Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Indonesia yang merupakan the 3th Biggest Asia Market memiliki sejumlah
industri farmasi yang kompetitif untuk pasar regional. Pangsa pasar regional
yang saat ini nilainya mencapai US$600 milyar tentu saja menjanjikan
keuntungan luar biasa.
Jumlah penderita penyakit hipertensi dan diabetes semakin meningkat
sehingga menjadi peluang bagi perusahaan farmasi yang sudah
menghasilkan obat untuk penyakit tersebut.
Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki lebih dari 6.000 pulau
berpenghuni, serta berpopulasi lebih dari 250 juta orang (negara terpadat
keempat di dunia). Hal ini menunjukkan betapa besarnya potensi pasar untuk
perusahaan farmasi di Indonesia. Hal ini juga ditunjukkan dengan Pasar
kesehatan Indonesia bernilai $ 24.000.000.000 dan bisa mencapai $
31.000.000.000 pada tahun 2016. Pada saat yang sama, masyarakat
Indonesia diperkirakan akan menghabiskan hampir $ 150 per orang untuk
kebutuhan kesehatan yang mana naik $ 35 dari tahun 2005. Hal ini
membuktikan bahwa sebagian besar konsumsi orang Indonesia digunakan
untuk kesehatan dan asuransi kesehatan mereka. Indonesia juga memiliki
hampir 10.000 pusat perawatan primer dan lebih dari 2.200 rumah sakit.
Selain itu, tiga persen dari PDB (Pendapatan Domestik Bruto) Indonesia
dihabiskan untuk bidang kesehatan.
Menurut International Pharmaceutical Manufacture Group (IPMG), pasar
farmasi di Indonesia tahun ini diperkirakan tumbuh 11,8% menjadi US$ 4,6
miliar atau setara Rp 56 triliun dibanding tahun lalu. Hal ini juga diperkuat
dengan data dari Kementerian Kesehatan bahwa pertumbuhan nasional ratarata penjualan obat dengan resep dokter per tahun diperkirakan sebesar
11,8%. Data Kementerian kesehatan pada 2014 menyebutkan, terdapat 206
perusahaan farmasi yang beroperasi di Indonesia. Terdiri dari empat
perusahaan BUMN, 26 perusahaan multinasional dan 176 perusahaan lokal.
Adanya program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) akan menciptakan
keseimbangan baru di industry farmasi secara jangka panjang. Hal ini
dibuktikan dengan permintaan obat dari program JKN akan menopang
permintaan obat yang semakin meningkat. Program JKN membuat produsen
obat-obatan menambah kapasitas produksi seiring bertambahnya
permintaan tersebut sehingga penggunaan obat di rumah sakit menjadi lebih
efisien. International Pharmaceutical Manufacture Group (IPMG) yang terdiri
dari 24 perusahaan farmasi internasional yang berbasis riset di Indonesia ini
mendukung program JKN untuk penyediaan obat berkualitas dan peningkatan
layanan kesehatan di Indonesia.
Dengan adanya industri hulu untuk menopang farmasi nasional, serapan
pasar tidak hanya memenuhi nasional tetapi juga Asean. Hal ini ditunjukkan
dengan proyeksi pertumbuhan pasar farmasi nasional berada di atas ratarata pertumbuhan pasar farmasi di Asia Tenggara yang tumbuh 9,6% per
tahun. Pasar farmasi di Asia Tenggara mencapai US$ 16 miliar di 2011 dan
diproyeksikan meningkat menjadi US$ 23 miliar di 2015.
Kemampuan teknologi farmasi Indonesia diyakini masih bisa bersaing dengan
negara ASEAN sebab sebagian produk obat telah dipasarkan ke luar negeri.
Bahan baku obat-obatan mencakup tiga macam yaitu yang berasal dari
bahan kimia, biologis, dan dari alam. Saat ini Indonesia dinilai paling
potensial untuk mengembangkan bahan baku yang bersumber dari alam
seperti herbal. Dalam hal ini pemerintah juga telah mengeluarkan peraturan
yang melarang atau membatasi impor bahan baku herbal yang sumbernya
masih bisa didapat di alam Indonesia.
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) belum lama ini telah
memberikan kemudahan permodalan dan pemasaran kepada pengusaha
jamu mikro. Industri jamu akan ditingkatkan agar bisa tumbuh untuk
mendorong ekonomi kerakyatan. Terdapat Ada 20.000 bahan baku jamu di
Indonesia, jadi tidak perlu impor lagi. Industri jamu di Indonesia ada 1.250.
Dari segi pemasaran dan permodalan, pemerintah akan memberikan
maksimal Rp25juta kepada para UKM jamu untuk bisa lebih bergeliat.
Tantangan: