Anda di halaman 1dari 29

1

LAPORAN KOMUDA BLOK 19


SURVEI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DAN
PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT

Disusun oleh :
Nama : Fadlan Hi Sahar
NIM : 20100340080
Kelompok : 7
Dosen Pembimbing : drg. Ika Yusumawati
\

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2012

Halaman Pengesahan Laporan Komuda Blok 19

SURVEI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DAN


PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT

Di susun oleh :
Nama : Fadlan Hi Sahar
NIM

: 20100340080

Yogyakarta,05 Oktober 2015


Di setujui oleh :
Dosen Pembimbing :

(drg. Ika Yusumawati)


Mengetahui
Koordinator KOMUDA Blok 19

drg. Rr. Pipiet Okti Kusumastiwi, MM

Penanggung Jawab Blok 19

drg. Sri Utami

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL..................................................................................................iv
BAB I. SURVEI PHBS DAN PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI DAN
MULUT
I. PENDAHULUAN...............................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................1
B. Sasaran Survei .............................................................................................3
C. Tujuan Survei ..............................................................................................3
II. METODE SURVEI.............................................................................................
A.
B.
C.
D.

Lokasi dan Populasi ....................................................................................6


Pengambilan Sampel ...................................................................................6
Pengumpulan Data ......................................................................................6
Pelaksanaan Survei .....................................................................................6

III. HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................................


A. Survei Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) .......................................7
B. Survei Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut .........................................9
IV. KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................................
A. Kesimpulan ....................................................................................................13

B. Saran .................13BAB II. SURVEI KESEHATAN GIGI DAN MULUT:


PENGUKURAN KARIES GIGI DENGAN INDEKS DMF-T
I. PENDAHULUAN ...............................................................................................14
II.
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................15
A. Penyakit karies gigi....................................................................................15
B. Epidemiologi karies gigi ...........................................................................18
C. Pengukuran ideks karies/indeks karies gigi...............................................19
D. Indeks karies gigi dmf-t ............................................................................12
III.
METODE SURVEI ....................................................................................23
A. Metode ......................................................................................................23
B. Waktu dan tempat ......................................................................................23
C. Subyek penelitian ......................................................................................23
D. Alat dan bahan ..........................................................................................23
E. Analisis data ..............................................................................................23
IV. HASIL SURVEI..........................................................................................24
V. KESIMPULAN...........................................................................................25
VI.
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................26

VII.

LAMPIRAN.................................................................................................27
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Derajat kesehatan merupakan salah satu unsur penting dalam upaya
peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Sementara itu, derajat
kesehatan tidak hanya ditentukan oleh pelayanan kesehatan tetapi yang lebih
dominan dari hal tersebut adalah kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat
(Permenkes, 2011). Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari
yang tidak sehat menjadi perilaku yang sehat dan menciptakan lingkungan sehat.
Oleh karena itu, kesehatan perlu kita jaga, pelihara dan tingkatkan serta
diperjuangkan oleh semua pihak. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
1193/MENKES/SK/X/2004, ditetapkan Visi Nasional dari promosi kesehatan

untuk mendukung upaya peningkatan perilaku sehat yaitu perilaki hidup bersih
dan sehat 2010).
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan sekumpulan perilaku
yang diaplikasikan atas dasar kesadaran yang merupakan hasil dari pembelajaran,
yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri dibidang
kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. Program
PHBS ini telah dilakukan oleh Kementerian Kesehatan (dulu bernama
Departemen Kesehatan) sejak tahun 1996 (Permenkes, 2011). Sehingga PHBS
merupakan salah satu pilar utama dalam mewujudkan Indonesia Sehat dan
merupakan salah satu strategi untuk mengurangi beban negara dan masyarakat
terhadap pembiayaan kesehatan. Menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKEDAS)
tahun 2007 mengungkapkan bahwa rumah tangga di Indonesia yang
mempraktikan PHBS baru mencapai 38,7 %. Oleh sebab itu, Rencana Strategi
(Restra) Kementerian Kesehatan tahun 2010 2014 mencantumkan target 70
rumah tangga sudah mempraktikan PHBS pada tahun 2014. Hal ini jelas menuntut
peningkatan kinerja yang luar biasa dalam pembinaan PHBS.
Di dalam PHBS terdapat 5 tatanan yang termuat didalamnya, yaitu tatanan
rumah tangga, sekolah, tempat kerja, sarana kesehatan dan tempat-tempat umum.
Dari tiap-tiap

