Laporan Komuda Blok 19 FIX
Laporan Komuda Blok 19 FIX
Disusun oleh :
Nama : Fadlan Hi Sahar
NIM : 20100340080
Kelompok : 7
Dosen Pembimbing : drg. Ika Yusumawati
\
Di susun oleh :
Nama : Fadlan Hi Sahar
NIM
: 20100340080
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL..................................................................................................iv
BAB I. SURVEI PHBS DAN PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI DAN
MULUT
I. PENDAHULUAN...............................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................1
B. Sasaran Survei .............................................................................................3
C. Tujuan Survei ..............................................................................................3
II. METODE SURVEI.............................................................................................
A.
B.
C.
D.
VII.
LAMPIRAN.................................................................................................27
BAB 1
PENDAHULUAN
untuk mendukung upaya peningkatan perilaku sehat yaitu perilaki hidup bersih
dan sehat 2010).
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan sekumpulan perilaku
yang diaplikasikan atas dasar kesadaran yang merupakan hasil dari pembelajaran,
yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri dibidang
kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. Program
PHBS ini telah dilakukan oleh Kementerian Kesehatan (dulu bernama
Departemen Kesehatan) sejak tahun 1996 (Permenkes, 2011). Sehingga PHBS
merupakan salah satu pilar utama dalam mewujudkan Indonesia Sehat dan
merupakan salah satu strategi untuk mengurangi beban negara dan masyarakat
terhadap pembiayaan kesehatan. Menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKEDAS)
tahun 2007 mengungkapkan bahwa rumah tangga di Indonesia yang
mempraktikan PHBS baru mencapai 38,7 %. Oleh sebab itu, Rencana Strategi
(Restra) Kementerian Kesehatan tahun 2010 2014 mencantumkan target 70
rumah tangga sudah mempraktikan PHBS pada tahun 2014. Hal ini jelas menuntut
peningkatan kinerja yang luar biasa dalam pembinaan PHBS.
Di dalam PHBS terdapat 5 tatanan yang termuat didalamnya, yaitu tatanan
rumah tangga, sekolah, tempat kerja, sarana kesehatan dan tempat-tempat umum.
Dari tiap-tiap
Sasaran primer adalah sasaran utama dalam suatu rumah tangga yang akan
dirubah perilakunya atau anggota keluarga yang bermasalah.
2. Sasaran sekunder
Sasaran sekunder adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu
dalam keluarga yang bermasalah misalnya : kepala keluarga, ibu, orang
tua, dan tokoh keluarga,
3. Sasaran tersier
Sasaran tersier adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur
pembantu dalam menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan
kegiatan untuk tercapainya pelaksanaan PHBS misalnya : kepala desa,
lurah, camat, kepala puskesmas, tokoh masyarakat, dan lain-lain.
C. Tujuan Survei
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan tahun 2011, di dapat tujuan
sebagai berikut :
1. Tujuan Umum :
Meningkatkan PHBS di tatanan rumah tangga, tatanan
institusi pendidikan, tatanan tempat kerja, tatanan tempat umum dan
tatanan fasilitas. Yang dimana akan menjadi acuan bagi lintas
program dan lintas sektor dalam rangka pengembangan program
PHBS percontohan untuk meningkatkan cakupan rumah tangga
berperilaku
hidup
bersih
dan
sehat
secara
bertahap
dan
pedoman
pelaksanaan
program
PHBS
pengembangan
Kabupaten/Kota
percontohan
program PHBS.
e. Memperkuat gerakan dan peran serta masyarakat melalui PHBS
di tiap tatanan.
f. Meningkatnya cakupan rumah tangga berperilaku hidup bersih
dan sehat.
g. Meningkatnya Desa/Kelurahan dan Kabupaten/Kota Sehat.
Adapun tujuan dari sasaran survei Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS), yaitu:
1. Mahasiswa
a. Mengetahui cara melakukan survei Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) dalam tatanan rumah tangga.
b. Melakukan evaluasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
pada tatanan rumah tangga di wilayah Dusun Sambilrejo,
Kecamatan Kota Gede, Yogyakarta.
c. Merencanakan suatu pemecahan masalah untuk mengatasi
masalah yang ada di wilayah Dusun Sambilrejo, Kecamatan Kota
Gede, Yogyakarta.
2. Individu dan Keluarga
a. Memperoleh informasi kesehatan melalui berbagai saluran, baik
langsung maupun media massa.
b. Mempunyai pengetahuan, kemauan dan kemampuan untuk
memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya.
c. Memperaktikkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS),
menuju keluarga atau rumah tangga sehat.
d. Mengupayakan paling sedikit salah seorang menjadi kader
kesehatan bagi keluarga.
e. Berperan aktif dalam upaya/kegiatan kesehatan.
3. Tatanan sarana kesehatan, institusi pendidikan, tempat kerja dan
tempat umum.
a. Masing-masing tatanan mengembangkan kader-kader kesehatan
METODE SURVEI
A. Lokasi dan Populasi
Lokasi
Yogyakarta.
Populasi : Masyarakat yang berada di Dusun Sambilrejo, Kecamatan
Kota Gede, Yogyakarta.
B. Pengambilan Sampel
Sampel dalam survei PHBS dan pengetahuan kesehatan gigi dan
mulut ini dilakuakan secara random sampling, dipilih secara acak 2 keluarga
dalam suatu kelurahan di kota Yogyakarta, pada survey kali ini pada dusun
Sambilrejo RT 05/ RW 01. Sedangkan untuk DMFT yaitu dengan
mengambil perwakilan 1 anggota keluarga secara random dari 2 kepala
keluarga tersebut.
C. Pengumpulan Data
Pengumpulan data survei PHBS ini dilakukan dengan cara
wawancara langsung pada kepala keluarga atau salah satu perwakilan
keluarga dan dengan menggunakan kuisioner yang di isi oleh salah satu
perwakilan di tiap keluarganya.
D. Pelaksanan Survei
Survei PHBS ini dilakukan pada :
Hari, Tanggal
Waktu
Laki-laki
Jumlah
%
1
11%
2
22%
1
11%
4
44%
Perempuan
Jumlah
%
1
11%
1
11%
2
22%
1
11%
5
55%
Total
Jumlah
%
1
11%
2
22%
4
44%
2
22%
-
Mata pencaharian
Jumlah
PNS
Karyawan Swasta
Wiraswasta
33%
TNI/Polri
Tidak Bekerja
66%
Buruh
Tingkat pendidikan
Jumlah
SD
22%
SMP
0%
SMA / SMK
44%
0%
Tidak Sekolah
33%
Indikator
PERILAKU KELUARGA
Kebiasaan Tidak merokok
Kebiasaan Sarapan pagi
Ikut Dalam Asuransi
Kebiasaan Mencuci tangan
Kebiasaan Sikat gigi sebelum tidur
KESEHATAN LINGKUNGAN
Ya
Tidak
0
2
2
1
1
2
1
1
1
1
1
2
3
4
5
1
1
2
1
2
1
1
0
1
0
Menyikat
gigi
Tidak
pernah
6-15
(n=)
16-45 (n=1)
46-60 (n=2)
>60
(n=)
Satu kali
Dua kali
50%
50%
Tiga kali
Jenis masalah
Pernah mendapatkan
perawatan gigi
Merasakan kelainan
pada gigi dan mulut
tidak
Tidak tahu
100%
50%
50%
10
Melakukan perawatan
gigi di puskesmas
100%
6-15 n(0)
Tingkat
Rendah (0-4)
Sedang (5-8)
Tinggi (>9)
pengetahuan
16-45(1)
46-60(2)
>60
50%
50%
Jenis masalah
Percaya gigi bisa
dipertahankan sampai tua
Percaya pencabutan gigi
menyebabkan kebutaan
tidak
Tidak tahu
50%
50%
100%
11
Memiliki Anak
Kebiasaan
Makan Buah
dan Sayur
Rutin
Nama
KK
Ya
Persalinan
di Tenaga
Kesehatan
Tidak
Ditimbng
Rutin
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Kebiasaan
Olah Raga
Rutin
Ya
Tidak
ASI
Eksklusif
Ya
Tidak
sugiran
Hartanto
Jumlah
Persentase
0%
0%
100%
0%
100%
0%
50%
50%
50%
2. Pembahasan
Berdasarkan dari hasil survei PHBS diatas disebutkan bahwa perilaku
hidup bersih pada tatanan rumah tangga belum mencakup semua indikator PHBS
(Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) yang ditujukan pada tatanan rumah tangga.
Dari seluruh anggota keluarga yang berjumlah 9 anggota keluarga (keluarga
Bapak Sugiran sebanyak 6 anggota keluarga, keluarga Bapak Hartanto sebanyak
3.
Berdasarkan dari hasil survei PHBS dalam tatanan rumah tangga
berdasarkan tabel 3 dan tabel 7 yang sangat berakitan tentang tingkat pendidikan
dan tingkat pengetahuan disebutkan bahwa Keluarga yang memiliki pendidikan
terakhir SMA sebanyak 44% lebih tinggi. Akan tetapi tigkat pendidikan tidak
diikuti oleh penghasilan yang dihasilkan dari pekerjaan dimana 66% dari populasi
belum atau tidak memiliki pekerjaan yang berpenghasilan. Dari hasil survey diatas
juga menunjukan bahwa responden tidak mengunakan fasilitas kesehatan gigi dan
12
13
1. Kesimpulan
Menurut hasil survei PHBS sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan,
sosial ekonomi, dan sosial budaya. Dari 10 indikator PHBS rumah tangga. ada 9
indikator yang dilakukan, menunjukkan bahwa perilaku hidup bersih telah
dilakukan akan tetapi hanya ada sebagian keluarga yang melakukan. Menurut
survei tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut
terhadap responden
memiliki tingkat pengetahuan yang rendah di dua kelompok umur, hal ini
didukung oleh rendahnya tingkat pendidikan.
2. Saran
a. Bagi Masyarakat
1. Masyarakat meningkatkan pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS) pada lingkungan sekitar agar tercapai 10 indikator dari
PHBS tersebut.
2. Masyarakat diharapkan menjaga kesehatan gigi dan mulut serta
meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut.
b. Bagi Puskesmas
Meningkatkan promosi kesehatan dalam bidang PHBS serta
kesehatan gigi dan mulut sehingga masyarakat lebih paham pentingnya
kesehatan dan menciptakan hidup bersih.
BAB II.
SURVEI KESEHATAN GIGI DAN MULUT: PENGUKURAN KARIES
GIGI DENGAN INDEKS DMF-T
14
PENDAHULUAN
Masalah utama kesehatan gigi dan mulut yang paling banyak dijumpai
adalah karies gigi dan penyakit periodontal. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT,2004), prevalensi karies di Indonesia mencapai 90.05% dan ini
tergolong lebih tinggi dibandingkan dengan negara berkembang lainnya. Masalah
tersebut menjadi perhatian yang sangat penting dalam pembangunan kesehatan yang
salah satunya disebabkan oleh rentannya anak usia sekolah dari gangguan kesehatan
gigi.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penyakit karies gigi
1. Pengertian Penyakit Karies Gigi
15
gigi
yang
kemudian
diikuti
oleh
kerusakan
bahan
16
di
dalam
saliva
membantu
proses
yang
terdapat
dalam
saliva
mempunyai
sifat
membantu
perkembangbiakan
dan
kolonisasi
metabolisme
bakteri
dalam
plak
dengan
karbohidrat
terutama
sukrosa
cenderung
17
sama sekali tidak mempunyai karies gigi. Hal ini penting untuk
menunjukkan bahwa karbohidrat memegang peranan penting
dalam terjadinya karies.
c. Mikroorganisme
Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan
terjadinya karies. Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas
kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu
matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang
tidak dibersihkan. Komposisi mikroorganisme dalam plak berbedabeda. Pada awal pembentukan plak, bakteri yang paling banyak
dijumpai adalah Streptokokus mutans, Streptokokus sanguis,
Streptokokus mitis dan Stretokokus salivarius serta beberapa strain
lainnya. Selain itu, dijumpai juga Lactobacillus dan beberapa
spesies Actinomyces.Mikroorganisme menempel di gigi bersama
plak sehingga plak terdiri dari mikroorganisme (70 %) dan bahan
antar sel (30 %). Plak akan terbentuk apabila adanya karbohidrat,
sedangkan karies akan terbentuk apabila terdapat plak dan
karbohidrat.
d. Waktu
Waktu adalah kecepatan terbentuknya karies serta lama dan
frekuensi substrat menempel di permukaan gigi.Secara umum,
lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi
suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan.
B. Epidemiologi karies gigi
Dewasa ini prevalensi karies pada anak-anak di negara
berkembang meningkat dengan cepat. Tetapi lain halnya dengan Negara
maju yang dalam 15 tahun terakhir, survey pada anak sekolah menunjukan
adanya penurunan prevalensi karies sampai 50%. Penelitian tersebut juga
memperlihatkan bahwa lebih banyak individu yang bebas karies.Lebih
sedikit gigi yang ditambal dan lebih sedikit permukaan giginya yang
terkena karies terutama pada permukaan halus.
18
19
20
21
tahun misalnya hilang karna karies atau sebab lain. Komponen F hanya
untuk kode 3.Untuk kode 6 (fisur silen) dan 7 (jembatan, mahkota
khusus atau viner/ implan) tidak dimasukkan dalam perhitungan
DMFT.
3. Indeks Significant Caries (SiC Index)
Indeks SiC baru diperkenalkan sekiar tahun 2000/ Brathall
mengusulkan indeks SiC digunakan sebagai standar pengukuran
statistik epidemiologis yang lebih ditekankan pada individu yang
mempunyai angka karies yang tinggi pada suatu populasi.
Indeks SiC mudah dihitung, skor SiC diperoleh dari rerata
DMFT pada sepertiga populasi yang mempunyai skor karies paling
tinggi. Untuk menghitung indeks ini, yang harus dilakukan adalah:
a. Mengurutkan individu sesuai dengan skor DMFTnya
b. Memilih sepertiga dari populasi dengan skor karies paling
tinggi, dan
c. Menghitung DMFT untuk kelompok studi
: < 1,2
: 1,2 2,6
22
- Sedang
- Tinggi
: 2,7 - 4,4
: > 4,4
METODE SURVEI
A. Metode Survei
Metode yang digunakan adalah metode observasi. Metode
observasi adalah metode pengumpulan data melalui pengamatan langsung
atau peninjauan secara cermat dan langsung di lapangan
B. Waktu dan tempat
Komuda ini dilaksanakan pada:
Hari/ tanggal : Rabu, 16 September 2015
Tempat
: Dusun Sambilrejo, RT 05 / RW 01, Kecamatan Kota
Gede, Yogyakart.
C. Subyek penelitian
Subyek penelitian dilakukan pada masyarakat yang tinggal di
Dusun Sambilrejo, RT 05 / RW 01, Kecamatan Kota Gede, Yogyakart..
D. Alat dan bahan
23
HASIL SURVEI
Tabel 10. Survei Indeks Karies Gigi DMF-t/def-t
Jumlah
No
Usi
JK
Ket
(DMF-t/
.
Nama
a
D/d M/e F/f
def-t)
1
Sugiran
47
L
0
2
0
2
2
Trizuana 35
P
0
3
0
3
Keterangan: Indeks DMF-t kedua responden masih rendah
Masalah
Masalah
NAMA
RT/RW
Sugiran
05/01
Trizuana
05/01
RENDAH
SEDANG
TINGGI
24
Total
Prosentase
100%
KESIMPULAN
1. Dari surevei PHBS dapat diketahui masalah yang banyak terjadi
dimasyarakat salah satunya kebiasaan masyarakat untuk mau memeriksakan
kesehatan gigi dan mulut ke tenaga kesehatan yang kurang.
2. Permasalahan utama pada kesehatan umum adalah menggosok gigi sebelum
tidur dan prioritas jalan keluarnya adalah dengan penyuluhan dan edukasi
tentang kesehatan gigi dan mulut (khususnya tentang menyikat gigi).
3. Kepedulian warga terhadap kesehatan gigi dan mulut masih kurang sehingga
perlu melakukan edukasi kepada warga untuk meningkatkan pengetahuan
tentang kesehatan gigi dan mulut.
25
DAFTAR PUSTAKA
2003;
Glickmans Clinical
Periodontology. 9th
edition,
26
LAMPIRAN