karena itu pengertian rentabilitas sering digunakan untuk
mengukur efisiensi penggunaan modal di dalam suatu perusahaan, maka
rentabilitas ekonomi sering pula dimaksudkan sebagai kemampuan suatu
perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja didalamnya untuk
menghasilkan laba, Bambang Riyanto (2005:33). Mengingat pentingnya
tingkat rentabilitas ekonomi yang tinggi, perusahaan harus memperhatikan
tingkat efektivitas dalam setiap pengelolaan usahanya. Untuk itu perusahaan
harus menjalankan fungsi-fungsi manajemen dengan baik, yang meliputi
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan kegiatan dan pengendalian
yang sesuai dengan prinsip-prinsip di perusahaan.
Dengan menjalankan fungsi-fungsi manajemen yang baik dan
professional tidak hanya mampu meningkatkan laba saja tetapi juga disertai
dengan adanya efektivitas yang akhirnya rentabilitas juga tinggi, (Sutrisno
dan Kusriyanto,2002 : 20). Maka dari itu perusahaan harus mampu
menggunakan modal secara efisien dengan melakukan pengurangan biayabiaya yang tidak efektif dalam penjualan. Selain itu, dengan menciptakan
laba yang besar yang merupakan faktor yang menentukan rentabilitas
ekonomi, maka perusahaan dapat meningkatkan rentabilitas ekonomi
dimasa yang akan datang dan perusahaan mampu memperbaiki kondisi
kinerja manajemen usahanya agar menjadi lebih baik. Berdasarkan
fenomena diatas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai

pengaruh

CURRENT

RATIO

DAN

TOTAL

ASSET

TURNOVER TERHADAP RENTABILITAS MODAL SENDIRI Pada PT.


Telekomunikasi Indonesia Tbk.

1.2;

Identifikasi Masalah
Ada banyak faktor yang mempengaruhi profitabilitas suatu
perusahaan. Faktor faktor tersebut dapat diukur menggunakan rasio
keuangan. Rasio keuangan seperti CR, TATO, DER, SALES, dan SIZE,
dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel
profitabilitas perusahaan atau ROA.
Berdasarkan hasil terdahulu menunjukkan beberapa Reseacrh gap
untuk beberapa variabel yang berpengaruh terhadap ROA yaitu: (1) Current
Ratio berhubungan negatif signifikan terhadap ROA oleh Mehmet SEN dan
Eda Oruc (2009). (2) Total Asset Turnover berhubungan Positif signifikan
terhadap ROA oleh Junus Sulistyawan (2005). (3) Debt To Equity Ratio
berhubungan negatif signifikan terhadap ROA oleh Miyajima et al (2003)
dan Bardosa dan Louri (2003), namun berbeda dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Farah Ahwadiyah (2007) dan Bardosa Louri pada hasil
penelitian pada sebuah perusahaan di Portugal yang menyatakan Debt to
Equity Ratio berpengaruh positif signifikan terhadap ROA. (4) Sales
berhubungan positif signifikan terhadap ROA oleh Kesseven Padachi
(2006), Farah Ahwadiyah (2007), dan Bardosa dan Louri (2003), namun hal
tersebut kontradiktif dengan Bardosa dan Louri (2003) pada hasil
penelitiannya di perusahaan Yunani yang menyatakan Sales berpengaruh
negatif signifikan terhadap ROA. (5) Size berhubungan positif signifikan
terhadap
ROA oleh Ekawati (2004), dan Bardosa dan Louri (2003). Namun
lain dengan pernyataan F.Samiloglu dan K.Demirgunes (2008) yang
menyatakan Size tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA, tetapi hal
tersebut kontradiktif dengan. Bardosa dan Louri (2003) pada hasil

penelitiannya pada perusahaan di Yunani yang menyatakan

Size

berpengaruh Negatif signifikan terhadap ROA. Adanya fenomena gap dan


research gap merupakan alasan peneliti untuk melakukan penelitian tentang
rasio-rasio keuangan yang mempengaruhi profitabilitas pada perusahaan
manufaktur.
Berdasarkan latar belakang dan penelitian terdaulu di atas maka
dapat diatas maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti, yaitu :
1; Bagaimana pengaruh Current Ratio terhadap Rentabilitas Modal

Sendiri pada PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk periode 2005-2014.


2; Bagaimana pengaruh Total Asset Turnover terhadap Rentabilitas Modal
Sendiri pada PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk periode 2005-2014.
3; Bagimana pengaruh Current Ratio dan Total Asset Turnover terhadap
Rentabilitas Modal sendiri pada PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk
periode 2005-2014.

1.3;

Tujuan Penelitian
1; Untuk mengetahui pengaruh Current Ratio terhadap Rentabilitas Modal
Sendiri pada PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk periode 2005-2014.
2; Untuk mengetahui pengaruh Total Asset Turnover terhadap Rentabilitas
Modal Sendiri pada PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk periode 20052014.
3; Untuk mengetahui pengaruh Current Ratio dan Total Asset Turnover
secara keseluruhan terhadap Rentabilitas Modal Sendiri pada PT.
Telekomunikasi Indonesia Tbk periode 2005-2014.

1.4;

Kegunaan Hasil Penelitian


Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1; Pengembangan Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi tambahan ilmu pengetahuan


dalam manajemen keuangan khususnya mengenai Current Asset dan

Total Asset Turnover yang berpengaruh terhadap Rentabilitas Modal


Sendiri (ROA).
2; Aspek Guna Laksana
a; Bagi Perusahaan
Merupakan suatu informasi yang dapat digunakan sebagai bahan
masukan kepada pihak-pihak terkait dalam mengevaluasi kineja
perusahaan yang diukur dengan Current Asset, Total Asset Turnover
dan Rentabilitas Modal sendiri.
b; Bagi Penulis
penelitian ini berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan
tentang analisis terhadap Current Ratio, Total Asset Turnover
terhadap Rentabilitas Modal Sendiri. Hal ini merupakan aplikasi dari
teori yang di dapat dari perkuliahan umum.
c; Pihak Lain
Sebagai bahan kajian dan tambahan bagi penelitian selanjutnya yang
membahas mengenai masalah kinerja perusahaan.
1.5;

Lokasi Dan Jadwal Penelitian


Penelitian ini dilakukan dipojok BEI-Fakultas Ekonomi Universitas
Siliwangi Tasikmalaya, Jalan Siliwangi No.24, dan penelitian juga
dilakukan melalui akses internet dengan situs www.idx.co.id. Waktu yang
digunakan penelitian ini dimulai sejak bulan September 2015 sampai
Desember 2015 (Jadwal Terlampir).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

Tinjauan Pustaka
2.1.1; Rasio Keuangan
2.1;

10

Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan yang paling sering


digunakan. Rasio keuangan menghubungkan berbagai perkiran yang terdapat pada
lapoan keuangan sehingga kondisi keuangan dan hasil operasi suatu perusahaan
yang diinterprestasikan juga merupakan salah satu bentuk infromasi akuntansi
yang penting dalam proses penilaian kinerja perusahaan, sehingga dengan rasio
keuangan tersebut dapat mengungkapkan kondisi keuangan suatu perusahaan
maupun kinerja yang telah dicapai perusahaan untuk suatu periode tertentu. Hasil
perhitungan rasio ini dapat digunakan untuk mengukur kinerja keuangan
perusahaan pada periode tertentu, dan dapat dijadikan tolak ukur untuk menilai
tingkat kesehatan perusahaan selama periode keuangan tersebut.
Analisis laporan keuangan penting dilakukan untuk mengetahui kekuatan
dan kelemahan suatu peusahaan. Informasi ini diperlukan untuk mengevaluasi
kinerja yang dicapai manajemen perusahaan di masa yang lalu dan juga untuk
bahan pertimbangan dalam menyusun rencana peusahaan ke dapan. Salah satu
cara memperoleh informasi yang bermanfaat dari laporan keuangan perusahaan
adalah dengan melakukan analisis rasio keuangan. Rasio keuangan didesain untuk
memperlihatkan hubungan antar akun pada laporan keuangan (neraca dan laporan
laba rugi).
Menurut Munawir (2001:37) : Rasio keuangan adalah suatu ukuran
perbandingan dari dua pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan rugi laba secara
individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.
Menurut Djarwanto (2004:143) : Rasio dalam analisis laporan keuangan
suatu angka yang menunjukan hubungan antar suatu unsur dengan unsur lainnya
dalam laporan keuangan. Hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan tersebut
dinyatakan dalam bentuk matematis yang sederhana.
Rasio keuangan berdasarkan sumber data yang digunakan dibedakan
menjadi rasio-rasio neraca, rasio-rasio laporan laba rugi, dan rasio-rasio antara
laporan keuangan. Sedangkan berdasarkan tujuannya rasio keuangan dibedakan
menjadi rasio likuiditas, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas.
Menurut munawir (2001:238) ada empat kelompok rasio keuangan yaitu :
a; Rasio Likuiditas
b; Rasio Aktivitas
c; Rasio profitabilitas
d; Rasio Solvabilitas

11

Ad. a Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan


memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung
melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar
dan hutang lancar. Rasio likuiditas meliputi :
a; Current Ratio (Rasio Lancar)

Current ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dan


kewajiban lancar dan merupakan ukuran yang paling umum digunakan
untuk mengetahui kesanggupan suatu perusahaan memenuhi
kewajiban jangka pendeknya.
Current ratio menunjukkan sejauh mana akitva lancar
menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan
aktiva lancar dan kewajiban lancar semakin tinggi kemampuan
perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Current ratio yang
rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah dalam
likuidasi, sebaliknya current ratio yang terlalu tinggi juga kurang
bagus, karean menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada
akhirnya dapat mengurangi kemampuan laba perusahaan (Sawir,
2009:10).
Apabila mengukur tingkat likuiditas dengan menggunakan
current ratio sebagai alat pengukurnya, maka tingkat likuiditas atau
current ratio suatu perusahaan dapat dipertinggi dengan cara (Riyanto,
2001:28):
1; Dengan utang lancar tertentu, diusahakan untuk menambah aktiva
lancar.
2; Dengan aktiva lancar tertentu, diusahakan untuk mengurangi
jumlah utang lancar.
3; Dengan mengurangi jumlah utang lancar sama-sama dengan
mengurangi aktiva lancar.
4; Current ratio dapat dihitung dengan formula:
A k t ivalancar
C u r rent R a t io=
Hu t ang Lancar
b; Quick Ratio (Rasio Cepat)
Rasio ini disebut juga acid test rasio yang juga digunakan
untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini adalah seperti Current Ratio

12

tetapi

persediaan

tidak

diperhitungkan

karena

kurang

likuid

dibandingkan dengan kas, surat berharga dan piutang. Oleh karena itu
Quick Ratio memberikan ukuran yang lebih akurat dibandingkan
dengan current ratio tentang kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendek perusahaan.

Penghitungan quick ratio

dengan mengurangkan aktiva lancar dengan persediaan. Hal ini


dikarenakan persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang
likuiditasnya rendah dan sering mengalami fluktuasi harga serta
menimbulkan kerugian jika terjadi likuiditas. Jadi rasio ini merupakan
rasio yang menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid
mampu menutupi hutang lancar. Sawir (2009:10) :

mengatakan

bahwa quick ratio umumnya dianggap baik adalah semakin besar rasio
ini maka semakin baik kondisi perusahaan.
Quick ratio dapat dihitung dengan formula :
Qu i ck R a t io=

A k t ivalancarP e r sediaan
H u t a n g kas

Rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan posisi kas yang


dapat menutupi hutang lancar dengan kata lain cash ratio merupakan
rasio yang menggambarkan kemampuan kas yang dimiliki dalam
manajemen

kewajiban

lancar

tahun

yang

bersangkutan.

Cash Ratio dapat dihitung dengan formula:


C a s h R a t io=

kas
H u t ang lancar

Ad. b Rasio aktivitas adalah rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan


dalam melakukan aktivitas perusahaan sehari-hari atau kemampuan
perusahaan dalam penjualan, penagihan piutang maupun pemanfaatan
aktiva yang dimiliki. Rasio aktivitas terdiri dari :
a; Total Asset Turnover yaitu perbandingan antara penjualan bersih

dengan jumlah aktiva.


b; Inventory Turnover yaitu perbandingan antara harga pokok perusahaan
dengan persediaan rata-rata.

13

c; Average Collection Period yaitu perbandingan antara piutang rata-rata

dikalikan 360 dibanding dengan penjualan kredit.


Ad. c Rasio profitabilitas adalah rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan
untuk memperoleh laba dari berbagai kebijakan dan keputusan yang telah
diambil. Rasio profitabiitas meliputi :
a; Net Profit Margin merupakan perbandingan antara penjualan dengan
b;
c;
d;
e;

persediaan.
Return On Asset merupakan perbandingan laba operasi dengan total
aktiva.
Return On Equity merupakan perbandingan laba besih dengan modal
sendiri.
Earning Per Share merupakan perbandingan laba bersih dengan
jumlah lembar saham.
Return On Net Worth merupakan perbandingan antara penjualan
dengan aktiva likuid.

Ad. d Rasio solvabilitas adalah rasio untuk mengukur seberapa jauh aktiva
perusahaan dibiayai oleh hutang. Rasio ini disebut juga dengan rasio
pengungkit (leverage) yaitu menilai batasan perusahaan dalam meminjam
uang. Rasio solvabilitas/leverage meliputi :
a; Debt To Asset Ratio merupakan perbandingan utang dengan total

aktiva.
b; Debt To Equity Ratio merupakan perbandingan utang terhadap modal
sendiri.
c; Long Term Debt To Equity Ratio yaitu perbandingan antara hutang
jangka panjang dengan modal sendiri.
d; Times Interest Earned yaitu perbandingan antara pendapatan sebelum
pajak (earning before tax, selanjutnya disebut Ebit) terhadap bunga
hutang jangka panjang.
Menurut Wild, et al. (2005:38) beberapa rasio memiliki aplikasi umum
dalam analisis keuangan, sementara lainnya bersifat unik untuk situasi dan
industri spesifik. Analisis rasio keuanagan dalam bagian ini diterapkan
dalam tiga area penting analisis laporan keuangan :

14

1; Analisis Kredit (Risiko)


a; Likuiditas,

untuk mengevaluasi kemampuan memenuhi


kemampuan jangka pendek.
b; Struktur modal dan Solvabilitas, untuk menilai kemampuan
memenuhi kewajiban jangka panjang.
2; Analisis profitabilitas
a; Tingkat pengembalian atas investasi (Return On Equity/ROE),
untuk mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba
yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan.
b; Kineja operasi, untuk mengevaluasi margin laba dari aktivitas
operasi.
c; Pemanfaaatan aktiva (Asset Utilization), untuk menilai
efektifitas dan intensitas aktiva dalam menghasilkan penjualan,
disebut pula perputaran (Turnover).
3; Penilaian
Untuk mengestimasi nilai intrinsik perusahaan (saham).
2.1.2; Total Asset Turnover
Total Asset Turnover disebut juga rasio aktivitas, rasio aktivitas (activity
ratio) menurut Van Horne dan Wachowicz (2005:212) : Rasio Aktivitas adalah
rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan mengelola aktivitanya.
Menurut I Made Sudana (2011:22) : Total Asset Turnover mengukur
efektivitas penggunaan seluruh aktiva dalam menghasilkan penjualan. Semakin
besar rasio ini berarti semakin efektiv pengelolaan seluruh aktiva yang dimiliki
perusahaan.
Sedangkan menurut Agnes (2001:56) total asset turnover adalah sebagai
berikut : Rasio anatara jumlah aktiva yang digunakan dengan jumlah penjualan
yang diperoleh selama periode tertentu. Menurut Bambang (2001:331) : Rasio
aktivitas adalah rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa besar
efektifitas perusahaan dalam mengerjakan sumber-sumber dananya.
Rasio ini dirancang untuk mengetahui apakah jumlah total dari tiap-tiap
jenis aktiva seperti yang dilaporkan dalam neraca terlihat wajar, terlalu tinggi atau
terlalu rendah jika dibandingkan dengan tingkat penjualan saat ini dan
proyeksinya. Jika sebuah perusahaan memiliki terlalu banyak jumlah aktiva, maka
biaya modalnya akan menjadi terlalu tinggi, sehingga keuntungannya akan
tertekan. Dilain pihak jika aktiva terlalu rendah, penjualan yang menguntungkan

15

juga akan hilang. Aktivitas yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan
mengakibatkan semakin besarnya dana kelebihan yang tertanam pada aktiva
tersebut. Kelebihan dana tersebut lebih baik ditanamkan pada aktiva lain yang
lebih produktif. Sebaliknya semakin tinggi tingkat aktivitas, semakin baiklah
kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan.
Menurut Bambang (2001:334) : Total Asset Turnover merupakan
kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam satu
periode tertentu atau kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan
Revenue. Rasio ini juga dapat digunakan untuk mengukur seberapa efisien aktiva
tersebut telah dimanfaatkan untuk memperoleh penghasilan sehingga rasio ini
dapat digunakan untuk memprediksi laba yang akan datang dan dapat digunakan
untuk memprediksi laba karena total aktiva dan penjualan merupakan komponen
dalam menghasilkan laba.
Sedangkan menurut Lukman (2005:56) : Total Asset Turnover
menunjukan tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan didalam
menghasilkan volume penjualan tertentu. Dapat dirumuskan sebagai berikut :
T o t al A s s et T u r nover =

S a les
1 00
T o t al s s e t

Total Asset Turnover menggambarkan efektifitas penggunaan seluruh asset


perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan atau berapa rupiah penjualan
bersih yang dapat dihasilkan dari setiap rupiah yang diinvestasikan dalam bentuk
asset perusahaan. Semakin tinggi rasio Total Asset Turnover berarti semakin
efisien penggunaan keseluruhan aktiva didalam menghasilkan penjualan. Dengan
perkataan lain, jumlah asset yang sama dengan memperbesar volume penjualan
apabila Total Asset Turnover ditingkatkan atau diperbesar. Total Asset Turnover ini
penting bagi para kreditur dan pemilik perusahaan, tetapi akan lebih penting lagi
bagi manajemen perusahaan, karena hal ini akan menunjukan efisien tidaknya
pengunaan seluruh aktiva didalam perusahaan.
Menurut Bambang (2001:40) untuk mempertinggi Total Asset Turnover
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1; Dengan menambah modal usaha atau aktiva yang digunakan untuk operasi

sampai tingkat tertentu dan diusahakan tercapainya tambahan volume usaha


yang sebesar-besarnya.

16

2; Dengan mengurangi volume usaha sampai tingkat tertentu diusahakan

penurunan atau pengurangan aktiva yang digunakan untuk operasi sebesarbesarnya.


Dengan tingkat penjualan yang tinggi, maka semakin tinggi tingkat
penjualan dimasa yang akan datang, sehingga perubahan laba semakin tinggi pula.
Penjualan yang semakin tinggi maka efisien dan efektif perusahaan tersebut dalam
menjalankan operasinya, sehingga semakin tinggi Total Asset Turnover semakin
tinggi perubahan labanya.

2.1.3; Current Ratio

Ad. a

Pengertian Current Ratio Menurut Ahli : Menurut Bambang Riyanto


(2001:26), menerangkan bahwa : Current ratio merupakan ukuran
yang berharga untuk mengukur kesanggupan suatu perusahaan untuk
memenuhi current obligation nya.
Menurut Agnes Sawir (2003:8), menerangkan

bahwa : Current

ratio merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui


kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek, karena rasio ini
menunjukan seberapa jauh tuntutan dari kreditor jangka pendek dipenuhi
oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang
sama dengan jatuh tempo utang.
Menurut Kasmir (2012:134), menyatakan bahwa : Untuk mengukur
kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek atau hutang
yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan
kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi
kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Rasio lancar dapat
pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan suatu
perusahaan.
Menurut S. Munawir (2007:72), menerangkan bahwa : Rasio lancar
(Current ratio) yaitu perbandingan antara jumlah aktiva lancar dengan
hutang lancar, rasio ini menunjukan bahwa nilai kekayaan lancar (yang

17

segera dapat dijadikan uang) ada sekian kali hutang jangka pendek.
Rasio lancar dihitung sebagai berikut :
R a s io Lancar (c u r r e nt r a t io)=

a k t ivalancar
h u t ang lancar

Ad. b Mengevaluasi Kinerja Keuangan


Seringkali kita bingung untuk melihat apakah perusahaan yg kita
lihat atau akan kita investasikan memiliki kinerja yang baik dalam
bisnisnya. Sehingga kita harus mencoba untuk menerka kinerja perusahaan
tersebut dengan melihat untung ruginya perusahaan yang bersangkutan
tanpa melihat dibalik untung ruginya perusahaan itu. Untuk lebih
memudahkan agar kita tahu bagaimana perusahaan tersebut bekerja, kita
bisa melihatnya di dalam laporan keuangan perusahaan. Namun timbul
pertanyaan baru, bagaimana cara membacanya?
Untuk itu saya ingin menguraikan dan sharing sedikit pengetahuan
saya tentang bagaimana kita mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan
dengan melihat dan menganalisa laporan keuangan perusahaan. Di dalam
laporan keuangan, terdapat beberapa statement atau laporan yaitu:
a; Neraca (Balance Sheet)

b; Laba Rugi (Income Statement)


c; Perubahan Modal (Equity Statement)
d; Arus Kas (CashFlow Statement)
Untuk dapat melakukan analisa terhadap laporan keuangan, kita
dapat menggunakan salah satu metode yaitu rasio keuangan (financial
ratio). Dengan rasio ini kita dapat melihat kemampuan perusahaan antara
lain dalam:
a; Pengembalian modal (ROE)

b; Likuiditas (Liquidity)
c; Mengelola Asset untuk menghasilkan pendapatan (Asset Management)
d; Menghasilkan laba / profit (Profitability)
e; Penggunaan hutang untuk pembiayaan asset (Leverage)

18

f; Mengukur status ekonomi perusahaan dalam pasar (Market Value)


Mengapa menggunakan rasio? Karena rasio dapat dijadikan alat
ukur terhadap ekspektasi dalam melakukan pengelolaan dan penyelesaian,
merupakan hubungan yg sederhana antar dua financial balances atau
financial calculation dan memberikan kemudahan dalam mengukur
kinerja keuangan perusahaan.
Terdapat beberapa jenis rasio, diantaranya :
1; Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)
Li q uidity Ratio=

A k t ivalancar
1 00
H u t ang lancar

2; Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio)


S o l vabilitas=

T o t al Asset
1 00
T o t al Hutang

3; Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)


P r o fitabilitas=

Lab a
100
M o d al

Dan masih banyak lagi rasio yg dapat digunakan. Namun


umumnya, para analis menggunakan rasio diatas untuk menganalisa
keuangan. Salah satu contoh diantaranya Rasio Likuiditas (Liquidity
Ratio). Ratio ini membantu kita dalam memahami jika kita dapat
mencapai obligasi dalam waktu yang singkat. Tipe-tipe rasio untuk
memonitor likuiditas : Current ratio : current asset dibagi dengan current
liabilities. Jika rasionya rendah, mempunyai dampak kemungkinan
masalah tidak dapat dipecahkan, sebaliknya jika rasio terlalu tinggi,
artinya manajemen tidak melakukan investasi asset secara produktif.
Current Ratio dianggap baik bila nilainya lebih dari dua.

2.1.4; Rentabilitas Modal Sendiri


2.1.4.1; Pengertian Rentabilitas

19

Salah satu tujuan perusahaan pada umumnya yaitu memperoleh laba


sesuai dengan yang telah direncanakan, untuk itu diperlukan penjelasan yang
efektif dan efisien atas sumber daya yang ada.
Menurut Bambang Riyanto (2011:59) bahwa: Rentabilitas suatu
perusahaan menunjukan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal
yang menghasilkan laba tersebut.
Menurut Munawir (2010:33) bahwa: Rentabilitas adalah kemampuan
perusahaan menghasilkan laba selama periode tertentu. Jadi dari berbagai
pendapat diatas, dapat disimpulkan rentabilitas adalah perbandingan antara laba
dengan modal yang menghasilkan laba tersebut. Rentabilitas suatu perusahaan
diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan menggunakan aktivanya
secara produktif, dengan demikian rentabilitas suatu perusahaan dapat diketahui
dengan memperbandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode
dengan jumlah modal perusahaan tersebut.

2.1.4.2; Macam-Macam Rentabilitas

Modal perusahaan pada dasarnya dapat berasal dari pemilik perusahaan


(modal sendiri) dan dari kreditur (modal pinjaman). Sehubungan dengan adanya
dua sumber modal tersebut, maka rentabilitas suatu perusahaan dapat dibagi
menjadi dua, yaitu:
1;

Rentabilitas Ekonomi
Menurut Bambang Riyanto (2011:33) bahwa: Rentabilitas ekonomi
ialah perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dan modal
pinjaman yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan
dinyatakan dalam presentase.
Oleh karena itu, pengertian rentabilitas sering digunakan untuk
mengukur efesiensi penggunaan dengan seluruh modal yang bekerja
didalamnya untuk menghasilkan laba. Modal yang diperhitungkan untuk
menghitung rentabilitas ekonomi hanyalah modal yang bekerja didalam
perusahaan (operating capital assets). Dengan demikian yang ditanamkan
dalam perusahaan lain atau modal yang ditanamkan dalam efek (kecuali
perusahaan efek) tidak diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas

20

2;

ekonomi hanyalah laba yang berasal dari operasi perusahaan, yaitu yang
disebut laba usaha (net operating income)
Rentabilitas Modal Sendiri
Rentabilitas modal sendiri adalah perbandingan antara jumlah laba
yang tersedia bagi pemilik modal sendiri disuatu pihak dengan jumlah modal
sendiri yang menghasilkan laba tersebut.
Menurut Bambang Riyanto (2011:44) bahwa: Rentabilitas modal
sendiri adalah kemampuan suatu perusahaan modal sendiri yang bekerja
didalamnya untuk menghasilkan keuntungan.

2.1.4.3; Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rentabilitas

Menurut Bambang Riyanto (2011:37) tinggi rendahnya rentabilitas


ekonomi dipengaruhi oleh dua faktor:
Profit Margin
Profit margin adalah perbandingan antara laba usaha dengan
penjualan bersih yang dinyatakan dalam persentase.
net o p e rating in c ome
P r o fit M a r gin=
1 00
n e t s al es

1;

Dengan kata lain dapatlah dikatakan bahwa profit margin ialah selisih
antara net sales dengan operating espenses (harga pokok penjualan + biaya
administrasi + biaya penjualan + biaya umum), selisih mana dinyatakan
dalam presentase dari net sales. Besar kecilnya profit margin pada setiap
transaksi sales ditentukan oleh dua faktor yaitu net sales dan laba usaha.
Besar kecilnya laba usaha atau net operating income tergantung kepada
pendapatan dari sales dan besarnya biaya usaha.

Turnover of operating assets (tingkat perputaran aktiva)


Turnover of operating assets adalah kecepatan perputaran operating
assets dalam suatu periode tertentu. Turnover assets dapat ditentukan dengan
membagi net sales dengan operating assets.
n e t s a l es
t u r nover o f o p e rating a s s et=
100
o p e rating a s s et

2;

21

Dengan

demikian

dapatlah

dikatakan

bahwa

profit

margin

dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat kepada


besar kecilnya laba usaha dalam hubungannya dengan sales, sedangkan
operating assets turnover dimaksudkan untuk mengetahui efesiensi
perusahaan dengan melihat kepada kecepatan perputaran operating assets
dalam suatu periode tertentu. Hasil akhir dari percampuran kedua efisiensi
profit margin dan operating assets turnover menentukan tinggi rendahnya
earning power. Oleh karena itu makin tinggi tingkat profit margin atau
operating assets turnover masing-masing atau keduanya akan mengakibatkan
naiknya earning power.
2.1.4.4; Pengertian Rentabilitas Modal sendiri

Keuntungan merupakan hasil dari kebijaksanaan yang diambil oleh


manajemen. Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur seberapa besar
tingkat keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan. Jumlah keuntungan yang
didapat satu perusahaan daat dilihat dari laporan laba rugi tahunan yang
dikeluarkan oleh perusahaan dan setiap perusahaan akan selalu memaksimalkan
laba yang diperolehnya. Banyak pihak yang sangat berkepentingan dengan
analisis profitabilitas ini misalnya bagi pemegang saham akan melihat keuntungan
yang benar-benar akan diterima dalam bentuk dividen.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan rentabilitas modal sendiri
sebagai indikator dari profitabilitas. Karena rasio ini mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba dengan modal sendiri yang dimiliki
perusahaan. Sehingga semakin besar rentabilitas modal sendiri suatu perusahaan,
semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan tersebut dan
semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dalam memanfaatkan equity-nya.
Rasio ini menggunakan hubungan antara keuntungan setelah pajak dengan
modal sendiri yang digunakan perusahaan. Yang dianggap modal sendiri adalah
saham biasa, agio saham, laba ditahan, saham preferen, dan cadangan-cadangan
lain. Bagi perusahaan pada umumnya masalah rentabilitas adalah lebih penting
daripada masalah laba, karena laba yang besar saja belumlah merupakan ukuran
bahwa perusahaan itu telah bekerja dengan efisien (Bambang,2001:29).

22

Menurut Bambang Riyanto (2007:44) :Rentabilitas Modal Sendiri adalah


perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri dengan
jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut, atau dengan kata lain
dapatlah diartikan bahwa Rentabilitas Modal Sendiri adalah kemampuan suatu
perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja didalamnya untuk menghasilkan
keuntungan.
Menurut Susan Irawati (2006;61) :Rentabilitas modal sendiri (RMS)
adalah perbandingan jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri disatu
pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut dilain pihak.
Atau rentabilitas modal sendiri merupakan kemampuan suatu perusahaan dengan
modal sendiri yang bekerja didalamnya untuk menghasilkan laba.
Menurut Lukman Samsudin (2009:64) : Rentabilitas Modal sendiri
merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi
pemilik modal perusahaan atas modal yang mereka investasikan didalam
perusahaan
Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan Rentabilitas Modal Sendiri
atau RMS adalah Kemampuan perusahaan untuk meraih keuntungan dengan
modal sendiri dengan perbandingan Modal Sendiri yang digunakan dan
keuntungan yang diperoleh darinya. Rentabilitas Modal Sendiri atau Return of
Equity (ROI) . Rasio ini mengukur seberapa banyak keuntungan yang menjadi hak
pemilik modal sendiri. karena itu dipergunakan laba setelah pajak. angka modal
sendiri juga sebaiknya dipergunakan angka rata-rata.
Menurut Suad Husnan (2006;74) : Perhitungan rentabilitas modal sendiri
ini adalah dengan membandingkan besarnya modal sendiri yang digunakan dan
laba yang diperoleh. Dengan rumus :
R e nt a b ilita s modal sendiri=

l a b a setelah pajak
1 00
r a t ar a t a modal sendiri

Rentabilitas modal sendiri sangat menarik bagi pemegang saham maupun


calon pemegang saham, dan juga manajemen karena rasio tersebut merupakan
ukuran atau indikator penting dari sharehoulder value creation. Artinya semakin

23

tingi rasio rentabilitas modal sendiri, menandakan kinerja perusahaan semakin


baik atau efisien semakin tinggi pula nilai perusahaan, nilai equity perusahaan
akan meningkat dengan peningkatan rasio ini, hal ini tentunya merupakan daya
tarik investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut.

2.1.5;

Pengaruh Total Asset Turnover terhadap Rentabilitas Modal Sendiri


Suatu perusahaan dapat tumbuh dan berkembang apabila fungsi

manajemen dapat dijalankan dengan baik. Fungsi dari manajmen keungan


terdapat pada pengambilan keputusan finansialnya, dengan berbagai kebijakan di
bidang keuangan yang dijalankan harus selaras dan serasi dengan tujuan
perusahaan yaitu memaksimalkan nilai perusahaan. Keputusan keuangan yang
harus dilakukan perusahaan meliputi keputusan investasi, keputusan pendanaan,
dan keputusan dividen.
Menurut Bambang (2001 : 10), bahwa fungsi pembelanjaan yang penting
dari ketiga keputusan keuangan yaitu keputusan terhadap investasi karena
keputusan mengenai investasi ini akan berpengaruh secara langsung terhadap
rentabilitas investasi dan aliran kas perusahaan untuk waktu-waktu berikutnya.
Rasio-rasio keuaggan sebagai bagian dari informasi akuntansi yang tercermin
dalam laporan keuangan perusahaan, pada umumnya digunakan sebagai suatu alat
mengukur kinerja manajemen dalam suatu periode tertentu, dimana semakin besar
laba dan kemampuan untuk membayar hutang lancar maka kinerja perusahaan
diniai semakin baik sehingga akan mempengaruhi keputusan investasi yang
dilakukan investor.
Hubungaan positif antara jumlah asset dengan laba akan tercapai dengan
syarat adanya peningkatan dalam penjualan, karena untuk menghitung total asset
turnover atau perputaran total asset adalah dengan membagi jumlah penjualan
dengan total asset yang dimiliki, maka jika total asset turnover suatu perusahaan
baik, maka secara otomatis laba juga akan naik dengan syarat mengabaikan
faktor-faktir lain yang mempengaruhi laba perusahaan. Dengan tingkat penjualan
yang tinggi diprediksi akan semakin tinggi tingkat penjualan dimasa yang akan
datang, sehingga perubahan laba semakin tinggi pula (Hanafi dan Halim

24

2005:239). Penjualan yang semakin tinggi berarti perusahaan efisien dan efektif
dalam menjalankan operasinya, semakin tinggi total asset turnover semakin tinggi
perubahan labanya.
Pengaruh rasio total asset turnover terhadap proftabilitas adalah semakin
cepat tingkat perputaran aktivanya maka laba bersih yang dihasilkan akan
semakin meningkat, karena perusahaan sudah dapat memanfaatkan aktiva tersebut
untuk meningktankan penjualan sehingga berpengaruh terhadap pendapatan yang
dicerminkan dengan perolehan laba bersih (Rentabilitas Modal Sendiri).
Sebaliknya rasio Total Asset Turnover yang rendah mnunjukan bahwa perusahaan
tidak beroperasi pada volume yang memadai bagi kapasitas investasinya sehingga
akan menurunkan tingkat profitabilitas perusahaan.

2.1.6;

Pengaruh Current Ratio terhadap Rentabilitas Modal Sendiri


Current ratio meupakan salah satu likuiditas, yaitu rasio yang bertujuan

untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban


jangka pendeknya. Semakin tinggi Current Asset suatu perusahaan berarti
semakin kecil resiko kegagalan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya. Akibatnya resiko yang akan ditanggung pemegang saham juga
semakin kecil. (Ang,1997). Rasio ini menekankan pada peran penting pendanaan
utang bagi perusahaan dengan menunjukan persentase aktiva perusahaan yang
didukung oleh pendanaan utang (Horn dan Wachowicz,2009:210). Dengan
mengetahui seberapa besar persentase utang yang dimiliki, perusahaan dapat
mencegah terjadinya gagal bayar.
Semakin besar rasio lancar, maka menunjukan semakin besar kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Hal ini menunjukan
perusahaan melakukan penempatan dana yang besar pada sisi aktiva lancar.
Penempatan dana yang terlalu besar pada sisi aktiva memliki dua efek yang sangat
berlainan. Di satu sisi, likuiditas perusahaan semakin baik. Namun di sisi lain,
perusahaan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan tambahan laba, karena
dana yang seharusnya digunakan untuk investasi yang menguntungkan
perusahaan, dicadangkan untuk memenuhi likuiditas perusahaan, menurut Van

25

Horne dan Wachowicz (2009:323) likuiditas perusahaan berbanding terbalik


dengan profitabilitas. Maksudnya, semakin tinggi likuiditas perusahaan maka
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba semakin rendah.

2.2; Kerangka Pemikiran

Suatu perusahaan dapat tumbuh dan berkembang apabila fungsi


manajemen dapat dijalankan dengan baik. Fungsi dari manajemen keuangan
terdapat pada pengambilan keputusan finansialnya, dengan berbagai kebijakan di
bidang keuangan yang dijalankan harus selaras dan serasi dengan tujuan
perusahaan yaitu memaksimalkan nilai perusahaan. Untuk dapat memperoleh
gambaran tentang perkembangan finansial suatu perusahaan, perlu mengadakan
analisa atau interprestasi terhadap data finansial dari perusahaan bersangkutan,
dimana data finansial itu tercermin didalam laporan keuangan. Ukuran yang
sering digunakan dalam analisa finansial adalah rasio. Laporan keuangan dibuat
agar dapat digunakan suatu kegunaan yang penting adalah dalam menganalisis
kesehatan ekonomi perusahaan. Menurut Kown (2004:107), hasil dari
menganalisis laporan keuangan adalah rasio keuangan berupa angka-angka dan
rasio keuangan harus dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan.
Analisa laporan keuangan menyangkut pemeriksaan keterkaitan angkaangka dalam laporan keuangan dan trend angka-angka dalam beberapa periode,
satu tujuan dari analisis laporan keuangan menggunakan kinerja perusahaan yang
lalu untuk memperkirakan bagimana akan terjadi dimasa yang akan datang.
Menurut Van Hrone (2005:24), rasio keuangan adalah alat yang digunakan untuk
menganalisis kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Kita menghitung berbagai
rasio karena dengan cara ini kita bisa mendapat perbandingan yang mungkin akan
berguna daripada angka mentahnya sendiri. Meskipun analisis rasio mampu
memberikan informasi yang bemanfaat sehubungan dengan keadaan operasi dan
kondisi keuangan perusahaan, tedapat juga unsur keterbatasan informasi yang
membutuhkan kehati-hatian dalam mempertimbangkan masalah yang terdapat
dalam perusahaan tersebut.

26

Hal ini disebabkan sulitnya mendapatkan rata-rata pembanding yang tepat


bagi perusahaan yang mengoperasikan beberapa divisi yang berbeda pada industri
yang berlainan. Sebagai salah satu bentuk informasi yang relevan dan kegunaanya
yang efektif dalam menganalisa rasio dalam pengambilan keputusan. Dalam
melakukan analisa, penganalisa dapat menggunakan dua macam perbandingan
yaitu :
1; Membandingkan rasio sekarang dengan rasio rasio yang lalu atau dengan

rasio rasio yang diperkirakan untuk waktu yang akan datang dari
perusahaan yang sama.
2; Membandingkan rasio perusahaan dengan rasio rasio yang sejenis
dengan perusahaan lain yang sejenis, dan pada waktu yang sama.
Menurut Sumber datanya Van Horne ( 2005 : 234), Angka rasio dapat
dibedakan atas :
1; Rasio rasio neraca ( Balance Sheet Ratio ), yaitu ratio ratio yang

disusun dari data yang berasal dari neraca, misalnya current ratio, acid
test ratio, current asset to total asset ratio, current liabilities to total asset
ratio dan lain sebagainya.
2; Rasio rasio Laporan Laba Rugi ( Income Statement Ratio ), ialah data
yang disusun dari data yang berasal dari income statement, misalnya gross
profit, net margin, operating margin, operating ratio dan sebagainya.
3; Rasio rasio antar Laporan Keuangan ( Intern Statement Ratio), ialah ratio
ratio yang disusun dari data yang berasal dari neraca dan data lainya
berasal dari income statement, misalnya asset turnover, Inventory turnover,
receivable turnover, dan lain sebagainya.
Rasio keuangan dapat dibagi kedalam tiga bentuk umum yang sering
dipergunakan yaitu : Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas ( Leverage ), dan
Rasio Rentabilitas, Ratio Likuiditas (Liquidity Ratio) Merupakan Ratio yang
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban financial jangka pendek yang berupa hutang hutang jangka
pendek (short time debt) Menurut Van Horne :Sistem Pembelanjaan yang
baik Current ratio harus berada pada batas 200% dan Quick Ratio berada
pada 100%. Adapun yang tergabung dalam rasio ini adalah :

27

a; Current Ratio ( Rasio Lancar)

Merupakan Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan


perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan
menggunakan aktiva lancar yang dimiliki, Current Ratio dapat dihitung
dengan rumus :
C u r rent R a t io=

A k t iva Lancar
H u t ang Lancar

Semakin besar rasio lancar, maka menunjukan semakin besar kemampuan


perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Hal ini menunjukan
perusahaan melakukan penempatan dana yang besar pada sisi aktiva lancar.
Penempatan dana yang terlalu besar pada sisi aktiva memliki dua efek yang sangat
berlainan. Di satu sisi, likuiditas perusahaan semakin baik. Namun di sisi lain,
perusahaan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan tambahan laba, karena
dana yang seharusnya digunakan untuk investasi yang menguntungkan
perusahaan, dicadangkan untuk memenuhi likuiditas perusahaan, menurut Van
Horne dan Wachowicz (2009:323) likuiditas perusahaan berbanding terbalik
dengan profitabilitas.
Maksudnya, semakin tinggi likuiditas perusahaan maka kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba semakin rendah. Keputusan keuangan yang
harus dilakukan perusahaan meliputi keputusan investasi, keputusan pendanaan,
dan keputusan dividen. Menurut Bambang (2001 : 10), bahwa fungsi
pembelanjaan yang penting dari ketiga keputusan keuangan yaitu keputusan
terhadap investasi karena keputusan mengenai investasi ini akan berpengaruh
secara langsung terhadap rentabilitas investasi dan aliran kas perusahaan untuk
waktu-waktu berikutnya.
Rasio-rasio keuangan sebagai bagian dari informasi akuntansi yang
tercermin dalam laporan keuangan perusahaan, pada umumnya digunakan sebagai
suatu alat mengukur kinerja manajemen dalam suatu periode tertentu, dimana
semakin besar laba dan kemampuan untuk membayar hutang lancar maka kinerja
perusahaan di nilai semakin baik sehingga akan mempengaruhi keputusan

28

investasi yang dilakukan investor. Menurut Irham Fahmy (2011 :106), Rasio
keuangan adalah: Hasil yang di peroleh dari perbandingan jumlah,dari satu
jumlah dengan jumlah lainnya.
Adapun menurut Sofyan Syafri Harahap (2011:297), mendefinisikan Rasio
keuangan adalah : Angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos
laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan
dan signifikan(berarti).
Laporan keuangan seorang investor dapat melakukan analisa terhadap
variabel yang mempengaruhi investasi. Dan dapat dievaluasi hasil yang telah
dicapai suatu perusahaan dalam jangka waktu tertentu dan bagaimana kinerja
perusahaan itu. Ini sangat penting bagi seorang investor untuk mempertimbangkan
pada saham yang mana ia akan melakukan investasi. Rasio aktivitas mengukur
seberapa efektif suatu perusahaan dalam menggunakan asset-assetnya. Menurut
Van Horne dan Machowicz (2005:212) bahwa rasio aktivitas disebutnya sebagai
rasio manajemen aktiva (Asset Management Ratio), mengukur seberapa efektif
perusahaan mengelola aktivanya. Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan
untuk mengetahui efektivitas perusahaan dalam mengelola bisnisnya.
Aktivitas perusahaan membutuhkan investasi, baik untuk asset yang
besifat jangka pendek (inventory and account receivable) maupun jangka panjang
(property,plan and equipment). Rasio aktivitas menggambarkan hubungan antara
tingkat operasi perusahaan dengan asset yang dibutuhkan untuk menunjang
kegiatan operasi perusahaan tersebut. Rasio aktivitas memungkinkan para analis
menduga kebutuhan ini serta menilai kemampuan perusahaan untuk mendapatkan
asset yang dibutuhkan untuk mendapatkan asset yang dibutuhkan untuk
mempertahankan

tingkat

pertumbuhannya.

Menurut

Made

Sudana

(2011:21),Rasio aktivitas mengukur efektivitas dan efisiensi peusahaan dalam


mengelola aktiva yang dimiliki perusahaan. Besar kecilnya activity ratio dapat
diukur dengan cara sebagai berikut :
I n v entory T u r nover=

S al es
I n v entory

29

Dalam penelitian ini rasio aktivitas diukur dengan Total Asset Turnover
dan Current Ratio. Menurut I Made Sudana (2011:22), Total Asset turnover
mengukur efektivitas penggunaan seluruh aktiva dalam menghasilkan penjualan.
Semakin besar rasio ini berarti semakin efektif pengelolaan seluruh aktiva yang
dimiliki perusahaan.
Menurut

Bambang

(2001:334)

Total Asset

Turnover

merupakan

kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam satu
periode tertentu atau kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan
Revenue. Rasio ini juga dapat digunakan untuk mengukur seberapa efisien aktiva
tersebut telah dimanfaatkan untuk memperoleh penghasilan sehingga rasio ini
dapat digunakan untuk memprediksi laba yang akan datang dan dapat digunakan
untuk memprediksi laba karena total aktiva dan penjualan merupakan komponen
dalam menghasilkan laba.
Menurut Bambang (2001:40) untuk mempertinggi Total Asset Turnover
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1; Dengan menambah modal usaha atau aktiva yang digunakan untuk

operasi sampai tingkat tertentu dan diusahakan tercapainya tambahan


volume usaha yang sebesar-besarnya.
2; Dengan mengurangi volume usaha sampai tingkat tertentu diusahakan
penurunan atau pengurangan aktiva yang digunakan untuk operasi
sebesar-besarnya.
Dengan tingkat penjualan yang tinggi, maka semakin tinggi tingkat
penjualan dimasa yang akan datang, sehingga perubahan laba semakin tinggi pula.
Penjualan yang semakin tinggi maka efisien dan efektif perusahaan tersebut dalam
menjalankan operasinya, sehingga semakin tinggi Total Asset Turnover semakin
tinggi perubahan labanya. Penjualan yang semakin tinggi mengindikasikan
perusahaan tersebut efektif dan efisien dalam menjalankan operasinya. Dengan
semakin cepat tingkat perputaran aktivanya maka laba bersih yang dihasilkan
akan semakin meningkat, maka perusahaan sudah dapat memanfaatkan aktiva
tersebut meningkatkan penjualan sehingga berpengaruh terhadap pendapatan yang
dicerminkan dengan perolehan laba bersih dari total equity perusahaan

30

(Rentabilitas modal sendiri), menurut Sutrisno (2003:239) Rentabilitas modal


sendiri dapat didefinisikan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan dengan modal sendiri yamg dimilki.
Penjualan yang semakin tinggi berarti perusahaan efisien dan efektif
dalam menjalankan operasinya, semakin tinggi Total Asset Turnover semakin
tinggi perubahan labanya. Pengaruh rasio Total Asset Turnover terhadap
profitabilitas adalah semakin cepat tingkat perputaran aktivanya maka laba bersih
yang dihasilkan akan semakin meningkat, karena perusahaan sudah dapat
memanfaatkan

aktiva

tersebut

untuk

meningkatkan

penjualan

sehingga

berpengaruh terhadap pendapatan yang dicerminkan dengan perolehan laba bersih


dari modal sendiri perusahaan (Rentabilitas Modal Sendiri). Sebaliknya rasio
Total Asset Turnover yang rendah menunjukan bahwa perusahaan tidak beroperasi
pada volume yang memadai bagi kapasitas investasinya sehingga akan
menurunkan tingkat profitabilitas perusahaan. Sementara itu semakin besar rasio
lancar, maka menunjukan semakin besar kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Hal ini menunjukan perusahaan melakukan penempatan dana yang besar
pada sisi aktiva lancar. Penempatan dana yang terlalu besar pada sisi aktiva
memliki dua efek yang sangat berlainan. Di satu sisi, likuiditas perusahaan
semakin baik. Namun di sisi lain, perusahaan kehilangan kesempatan untuk
mendapatkan tambahan laba, karena dana yang seharusnya digunakan untuk
investasi yang menguntungkan perusahaan, dicadangkan untuk memenuhi
likuiditas perusahaan. Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, maka jelaslah
bahwa Total Asset Turnover dan Current Ratio berpengaruh terhadap Rentabilitas
Modal Sendiri.

2.3; Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, penulis mengemukakan


hipotesis bahwa :

31

Ho

= 0, Terdapat pengaruh yang signifikan antara Current

Ratio dan Total Asset Turnover terhadap Rentabilitas Modal


Sendiri pada perusahaan secara parsial dan simultan pada PT
Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk periode 2005-2014.
Ha

0, Tidak Terdapat pengaruh yang signifikan

antara Current Ratio dan Total Asset Turnover terhadap


Rentabilitas Modal Sendiri pada perusahaan secara parsial
dan simultan pada PT Telekomunikasi Indonesia (Persero)
Tbk periode 2005-2014.
BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1; Objek Penelitian

Objek dalam metode penelitian ini adalah Total Asset Turnover dan
Current Ratio terhadap Rentabilitas Modal Sendiri pada PT Telekomuniksi
Indonesia (Persero) Tbk periode 2002-2013. Data yang diambil penulis dalam
penelitian ini adalah laporan keuangan pada PT Telekomunikasi Indonesia
(persero) Tbk periode 2002-2013. Penelitian dilakukan di Pojok Bursa Fakultas
Ekonomi Universitas Siliwangi, Jalan Siliwangi No. 24 Tasikmalaya.

3.1.1; Sejarah Singkat Perusahaan

PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. adalah perusahaan informasi dan


komunikasi serta penyedia jasa dan jaringan telekomunikasi secara lengkap di
Indonesia. Pada awalnya di kenal sebagai sebuah badan usaha swasta penyedia
layanan pos dan telegrap atau dengan nama JAWATAN. Pada tahun 1961,
Status jawatan diubah menjadi Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi (PN
Postel), PN Postel dipecah menjadi Perusahaan Negara Pos dan Giro (PN Pos &
Giro), dan Perusahaan Negara Telekomunikasi (PN Telekomunikasi). Dan pada
tahun 1974 PN

Telekomunikasi

disesuaikan

menjadi

Perusahaan

Umum.

Telekomunikasi (Perumtel) yang menyelenggarakan jasa telekomunikasi nasional

32

maupun internasional. Pada tanggal 14 November 1995 di resmikan PT.


Telekomunikasi Indonesia sebagai nama perusahaan telekomunikasi terbesar di
Indonesia.
TELKOM merupakan salah satu BUMN yang sahamnya saat ini dimiliki
oleh Pemerintah Indonesia (51,19%) dan oleh publik sebesar 48,81%. Sebagian
besar kepemilikan saham publik (45,58%) dimiliki oleh investor asing, dan
sisanya(3,23%) oleh investor dalam negeri. TELKOM juga menjadi pemegang
saham mayoritas di 9 anak perusahaan, termasuk PT Telekomunikasi Selular
(Telkomsel).
TELKOM menyediakan jasa telepon tetap kabel (fixed wire line), jasa
telepon tetap nirkabel (fixed wireless), jasa telepon bergerak (mobile service),
data/internet serta jasa multimedia lainnya.
31 Tahun 2001 TELKOM membeli 35%
saham Telkomsel dari PT INDOSAT sebagai bagian dari implementasi
restrukturisasi industri jasa telekomunikasi di Indonesia yang ditandai dengan
penghapusan kepemilikan bersama dan kepemilikan silang antara TELKOM dan
INDOSAT. Sejak bulan Agustus 2002 terjadi duopoli penyelenggaraan
telekomunikasi lokal. Dalam meningkatkan usahanya serta memberikan proteksi
yang sesuai dengan keinginan masyarakat, PT.Telkom telah membuka kantorkantor Cabang dan Perwakilan yang terdapat di berbagai regional yang terdiri dari
: 7 DIVRE yaitu Divre 1 Sumatera, Divre 2 Jakarta, Divre 3 Jawa Barat, Divre 4
Jawa Tengah & DI.Yogyakarta, Divre 5 Jawa Timur, Divre 6 Kalimantan, Divre 7
Kawasan Timur Indonesia.PT. Telkom Juga mempunyai anak perusahaan seperti,
Telkomsel, Telkomvision/Indonusa, Infomedia, Graha Sarana Duta / GSD,
Patrakom, Bangtelindo, PT FINNET Indonesia.
Berikut adalah beberapa layanan telekomunikasi TELKOM :
1; Telepon :
a; Telepon tetap (PSTN), layanan telepon tetap yang hingga kini masih

menjadi monopoli TELKOM di Indonesia


b; Telkom Flexi, layanan telepon fixed wireless CDMA
2; Data/Internet :

33

a; TELKOMNet Instan, layanan akses internet dial up


b; TELKOMNet Astinet, layanan akses internet berlangganan dengan fokus
c;
d;
e;
f;

perusahaan
Speedy, layanan akses internet dengan kecepatan tinggi (broad band)
menggunakan teknologi ADSL
e-Business (i-deal, i-manage, i-Settle, i-Xchange, TELKOMWeb Kiostron,
TELKOMWeb Plazatron)
Solusi Enterprise- INFONET
TELKOMLink DINAccess

3.1.2; Struktur Organisasi

Kami sudah mengadopsi sebuah pendekatan holding company ke dalam


pengelolaan korporasi, yang kami percaya akan menyediakan productive
flexibility bagi seluruh entitas bisnis kami sesuai dengan karakteristik masingmasing unit. Dalam rangka implementasi pengelolaan korporasi dengan
berkarakteristik holding company, maka:
1; Peran corporate office difokuskan pada Corporate Level Strategy (directing

strategy, portfolio strategy dan parenting strategy)


2; Parenting style disesuaikan dengan karakteristik dan tingkat maturity entitas
bisnisnya.
3; Empowerment entitas bisnis sesuai dengan karakteristiknya.
Untuk itu, pada tahun 2013 kami telah melakukan beberapa perubahan
menyangkut pembidangan pembagian tugas dan wewenang masing-masing
anggota Direksi, sebagai berikut:
1; Kami merubah pembidangan divisi dari semula di bawah Direktur Enterprise

& Wholesale (EWS) menjadi Direktur Enterprise & Business Service yang
fokus pada pengembangan segmen bisnis enterprise dan small medium
enterprise.
2; Kami merubah pembidangan divisi yang semula di bawah Direktur
Compliance & Risk Management (CRM) menjadi Direktur Wholesale &
International Service yang fokus pada pengembangan segmen bisnis
wholesale. Kami juga mengalihkan tugas dan wewenang pengelolaan

34

compliance, legal dan risk management ke Head of Compliance, Risk


Management & General Affairs.
3; Kami merubah pembidangan divisi yang semula Direktur IT, Solution &
Strategic Portfolio (ITSSP) menjadi Direktur Innovation & Strategic
Portfolio yang fokus pada upaya inovasi dan pengembangan portofolio bisnis.
4; Kami merubah pembidangan divisi yang semula Direktur NWS menjadi
Direktur Network, IT & Solution yang fokus pada pengelolaan dan
pendayagunakan infrastructure, IT dan service operation & management,
untuk mendukung upaya pengembangan bisnis yang sudah berjalan
(established).
5; Kami merubah pembidangan divisi yang semula Human Capital & General
Affair menjadi Direktur Human Capital Management yang fokus pada
pengelolaan human capital. Kami juga mengalihkan tugas dan wewenang
pengelolaan supply ke Head of Compliance, Risk Management & General
Affairs.
Selain itu untuk mewadahi mekanisme pengelolaan parenting terhadap
seluruh portfolio kami secara Group, maka telah dibentuk Board of Executive
yang beranggotakan seluruh Direksi Telkom dan beberapa Chief of Business.
Chief of Business merupakan sebutan untuk posisi senior business expert yang
ditempatkan sejajar dengan Direksi Telkom untuk melaksanakan peran sebagai
penasehat dalam merumuskan keputusan-keputusan corporate level strategy,
mengupayakan harmonisasi hubungan antara entitas anak dengan Telkom sebagai
parent.
Direktur Human Capital Manager
Direktur Keuangan
Direktur Innovation & Strategic Portofolio
Direktur Consumer Service
Direktur Utama
Direktur Enterprice & Bussnines Service

35

Direktur Wholesale & International Service

Direktur Network IT & International


Service
Gambar 3.1.2
Struktur Organisasi
PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk.
Nama
Direktorat

Direktorat
NITS

Direktorat
ISP
Direktorat
CONS
Direktorat
EBIS
Direktorat
WINS
Direktorat
HCM
Direktorat
KEU

Fungsi dan Wewenang


Fokus pada pengelolaan infrastructure strategy & governance, IT
Strategy & Governance, and Solution serta pengelolaan
pendayagunaan IT dan service operation & management, dalam
rangka dukungan upaya eksploitasi bisnid yang sudah mapan dan
pengendalian operasional infrastruktur melalui Divisi Network of
Broadband Information System Center, Divisi Wireless Broadband
serta Divisi Broadband.
Fokus pada pengelolaan fungsi Corporate Strategic Planning,
Strategic Business Development, Innovation Strategy & Synergy
serta pengendalian operasi unit-unit: Divisi Solution Convergence
dan Innovation & Design Center.
Fokus dalam pengelolaan bisnis segmen konsumer serta
pengendalian operasi Divisi Consumer Services
Fokus pada pengelolaan bisnis segmen enterprise & small medium
enterprise serta pengelolaan Divisi Enterprise Services dan Divisi
Business Services.
Fokus pada pengelolaan fungsi penanganan bisnis segmen
wholesale dan international, serta pengendalian operasional Divisi
Wholesale Services.
Fokus pada manajemen SDM Perusahaan serta penyelenggaraan
operasional SDM secara terpusat melalui unit Human Capital
Center, serta pengendalian operasi unit Telkom Corporate University
Center, Assessment Center Indonesia serta Community
Development Center.
Fokus pada pengelolaan keuangan perusahaan serta mengendalikan
operasi keuangan secara terpusat melalui unit Finance, Billing &
Collection Center.

3.1.3; Visi dan Misi Perusahaan

Visi PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk adalah menjadi Perusahaan yang


unggul

dalam

penyelenggaraan Telecommunication,

Information,

Media,

36

Edutainment

dan Services (TIMES) di kawasan regional. Dan Misi PT

Telekomunikasi Indonesia, Tbk adalah :


a; Menyediakan layanan TIMES yang berkualitas tinggi dengan harga yang

kompetitif.
b; Menjadi model pengelolaan korporasi terbaik di Indonesia.
Visi dan Misi ditetapkan berdasarkan keputusan Komisaris PT Telekomunikasi
Indonesia, Tbk No.09/KEP/DK/2012 pada tanggal 30 Mei 2012.
Corporate Culture
: The New Telkom Way
Basic Belief
: Always The Best
Core Values
: Solid, Speed, Smart
Key Behaviors
: Imagine, Focus, Action
Ada juga INISIATIF STRATEGIS PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk :
1; Pusat Keunggulan.
2; Menyelaraskan struktur bisnis dan pengelolaan portofolio.
3; Percepatan implementasi broadband melalui layanan konvergen.
4; Pengelolaan portofolio nirkabel.
5; Mengintegrasikan solusi ekosistem Telkom Group.
6; Berinvestasi di layanan teknologi informasi.
7; Berinvestasi di bisnis media dan edutainment.
8; Berinvestasi di bisnis wholesale dan peluang bisnis internasional yang

strategis.
9; Memaksimalkan nilai aset di bisnis yang saling terkait.
10; Mengintegrasikan Next Generation Network (NGN) dan Operational
support system, Business support system, Customer support system and
Enterprise relations management (OBCE) untuk mencapai penyempurnaan
beban biaya.
Inisiatif strategis ditetapkan berdasarkan keputusan Komisaris PT
Telekomunikasi Indonesia, Tbk No.09/KEP/DK/2012 yang ditetapkan pada 30
Mei 2012.

3.1.4; Kegiatan Usaha

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup bisnis kami


kegiatan

Perusahaan

adalah

menyelenggarakan

jaringan

dan

layanan

37

telekomunikasi, informatika serta optimalisasi sumber daya Perusahaan. Untuk


mencapai tujuan tersebut di atas, Perusahaan menjalankan kegiatan usaha yang
meliputi:
1; Usaha Utama
a; Merencanakan,

membangun,

menyediakan,

mengembangkan,

mengoperasikan, memasarkan atau menjual/menyewakan dan memelihara


jaringan telekomunikasi dan informatika dalam arti yang seluas-luasnya
dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan.
b; Merencanakan, mengembangkan, menyediakan, memasarkan atau menjual
dan meningkatkan layanan jasa telekomunikasi dan informatika dalam arti
yang

seluas-luasnya

dengan

memperhatikan

ketentuan

peraturan

perundang-undangan.
2; Usaha Penunjang
a; Menyediakan layanan transaksi pembayaran dan pengiriman uang melalui
jaringan telekomunikasi dan informatika.
b; Menjalankan kegiatan dan usaha lain dalam rangka optimalisasi sumber
daya yang dimiliki Perusahaan, antara lain pemanfaatan aset tetap dan aset
bergerak, fasilitas sistem informasi, fasilitas pendidikan dan pelatihan dan
fasilitas pemeliharaan dan perbaikan
3.2; Metode Penelitian
3.2.1; Metode Penelitian Yang Digunakan

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode


korelasional dan deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian deskriptif
adalah salah satu jenis penelitian yang tujuannya untuk menyajikan gambaran
lengkap mengenai setting sosial atau dimaksudkan untuk eksplorasi dan
klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan
mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang
diteliti antara fenomena yang diuji. Dalam penelitian ini, peneliti telah memiliki
definisi jelas tentang subjek penelitian dan akan menggunakan pertanyaan who
dalam menggali informasi yang dibutuhkan. Tujuan dari penelitian deskriptif

38

adalah menghasilkan gambaran akurat tentang sebuah kelompok, menggambarkan


mekanisme sebuah proses atau hubungan, memberikan gambaran lengkap baik
dalam bentuk verbal atau numerikal, menyajikan informasi dasar akan suatu
hubungan, menciptakan seperangkat kategori dan mengklasifikasikan subjek
penelitian, menjelaskan seperangkat tahapan atau proses, serta untuk menyimpan
informasi bersifat kontradiktif mengenai subjek penelitian.
Penelitian korelasi atau korelasional adalah suatu penelitian untuk
mengetahui hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih tanpa
ada upaya untuk mempengaruhi variabel tersebut sehingga tidak terdapat
manipulasi variabel (Faenkel dan Wallen, 2008:328). Adanya hubungan dan
tingkat variabel ini penting karena dengan mengetahui tingkat hubungan yang ada,
peneliti akan dapat mengembangkannya sesuai dengan tujuan penelitian. Jenis
penelitian ini biasanya melibatkan ukuran statistik/tingkat hubungan yang disebut
dengan korelasi (Mc Millan dan Schumacher, dalam Syamsuddin dan Vismaia,
2009:25). Penelitian korelasional menggunakan instrumen untuk menentukan
apakah, dan untuk tingkat apa, terdapat hubungan antara dua variabel atau lebih
yang dapat dikuantitatifkan.
Menurut Gay dalam Sukardi (2004:166) penelitian korelasi merupakan
salah

satu

bagian

penelitian expostfacto karena

biasanya

peneliti

tidak

memanipulasi keadaan variabel yang ada dan langsung mencari keberadaan


hubungan dan tingkat hubungan variabel yang direfleksikan dalam koefisien
korelasi. Selanjutnya, Fraenkel dan Wallen (2008:329) menyebutkan penelitian
korelasi ke dalam penelitian deskripsi karena penelitian tersebut merupakan usaha
menggambarkan kondisi yang sudah terjadi. Dalam penelitian ini, peneliti
berusaha menggambarkan kondisi sekarang dalam konteks kuantitatif yang
direfleksikan dalam variabel.
Penelitian korelasional dilakukan dalam berbagai bidang diantaranya
pendidikan, sosial, maupun ekonomi. Penelitian ini hanya terbatas pada panafsiran
hubungan antarvariabel saja tidak sampai pada hubungan kausalitas, tetapi
penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk diajadi penelitian selanjutnya seperti
penelitian eksperimen (Emzir, 2009:38). Menurut Sukardi (2004:166) penelitian

39

korelasi mempunyai tiga karakteristik penting untuk para peneliti yang hendak
menggunakannya. Tiga karakteristik tersebut adalah sebagai berikut :
1; Penelitian korelasi tepat jika variabel kompleks dan peneliti tidak mungkin
melakukan manipulasi dan mengontrol variabel seperti dalam penelitian
eksperimen.
2; Memungkinkan variabel diukur secara intensif dalam setting (lingkungan)
nyata.
3; Memungkinkan peneliti mendapatkan derajat asosiasi yang signifikan

3.2.2; Operasionalisasi Variabel

Sesuai dengan judul yang daiambil yaitu Pengaruh Current Asset dan
Total Asset Turnover terhadap Rentabilitas Modal Sendiri Dengan demikian,
maka dapat dikemukakan tiga variabel sebagai berikut :
1; Variabel bebas/independen (X1)
Merupakan variabel yang keberadaannya tidak dipengaruhi oleh variabel lain
akan tetapi mempengaruhi variabel lainnya. Di dalam kaitannya dengan
masalah yang diteliti, maka yang menjadi variabel independen adalah
Current Asset (X1).
2; Variabel Moderator (X2)
Merupakan variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan memperlemah)
hubungan antara variabel independen dengan dependen. Variabel ini disebut
juga sebagai variabel independen kedua. Dalam penelitian ini yang menjadi
variabel moderator adalah Total Asset Turnover (X2).
3; Variabel tidak bebas/dependen (Y)
Merupakan jenis variabel yang keberadaannya dipengaruhi oleh variabel lain.
Dalam kaitannya dengan penelitian ini, maka yang menjadi variabel dependen
adalah Rentabilitas Modal Sendiri (Y).
Operasionalisasi variabel diperlukan untuk menentukan jenis dan indikator
dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini. Selain itu, operasionalisasi
variabel dimaksudkan untuk menentukan skala pengukuran dari masing-masing
variabel, sehingga pengujian hipotesis dengan menggunakan alat bantu statistik

40

dapat dilakukan dengan benar. Operasionalisasi variabel independen dan variabel


dependen dalam penelitian ini akan disajikan dalam tabel 3.2.2 berikut ini :
Tabel 3.2.2 Variabel Operasional
Variabel
Definisi
C u r rent Asset
Perbandingan antara aktiva
lancar dengan hutang lancar.
C u r r e nt Liabilities
S a l es
Pada PT telekomunikasi
1 00
T o t al Aktiva Indonesia Tbk. Periode 2005E A T 2014.
1 00
M o d al Sendiri
Current RatioKemampuan dana yang
tertananam dalam keseluruhan
(X1)
aktiva berputar dalam satu
periode tertentu atau
kemampuan modal yang
diinvestasikan untuk
menghasilkan revenue pada
PT Telekomunikasi Indonesia
Total
AssetTbk. Periode 2005-2014.
Turnover (X2)
Kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan
keuntungan dengan modal
sendiri yang dimiliki pada PT
Telekomunikasi Indonesia Tbk
periode 2005-2014.

Indikator

Skala
Rasio
Rasio

Rasio

Rentabilitas
modal sendiri
(Y)
Sumber : Suad Husnan(1998), Arthur J.K, John D.M, J. William Petty, David. F
Scott, JR (2008), Weston dan Copeland (1995), Bambang Riyanto (1998), dan
Robbert Ang (1997).
3.2.3; Teknik Pengumpulan Data

Untuk melengkapi dan menyelesaikan pembuatan skripsi ini penulis


menggunakan teknik pengumpulan data dan informasi sebagai berikut :
1; Penelitian Dokumen (Documentation Research)

Yaitu mentransfer data-data yang diperoleh atau informasi yang


didokumentasikan. Dalam hal ini merupakan laporan keuangan PT

41

Telekomunikasi Indonesia Tbk perode 2005-2014 yang diperoleh dari Pojok


Bursa, Universitas Siliwangi Tasikmalaya.
2; Riset kepustakaan
Yaitu penelitian yang mempelajari literatur-literatur, buku-buku, dan media
lain yang mempunyai kaitan langsung dengan masalah yang akan diteliti.
3.2.3.1; Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Menurut
Mochamad (2003:12) bahwa data sekunder yaitu data yang dikumpulkan pada
suatu waktu tertentu yang bisa menggambarkan keadaan atau kegiatan pada waktu
tersebut. Data ini diperoleh dari bahan-bahan yang berhubungan dengan
penelitian, yaitu sebagai berikut :
1; Laporan Keuangan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk.
2; www.idx.co.id
3.3; Paradigma Penelitian

Dalam penelitian ini, Current Ratio disebut variabel bebas (variabel X1),
yaitu variabel yang mempengaruhi atau varibel independent. Total Asset Turnover
disebut Variabel Moderator (X2), yaitu variabel yang mempengaruhi (memperkuat
dan memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan dependen.
Variabel ini disebut juga sebagai variabel

independen kedua. Sedangkan

Rentabilitas Modal Sendiri disebut Variabel terikat (variabel Y), yaitu variabel
yang dipengaruhi atau variabel dependen. Untuk lebih jelasnya keterkaitan antara
variabel tersebut penulis tuangkan dalam gambar paradigma penelitian sebagai
berikut :
Current Ratio
(variabel X1)
Total Asset Turnover
(variabel X2)

Rentabilitas Modal Sendiri


(Variabel Y)

42

3.4; Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui pengaruh Current Asset dan Total Asset Turnover


terhadap Rentabilitas Modal Sendiri, maka digunakan analisis data sebagai
berikut :
1; Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
a; Current Ratio
Current ratio meupakan salah satu likuiditas, yaitu rasio yang
bertujuan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Semakin tinggi Current Ratio
suatu perusahaan berarti semakin kecil resiko kegagalan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut :
C u r rent A s s et
C u r rent L ia bilities
b; Total Asset Turnover
Kemampuan dana yang tertananam dalam keseluruhan aktiva berputar
dalam satu periode tertentu atau kemampuan modal yang diinvestasikan
untuk menghasilkan revenue. Dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
S al es
1 00
T o t al A k t iva
c; Rentabilitas Modal Sendiri

Yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan


modal sendiri yang dimiliki. Dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
EAT
1 00
M o d al Sendiri
2; Analisis Statistik
Untuk mengetahui pengaruh Current Ratio dan Total Asset Turnover
terhadap Rentabilitas Modal Sendiri digunakan analisis regresi dengan
bantuan program SPSS versi 19.0. dan analisis statistiknya sebagai berikut :
3.4.1; Pengujian model (Uji Asumsi Klasik)

43

Pengujian ini dihitung dengan menggunakan program SPSS versi 16.0.


untuk mengetahui model regresi linear berganda tersebut layak atau tidaknya
dipergunakan sebagai alat analisis dimasa yang akan datang, maka perlu
dilakukan pengujian sebagai berikut :
Ad.a

Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi variabel independen dan variabel dependen atau keduanya
terdistribusikan secara normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah
memiliki distribusi data normal mendekati normal. Untuk mendeteksi
normalitas data dapat diuji dengan Kolmogorov Smirnov dengan
melakukan

pengujian

pada

unstandardized

residual

pada

model

penelitiannya. Pada prinsipnya normalitas data dapat diketahui dengan


melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal pada grafik atau
histogram dari residualnya. Data normal dan tidak normal dapat diuraikan
sebagai berikut (Ghozali, 2009) :
1; Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal atau grafik histogramnya, menunjukkan pola terdistribusi


normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2; Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah
garis diagonal atau grafik histogramnya, tidak menunjukkan pola
terdistribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas.
Menurut Imam Ghozali (2009) uji normalitas dengan grafik dapat
menyesatkan apabila tidak hati-hati secara visual kelihatan normal,
padahal secara statistik bisa sebaliknya. Oleh sebab itu dianjurkan selain
menggunakan uji grafik dilengkapi dengan uji statistik. Uji statistik yang
digunakan dalam penelitian ini adalah untuk menguji normalitas residual
adalah uji statistik non-Parametrik Kolmogrov-Smirov (K-S). Uji K-S
dilakukan dengan membuat hipotesis :
Ho : Data residual berdistribusi apabila nilai signifikan <5% (0,05).
Ha : Data residual tidak berdistribusi normal apabila nilai signifikan >5%

44

(0,05)
Ad.b Uji Mutikolinearitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau tidak. Model yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi yang tinggi diantara variabel bebas. Untuk
mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas didalam model regresi dapat
diketahui dari nilai toleransi dan nilai variance inflation factor (VIF).
Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak
dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi nilai tolerance rendah
sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF=1/tolerance) dan menunjukkan
adanya kolinearitas yang tinggi. Nilai cut off yang umum dipakai adalah
nilai tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF diatas 10.
Ad.c Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan penggunaan pada periode t
dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka
dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi
yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya (Ghozali,
2009). Untuk menguji keberadaan autokorelasi dalam penelitian ini
digunakan uji statistic Durbin-Waston. Durbin-Waston hanya digunakan
untuk

autokorelasi

tingkat

satu

(firstorder

autocorrelation)

dan

mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak


ada variabel lag diantara variabel independen. Hipotesis yang akan diuji
adalah :
Ho

: tidak ada autokorelasi (r = 0)

Ha

: ada autokorelasi (r0)


Untuk mengambil keputusan ada tidaknya autokorelasi, ada
pertimbangan yang harus dipatuhi, antara lain:
a;Jika Dw < dL maka terdapat Autokorelasi
b; Jika Dw > dU maka tidak terdapat Autokorelasi

45

c;Jika dL < Dw < dU maka pengujian tidak meyakinkan atau tidak

dapat disimpulkan
Nilai DU dan DL dapat diperoleh dari tabel statistik Durbin Watson.
Ad.d

Uji Heterokedastisitas
Bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
Ketidaknyamanan variance dari residual pengamatan satu ke pengamatan
yang lain tetap. Hal seperti itu juga disebut sebagai homokedastisitas dan
jika

berbeda

disebut

heteroskedastisitas

atau

tidak

terjadi

heteroskedastisitas. Menurut Ghozali (2009) untuk mendeteksi ada atau


tidaknya heteroskedastisitas, dapat menggunakan metode grafik plot
antara nilai prediksi variabel dependen (ZPRED) dengan residualnya
(SRESID). Kemudian deteksi ada tidaknya heterokedastisitas dengan
melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID
dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu
X adalah residual (Y prediksi Y sesungguhnya) yang telah diolah. Dasar
dari analisis heteroskedasitas adalah sebagai berikut :
1; Jika ada pola tertentu (seperti titik yang ada membentuk pola tertentu

yang teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka


diindikasikan telah terjadi heterokedastisitas.
2; Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar diatas dan di
bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas
Ad.e

Analisis Regresi Linier Berganda


Analisis Regresi Linear Berganda digunakan untuk mengukur
pengaruh antara lebih dari satu variabel bebas terhadap variabel terikat.
Dengan model persamaan sebagai berikut: = + +
Dimana :
Y

: Return on Asset (ROA)

: konstanta

X1

: Current Ratio (CR)

X2

: Total Asset Turnover (TATO)

b1,b2 : Besaran koefisien regresi dari masing-masing variabel

46

Besarnya konstanta dalam a, dan besarnya koefisien regresi


masing - Masing variabel independen yang ditunjukkan X1 dan X2.
Analisis regresi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar hubungan
antara variabel independen dengan variabel dependennya.

3.4.2; Uji Hipotesis

Uji hipotesis adalah untuk menguji apakah ada korelasi atau tidak antara
Current Ratio dan Total Asset Turnover terhadap Rentabilitas Modal Sendiri.
Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Ho

=0 ,Tidak terdapat pengaruh yang signifikan Current Ratio dan


Total Asset Turnover terhadap Rentabilitas Modal Sendiri.

Ha

,Terdapat Pengaruh yang signifikan Current Ratio dan Total

Asset Turnover terhadap Rentabilitas Modal Sendiri.

3.4.2.1; Uji Statistik F (Uji F-test)

Pengujian ini dilakukan untuk menguji pengaruh dari seluruh variabel


independen terhadap variabel dependen secara simultan. F-test dilakukan untuk
menggunakan pendekatan Anova ( analysis of variance), untuk melihat pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikat. Signifikan berarti hubungan yang terjadi
dapat berlaku untuk populasi.
Penggunaan tingkat signifikannya beragam, tergantung keinginan
peneliti, yaitu 0,01 (1%), 0,05 (5%) dan 0,10 (10%). Hasil Uji-f dilihat dalam
tabel Anova dalam kolom sig. Sebagai contoh, kita menggunakan taraf
signifikansi 5% (0,05), jika nilai profitabilitas < 0,05, maka dapat dikatakan
terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara variabel bebas
terhadap variabel terikat. Namun jika nilai signifikansi > 0,05 maka tidak terdapat
pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara variabel bebas terhadap
variabel terikat. Uji F dilakukan dengan bantuan software SPSS.

3.4.2.2; Uji Statistik T (Uji t)

47

Uji T digunakan untuk menguji secara parsial masing-masing variabel.


Hasil uji t dapat dilihat pada tabel Coefficients pada kolom sig (significance). Jika
probabilitas nilai t atau signifikansi < 0,05, maka dapat dikatakan bahwa terdapat
pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial. Namun,
jika probabilitas nilai t atau signifikansi > 0,05 maka dapat dikatakan bahwa tidak
terdapat pengaruh yang signifikan antara masing-masing variabel bebas terhadap
variabel terikat. Sama halnya dengan uji F, uji T juga bisa dilakukan dengan
software SPSS.
3.4.2.3; Penarikan Kesimpulan

Bedasarkan hasil penelitian dan pengujian diatas, penulis akan


melakukan analisis secara kualitatif. Dari hasil analisis tersebut akan ditarik
kesimpulan, apakah hipotesis yang telah diterapkan diterima atau ditolak.

PENGARUH CURRENT RATIO DAN TOTAL ASSET TURNOVER


TERHADAP RENTABILITAS MODAL SENDIRI
(Pada PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk.

48

USULAN PENELITIAN
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Penulisan Skripsi
Pada Program Studi Manajemen

Oleh:
MOHAMAD SYARIF GINANJAR
123402080

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI


UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2015

Anda mungkin juga menyukai