Anda di halaman 1dari 13

POLISTIRENA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknologi Polimer


Dosen Pengampu : Dyah Retno Sawitri, S.T., M.Eng.

Anggota Kelompok 5 :
Bagas Bilowo H. S.

(13521006)

Andri Setiyoko

(13521088)

Dimas Agustyano

(13521110)

Hary Nugrah Hidayah

(13521111)

Rizki Fajri

(13521145)

Ahmad Fawaid Al Ashfiya

(13521164)

Luthfi Alkaafyanda

(13521186)

Reza Nurhidayat

(13521232)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2014

Pengertian Polistirena
Polistirena ( IUPAC Poly (1-phenylethane-1 ,2-diyl)) adalah salah satu contoh polimer
adisi yang disintesis dari monomer stirena. Pada suhu ruangan, polistirena biasanya bersifat
termoplastik padat dan dapat mencair pada suhu yang lebih tinggi sehingga dapat di cetak
atau dibentuk, kemudian kembali menjadi padat. Polistirena merupakan polimer sintetik yang
transparan dengan sifat fisik dan sifat thermal yang baik dan relatif tahan terhadap degradasi
baik oleh mikro-organisme di dalam tanah maupun oleh sinar matahari.
Polistirena pertama kali dibuat pada tahun 1839 oleh Eduard Simon seorang apoteker
jerman melalui isolasi dari resin alami. Seorang kimiawan organik jerman lainnya, Hermann
Staudinger, menemukan bahwa polistirena tersebut terdiri dari rantai panjang molekul stirena.
Stirena dapat diperoleh dari sumber alam yaitu petroleum. Stirena merupakan cairan yang
tidak berwarna menyerupai minyak dengan bau seperti benzena dan memiliki rumus kimia
C6H5CH=CH2 atau ditulis sebagai C8H8. Stirena tergolong senyawa aromatik.
Polistirena dapat dibuat dari monomer monomer stirena berikut adalah reaksi
pembentukan polistirena :
Diawali dengan reaksi pembentukan stirena dari etilen benzen dengan katalis Fe2O3:

Kemudian dilanjutkan dengan reaksi polimerisasi membentuk polistirena terjadi


sangat cepat :

Pembuatan Polistirena dengan metode polimerisasi larutan


Polistirena

dapat

diproduksi

dengan

proses

polimerisasi

larutan.

Dengan

mempolimerisasikan stirena dalam larutan memiliki banyak masalah masalah yang


berhubungan dengan perpindahan panas dan menurunnya viskositas. Ini terjadi karena
masalah pada ketersediaan pelarut dan perpindahan gugus fungsi pada reaksi.

Pada proses diatas, styrene dicampur bersama dengan pelarut dan dipompa ke atas
reaktor pertama yang dibagi menjadi tiga zona panas. Di zona pertama adalah pemanasan
untuk memulai reaksi polimerisasi yang berupa reaksi eksotermis, tetapi karena di jalur kedua
dan ketiga, di zona 3 reaktor pertama dan kedua digunakan pendingin kumparan dowtherm
yang berguna untuk menyerap dan mengeluarkan panas di dalam reaktor atau sistem. Ketika
zat campuran masuk ke dalam reaktor tiga proses polimerisasi mulai melambat dan reaksi
campuran panas kembali.
Dari reaktor yang ketiga, polimer kemudian di masukkan ke dalam mesin
pencetakkan menjadi tipis. Pada saat pelarut bersuhu 225C, sisa monomer dan beberapa
polimer dengan berat molekul rendah dipisahkan, dikentalkan, dan di proses ulang.
Kemudian polimer masuk ke dalam tahap pemisahan, tahap pembentukan menjadi filamen,
menjadi butiran, pelapisan, dan disimpan di bak penyimpanan.
Jenis jenis polistirena
Terdapat 3 jenis polistirena yaitu :
1. General Purpose PolyStyrene (GPPS)
2. Expanable PolyStyrene (EPS)
3. High Impact PolyStyrene (HIPS)

High Impact PolyStyrene (HIPS) adalah sebuah bahan plastik yang murah dan mudah
untuk dibentuk atau diproduksi. HIPS biasanya digunakan untuk pengaplikasian pada struktur

yang lemah ketika terjadi tekanan atau benturan, pencetakan, dan biaya yang murah. HIPS
sering digunakan untuk pembuatan prototype pra-produksi mesin karena HIPS memiliki
kestabilan dimensi yang baik dan sangat mudah untuk di buat, diberi warna, dan di rekatkan.
HIPS alam sesuai standar FDA dalam pengaplikasiannya pada proses produksi makanan.
Keuntungan HIPS adalah sebagai berikut :

Tahan terhadap tekanan/benturan


Memiliki kestabilan dimensi yang baik
Mudah untuk di warnai dan direkatkan
Harganya murah
Sesuai standar FDA
Pengaplikasian HIPS adalah sebagai berikut :

Prototype mesin
isolasi atau bahan pelapis pada kawat/kabel
peralatan rumah tangga dari plastik
botol
furniture
mainan anak-anak
bagian dari refrigerasi
radio dan televisi
bahan pembuat kontainer
tempat baterai

Sifat fisik dari High Impact Polystyrene


Bentuk : Padat

Densitas : 1050 Kg/m3

Warna : Putih

Spesific gravity : 1,05

Kemurnian : Minimal 98%

Tensile strength : 4000 psi

Impuritas : Maksimal 2% zat volatile

Elongation, % : 10

Berat molekul : 100.000- 200.000

Modulus elasticity : 20000 psi

gram/mol
Indeks refraksi : 1,58

Compressive strength : 6000 psi

Secara umum, High Impact Polystyrene dapat diproduksi dengan tiga macam proses, yaitu :
1.

Polimerisasi bulk (larutan)


Dalam industri umunya, polimerisasi bulk (larutan) disebut polimerisasi massa.

Sebagian besar polistirena yang diproduksi sekarang ini menggunakan proses ini. Pada proses
ini menggunakan sejumlah solvent yang biasanya adalah monomer stirena itu sendiri dan Etil
Benzena. Ada 2 jenis polimerisasi bulk, yaitu :
Polimerisasi bulk batch
Beberapa produsen polistirena masih menggunakan proses ini, dimana proses ini
terdiri dari unit polimerisasi yang didalamnya terdapat tangki polimerisasi berpengaduk
dengan konversi di atas 80%. Larutan polimer kemudian dipompa ke bagian finishing untuk
devolatilisasi ataupun proses polimerisasi akhir dan grinding. ( U.S. Patent, 1983)
Polimerisasi bulk continuous
Proses ini merupakan proses pembuatan polistirena yang paling banyak digunakan. Ada
beberapa jenis desain dimana beberapa diantaranya sudah mendapatkan lisensi. Secara umum
proses ini terdiri dari satu atau lebih reaktor tangki berpengaduk (CSTR). CSTR ini biasanya
diikuti oleh satu atau lebih reaktor yang didesain untuk menangani larutan yang kental
(viskositas tinggi). Reaktor ini didesain untuk memindahkan panas baik secara langsung
melalui koil maupun pendingin uap. Dengan menggunakan proses ini, konversi monomer
stirena menjadi polistirena dapat mencapai lebih dari 85% berat. Polimerisasi diikuti
terjadinya devolatilisasi yang terus menerus. Devolatilisasi ini dapat terjadi melalui
preheating dan vacuum flash chambers, devoitizing extruders atau peralatan yang sesuai.
Tingkat volatilitas dari 500 ppm stirena atau kurang dapat tercapai dengan peralatan khusus,
meskipun polistirena yang umum dikomersialkan mempunyai tingkat volatilitas sekitar 2000
ppm stirena. ( U.S. Patent, 1983)
2.

Polimerisasi Suspensi
Polimerisasi suspensi adalah sistem batch yang sangat popular untuk tahapan khusus

pembuatan polistirena. Proses ini dapat digunakan untuk memproduksi kristal maupun HIP.
Untuk memperoduksi HIP, stirena dan larutan karet diolah dengan bulk polymerized melalui

fase inverse. Kemudian disuspensikan ke dalam air untuk mendapatkan suspense air dan
minyak dengan menggunakan sabun atau zat pesuspensi. Kemudian butiran suspense ini
dipolimerisasi lagi sampai selesai dengan menggunakan inisiator dan pemanasan bertahap.
Fase air digunakan sebagai heat sink dan media perpindahan panas terhadap jaket yang
dikontrol suhunya.
3. Polimerisasi Emulsi
Polimerisasi emulsi biasanya digunakan pada proses kopolimerisasi stirena dengan
monomer atau polimer lain. Proses ini merupakan metode komersial yang jarang digunakan
untuk memproduksi polistirena kristal atau HIP. Proses ini mempunyai persamaan dengan
proses polimerisasi suspense kecuali bahwa butiran monomer yang digunakan dalam
polimerisasi emulsi ini dalam ukuran mikroskopis. Air digunakan sebagai carrier dengan
agen pengemulsi untuk memberikan partikel yang sangat kecil dan aktalis untuk
mempercepat kecepatan reaksi.

Mekanisme reaksi polistirena


Polistirena dapat disintetis dengan reaksi polimerisasi adisi yang dapat dibagi menjadi 3
mekanisme utama yaitu :
1. Mekanisme Radikal Bebas
Polimerisasi adisi radikal bebas yaitu polimerisasi yang diawali melalui penguraian
suatu inisiator membentuk radikal bebas yang biasanya dipicu oleh adanya cahaya
atau panas, kemudian dilanjutkan dengan adisi molekul molekul monomer pada salah
satu radikal bebas yang terbentuk.
Proses sintesis stirena terjadi melalui alkilasi benzen dengan etilen menggunakan
katalis AlCl3, dan kemudian dihidrogenasi. Monomer stirena mudah terpolimerisasi
walaupun pada suhu kamar. Stirena mudah rusak karena pengaruh suhu, sinar
matahari, dan O2 sehingga stirena murni yang diperdagangkan perlu ditambahkan

dengan 0,5 % inhibitor yaitu 4-tersier butil katekol. Diantara tipe inisiator yang
digunakan untuk reaksi polimerisasi radikal bebas adalah benzoil peroksida.
Benzoil peroksida memiliki 2 gugus benzoil yang dapat mengalami hidrolisis secara
termal membentuk radikal radikal benziloksi. Benzoil peroksida mempunyai sifat
yang tidak stabil terhadap panas dan cepat terurai menjadi radikal radikal.
Mekanisme reaksi pembentukan polistirena dengan inhibitor Benzoil Peroksida
adalah sebagai berikut :
-

Tahap inisiasi
Tahap ini melibatkan adanya pembentukan radikal bebas. Dekomposisi secara
termal senyawa peroksida dapat menghasilkan radikal bebas, yakni radikal
benziloksi seperti reaksi berikut :

Tahap propagasi
Setelah radikal bebas terbentuk (R*) makan akan bereaksi dengan monomer
menghasilkan spesi pusat aktif. Selanjutnya penambahan monomer (M) akan
terjadi pada spesi pusat aktif secara bertahap. Reaksi sederhana dapat dituliskan
sebagai berikut :
RMi* + M RMi* atau,

Tahap terminasi
Pada tahap terminasi ini spesi pusat aktif akan habis bereaksi sehingga
perpanjangan rantai akan terhenti.

2. Mekanisme Kationik
Polimerisasi adisi secara kationik, umumnya terjadi pada monomer yang mengandung
gugus pelepas elektron sehingga sebagai pembawa rantainya adalah ion karbanium
dan katalis yang digunakan adalah katalis asam lewis(penerima pasangan elektron)
dan katalis Friedel Crafts misalnya AlCl3, biasanya berlangsung pada suhu rendah.
Polimerisasi kationik juga dapat di definisikan sebagai suatu reaksi dimana terdapat
muatan positif pada sisi aktifnya.

Dan pada monomer monomer ini dimana R adalah grup penyumbang elektron yang
paling sesuai untuk polimerisasi ini contohnya adalah isobutilen, alkil vinil eter, dan
substitusi untuk stiren. Ciri yang membedakan polimerisasi kationik adalah bahwa ada
kecenderungan rantai yang berkembang untuk menjadi tidak aktif, karena berbagai reaksi
sampig yang dapat terjadi, meskipun hal ini dapat dikurangi dengan menurunkan suhu.
Inisiasi dapat dicapai dengan menggunakan asam protonic dan asam lewis, dan dibutuhkan
katalis tambahan seperti air atau metanol :

Propagasi terjadi pada reaksi biasanya :

Tidak seperti polimerisasi anionik, terminasi atau pengentian dapat terjadi dengan
rekombinasi anion kation sepeti di bawah ini :

Sehingga terbentuk kelompok ester. Terminasi juga dapat terjadi dengan pemecahan
anion seperti di bawah ini :

Atau dengan reaksi menggunakan air seperti di bawah ini :

Perpindahan ikatan ke monomr juga dapat terjadi dengan berbagai mekanisme


contohnya:

Pada akhirnya, seperti disebutkan di atas jenis monomer vinyl yang dapat
menggunakan polimerisasi kationik adalah gugus yang dapat menyumbangkan gugus
elektronnya, yang berguna untuk menstabikan kation.

3. Mekanisme Anionik
Polimerisasi adisi secara anionik, terjadi pada monomer yang mengandung substituen
yang bersifat elektronegatif seperti stirena. Seperti halnya polimerisasi kationik,
reaksi polimerisasi anionik juga berlangsung pada suhu rendah dengan katalis logam
alkali, alkil, aril, dan amida logam alkali. Salah satu contoh proses polimerisasi
kationik dari stirena adalah dengan menggunakan inisiator larutan Natrium Amida.
Seperti halnya polimerisasi mekanisme radikal bebas pada proses ini juga terdapat
proses inisiasi dan proses propagasi yaitu sebagai berikut :

dan

Pada reaksi ini tiidak ada jenis terminasi yang sesuai ketika terjadi pembentukkan
radikal bebas. Dalam pelarut protic namun, pertumbuhan rantai dapat dihentikan dengan
transfer ke pelarut.

Sebagai hasilnya, tingkat rata rata jumlah polimerisasi akan bergantung kepada rasio
pada tahap propagasi relatif terhadap laju transfer.
Jika pelarut inert digunakan dan tidak ada kontaminasi yang terjadi, maka ada
kemungkinan untuk memperoleh sebuah sistem dimana carbanion akhir pada grup selalu ada,
karena tidak adanya pemutusan reaksi. Sebagai contoh kita dapat menggunakan inisiator
logam natrium pada proses polimerisasi :

Pada proses ini menghasilkan radikal anion yang cepat membentuk dimer.

Yang kemudian dapat bereaksi pada sisi aktifnya.

Daftar Pustaka

Painter,Paul C.1997.Fundamental of Polymer Science.USA:CRC Press


Brydson, J. A. (John Andrew).1932.Plastics materials. - 7th ed. Printed and bound in
Great Britain by Biddles Lt4: British.
digilib.itb.ac.id/files/.../jbptitbpp-gdl-rinamelati-31339-3-2008ts-2.pdf
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19835/4/Chapter%20II.pdf
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26872/4/Chapter%20II.pdf
rivahsatria.files.wordpress.com/2013/01/polistirena-siti.pptx
digilib.itb.ac.id/files/.../jbptitbpp-gdl-rinamelati-31339-3-2008ts-2.pdf
https://www.plasticsintl.com/datasheets/Polystyrene.pdf

Anda mungkin juga menyukai