tatanan tersebut memiliki pengaruh yang saling berhubungan,

sehingga, di tiap tatanan diperlukan pengelolahan menajemen program PHBS


melalui tahap pengkajian, perencanaan, penggerakan pelaksanaan atau pembinaan
sampai dengan pemantauan dan penilaian (Permenkes 2011). Pemberdayaan
masyarakat harus dimulai dari rumah tangga atau keluarga, karena rumah tangga
yang sehat merupakan asset atau modal pembangunan di masa depan yang perlu
dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Menurut Depkes tahun 2009,
Beberapa anggota rumah tangga mempunyai masa rawan terkena penyakit
menular dan penyakit tidak menular, oleh karena itu untuk mencegah penyakit
tersebut, anggota rumah tangga perlu diberdayakan untuk melaksanakan PHBS.

PHBS di Rumah Tangga dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga ber


PHBS yang melakukan 10 PHBS yaitu :
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
2. Memberi ASI
3. Menimbang balita setiap bulan
4. Menggunakan air bersih
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
6. Menggunakan jamban sehat
7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu
8. Makan buah dan sayur setiap hari
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
10. Tidak merokok di dalam rumah
B. Sasaran Survei
Sasaran PHBS di rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga secara
keseluruhan khususnya di daerah dusun Sambilrejo. dan terbagi dalam 3 hal
pokok yaitu (Permenkes, 2011) :
1. Sasaran primer

Sasaran primer adalah sasaran utama dalam suatu rumah tangga yang akan
dirubah perilakunya atau anggota keluarga yang bermasalah.
2. Sasaran sekunder
Sasaran sekunder adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu
dalam keluarga yang bermasalah misalnya : kepala keluarga, ibu, orang
tua, dan tokoh keluarga,
3. Sasaran tersier
Sasaran tersier adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur
pembantu dalam menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan
kegiatan untuk tercapainya pelaksanaan PHBS misalnya : kepala desa,
lurah, camat, kepala puskesmas, tokoh masyarakat, dan lain-lain.

C. Tujuan Survei
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan tahun 2011, di dapat tujuan
sebagai berikut :
1. Tujuan Umum :
Meningkatkan PHBS di tatanan rumah tangga, tatanan
institusi pendidikan, tatanan tempat kerja, tatanan tempat umum dan
tatanan fasilitas. Yang dimana akan menjadi acuan bagi lintas
program dan lintas sektor dalam rangka pengembangan program
PHBS percontohan untuk meningkatkan cakupan rumah tangga
berperilaku

hidup

bersih

dan

sehat

secara

bertahap

dan

berkesinambungan menuju Kabupaten/Kota Sehat.


2. Tujuan Khusus
a. Tersedianya

pedoman

pelaksanaan

program

PHBS

Kabupaten/Kota sebagai percontohan untuk meningkatkan


cakupan rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat.

b. Meningkatkan peran serta organisasi masyarakat atau kelompok


potensial.
c. Meningkatkan akses informasi dan edukasi kepada masyarakat di
tiap tatanan.
d. Terlaksananya

pengembangan

Kabupaten/Kota

percontohan

program PHBS.
e. Memperkuat gerakan dan peran serta masyarakat melalui PHBS
di tiap tatanan.
f. Meningkatnya cakupan rumah tangga berperilaku hidup bersih
dan sehat.
g. Meningkatnya Desa/Kelurahan dan Kabupaten/Kota Sehat.
Adapun tujuan dari sasaran survei Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS), yaitu:
1. Mahasiswa
a. Mengetahui cara melakukan survei Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) dalam tatanan rumah tangga.
b. Melakukan evaluasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
pada tatanan rumah tangga di wilayah Dusun Sambilrejo,
Kecamatan Kota Gede, Yogyakarta.
c. Merencanakan suatu pemecahan masalah untuk mengatasi
masalah yang ada di wilayah Dusun Sambilrejo, Kecamatan Kota
Gede, Yogyakarta.
2. Individu dan Keluarga
a. Memperoleh informasi kesehatan melalui berbagai saluran, baik
langsung maupun media massa.
b. Mempunyai pengetahuan, kemauan dan kemampuan untuk
memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya.
c. Memperaktikkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS),
menuju keluarga atau rumah tangga sehat.
d. Mengupayakan paling sedikit salah seorang menjadi kader
kesehatan bagi keluarga.
e. Berperan aktif dalam upaya/kegiatan kesehatan.
3. Tatanan sarana kesehatan, institusi pendidikan, tempat kerja dan
tempat umum.
a. Masing-masing tatanan mengembangkan kader-kader kesehatan

b. Mewujudkan tatanan yang sehat menuju terwujudnya kawasan


sehat.

METODE SURVEI
A. Lokasi dan Populasi
Lokasi

: RT 05/ RW 01, Dusun Sambilrejo, Kecamatan Kota Gede,

Yogyakarta.
Populasi : Masyarakat yang berada di Dusun Sambilrejo, Kecamatan
Kota Gede, Yogyakarta.

B. Pengambilan Sampel
Sampel dalam survei PHBS dan pengetahuan kesehatan gigi dan
mulut ini dilakuakan secara random sampling, dipilih secara acak 2 keluarga
dalam suatu kelurahan di kota Yogyakarta, pada survey kali ini pada dusun
Sambilrejo RT 05/ RW 01. Sedangkan untuk DMFT yaitu dengan
mengambil perwakilan 1 anggota keluarga secara random dari 2 kepala
keluarga tersebut.
C. Pengumpulan Data
Pengumpulan data survei PHBS ini dilakukan dengan cara
wawancara langsung pada kepala keluarga atau salah satu perwakilan

keluarga dan dengan menggunakan kuisioner yang di isi oleh salah satu
perwakilan di tiap keluarganya.

D. Pelaksanan Survei
Survei PHBS ini dilakukan pada :
Hari, Tanggal

: Rabu, 16 September 2015

Waktu

: 08.00 12.00 WIB

HASIL DAN PEMBAHASAN.


1. HASIL
A. Survei Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Tabel 1. Distribusi sampel berdasarkan umur dan jenis kelamin
Umur
0-5 tahun
6-15 tahun
16-45 tahun
46-60 tahun
>60 tahun
Total

Laki-laki
Jumlah
%
1
11%
2
22%
1
11%
4
44%

Perempuan
Jumlah
%
1
11%
1
11%
2
22%
1
11%
5
55%

Total
Jumlah
%
1
11%
2
22%
4
44%
2
22%
-

Keterangan Tabel I: Proporsi trbanyak terdapat pada usia Produktif


16-45 Tahun yaitu sebesar 44%. Presentase perempuan lebih
banyak dari presentase laki-laki.
Tabel 2. Data sosial ekonomi sampel.
No

Mata pencaharian

Jumlah

PNS

Karyawan Swasta

Wiraswasta

33%

TNI/Polri

Tidak Bekerja

66%

Buruh

Keterangan : Proporsi mata pencaharian terbanyak terdapat pada mata


pencaharian wiraswasta sebesar 33%. Sedangkan presentase terbanyak
adalah tidak bekerja sebesar 66%.
Tabel 3. Data sosial budaya sampel.
No

Tingkat pendidikan

Jumlah

SD

22%

SMP

0%

SMA / SMK

44%

Sarjana dan Sederajat

0%

Tidak Sekolah

33%

Keterangan : Proporsi tingkat pendidikan terakhir yang tertinggi adalah


SMA/SMK yaitu sebesar 44%.
Tabel 4. Rekapitulasi PHBS Tatanan Rumah Tangga Dengan Pokok
Permasalahan
No.
1
2
3
4
5

Indikator
PERILAKU KELUARGA
Kebiasaan Tidak merokok
Kebiasaan Sarapan pagi
Ikut Dalam Asuransi
Kebiasaan Mencuci tangan
Kebiasaan Sikat gigi sebelum tidur
KESEHATAN LINGKUNGAN

Ya

Tidak

0
2
2
1
1

2
1
1
1
1

1
2
3
4
5

Penduduk menggunakan jamban


Penduduk menggunakan sarana air bersih
Terdapat tempat pembuangan sampah
Terdapat SPAL ( Sistem Pembuangan Air Limbah)
Kepadatan penduduk

1
1
2
1
2

1
1
0
1
0

B. Survei pengetahuan kasehatan gigi dan mulut


Tabel 5. Frekuensi menyikat gigi responden per hari
Kelompok umur (tahun)
Frekuensi
No

Menyikat
gigi
Tidak
pernah

6-15
(n=)

16-45 (n=1)

46-60 (n=2)

>60
(n=)

Satu kali

Dua kali

50%

50%

Tiga kali

Keterangan : Prosentase menyikat gigi responden paling banyak adalah 2


kali, pada kelompok umur 16-45 sebesar 50% dan kelompok umur 46-60
sebesar 50%.
Tabel 6. Pemanfaatan fasilitas kesehatan gigi dan mulut.
Kondisi
Ya
No

Jenis masalah
Pernah mendapatkan
perawatan gigi
Merasakan kelainan
pada gigi dan mulut

tidak

Tidak tahu

100%

50%

50%

10

Melakukan perawatan

gigi di puskesmas

100%

Keterangan : proporsi dari tabel diatas bahwa semua responden tidak


pernah mendapatkan perawatan gigi, dan untuk sekarang tidak ada yang
mengalami kelainan. Sedangkan utuk melakukan perawatan gigi di
puskesmas tidak ada.
Tabel 7. Tingkat pengetahuan responden tentang kesehatan gigi dan
mulut.
Umur

6-15 n(0)
Tingkat

Rendah (0-4)

Sedang (5-8)

Tinggi (>9)

pengetahuan

16-45(1)

46-60(2)

>60

50%

50%

Keterangan : proporsi untuk tingkat pengetahuan, paling bnyak adalah


pada level sedang, dengan skala umur 16-45 tahun dan 46-60 tahun.
Tabel 8. Tingkat kepercayaan responden tentang kesgilut.
Kondisi
Ya
No

Jenis masalah
Percaya gigi bisa
dipertahankan sampai tua
Percaya pencabutan gigi
menyebabkan kebutaan

tidak

Tidak tahu

50%

50%

100%

Keterangan: Responden yang percaya bahwa gigi dapat dipertahankan


sampai tua adalah 1 orang dan untuk percaya pencabutan gigi dapat
menyebabkan kebutaan adalah 2 orang.

11

Tabel 9. Quisioner Puskesmas Kota Gede 1


Memiliki Balita

Memiliki Anak

Kebiasaan
Makan Buah
dan Sayur
Rutin

Usia 0-6 Bulan


No

Nama
KK

Ya
Persalinan
di Tenaga
Kesehatan

Tidak
Ditimbng
Rutin

Ya

Tidak

Ya

Tidak

Kebiasaan
Olah Raga
Rutin
Ya

Tidak

ASI
Eksklusif
Ya

Tidak

sugiran

Hartanto

Jumlah

Persentase

0%

0%

100%

0%

100%

0%

50%

50%

50%

2. Pembahasan
Berdasarkan dari hasil survei PHBS diatas disebutkan bahwa perilaku
hidup bersih pada tatanan rumah tangga belum mencakup semua indikator PHBS
(Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) yang ditujukan pada tatanan rumah tangga.
Dari seluruh anggota keluarga yang berjumlah 9 anggota keluarga (keluarga
Bapak Sugiran sebanyak 6 anggota keluarga, keluarga Bapak Hartanto sebanyak
3.
Berdasarkan dari hasil survei PHBS dalam tatanan rumah tangga
berdasarkan tabel 3 dan tabel 7 yang sangat berakitan tentang tingkat pendidikan
dan tingkat pengetahuan disebutkan bahwa Keluarga yang memiliki pendidikan
terakhir SMA sebanyak 44% lebih tinggi. Akan tetapi tigkat pendidikan tidak
diikuti oleh penghasilan yang dihasilkan dari pekerjaan dimana 66% dari populasi
belum atau tidak memiliki pekerjaan yang berpenghasilan. Dari hasil survey diatas
juga menunjukan bahwa responden tidak mengunakan fasilitas kesehatan gigi dan

12

mulut baik di puskesmas atau diklinik dikarenakan tingkat pengetahuan yang


dimiliki responden masih sangat rendah. Pola menyikat gigi pada responden juga
menunjukan bahwa rendahnya pengetahuan responden tentang waktu menyikat
gigi yang tepat.

KESIMPULAN DAN SARAN

13

1. Kesimpulan
Menurut hasil survei PHBS sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan,
sosial ekonomi, dan sosial budaya. Dari 10 indikator PHBS rumah tangga. ada 9
indikator yang dilakukan, menunjukkan bahwa perilaku hidup bersih telah
dilakukan akan tetapi hanya ada sebagian keluarga yang melakukan. Menurut
survei tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut

terhadap responden

memiliki tingkat pengetahuan yang rendah di dua kelompok umur, hal ini
didukung oleh rendahnya tingkat pendidikan.
2. Saran
a. Bagi Masyarakat
1. Masyarakat meningkatkan pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS) pada lingkungan sekitar agar tercapai 10 indikator dari
PHBS tersebut.
2. Masyarakat diharapkan menjaga kesehatan gigi dan mulut serta
meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut.
b. Bagi Puskesmas
Meningkatkan promosi kesehatan dalam bidang PHBS serta
kesehatan gigi dan mulut sehingga masyarakat lebih paham pentingnya
kesehatan dan menciptakan hidup bersih.

BAB II.
SURVEI KESEHATAN GIGI DAN MULUT: PENGUKURAN KARIES
GIGI DENGAN INDEKS DMF-T

14

PENDAHULUAN

Masalah utama kesehatan gigi dan mulut yang paling banyak dijumpai
adalah karies gigi dan penyakit periodontal. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT,2004), prevalensi karies di Indonesia mencapai 90.05% dan ini
tergolong lebih tinggi dibandingkan dengan negara berkembang lainnya. Masalah
tersebut menjadi perhatian yang sangat penting dalam pembangunan kesehatan yang
salah satunya disebabkan oleh rentannya anak usia sekolah dari gangguan kesehatan
gigi.

Status kesehatan gigi dan mulut pada umumnya dinyatakan dalam


prevalensi karies gigi dan penyakit periodontal, hal ini disebabkan karena
penyakit karies gigi dan penyakit periodontal hampir dialami seluruh masyarakat
di dunia. Untuk menilai status kesehatan gigi dan mulut dalam hal ini karies gigi
digunakan nilai DMF-T (Decay Missing Filled Teeth). Nilai DMF-T adalah angka
yang menunjukkan jumlah gigi dengan karies pada seseorang atau sekelompok
orang. Angka D adalah gigi yang berlubang karena karies gigi, angka M adalah
gigi yang dicabut karena karies gigi, angka F adalah gigi yang ditambal atau
ditumpat karena karies dan dalam keadaan baik . Nilai DMF-T adalah
penjumlahan D+ F+ T.

TINJAUAN PUSTAKA
A. Penyakit karies gigi
1. Pengertian Penyakit Karies Gigi

15

Penyakit Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu


email, dentin dan sementum, yang di sebabkan oleh aktivitas jasad renik
dalam suatu karbohidrat. Tandanya adalah adanya demineralisasi jaringan
keras

gigi

yang

kemudian

diikuti

oleh

kerusakan

bahan

organiknya.Akibatnya, terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa serta


penyebaran infeksinya ke jaringan periapeks sehingga dapat menyebabkan
rasa ngilu sampai rasa nyeri.
2. Etiologi Penyakit Karies Gigi
Banyak faktor yang dapat menimbulkan karies gigi, diantaranya
adalah faktor di dalam mulut yang berhubungan langsung dengan proses
terjadinya karies gigi. Faktor utama yang menyebabkan terjadinya karies
gigi adalah host (gigi dan saliva), substrat (makanan), mikroorganisme
penyebab karies dan waktu. Karies gigi hanya akan terbentuk apabila
terjadi interaksi antara keempat faktor berikut.

Gambar 1: Faktor penyebab karies


a. Host (gigi dan saliva)
Komposisi gigi geligi terdiri dari email di luar dan dentin di
dalam. Permukaan email terluar lebih tahan karies dibanding
lapisan di bawahnya, karena lebih keras dan lebih padat. Struktur
email sangat menentukan dalam proses terjadinya karies.
Variasi morfologi gigi juga mempengaruhi resistensi gigi
terhadap karies. Di ketahui adanya pit dan fisur pada gigi yang

16

merupakan daerah gigi yang sangat rentan terhadap karies oleh


karena sisa-sisa makanan maupun bakteri akan mudah tertumpuk
disini.
Saliva merupakan sistem pertahanan utama terhadap
karies.Saliva disekresi oleh tiga kelenjar utama saliva yaitu
glandula parotida, glandula submandibularis, dan glandula
sublingualis, serta beberapa kelenjar saliva kecil. Sekresi saliva
akan membasahi gigi dan mukosa mulut sehingga gigi dan mukosa
tidak menjadi kering. Saliva membersihkan rongga mulut dari
debris-debris makanan sehingga bakteri tidak dapat turnbuh dan
berkembang biak.
Mineral-mineral

di

dalam

saliva

membantu

proses

remineralisasi email gigi. Enzim-enzim mucine, zidine, dan


lysozyme

yang

terdapat

dalam

saliva

mempunyai

sifat

bakteriostatis yang dapat membuat bakteri mulut menjadi tidak


berbahaya. Selain itu, saliva mempunyai efek bufer yaitu saliva
cenderung mengurangi keasaman plak yang disebabkan oleh gula
dan dapat mempertahankan pH supaya tetap konstan yaitu pH 6-7.
Aliran saliva yang baik akan cenderung membersihkan mulut
termasuk melarutkan gula serta mengurangi potensi kelengketan
makanan. Dengan kata lain, sebagai pelarut dan pelumas.
b. Substrat atau diet
Substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak
karena

membantu

perkembangbiakan

dan

kolonisasi

mikroorganisme yang ada pada permukaan email.Selain itu, dapat


mempengaruhi

metabolisme

bakteri

dalam

plak

dengan

menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi


asam serta bahan yang aktif yang menyebabkan timbulnya karies.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang banyak
mengkonsumsi

karbohidrat

terutama

sukrosa

cenderung

mengalami kerusakan pada gigi, sebaliknya pada orang dengan diet


yang banyak mengandung lemak dan protein hanya sedikit atau

17

sama sekali tidak mempunyai karies gigi. Hal ini penting untuk
menunjukkan bahwa karbohidrat memegang peranan penting
dalam terjadinya karies.
c. Mikroorganisme
Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan
terjadinya karies. Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas
kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu
matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang
tidak dibersihkan. Komposisi mikroorganisme dalam plak berbedabeda. Pada awal pembentukan plak, bakteri yang paling banyak
dijumpai adalah Streptokokus mutans, Streptokokus sanguis,
Streptokokus mitis dan Stretokokus salivarius serta beberapa strain
lainnya. Selain itu, dijumpai juga Lactobacillus dan beberapa
spesies Actinomyces.Mikroorganisme menempel di gigi bersama
plak sehingga plak terdiri dari mikroorganisme (70 %) dan bahan
antar sel (30 %). Plak akan terbentuk apabila adanya karbohidrat,
sedangkan karies akan terbentuk apabila terdapat plak dan
karbohidrat.
d. Waktu
Waktu adalah kecepatan terbentuknya karies serta lama dan
frekuensi substrat menempel di permukaan gigi.Secara umum,
lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi
suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan.
B. Epidemiologi karies gigi
Dewasa ini prevalensi karies pada anak-anak di negara
berkembang meningkat dengan cepat. Tetapi lain halnya dengan Negara
maju yang dalam 15 tahun terakhir, survey pada anak sekolah menunjukan
adanya penurunan prevalensi karies sampai 50%. Penelitian tersebut juga
memperlihatkan bahwa lebih banyak individu yang bebas karies.Lebih
sedikit gigi yang ditambal dan lebih sedikit permukaan giginya yang
terkena karies terutama pada permukaan halus.

18

Indonesia sampai saat ini masih memiliki prevalensi keluhan


sakit gigi sebagai keluhan utama yang cukup tinggi. Menurut data
Kementrian Kesehatan menunjukkan, bahwa prevalensi karies di
Indonesia mencapai 60-80% dari populasi, serta menempati peringkat
keenam sebagai penyakit yang paling banyak diderita. Sehingga karies di
Indonesia masih menjadi ancaman yang besar di dunia kesehatan
umumnya dan di kedokteran gigi pada umunya.
Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) Indonesia
tahun 2007 didapatkan peningkatan jumlah kerusakan gigi seiring dengan
bertambahnya usia yaitu pada kelompok usia 35-44 tahun DMF-T rata-rata
4,46 sedangkan kelompok usia >65 tahun sebesar 18,33. Keadaan tersebut
dapat disebabkan karena kebersihan mulut yang buruk. Hal ini dapat
dilihat dari penduduk kelompok usia 55-64 tahun yang menyikat gigi
dengan benar (sesudah makan pagi dan sebelum tidur malam) 5,4 %
sedangkan kelompok usia >65tahun hanya 3,5%.
Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
pada tahun 1995, penyakit gigi dan mulut yang ditemukan di masyarakat
Indonesia masih berkisar penyakit yang menyerang jaringan keras gigi
yang mayoritas adalah penyakit karies dan penyakit periodontal.
Dikemukakan pula bahwa 63% penduduk Indonesia menderita kerusakan
gigi aktif yang dengan kata lain adalah kerusakan pada gigi yang masih
belum ditangani. Rerata pengalaman karies perorangan (DMF-T) berkisar
pada 6,44 dan 7,8 yang berarti telah melebihi nilai indeks DMF-T yang
telah ditetapkan oleh WHO, yaitu 3.
Hal ini kurang baik jika dilihat dari perkiraan angka karies gigi
yang setiap tahunnya cenderung meningkat.Kecenderungan peningkatan
angka karies gigi dapat dilihat dari hasil penelitian WHO di Indonesia.
Angka DMF-T cenderung meningkat dilihat dari perubahan nilai karies
yaitu, pada tahun 1970 nilai indeks DMF-T=0,70, tahun 1980 DMFT=2,69. Namun yang memprihatinkan, keinginan masyarakat untuk
berobat gigi dan mulut sedini mungkin masih belum dapat dilaksanakan.

19

C. Pengukuran ideks karies/indeks karies gigi


1. Indeks DMF
Indeks DMF diperkenalkan oleh Klein H, Palmer CE, Knutson
JW pada tahun 1938 untuk mengukur pengalaman seseorang terhadap
karies gigi. Pemeriksaannya meliputi pemeriksaan pada gigi (DMFT)
dan pada permukaan gigi (DMFS).Semua gigi diperiksa kecuali gigi
molar tiga karena gigi molar tiga biasanya tidak tumbuh, sudah dicabut
atau tidak berfungsi.Indeks ini tidak menggunakan skor; pada kolom
yang tersedia langsung diisi kode D (gigi yang karies), M (gigi yang
hilang karna karies) dan F (gigi yang ditumpat) dan kemudian
dijumlahkan sesuai kode. Untuk gigi permanen dan gigi susu hanya
dibedakan dengan pemberian kode DMFT (decayed missing filled
tooth) atau DMFS (decayed missing filled surface) digunakan untuk
gigi susu. Rerata DMF adalah jumlah seluruh nilai DMF dibagi atas
jumlah orang yang diperiksa.
a. DMF-T
DMF-T adalah jumlah gigi tetap yang mengalami karies,
berupa angka yang diperoleh dengan menghitung keadaan sebagai
berikut:
1) Semua gigi yang mengalami karies dimasukan ke dalam
kategori D
2) Karies sekunder yang terjadi pada gigi dengan tumpatan
permanen dimasukan dalam kategori D
3) Gigi dengan tumpatan sementara dimasukkan dalam kategori D
4) Semua gigi yang hilang atau dicabut karna karies dimasukkan
dalam kategori M
5) Gigi yang hilang akibat penyakit periodontal, dicabut untuk
kebutuhan perawatn ortodonti tidak dimasukkan dalam kategori
M
6) Semua gigi dengan tumpatan permanen dimasukkan dalam
kategori F

20

7) Gigi yang sedang dalam perawatan saluran akar dimasukkan


dalam kategori F
8) Penccabutan normal selama masa pergantian gigi geligi tidak
dimasukkan dalam kategori M
b. DMF-S
DMF-S merupakan suatu pengukuran karies dengan
melihat permukaan gigi yang karies. Kriteria yang digunakan
berupa:
1) Permukaan gigi yang diperiksa adalah gigi anterior dengan
empat permukaan, fasial, lingual, distal, dan mesial sedangkan
gigi posterior dengan lima permukaan yaitu fasial, lingual,
distal, mesial, dan oklusal
2) Kriteria untuk D sama dengan DMF-T
3) Bila gigi sudah dicabut karena karies, maka pada waktu
menghitung permukaan yang hilang dikurangi satu permukaan
sehingga untuk gigi posterior dihitung 4 permukaan dan 3
permukaan untuk gigi anterior
4) Kriteria untuk F sama dengan DMF-T
c. def-t
def-t adalah jumlah gigi sulung yang mengalami karies
dengan menghitung :
a) d (decayed) yaitu gigi sulung yang mengalamai karies dan
jika sudah direstorasi ada karies
b) e (indicated for extraction) yaitu terdapat karies yang besar
pada gigi sulung dan diindikasikan untuk dialakukan
pencabutan
c) f (filled) yaitu gigi sulung yang karies dan sudah direstorasi
tanpa adanya karies sekunder
2. Indeks Tooth Caries WHO
Kriteria pemeriksaan seperti terlihat pada tabel di bawah ini. Cara
perhitungannya adalah dengan menjumlahkan semua DMF atau def.
Komponen D meliputi penjumlahan kode 1 dan 2, komponen M untuk
kode 4 pada subjek <30 tahun, dan kode 4 dan 5 untuk subjek >30

21

tahun misalnya hilang karna karies atau sebab lain. Komponen F hanya
untuk kode 3.Untuk kode 6 (fisur silen) dan 7 (jembatan, mahkota
khusus atau viner/ implan) tidak dimasukkan dalam perhitungan
DMFT.
3. Indeks Significant Caries (SiC Index)
Indeks SiC baru diperkenalkan sekiar tahun 2000/ Brathall
mengusulkan indeks SiC digunakan sebagai standar pengukuran
statistik epidemiologis yang lebih ditekankan pada individu yang
mempunyai angka karies yang tinggi pada suatu populasi.
Indeks SiC mudah dihitung, skor SiC diperoleh dari rerata
DMFT pada sepertiga populasi yang mempunyai skor karies paling
tinggi. Untuk menghitung indeks ini, yang harus dilakukan adalah:
a. Mengurutkan individu sesuai dengan skor DMFTnya
b. Memilih sepertiga dari populasi dengan skor karies paling
tinggi, dan
c. Menghitung DMFT untuk kelompok studi

D. Indeks karies gigi DMF-T


Perhitungan Indeks DMF-t berdasarkan 28 gigi permanen: Total
dari komponen D, M dan F ditambahkan kemudian dijumlahkan.
D + M + F = DMF
Perhitungan Indeks def-t berdasarkan pada 20 gigi sulung. :
Total dari komponen d, e dan f ditambahkan kemudian dijumlahkan.
d + e + f = def
WHO membagi kategori dalam perhitungan Indeks DMF-t dalam
empat tingkatan (Moreira, cit. Peterson, 2012) :
- Sangat rendah
- Rendah `

: < 1,2
: 1,2 2,6

22

- Sedang
- Tinggi

: 2,7 - 4,4
: > 4,4

METODE SURVEI
A. Metode Survei
Metode yang digunakan adalah metode observasi. Metode
observasi adalah metode pengumpulan data melalui pengamatan langsung
atau peninjauan secara cermat dan langsung di lapangan
B. Waktu dan tempat
Komuda ini dilaksanakan pada:
Hari/ tanggal : Rabu, 16 September 2015
Tempat
: Dusun Sambilrejo, RT 05 / RW 01, Kecamatan Kota
Gede, Yogyakart.
C. Subyek penelitian
Subyek penelitian dilakukan pada masyarakat yang tinggal di
Dusun Sambilrejo, RT 05 / RW 01, Kecamatan Kota Gede, Yogyakart..
D. Alat dan bahan

23

Alat dan bahan yang diperlukan adalah:


1. Bengkok
2. Alat diagnostik (Kaca mulut, pinset, ekskavator, sonde)
3. Pulpen
4. Stiker
5. Kuesioner PHBS
6. Odontogram
E. Analisis data

HASIL SURVEI
Tabel 10. Survei Indeks Karies Gigi DMF-t/def-t

Jumlah
No

Usi

JK

Ket

(DMF-t/

.
Nama
a
D/d M/e F/f
def-t)
1
Sugiran
47
L
0
2
0
2
2
Trizuana 35
P
0
3
0
3
Keterangan: Indeks DMF-t kedua responden masih rendah

Masalah
Masalah

Tabel 11. Caries Risk Assessmen


CARIES RISK ASSESSMENT
NO

NAMA

RT/RW

Sugiran

05/01

Trizuana

05/01

RENDAH

SEDANG

TINGGI

24

Total

Prosentase

100%

KESIMPULAN
1. Dari surevei PHBS dapat diketahui masalah yang banyak terjadi
dimasyarakat salah satunya kebiasaan masyarakat untuk mau memeriksakan
kesehatan gigi dan mulut ke tenaga kesehatan yang kurang.
2. Permasalahan utama pada kesehatan umum adalah menggosok gigi sebelum
tidur dan prioritas jalan keluarnya adalah dengan penyuluhan dan edukasi
tentang kesehatan gigi dan mulut (khususnya tentang menyikat gigi).
3. Kepedulian warga terhadap kesehatan gigi dan mulut masih kurang sehingga
perlu melakukan edukasi kepada warga untuk meningkatkan pengetahuan
tentang kesehatan gigi dan mulut.

25

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009. Visi Nasional Promosi


Kesehatan. Jakarta
Carranza FA.,

2003;

Glickmans Clinical

Periodontology. 9th

edition,

Philadelphia.W.B. Saunders, p: 100 -62, 543, 726 45.


Carranza FA., 2006; Glickmans Clinical Periodontology. 10th edition,
Philadelphia W.B. Saunders, p : 110-19, 344 -70.
Hobdell M, at al. Global Goals for Oral Health 2020. International Dental
Journal (2003) 53, 285- 288.
Pedoman Survei Dasar Kesehatan Gigi dan Mulut di Indonesia, Departemen
Kesehatan RI, Direktorat Jendarl Pelayanan Medik., Jakarta 2002.
Prof. DR. Azrul Azwar M.P.H, 2010, Pengantar Administrasi Kesehatan,
BINARUPA AKSARA, Tangerang
Peraturan Menteri Kesehatan, 2011. Pedoman Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
Jakarta
Sadaya, P.2010 10 Indikator PHBS Tatanan Rumah Tangga. Diakses tanggal 5
Oktober 2012, dari :
Sundoro EH. SerbaSerbi Ilmu Konsevasi Gigi, Jakarta FKG Uiversitas
Indonesia. 2005, hal 32 -172.

26

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai