Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Pendidikan keWarganegaraan
pancasila sebagai pandangan pembangunan teknologi

Penyusun
NAMA
: kelompok VI
Moh. Iqbal Afriandy
C201 13 113
Siska
C201 13 115
I Dewa Putu Ardiana
C201 13 116
Adi Oktavianus TondowanaC201 13 117
Tigor Prakoso
C201 13 120
Purnasari
C201 13 121
Hamsir
C201 13 122

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TADULAKO
2014
Kata Pengantar

Setinggi puji sedalam syukur kehadirat Allah, karena semata atas berkat dan karunia nya
lah akhirnya salah satu tugas mata kuliah tentang Pancasila telah selesai.
Adapun

makalah ini berisi tentang Pancasila Sebagai Pandangan Pembangunan

Teknologi. Layaknya segala sesuatu yang ada di bumi ini, tidaklah ada yang sempurna. Begitu
juga kiranya dengan makalah ini, masih banyak memiliki kekurangan. Untuk itu, segala unjuk
saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan. Agar dimasa yang akan datang kami
bisa mempersembahkan yang lebih baik dan lebih berguna untuk kita semua. Akan tetapi mudahmudahan makalah ini sedikitnya memberikan manfaat untuk kita semua. Amiiin.

Daftar Isi

Kata Pengantar
Daftar Isi

BabI
Pendahuluan
Rumusan Masalah

BabII
Pembahasan
Nilai-nilai Pancasila Sebagai Motivator Perkembangan IPTEK
Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan IPTEK
Nilai Pancasila sebagai Dasar Pengembangan Teknologi
Konsep Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan IPTEK
Bab III
Penutup
Kesimpulan

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah


Nilainilai Pancasila sesungguhnya telah tertuang secara filosofis-ideologis dan
konstitusional di dalam UUD 1945 baik sebelum amandemen maupun setelah amandemen.
Nilainilai Pancasila ini juga telah teruji dalam dinamika kehidupan berbangsa pada berbagai
periode kepemimpinan Indonesia. Hal ini sebenarnya telah menjadi kesadaran bersama
bahwa Pancasila merupakan tatanan nilai yang digali dari nilai-nilai dasar budaya bangsa
Indonesia, yaitu kelima sila yang merupakan kesatuan yang bulat dan utuh sehingga
pemahaman dan pengamalannya harus mencakup semua nilai yang terkandung di dalamnya.
Hanya saja perlu diakui bahwa meski telah terjadi amandemen hingga ke-4, namun dalam
implementasi Pancasila masih banyak terjadi distorsi dan kontroversi yang menyebabkan
praktek kepemimpinan dan pengelolaan bangsa dan Negara cukup memprihatinkan.
Bukti-bukti empiris menunjukkan hampir semua inovasi teknologi merupakan hasil dari
suatu kolaborasi, apakah itu kolaborasi antar-pemerintah, antar-universitas, antar-perusahaan,
antar-ilmuwan, atau kombinasi dari semuanya. Aktivitas ini pun relatif belum terfasilitasi
dengan baik dalam beberapa kebijakan pemerintah. Rendahnya knowledge sharing dan
aliansi strategis antar beberapa lembaga menjadi penunjang pula bagi rendahnya invensi dan
inovasi teknologi di Indonesia. Ide tentangtechnopreunership sesungguhnya sudah banyak
digulirkan oleh beberapa lembaga di Indonesia. Namun semua itu belum secara efektif
memberikan sumbangan bagi pengembangan, penumbuhan dan penerapan teknologi yang
efektif di Indonesia.
Sesungguhnya ada permasalahan yang cukup substansial, yaitu rendahnya komitmen para
pakar untuk memajukan teknologi Indonesia secara integral dan berdaya saing. Pemahaman
yang tidak cukup tinggi tentang nilai-nilai ideologis Pancasila mendorong kecenderungan
mudahnya para ahli bidang teknologi untuk di bajak maupun hijrah ke Negara lain dan
melupakan pertumbuhan teknologi di Indonesia.
Permasalahan diatas lah yang perlu dipecahkan. Bagaimana peningkatan pemahaman
ideologi Pancasila dapat mendorong bagi tumbuhnya inovasi dan invensi teknologi (IPTEK)
di Indonesia. Terjadinya masalah itu bagi negara asal tentunya membawa implikasi negatif
yang tidak sedikit, seperti kondisi di mana kurangnya tenaga terlatih dan terdidik dari suatu

negara, serta terjadinya ketidakseimbangan pertumbuhan ekonomi yang sulit untuk


diprediksi. Selain itu, brain drain dapat juga membawa pengaruh rendahnya kesejahteraan
terhadap lingkungan di mana para tenaga terdidik tersebut berasal. Pemahaman yang lebih
baik

tentang

ideologi

diharapkan

dapat

mengubah brain

drain menjadi brain

gain ataureversed brain drain (ADB, 2005). Kondisi ini akan memacu produktivitas
perekonomian negara asal, selain juga jaringan keilmuan dan pemasaran yang kuat dan
tersebar hampir di seluruh negara-negara maju yang pernah mereka huni sebelumnya.
Selain dari segi SDM bidang teknologi, secara nasional terlihat kontribusi teknologi
terhadap pembangunan perekonomian nasional (sebagaimana tercermin dari nilai Total
Factor Productivity) yang rendah dan sering dikaitkan dengan alokasi anggaran Negara yang
kecil dalam mendukung kegiatan riset. Walaupun faktanya memang alokasi anggaran
tersebut masih rendah, tetapi rendahnya kontribusi teknologi juga disebabkan karena
ketidakpaduan (mismatch) antara teknologi yang dikembangkan dengan kebutuhan dan
problema nyata yang dihadapi publik dan para pengguna teknologi. Hasil riset atau teknologi
domestik yang diadopsi oleh pengguna untuk menghasilkan barang/jasa yang dibutuhkan
masyarakat masih sangat rendah.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa nilai-nilai Pancasila dalam motivator perkembangan IPTEK?
2. Bagaimana nilai Pancasila sebagai dasar perkembangan IPTEK ?
3. Bagaimana dengan konsep-konsep dasar sosiologi ?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Nilai-nilai Pancasila Sebagai Motivator Perkembangan IPTEK
Secara konstitusional di dalam Pembukaan UUD Proklamasi 1945. Kedudukan nilai
filsafat Pancasila di dalam Pembukaan UUD tersebut, berfungsi sebagai dasar negara dan
ideologi negara; sekaligus sebagai asas kerohanian negara dan sebagai perwujudan jiwa
bangsa. Dengan demikian, identitas dan integritas (nasional) Indonesia ialah nilai filsafat
Pancasila.
Nilai-nilai Pancasila juga menjadi sumber motivasi bagi perkembangan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi (IPTEK) nasional dalam mencerdaskan bangsa yang mempunyai nilai-nilai
Pancasila tinggi serta menegakkan kemerdekaan secara utuh, kedaulatan dan martabat
nasional dalam wujud negara Indonesia yang merdeka, yakni Negara Kesatuan Republik
Indonesia , Pancasila sebagai terkandung dalam UUD Proklamasi 45 seutuhnya. Karenanya,
secara filosofis-ideologis dan konstitusional, NKRI dapat dinamakan (dengan predikat)
sebagai sistem kenegaraan Pancasila yang sejajar dan analog dengan berbagai sistem
kenegaraan bangsa-bangsa modern dan canggih.
Kedudukan nilai Pancasila (sistem ideologi Pancasila) dengan demikian berfungsi juga
sebagai asas normatif-filosofis-ideologis-konstitusional bangsa; menjiwai dan melandasi cita
budaya dan moralpolitik nasional, sebagai terjabar dalam UUD Proklamasi yang memandu
kehidupan bangsa Indoensia dalam integritas NKRI sebagai sistem kenegaraaan Pancasila.
Maknanya, integritas nilai Pancasila secara konstitusional imperatif memberikan asas budaya
dan moral politik nasional Indonesia serta membangun bangsa yang memiliki ilmu
pengetahuan tinggi dan menguasai berbagai teknologi (IPTEK) guna memenuhi kehidupan
masyarakat.
B. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan IPTEK
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) pada hakekatnya merupakan hasil kreatifitas
rohani (jiwa) manusia. Atas dasar kreatifitas akalnya, manusia mengembangkan IPTEK
untuk mengolah kekayaan alam yang diciptakan Tuhan YME.
Tujuan dari IPTEK ialah untuk mewujudkan kesejahteraan dan peningkatan harkat dan
martabat manusia, maka IPTEK pada hakekatnya tidak bebas nilai, namun terikat nilai

