KAYU
KAYU | 2015
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .................................................................................................................................... i
DAFTAR TABEL .......................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................................... iii
DAFTAR GRAFIK ........................................................................................................................ iii
1.1.1
1.1.2
1.2
1.2.1
1.2.2
1.3
2.2
Tujuan ............................................................................................................................... 5
2.3
2.4
Prosedur Praktikum........................................................................................................... 6
2.5
2.6
2.7
Analisis ............................................................................................................................. 7
2.8
Kesimpulan ....................................................................................................................... 7
3.2
Tujuan ............................................................................................................................... 9
3.3
3.3.1
Kelompok 22 |
KAYU | 2015
Prosedur Praktikum......................................................................................................... 10
3.4.1
3.4.2
3.5
3.5.1
3.5.2
3.5.3
3.6
3.6.1
3.6.2
3.7
Analisis ........................................................................................................................... 16
3.7.1
3.7.2
3.8
Kesimpulan ..................................................................................................................... 17
Kesimpulan ..................................................................................................................... 18
4.2
Saran ............................................................................................................................... 18
Kelompok 22 | ii
KAYU | 2015
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Pembacaan Timbangan Minimum untuk Beberapa Tingkat Ketelitian. 6
Tabel 2.2 Data Massa Kayu Sebelum dan Sesudah Dioven... 7
Tabel 3.1 Data Uji Kuat Tekan Kayu Sejajar dan Tegak Lurus Serat. 13
Tabel 3.2 Data Uji Kuat Lentur Kayu Kering.. 14
Tabel 3.3 Data Uji Lentur Kayu Basah 14
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Diagram Alir Metodologi Praktikum Modul Kayu4
Gambar 2.1 Arah Sifat Anisotropik Kayu: Arah Radial (R), Arah Tangensial (T), dan
Arah Longitudinal (L) 6
Gambar 3.1 Hasil Pengujian (kiri) dan Proses Pengujian (kanan) Kuat Tekan Kayu
Tegak Lurus Serat 12
Gambar 3.2 Proses Pengujian Kuat Tekan Kayu Sejajar Serat (kiri) dan Bentuk
Keretakannya (kanan).. 13
Gambar 3.3 Proses Pengujian Kuat Lentur Kayu Kering13
DAFTAR GRAFIK
Grafik 3.1 Kurva Hubungan Beban-Deformasi Kayu Basah... 16
Grafik 3.2 Kurva Hubungan Beban-Deformasi Kayu Kering. 17
Kelompok 22 | iii
KAYU | 2015
BAB I
PENDAHULUAN KAYU
1.1
Kelompok 22 | 1
KAYU | 2015
Dalam dunia teknik sipil, pengetahuan tentang sifat-sifat mekanik suatu bahan yang ingin
digunakan untuk konstruksi sangat penting, tak terkecuali kayu. Dengan mengetahui sifat-sifat
mekanik maupun fisik kayu, kita dapat memastikan fungsi spesifik struktural dari kayu. Karena
kayu masih menjadi alternatif material yang digunakan dalam pelaksanaan konstruksi di lapangan,
maka pengetahuan tentang sifat-sifat kayu adalah hal yang perlu diketahui oleh seorang sarjana
teknik sipil.
Pemahaman tentang kayu tidak akan diperoleh secara maksimal hanya dengan melalui proses
kuliah karena pada akhirnya seorang sarjana teknik sipil harus memiliki pengetahuan tentang
kondisi aktual pemeriksaan kadar air kayu dan pengujian kuat tekan dan lentur kayu. Akibatnya,
diperlukan suatu kegiatan terstruktur yang mampu memberikan gambaran kondisi aktual tersebut.
Dalam konteks ini, kegiatan terstruktur tersebut diakomodasi dalam bentuk praktikum. Dengan
kata lain, praktikum kayu sangat diperlukan untuk menunjang pemahaman mahasiswa akan
material kayu.
1.1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang penulis ajukan adalah
sebagai berikut.
1. Bagaimana cara menentukan kadar air pada kayu?
2. Apa pengaruh kadar air terhadap besaran-besaran properti mekanik kayu?
3. Apa pengaruh sifat anisotropik kayu terhadap besaran-besaran properti mekanik kayu?
1.2
Kelompok 22 | 2
KAYU | 2015
1. Mengetahui properti fisik dan mekanik kayu yang dalam hal ini diujicobakan langsung dalam
skala laboratorium.
2. Mengetahui fenomena fisik dan mekanik yang terjadi pada kayu.
3. Memperoleh pemahaman dan gambaran tentang metode metode yang harus dilakukan
dalam proses pemeriksaan kadar air kayu dan uji kuat tekan dan lentur kayu.
1.3
Metodologi Praktikum
PENENTUAN KADAR AIR KAYU
Kayu Basah dan Kayu Kering Udara
Berat Sebelum Dioven dan Berat Setelah Dioven
KESIMPULAN
Kelompok 22 | 3
KAYU | 2015
BAB II
PEMERIKSAAN KADAR AIR KAYU
2.1
Dasar Teori
Kadar air adalah kandungan air yang terdapat dalam kayu biasanya dinyatakan sebagai
persen dari berat kayu kering oven. Kadar air kayu atau bahan berkayu dapat dinyatakan dalam
kadar air berdasarkan berat kayu kering oven atau berat kayu basah. Perhitungan kadar air ()
dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
(%) =
( )
100%
dengan adalah berat awal (gr) dan adalah berat kering oven (gr).
Ada dua sifat fisik kayu yang berkaitan dengan kadar air kayu, yaitu sifat higoskopis dan
daya hantar listrik. Higroskopis merupakan sifat kayu yang dapat menyerap atau melepaskan air.
Semakin lembab udara di sekitarnya, maka semakin tinggi pula kelembaban kayu sampai tercapai
keseimbangan dengan lingkungannya. Kondisi kelembaban kayu sama dengan kelembaban udara
di sekelilingnya disebut kandungan air keseimbangan (EMC = Equilibrium Moisture Content).
Daya hantar listrik merupakan kemampuan suatu material untuk menghantarkan listrik.
Pada umumnya, kayu merupakan bahan hantar yang jelek untuk aliran listrik. Daya hantar listrik
ini dipengaruhi oleh kadar air kayu. Pada kadar air 0 %, kayu akan menjadi bahan sekat listrik yang
baik sekali, sebaliknya apabila kayu mengandung air maksimum (kayu basah), maka daya
hantarnya boleh dikatakan sama dengan daya hantar air.
Hal yang unik dari material kayu adalah sifat anisotropik. Sifat anisotropik kayu adalah
sifat kayu yang mempunyai perilaku dan tanggapan beban (memiliki sifat-sifat) yang berbeda jika
diuji menurut arah yang berbeda. Arah-arah untuk melihat sifat anisotropik kayu dibedakan
menjadi tiga, yaitu arah longitudinal/aksial atau sejajar sumbu pohon, arah radial atau sejajar
dengan arah jari-jari, dan arah tangensial atau tegak lurus jari-jari (lihat Gambar 2.1).
Pada ketiga arah dan bidang ini, kayu memiliki perilaku fisik, mekanika, pengembangan
dan penyusutan yang berbeda sehingga dalam pengujian kayu, kita harus menyebutkan arah atau
bidang mana yang ditinjau. Sifat anisotropik ini disebabkan oleh struktur dan orientasi selulosa
dalam dinding sel, bentuk memanjang sel-sel kayu dan pengaturan sel terhadap sumbu vertikal dan
horizontal pada batang pohon.
Kelompok 22 | 4
KAYU | 2015
Gambar 2.1 Arah Sifat Anisotropik Kayu: Arah Radial (R), Arah Tangensial (T), dan Arah Longitudinal (L)
2.2
Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai melalui kegiatan pemeriksaan kadar air kayu adalah menentukan
1. Oven
Oven yang digunakan yaitu oven yang dapat mempertahankan temperatur (103 2 )oC ke
seluruh ruangan pengering selama waktu yang dibutuhkan untuk mengeringkan benda uji.
2. Timbangan
Pembacaan minimal timbangan harus ditentukan oleh tingkat ketelitian pelaporan yang
diinginkan.
Tabel 2.1 Pembacaan Timbangan Minimum untuk Beberapa Tingkat Ketelitian
0,01
0,05
0,1
10
0,5
50
1,0
100
Sementara, bahan yang dibutuhkan dalam pemeriksaan kadar air kayu adalah kayu kering dan kayu
basah dengan masing-masing berjumlah 3 buah.
Kelompok 22 | 5
KAYU | 2015
Prosedur Praktikum
Prosedur pengujian kadar air dalam kayu adalah sebagai berikut:
1. Menimbang benda uji yang telah dilakukan pengujian dengan tingkat ketelitian yang
diinginkan. Hal ini dilakukan untuk menghindari kehilangan massa akibat pengujian pada
kayu basah tersebut.
2. Menempatkan benda uji di dalam oven.
3. Benda uji ditunggu selama 24 jam hingga kayu kering.
4. Setelah kayu kering, kayu ditimbang kembali dengan tingkat ketelitian sesuai dengan yang
diinginkan.
2.5
Data Praktikum
Data massa masing-masing kayu sebelum dan sesudah dioven beserta kadar airnya dapat
Berat (gr)
No.
2.6
Jenis Kayu
Kering
Basah
Ukuran
Sebelum
Pengujian
Setelah
Pengujian
B (mm)
H (mm)
Kadar Air
(%)
261
209
1320
290
231
1198
240
187
1236
229
185
995
50
50
50
50
50
51
50
40
50
51
40
51.5
8.750
11.765
6.796
26.638
24.865
20.402
( )
100%
dengan adalah berat awal (gr) dan adalah berat kering oven (gr). Berdasarkan persamaan
tersebut, untuk kayu kering dengan ukuran = 50 mm dan = 40 mm, diperoleh hasil sebagai
berikut.
(%) =
209 187
= 11.765 %
187
Sementara, untuk kayu basah dengan ukuran = 50 mm dan = 51 mm, diperoleh hasil sebagai
berikut.
Kelompok 22 | 6
KAYU | 2015
290 229
= 26.638 %
229
Analisis
Kadar air pada kayu yang diuji memiliki nilai yang bervariatif. Kadar air ini pun berbeda
mulai dari kayu dalam kondisi basah maupun dalam kondisi kering. Kadar air kondisi basah lebih
besar daripada kadar air kondisi kering seperti hasil yang tercantum dalam Tabel 2.2. Kayu kering
masih memilki kadar air sekitar 6 hingga 12 persen karena kondisi kayu kering sebelum
dimasukkan ke dalam oven berada dalam kondisi kering udara sehingga tidak dapat dipastikan
kayu yang ada tidak memiliki kandungan air di dalam serat kayu (bound water). Berdasarkan Tabel
2.2, kayu kering yang digunakan dalam pengujian masih dapat digolongkan sebagai kayu kering
udara karena kadar airnya tidak lebih dari 20%. Berdasarkan Tabel 2.2, terlihat pula bahwa kayu
basah yang ada memang berada dalam kondisi basah. Hal tersebut dibuktikan dari nilai kadar
airnya yang nilainya melebihi 20%.
2.8
Kesimpulan
Besar kadar air kayu basah dan kayu kering telah ditentukan dengan rincian seperti yang
Kelompok 22 | 7
KAYU | 2015
BAB III
UJI KUAT TEKAN DAN LENTUR KAYU
3.1
Dasar Teori
Kuat tekan kayu merupakan kemampuan kayu untuk menerima tekanan yang diberikan
sejajar dengan serat kayu per satuan luas bidang tekan. Keteguhan yang diberikan dibedakan atas
2, yaitu keteguhan tekan sejajar serat kayu dan keteguhan tekan tegak lurus serat kayu. Pada
umumnya, dalam perencanaan struktur kayu hanya cukup membandingkan sifat-sifat sejajar serat
kayu dengan tegak lurus serat kayu. Kekuatan kayu tergantung pada gaya lentur, tekan tarik, dan
geser. Kekuatan kayu akan seimbang dengan banyaknya serat kayu yang terlindungi. Serat kayu
terantung pada bentuk susunan serat kayu dan zat lignin serta serat itu merupakan pipa atau sel.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kuat tekan dan kuat lentur kayu adalah sebagai berikut.
a. Jenis kayu (macam-macam bentuk kayu berdasarkan arah serat dan kuat tekannya)
b. Kadar air kayu (banyaknya air yang terkandung dalam sepotong kayu)
c. Kecepatan pembebanan (kecepatan pada saat pemberian beban dalam pengujian)
d. Lama pembebanan
Kuat tekan tegak lurus serat ( ) adalah kekuatan kayu dalam menerima beban atau
menahan beban yang bekerja dalam arah tegak lurus seratnya. Kekuatan kayu pada arah tegak lurus
serat pada umumnya lebih kecil daripada arah sejajar seratnya karena kayu lebih kuat menahan
beban pada arah sejajar serat . Untuk menghitung kuat tekan tegak lurus serat ( ) digunakan
rumus berikut:
() =
(MPa)
dengan () adalah kuat tekan/tegangan tegak lurus serat, merupakan beban maksimum
hingga terjadi deformasi terhadap kayu sebesar 2,5 mm (N), merupakan panjang penampang
tekan (mm),dan merupakan lebar penampang tekan (mm).
Kuat tekan sejajar serat ( ) adalah kekuatan kayu dalam menahan atau menerima beban
tekan yang bekerja dalam arah sejajar seratnya . Kayu adalah suatu material yang digunakan untuk
konstruksi, baik digunakan sebagai struktur maupun sebagai hiasan . Kayu yang digunakan sebagai
struktur harus mempunyai sifat awet, padat, tahan terhadap lentur maupun tekan . Karena kekuatan
kayu, baik dari kuat tekan maupun kuat lenturnya, akan menentukan kelas kuat kayu disamping
Kelompok 22 | 8
KAYU | 2015
keawetannya. Untuk mengetahui besarnya kuat tekan sejajar serat ( ) kayu maksimum,
digunakan rumus berikut:
() =
(MPa)
dengan () adalah kuat tekan/tegangan tegak lurus serat, merupakan beban maksimum
hingga terjadi keretakan pada kayu (N), merupakan panjang penampang tekan (mm), dan
merupakan lebar penampang tekan (mm).
Selain kuat tekan sejajar dan tegak lurus kayu, parameter sifat mekanik kayu yang lainnya
adalah kuat lentur dan modulus elastisitas lentur kayu. Kuat lentur kayu adalah kemampuan kayu
dalam menerima beban momen yang mengakibatkan lendutan pada kayu. Sementara, modulus
elastisitas lentur kayu ( ) merupakan kemampuan kayu untuk menahan perubahan bentuk atau
lentur yang terjadi sampai dengan batas elastisnya. Semakin besar bebannya, semakin tinggi
tegangan yang timbul dan semakin besar perubahan bentuk yang terjadi sampai batas elastis. Untuk
menghitung kuat lentur dan modulus elastisitas lentur, dapat digunakan dua persamaan berikut:
=
3
2
dan
3
43
dengan merupakan kuat lentur kayu (MPa), merupakan beban maksimum (N), merupakan
selisih pembebanan dari satu tahap ke tahap selanjutnya (N), merupakan selisih lendutan dari
satu tahap ke tahap selanjutnya (mm), adalah jarak antar tumpuan (mm), merupakan lebar
benda uji (mm), dan merupakan tinggi benda uji (mm).
3.2
Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai melalui kegiatan uji tekan dan uji lentur kayu adalah sebagai
berikut.
1. Membandingkan kuat tekan kayu basah dan kuat tekan kayu kering
2. Menentukan modulus elastisitas lentur dan kuat lentur kayu kering dan kayu basah
3. Menggambarkan kurva hubungan beban dan deformasi pada kayu kering dan basah
3.3
Kelompok 22 | 9
KAYU | 2015
4. Mesin uji Universal Testing Machine (UTM) berfungsi untuk memberi dan mengontrol laju
pembebanan.
5. Load cell berfungsi untuk mengubah beban UTM dari analog menjadi digital bahan yang
digunakan
6. Linear Variable Displacement Tranducer (LVDT) berfungsi untuk mencatat defleksi atau
perpanjangan.
7. Data logger berfungsi sebagai alat pencatat data dari load cell dan LVDT.
Sementara, bahan yang digunakan dalam uji kuat tekan kayu adalah kayu basah dua buah dan kayu
kering dua buah.
3.3.2 Uji Kuat Lentur Kayu
Untuk pengujian kuat lentur dan modulus elastisitas lentur kayu, peralatan yang digunakan
adalah sebagai berikut.
1.
Mesin uji lentur, alat ukur waktu, rol meter, jangka sorong, pengukur lendutan, dan pengukur
kadar air.
2.
Dua buah tumpuan pelat dan rol dari baja yang memungkinkan benda uji bergerak secara
horizontal. Jarak antar dua tumpuan adalah 710 mm.
3.
Sementara, bahan yang digunakan dalam uji kuat lentur kayu adalah kayu basah dan kayu kering
dengan masing-masing berjumlah satu buah berukuran 50 mm 50 mm 760 mm dengan
ketelitian 0.25 mm.
3.4
Prosedur Praktikum
Kelompok 22 | 10
KAYU | 2015
a. Tekan benda uji dengan pertambahan beban yang konstan sampai benda uji retak untuk
uji tekan benda uji sejajar serat dan sampai terjadi penurunan ketinggian 0.2 cm untuk
uji tekan benda uji tegak lurus serat.
b. Amatilah secara visual perilaku benda uji.
c. Setelah retak dan terjadi penurunan, amati pola retakan dan tandai dengan spidol.
3.4.2 Prosedur Uji Kuat Lentur Kayu
Proses pengujian uji kuat lentur kayu mengikuti langkah-langkah sebagai berikut.
1. Persiapan benda uji
a. Beri nomor atau nama setiap benda uji.
b. Ukur tinggi, lebar, dan berat dari masing-masing benda uji.
2. Persiapan alat
a. Atur jarak tumpuan sebesar 710 mm.
b. Letakkan bantalan penekan di atas benda uji di tengah bentang.
c. Letakkan alat ukur lendutan pada benda uji.
3. Pelaksanaan pengujian
a. Tekan benda uji dengan pertambahan beban yang konstan sampai benda uji mengalami
keretakan dan catat bentuk keretakannya.
b. Lakukan perubahan pembacaan dan pencatatan lendutan.
c. Buat grafik lendutan dan beban dan hitung modulus elastisitas lentur benda uji.
3.5
Data Praktikum
Gambar 3.1 Hasil Pengujian (kiri) dan Proses Pengujian (kanan) Kuat Tekan Kayu Tegak Lurus Serat
Kelompok 22 | 11
KAYU | 2015
Gambar 3.2 Proses Pengujian Kuat Tekan Kayu Sejajar Serat (kiri) dan Bentuk Keretakannya (kanan)
Tabel 3.1 Data Uji Kuat Tekan Kayu Sejajar dan Tegak Lurus Serat
No.
Jenis
Kayu
Kering
Basah
Jenis
Pengujian
TekanSejajar Serat
TekanTegak Lurus
Serat
TekanSejajar Serat
TekanTegak Lurus
Serat
Ukuran
B
H
(mm) (mm)
Beban
Maksimum
(kg)
Beban
Maksimum
(N)
Kuat
Tekan
(MPa)
Bentuk
Keretakan
50
50
8800
86328
34.531
Retak Geser
50
40
3675
36051.75
18.026
Retak
Mendatar
50
51
7375
72348.75
28.372
Retak
Mendatar
50
40
2500
24525
12.263
Retak
Mendatar
Kelompok 22 | 12
KAYU | 2015
Bentuk Keretakan
Dimensi b (mm)
50
Dimensi H (mm)
50
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Retak Serabut
Luas A (mm2)
2500
Kuat Lentur (MPa)
102.387
Selisih
Modulus
Deformasi
Beban (kg) Beban (N)
Lendutan
Lentur
(mm)
(mm)
(MPa)
1.9
7391.80
0
0
0
100
981.000
1.9
1.16
12107.27
200
1962.000
3.06
1.06
13249.46
300
2943.000
4.12
1.16
12107.27
400
3924.000
5.28
1
14044.43
500
4905.000
6.28
1.3
10803.41
600
5886.000
7.58
1.22
11511.83
700
6867.000
8.8
1.2
11703.69
800
7848.000
10
1.44
9753.07
900
8829.000
11.44
1.48
9489.48
1000
9810.000
12.92
2.24
6269.83
1100
10791.000
15.16
3.22
4361.62
1200
11772.000
18.38
5.62
2499.01
1225
12017.250
24
Modulus Lentur Rata-Rata (MPa)
12877.105
Bentuk Keretakan
Dimensi b (mm)
51
Dimensi H (mm)
51.5
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
Kelompok 22 | 13
KAYU | 2015
86328
=
= 34.531 MPa
50 50
() =
Untuk pengujian kuat tekan kayu sejajar serat dalam kondisi basah, diperoleh hasil sebagai berikut.
() =
72348.75
=
= 28.372 MPa
50 51
Untuk pengujian kuat tekan kayu tegak lurus serat dalam kondisi kering, diperoleh hasil sebagai
berikut.
() =
36051.75
=
= 18.026 MPa
50 40
Untuk pengujian kuat tekan kayu tegak lurus serat dalam kondisi basah, diperoleh hasil sebagai
berikut.
() =
24525
=
= 12.263 MPa
50 40
Sementara, bentuk keretakan dapat dilihat secara jelas dalam Tabel 3.1.
3.6.2 Perhitungan Kuat Lentur dan Modulus Elastisitas Lentur Kayu
Untuk kayu dengan kondisi basah, diperoleh nilai kuat tekan lentur sebagai berikut.
=
3 3 6131.25 710
=
= 48.22 MPa
2
2 51 51.5
Sementara, untuk kayu dengan kondisi kering, diperoleh nilai kuat tekan lentur sebagai berikut.
=
3 3 12017.25 710
=
= 102.387 MPa
2
2 50 50
3
43
dengan merupakan selisih pembebanan dari satu tahap ke tahap selanjutnya (N), merupakan
selisih lendutan dari satu tahap ke tahap selanjutnya (mm), adalah jarak antar tumpuan (mm),
merupakan lebar benda uji (mm), dan merupakan tinggi benda uji (mm). Misalnya, untuk data
dalam Tabel 3.2 nomor 2, diperoleh
Asisten: Marcella Suta/15012106
Kelompok 22 | 14
KAYU | 2015
3
981 7103
=
= 12107.27 MPa
43 4 1.16 50 503
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat dalam Tabel 3.2 dan Tabel 3.3.
Untuk menentukan modulus elastisitas lentur kayu secara pasti, kita harus ambil rata-rata
beberapa data modulus elastisitas lentur kayu yang memiliki perubahan lendutan konstan yang
dalam Tabel 3.2 dan Tabel 3.3 ditandai dengan warna ungu. Hal tersebut dapat dilakukan karena
perubahan lendutan yang konstan menunjukkan bahwa kayu masih berada dalam kondisi elastis.
Akibatnya, diperoleh modulus elastisitas lentur untuk kayu kering sebesar 12877.105 MPa dan
untuk kayu basah sebesar 7174.271 MPa.
Tingkat elastisitas kayu dapat dilihat dari kurva beban-deformasi. Kurva hubungan bebandeformasi kayu basah dapat dilihat pada Grafik 3.1.
Beban (N)
5000
4000
3000
2000
1000
0
0
10
15
20
25
30
35
Deformasi (mm)
Titik-titik pada Grafik 3.1 yang terletak jauh dari garis lurus = 446.38 42.7 menunjukkan
bahwa pada saat kayu diberi beban sekitar 6000 N, kayu sudah berada dalam kondisi plastis.
Asisten: Marcella Suta/15012106
Kelompok 22 | 15
KAYU | 2015
Sementara, kurva hubungan beban-deformasi kayu kering dapat dilihat pada Grafik 3.2.
Beban (N)
10000
8000
6000
4000
2000
0
0
10
15
20
25
30
Deformasi (mm)
Grafik 3.2 Kurva Hubungan Beban-Deformasi Kayu Kering
Titik-titik pada Grafik 3.2 yang terletak jauh dari garis lurus = 775.96 209.11 menunjukkan
bahwa pada saat kayu diberi beban sekitar 12000 N, kayu sudah berada dalam kondisi plastis.
3.7
Analisis
Kelompok 22 | 16
KAYU | 2015
Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan uji kuat tekan dan lentur kayu adalah sebagai
berikut.
1. Kayu kering memiliki kuat tekan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kayu basah, baik
dalam pengujian sejajar serat maupun tegak lurus serat. Perincian selengkapnya dapat dilihat
dalam Tabel 3.1.
2. Modulus elastisitas dan kuat lentur kayu kering lebih tinggi dibandingkan dengan kayu
basah. Hasil selengkapnya dapat dilihat dalam Tabel 3.2 untuk kayu kering dan Tabel 3.3
untuk kayu basah.
3. Kurva hubungan beban dan deformasi untuk kayu basah (lihat Grafik 3.1) dan kering (lihat
Grafik 3.2) telah tergambar seperti yang tercantum dalam Subbab 3.6.
Kelompok 22 | 17
KAYU | 2015
BAB IV
KESIMPULAN
4.1
Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan praktikum kayu adalah sebagai berikut:
1.
Kadar air pada kayu bernilai tidak melebihi 20% untuk kayu kering dan bernilai lebih dari
20% untuk kayu basah. Rincian selengkapnya dapat dilihat dalam BAB II.
2.
Kadar air mempengaruhi properti mekanik kayu. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai kuat
tekan, baik sejajar serat maupun tegak lurus serat, kuat lentur, dan modulus elastisitas lentur
kayu kering yang lebih tinggi dibandingkan dengan kayu basah. Rincian selengkapnya dapat
dilihat dalam BAB III
3.
Sifat anisotropik kayu mempengaruhi properti mekanik kayu. Hal tersebut dibuktikan dengan
nilai kuat tekan sejajar serat yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai kuat tekan tegak
lurus serat. Rincian selengkapnya dapat dilihat dalam BAB III.
4.2
Saran
Saran untuk melakukan kegiatan serupa ke depannya adalah sebagai berikut:
1.
Untuk meningkatkan ketelitian, gunakan alat yang bisa menggambarkan grafik bebandeformasi kayu secara digital untuk setiap saat agar daerah elastis dan plastis dapat
teridentifikasi dengan lebih jelas.
2.
Pengujian dengan menggunakan sampel kayu kering oven diperlukan agar menjadi bukti
bahwa kadar air kayu kering oven bernilai 0%.
3.
Untuk melakukan kegiatan serupa, perlu diketahui dan dipahami istilah-istilah penting dalam
parameter sifat mekanik kayu.
Kelompok 22 | 18