nilai. Pancasila telah memberikan dasar nilai nilai dalam pengembangan IPTEK, yaitu
didasarkan moral ketuhanan dan kemanusiaan yang adil dan beradab.
C. Nilai Pancasila sebagai Dasar Pengembangan Teknologi

Pancasila bukan merupakan ideologi yang kaku dan tertutup, namun justru bersifat
reformatif, dinamis, dan antisipatif. Dengan demikian Pancasilan mampu menyesuaikan
dengan perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yaitu dengan
tetap memperhatikan dinamika aspirasi masyarakat. Kemampuan ini sesungguhnya tidak
berarti Pancasila itu dapat mengubah nilai-nilai dasar yang terkandung, tetapi lebih menekan
pada kemampuan dalam mengartikulasikan suatu nilai menjadi aktivitas nyata dalam
pemecahan masalah yang terjadi (inovasi teknologi canggih). Kekuatan suatu ideologi itu
tergantung pada kualitas dan dimensi yang ada pada ideologi itu sendiri (Alfian, 1992). Ada
beberapa dimensi penting sebuah ideologi, yaitu:
1. Dimensi Reality.
Yaitu nilai-nilai dasar yang terkandung di dalam ideologi tersebut secara riil berakar
dalam hidup masyarakat atau bangsanya, terutama karena nilai-nilai dasar tersebut
bersumber dari budaya dan pengalaman sejarahnya.
2. Dimensi Idealisme.
Yaitu nilai-nilai dasar ideologi tersebut mengandung idealisme yang memberi harapan
tentang masa depan yang lebih baik melalui pengalaman dalam praktik kehidupan
bersama dengan berbagai dimensinya.
3. Dimensi Fleksibility.
Maksudnya dimensi pengembangan Ideologi tersebut memiliki kekuasaan yang
memungkinkan dan merangsang perkembangan pemikiran-pemikiran baru yang
relevan dengan ideologi bersangkutan tanpa menghilangkan atau mengingkari hakikat
atau jati diri yang terkandung dalam nilai-nilai dasarnya.
Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila itu hal-hal yang terpenting dalam
perkembangan ilmu dan teknologi. Perkembangan IPTEK saat ini dan di masa yang akan datang
itu sangat cepat.
Pada umumnya para pakar sepakat bahwa ciri utama yang melatarbelakangi sistem atau
model manapun dari suatu perkembangan IPTEK dan masyarakat modern, adalah derajat
rasionalitas yang tinggi dalam arti bahwa kegiatan-kegiatan dalam masyarakat demikian
terselenggara berdasarkan nilai-nilai dan dalam pola-pola yang objektif dan efektif, ketimbang
yang sifatnya primordial, seremonial atau tradisional. Derajat rasionalitas yang tinggi itu

digerakkan oleh perkembangan-perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu,
nilai-nilai pancasila itu sangat mendorong dan mendasari akan perkembangan dari ilmu
pengetahuan dan teknologi yang baik dan terarah. Dengan Nilai-nilai Pancasila tersebut, perlu
menjadi kesadaran masyarakat bahwa untuk meningkatakan IPTEK di Indonesia itu, sejak dini
masayarakat harus memiliki dan memegang prinsip dan tekad yang kukuh serta berlandaskan
pada Nilai-nilai Pancasila yang merupakan kepribadian khas Indonesia.
Di sini letak tantangan bagi Indonesia, yaitu mengembangkan kehidupan bangsa yang
berbasis IPTEK tanpa kehilangan jati diri (nilai-nilai Pancasila). Hal ini berarti ada nilai-nilai
dasar yang ingin dipertahankan bahkan ingin diperkuat. Nilai-nilai itu sudah jelas, yaitu
Pancasila. Dasar Ketuhanan Yang Maha Esa, yang bagi bangsa Indonesia adalah mutlak. Jika
diikuti pandangan-pandangan sekular dunia Barat, yang ilmunya dipelajari dan jadi rujukan para
cendekiawan, sepertinya berjalan berlawanan. Dalam masyarakat modern yang berbasisi IPTEK,
terlihat kecenderungan lunturnya kehidupan keagamaan. Jadi, ini bukan tantangan yang
sederhana, tetapi penting, karena landasan moral, segenap imperative moral, dan konsep
mengenai kemanusiaan, keadilan, dan keberadaban, adalah keimanan dan ketakwaan. Dari dalam
dan dari luar bangsa Indonesia akan menghadapi tantangan-tantangan terhadap sistem demokrasi
yang dianut dan ingin ditegakkan, yang sesuai dengan kondisi sosialkultural bangsa yang
demikian majemuk dan latar belakang historis bangsa.
D. Konsep Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan IPTEK
Dalam upaya mewujudkan kesejahteraan dan peningkatan harkat dan martabatnya maka
manusia mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). IPTEK pada
hakikatnya merupakan suatu hasil kreatifitas rohani manusia. Unsur jiwa (rohani) manusia
meliputi akal, rasa dan kehendak. Akal merupakan potensi rohaniah manusia yang
berhubungan dengan intelektualitas, rasa merupakan hubungan dalam bidang estetis
dan kehendak berhubungan dengan bidang moral (etika).
Atas dasar kreatifitas akalnya itulah maka manusia mengembangkan IPTEK untuk
mengolah kekayaan alam yang disediakan oleh Tuhan yang Maha Esa. Oleh karena itu tujuan
yang esensial dari IPTEK adalah semata-mata untuk kesejahteraan umat manusia. Dalam
masalah ini pancasila telah memberikan dasar-dasar nilai bagi pengembangan IPTEK demi
kesejahteraan hidup manusia. Pengembangan IPTEK sebagai hasil budaya manusia harus

didasarkan pada moral ketuhanan dan kemanusiaan yang adil dan beradab dari sila-sila yang
tercantum dalam pancasila.
Pancasila yang sila-silanya merupakan suatu kesatuan yang sistematis haruslah menjadi
sistem etika dalam pengembangan IPTEK.
1. Sila ketuhanaan yang maha esa.
Sila ini mengklomentasikan ilmu pengetahuan, menciptakan sesuatu berasarkan
pertimbangan antara rasional dan irasional, antara akal, rasa dan kehendak.
Berdasarkan sila ini IPTEK tidak hanya memikirkan apa yang ditemukan dibuktikan
dan diciptakan tetapi juga dipertimbangkan maksudnya dan akibatnya apakah
merugikan manusia disekitarnya atau tidak. Sila ini menempatkan manusia di alam
semesta bukan sebagi pusatnya melainkan sebagai bagian yang sistematik dari alam
yang diolahnya (T.Jacob, 1986).
Contoh perkembangan IPTEK dari sila ketuhanan yang maha esa adalah
ditemukannya teknologi transfer inti sel atau yang dikenal dengan teknologi kloning
yang dalam perkembangannya pun masih menuai kotroversi. Persoalannya adalah
terkait dengan adanya intervensi penciptaan yang semestinya dilakukan oleh Tuhan
YME. Bagi yang beragama muslim, pada surat An-naaziaat ayat 11-14 diisyaratkan
adannya suatu perkembangan teknologi dalam kehidupan manusia yang mengarahkan
pada kehidupan kembali dari tulang belulang. apakah (akan dibangkitkan juga)
apabila kami telah menjadi tulang belulang yang hancur lumat?, mereka berkata
kalau demikian itu adalah suatu pengembalian yang merugikan. Sesungguhnya
pengembalian itu hanya satu kali tiupan saja, maka dengan serta merta mereka hidup
kembali di permukaan bumi.
2. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab
Memberikan dasar-dasar moralitas bahwa manusia dalam mengembangkan
IPTEK haruslah bersifat beradab. IPTEK adalah sebagai hasil budaya manusia yang
beradab dan bermoral. Oleh karena itu pengembangan IPTEK harus didasarkan pada
hakikat tujuan demi kesejahteraan manusia. IPTEK bukan untuk kesombongan,
kecongkakan dan keserakahan manusia namun harus diabdikan demi peningkatan
harkat dan martabat manusia.
3. Sila persatuan Indonesia
Mengklomentasikan universal dan internasionalisme (kemanusiaan) dr sila-sila
lain. Pengembangan IPTEK diarahkan demi kesejahteraan umat manusia termasuk di
dalamnya kesejahteraan bangsa Indonesia. Pengembangan IPTEK hendaknya dapat

mengembangkan rasa nasionalisme, kebesaran bangsa serta keluhuran bangsa sebagai


bagian dari umat manusia di dunia.
Contohnya seperti lima website yang telah mempermudah gerakan revolusi di
abad 21 ini. Ada Wikileaks, Facebook, Twitter, Blog, dan Video Sharing. Terkait
dengan sila persatuan Indonesia GERAKAN 100% CINTA INDONESIA dan
Gerakan 1000000 facebookers Dukung tetap bayar pajak adalah bentuk dari sekian
banyaknya gerakan-gerakan social network yang menpersatukan pemikiran bangsa
Indonesia.
4. Sila kerakyatan

yang

dipimpin

oleh

hikmah

kebijaksanaan

dalam

permusyawaratan/perwakilan
Artinya mendasari pengembangan IPTEK secara demokratis. Artinya setiap orang
haruslah memiliki kebebasan untuk mengembangkan IPTEK. Selain itu dalam
pengembangan IPTEK setiap orang juga harus menghormati dan menghargai
kebebasan oranglain dan harus memiliki sikap terbuka. Artinya terbuka untuk dikritik,
dikaji ulang maupun dibandingkan dengan penemuan teori-teori lainnya.
Contoh dalam kasus ini adalah ketika santer beredar kabar mengenai akan
dibangunnya reaktor nuklir di Indonesia. Beramai-ramai seluruh aliansi dari berbagi
daerah memberikan pernyataan pro atau kontranya mereka terhadap rencana
pembangunan ini. Bahkan melalui jejaring sosial facebook muncul gerakan TOLAK
PEMBANGUNAN REAKTOR NUKLIR di INDONESIA. Hal seperti inilah yang
seharusnya menjadi bahan permusyawarahan bagi para elit politik beserta rakyatnya
sehingga mencapai suatu kebijakan yang bijaksana demi kemaslahatan bangsa
Indonesia sendiri.
5. Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Contoh dari sila kelima ini adalah ditemukannya varietas bibit unggul padi
Cilosari dari teknik radiasi. Penemuan ini adalah hasil buah karya anak bangsa.
Diharapkan

dalam

mensejahterakan

perkembangan

rakyat

Indonesia

swasembada
dan

pangan

memberikan

ini

rasa

nantinya
keadilan

akan
setelah

ditingkatkannya jumlah produksi sehingga pada perjalanannya rakyat dari berbagai


golongan dapat menikmati beras berkualitas dengan harga yang terjangkau.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Untuk dapat terjadi perkembangan IPTEK yang baik dan terarah maka yang dapat
mendukung perkembangan IPTEK tersebut melainkan dengan didasari oleh nilai-nilai
Pancasila, ada hal-hal yang perlu kita ketahui sbb:
1. Nilai-nilai Pancasila menjadi sumber motivasi bagi perkembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK) nasional dalam mencerdaskan bangsa yang mempunyai nilai-nilai
Pancasila tinggi serta menegakkan kemerdekaan secara utuh, kedaulatan dan martabat
nasional dalam wujud negara Indonesia yang merdeka
2. Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar Perkembangan IPTEK karena Nilai-nilai pancasila itu
sangat mendorong dan mendasari akan perkembangan dari ilmu pengetahuan dan
teknologi yang baik dan terarah. Dengan Nilai-nilai Pancasila tersebut, perlu menjadi
kesadaran masyarakat bahwa untuk meningkatakan IPTEK di Indonesia itu, sejak dini
masyarakat harus memiliki dan memegang prinsip dan tekad yang kukuh serta
berlandaskan pada Nilai-nilai Pancasila yang merupakan kepribadian khas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai