Anda di halaman 1dari 28

REFERAT KEDOKTERAN KELUARGA

KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA)

Disusun oleh kelompok I:


FAHADA INDI

1102007106

ERDIKA SATRIA W

1102009098

ARIF GUSASEANO

1102010033

MARLENI

1102010156

Pembimbing :
Dr. Erlina Wijayanti, MPH

Kepaniteraan Kedokteran Keluarga


Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi


Oktober 2015
PENDAHULUAN
Tujuan Program Kesehatan Ibu dan anak (KIA) adalah tercapainya kemampuan hidup
sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan keluarganya
untuk menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya derajat
kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan
bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya. Untuk mengukur keberhasilan suatu kegiatan

dilakukan evaluasi. Salah satu tujuan dari evaluasi Program KIA adalah untuk memantau
perkembangan pelayanan KIA di tempat pelayanan.
Evaluasi hasil program KIA di Puskesmas dilakukan berdasarkan laporan bulanan KIA,
kelahiran dan kematian per desa, penemuan kasus BBLR per desa, penemuan kasus tetanus
neonatorum per desa, kematian ibu, register kematian perinatal (0-7) hari, rekapitulasi pelacakan
kematian neonatal, Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) KIA indikator ibu, PWS KIA
indikator anak serta laporan bulanan Standar Pelayanan Minimal (SPM) KIA. Laporan bulanan
KIA untuk memantau kegiatan kesehatan ibu dan bayi disuatu wilayah Puskesmas, Laporan
kelahiran dan kematian per desa untuk memantau perkembangan kelahiran dan kematian
neonatal dimasing-masing desa dalam suatu wilayah. Laporan penemuan kasus BBLR dan
laporan penemuan kasus tetanus neonatorum per desa digunakan memantau kasus BBLR dan
tetanus neonatorum di wilayah desa.
Kesulitan evaluasi Program KIA sangat berkaitan dengan fungsi manajemen dalam hal
monitoring dan evaluasi. Manajemen pelayanan kesehatan di seluruh tingkat fasilitas pelayanan
memerlukan informasi yang adekuat sehingga bias melakukan fungsi manajemennya, dimana
salah satu fungsi tersebut adalah monitoring dan evaluasi. Kegiatan ini bergantung pada sistem
informasi yang berjalan dimana salah satu aktifitas sistem tersebut adalah pencatatan dan
pelaporan. Sistem monitoring dan evaluasi adalah factor yang sangat penting dalam pelaksanaan
fungsi manajemen untuk memantau jalannya pelayanan kesehatan.
Berdasarkan permasalahan tersebut diketahui bahwa data dan informasi yang di himpun
dan dicatat oleh bidan masih manual yang berakibat laporan yang dibuat terlambat dan tidak
akurat serta belum adanya basis data mengakibatkan sulitnya mencari data yang dibutuhkan
terutama untuk kebutuhan evaluasi kegiatan program di Puskesmas meliputi ketersediaan data
dan informasi yang relevan sesuai kebutuhan organisasi.

PEMBAHASAN
A.

Pengertian Program KIA


Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut

pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta
anak prasekolah. Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA masyarakat dalam upaya mengatasi
situasi gawat darurat dari aspek non klinik terkait kehamilan dan persalinan. Sistem kesiagaan
merupakan sistem tolong-menolong, yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat, dalam hal

penggunaan alat tranportasi atau komunikasi (telepon genggam, telepon rumah), pendanaan,
pendonor darah, pencacatan pemantauan dan informasi KB. Dalam pengertian ini tercakup pula
pendidikan kesehatan kepada masyarakat, pemuka masyarakat serta menambah keterampilan
para dukun bayi serta pembinaan kesehatan di taman kanak-kanak.
Pengertian keluarga berarti nuclear family yaitu yang terdiri dari ayah, ibu dan anak.
Ayah dan ibu dalam melaksanakan tanggung jawab sebagai orang tua dan mampu memenuhi
tugas sebagai pendidik. Oleh sebab itu keluarga mempunyai peranan yang besar dalam
mempengaruhi kehidupan seorang anak, terutama pada tahap awal maupun tahap-tahap
kritisnya, dan yang paling berperan sebagai pendidik anak-anaknya adalah ibu. Peran seorang
ibu dalam keluarga terutama anak adalah mendidik dan menjaga anak-anaknya dari usia bayi
sehingga dewasa, karena anak tidak jauh dari pengamatan orang tua terutaa ibunya. (Asfryati,
2003, h.27).
Peranan ibu terhadap anak adalah sebagai pembimbing kehidupan di dunia ini. Ibu
sangat berperan dalam kehidupan buah hatinya di saat anaknya masih bayi hingga dewasa,
bahkan sampai anak yang sudah dilepas tanggung jawabnya atau menikah dengan orang lain
seorang ibu tetap berperan dalam kehidupan anaknya. (dilampirkan oleh Zulkifli dari bambang,
1986, h.9)

B.

Sejarah Perkembangan
Perkembangan pelayanan kesehatan masyarakat di Indonesia tidak terlepas dari
sejarah kehidupan bangsa. Setelah indonesia merdeka, pelayanan kesehatan masyarakat (
public health services ) dikembangkan sejalan dengan tanggung jawab pemerintah
melindungi masyarakat Indonesia dari gangguan kesehatan. Kesehatan adalah hak
asasi manusia yang juga tercantum dalam UUD 1945. Pemerintah mengembangkan
infrastruktur di berbagai wilayah tanah air untuk melaksanakan kewajiban melindungi
masyarakat dari gangguan kesehatan. Program kesehatan yang dikembangkan adalah

yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat (public health essential) terutama oleh
penduduk miskin. Beberapa catatan penting dibawah ini, baik sebelu maupun sesudah
indonesia merdeka dapat dijadikan tonggak sejarah perkembangan program kesehatan
masyarakat Indonesia.
Tahun 1924
:
Tahun 1952

Tahun 1956
Tahun 1959

:
:

Tahun 1960
Tahun 1969-1971

:
:

1.
2.

Pengembangan program pendidikan kesehatan masyarakat


mulai
dirintis untuk peningkatan sanitasi lingkungan di
wilayah Pedesaan.
Pengembangan balai kesehatan ibu dan anak ( KIA ) mulai
dirintis dengan didirikannya Direktorat KIA di lingkungan
kementrian kesehatan RI.
Proyek UKS mulai diperkenalkan diwilayah Jakarta.
Program pemberantasan penyakit Malaria dimulai dengan
bantuan WHO.
UU pokok kesehatan dirumuskan.
Rencana pembangunan lima tahunan (repelita) Indonesia
mulai dibahas, Departemen Kesehatan menata kembali
strategi pembangunan kesehatan jangka panjang melalui:

RAKERNAS I dilangsungkan untuk merumuskan rencana pembanguna kesehatan


jangka panjang sebagai awal repelita I.
Konsep Pusat Kesehatan Masyarakat ( Puskesmas ) mulai diperkenalkan.
Perkembangan pembangunan puskesmas sudah dirintis dalam bentuk proyek
rintisan dibeberapa wilayah Indonesia. Pemerintah membangun Puskesmas dengan
berbagai pertimbangan strategis antara lain :
Untuk mencegah kecenderungan dokter-dokter bekerja di daerah perkotaan,
sedangkan masyarakat Indonesia sebagian besar tinggal di wilayah

pedesaan.
Untuk memeratakan pelayanan kesehatan dengan mendekatkan sarana
pelayanan

kesehatan

kepada

kelompok-kelompok

penduduk

yang

membutuhkannya di pedesaan. Sampai akhir tahun 60-an, sebagian besar


pelayanan kesehatan dilakukan melalui rumah sakit yang lebih banyak
berlokasi di daerah perkotaan dan bersifat konsumtif sehingga menyulitkan
masyarakat, terutama yang tinggal di desa untuk menjangkaunya. Program

pencegahan dapat lebih dikembangkan melalui program Puskesmas.


Untuk lebih menekan biaya pelayanan kesehatan. Biaya pelayanan di RS
dan dokter praktik swasta yang lebih banyak bersifat kuratif ( pengobatan )
jauh lebih mahal dibandingkan dengan program pencegahan. Pada dekade
60-an, transportasi belum menjangkau wilayah pedesaan yang terpencil di
Indonesia.

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,


kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi semua orang, agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang optimal. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari
badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara
sosial dan ekonomis. Indikator derajat kesehatan dapat dinilai dari angka kematian
bayi (AKB), angka kematian ibu (AKI), umur harapan hidup dan angka kematian
balita (Depkes Rl, 1991). OIeh karena itu, persalinan ibu hams mendapatkan
fasilitas dan partisifasi seperti tenaga profesional, pelayanan kesehatan, partisipasi
masyarakat setempat dan lainnya.
Kematian ibu atau kematian maternal saat ini masih merupakan salah satu
masalah kesehatan reproduksi yang sangat penting. Tingginya angka kematian
maternal mempunyai dampak yang besar terhadap keluarga dan masyarakat (L.
Ratna Budiarso et al, 1996). Kematian seorang wanita saat melahirkan sangat
mempengaruhi kelangsungan hidup bayinya, karena bayi yang bersangkutan akan
mengalami nasib yang sama dan keluarganya bercerai berai (L. Ratna Budiarso et
al, 1990). Oleh karena itu angka kematian maternal dapat digunakan sebagai salah
satu indikator kesejahteraan masyarakat, khususnya indikator kesehatan ibu.
Angka kematian maternal di Indonesia dewasa ini masih tinggi. Menurut data
SKRT tahun 2001, 90 % penyebab kematian ibu karena adanya komplikasi dan 28
% diantaranya terjadi pendarahan dimasa kehamilan dan persalinan.(Resty K.
2000)
Apabila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN dan negara-negara
maju, maka angka kematian ibu/maternal di Indonesia adalah sekitar 3-6 kali AKI
negara ASEAN dan lebih dari 50 kali AKI negara maju (Anonimus, 1996/1997).
Pola penyakit penyebab kematian ibu 84% karena komplikasi obstetrik
langsung dan didominasi oleh trias klasik, yaitu perdarahan (46,7 %), toxemia
(14,5%) dan infeksi (8%). Kasus perdarahan yang paling banyak adalah perdarahan
postpartum akibat uri tunggal, sedangkan infeksi umunya merupakan komplikasi
akibat ketuban pecah dini, robekan jalan lahir, persalinan macet serta perdarahan
(Sarimawar Djaja et al, 1997). Faktor yang turut melatar belakangi kematian
maternal adalah usia ibu pada waktu hamil tcrlalu muda ( <> 35 tahun), jumlah

anak terlalu banyak (> 4 orang) dan jarak antar kehamilan kurang dari 2 tahun
(Depkes RI, 1994).
C.

Tujuan Program KIA


Tujuan Program Kesehatan Ibu dan anak (KIA) adalah tercapainya kemampuan hidup

sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan keluarganya untuk
menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya derajat
kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan
bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.
Sedangkan tujuan khusus program KIA adalah :
1. Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan , sikap dan perilaku), dalam mengatasi
kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi tepat guna dalam upaya
pembinaan kesehatan keluarga,paguyuban 10 keluarga, Posyandu dan sebagainya.
2. Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah secara mandiri di
dalam lingkungan keluarga, paguyuban 10 keluarga, Posyandu, dan Karang Balita serta
di sekolah Taman Kanak-Kanak atau TK.
3. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil, ibu bersalin,
ibu nifas, dan ibu meneteki.
4. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, nifas, ibu meneteki,
bayi dan anak balita.
5. Meningkatnya kemampuan
seluruh anggotanya

untuk

dan

peran

mengatasi

serta

masalah

masyarakat
kesehatan

keluarga

dan

ibu,

balita,

anak

prasekolah, terutama melalui peningkatan peran ibu dan keluarganya.


D.

Wilayah Setempat
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA) adalah alat
manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA di suatu wilayah kerja secara
terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat. Program KIA
yang dimaksud meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan
komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru lahir dengan
komplikasi, bayi, dan balita. Kegiatan PWS KIA terdiri dari pengumpulan, pengolahan,
analisis dan interpretasi data serta penyebarluasan informasi ke penyelenggara program
dan pihak/instansi terkait dan tindak lanjut.

Definisi dan kegiatan PWS tersebut sama dengan definisi Surveilens. Menurut
WHO, Surveilens adalah suatu kegiatan sistematis berkesinambungan, mulai dari
kegiatan mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasikan data yang untuk
selanjutnya dijadikan landasan yang esensial dalam membuat rencana, implementasi dan
evaluasi suatu kebijakan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, pelaksanaan surveilens
dalam kesehatan ibu dan anak adalah dengan melaksanakan PWS KIA.
Dengan PWS KIA diharapkan cakupan pelayanan dapat ditingkatkan dengan
menjangkau seluruh sasaran di suatu wilayah kerja. Dengan terjangkaunya seluruh
sasaran maka diharapkan seluruh kasus dengan faktor risiko atau komplikasi dapat
ditemukan sedini mungkin agar dapat memperoleh penanganan yang memadai.
Penyajian PWS KIA juga dapat dipakai sebagai alat advokasi, informasi dan
komunikasi kepada sektor terkait, khususnya lintas sektor setempat yang berperan dalam
pendataan dan penggerakan sasaran. Dengan demikian PWS KIA dapat digunakan untuk
memecahkan masalah teknis dan non teknis. Pelaksanaan PWS KIA harus ditindaklanjuti
dengan upaya perbaikan dalam pelaksanaan pelayanan KIA, intensifikasi manajemen
program, penggerakan sasaran dan sumber daya yang diperlukan dalam rangka
meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan KIA. Hasil analisis PWS KIA di tingkat
puskesmas dan kabupaten/kota dapat digunakan untuk menentukan puskesmas dan
desa/kelurahan yang rawan. Demikian pula hasil analisis PWS KIA di tingkat propinsi
dapat digunakan untuk menentukan kabupaten/kota yang rawan.
E.

Prinsip Pengelolaan Program KIA


Prinsip pengelolaan Program KIA adalah memantapkan dan peningkatan jangkauan

serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pelayanan KIA diutamakan pada
kegiatan pokok :
1. Peningkatan pelayanan antenatal sesuai standar bagi seluruh ibu hamil di semua fasilitas
kesehatan.
2. Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan kompeten diarahkan ke fasilitas
kesehatan.
3. Peningkatan pelayanan bagi seluruh ibu nifas sesuai standar di semua fasilitas kesehatan.

4. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh neonates sesuai standar di semua fasilitas
kesehatan.
5. Peningkatan deteksi dini resiko tinggi ibu hamil, baik oleh tenaga kesehatan maupun di
masyarakat serta penanganan dan pengamatannya.
6. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh bayi sesuai standar di semua fasilitas kesehatan.
7. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh anak balita sesuai standar di semua fasilitas
kesehatan
8. Peningkatan pelayanan KB sesuai standar.
F.

Pelayanan dan Jenis Indikator KIA


Pelayanan antenatal :
Adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilannya
sesuai dengan standar pelayanan antenatal.
Standar minimal 5 T untuk pelayanan antenatal terdiri dari :

Timbang berat badan dan ukur tinggi badan


Ukur Tekanan darah
Pemberian Imunisasi TT lengkap
Ukur Tinggi fundus uteri
Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.

Frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan dengan


ketentuan waktu minimal 1 kali pada triwulan pertama, minimal 1 kali pada triwulan
kedua, dan minimal 2 kali pada triwulan ketiga.
Pertolongan Persalinan
Pertolongan persalinan oleh Tenaga Kesehatan adalah pelayanan persalinan yang
amanyang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Pada kenyataan di lapangan,
masih terdapat penolong persalinan yang bukan tenaga kesehatan yang dilakukan di luar
fasilitas pelayanan kesehatan. Oleh karena itu secara bertahap seluruh persalinan akan

ditolong oleh tenaga kesehatan yang kompeten dan diarahkan ke fasilitas pelayanan
kesehatan.
Pada prinsipnya, penolong persalinan harus memperhatikan hal sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.

Pencegahan infeksi
Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar.
Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani, ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi.
Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
Memberikan injeksi Vit K1 dan salep mata pada bayi baru lahir.

Jenis tenaga yang memberikan pertolongan persalinan kepada masyarakat:


a) Tenaga profesional : dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu
bidan dan perawat.
b) Dukun bayi :
Terlatih : ialah dukun bayi yang telah mendapatkan latihan tenaga kesehatan

yang dinyatakan lulus.


Tidak terlatih : ialah dukun bayi yang belum pernah dilatih oleh tenaga kesehatan
atau dukun bayi yang sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus.

Pelayan Kesehatan Ibu Nifas


Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada
ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi
dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu
nifas dengan melakukan kunjungan nifas minimal seanyak 3 kali dengan ketentuan
waktu :
Kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam sampai dengan 3 hari setelah

persalinan.
Kunjungan nifas kedua dalam waktu dua minggu setelah persalinan (8 - 14 hari).
Kunjungan nifas ketiga dalam waktu 6 minggu setelah persalinan (36 42 hari)

Pelayanan yang diberikan adalah :

Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu.


Pemeriksaan tinggi fundus uteri ( involusi uteri).
Pemeriksaan lochia dan pengeluaran pervaginam lainnya.
Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan.
Pemberian kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali, pertama segera
setelah melahirkan, kedua diberikan setelah 24 jam pemberian kapsul vitamin A
pertama.

Pelayanan KB pasca salin.

Pelayanan Kesehatan Neonatus


Pelayanan kesehatan neonates adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang
diberikan tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonates sedikitnya 3 kali, selama
periode 0 sampai dengan 28 hari setelah lahir, baik di fasilitas kesehatan maupun
kunjungan rumah.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonates :
Kunjungan neonatal ke-1 (KN1) dilakukan pada kurun waktu 6 48 jam setelah

lahir.
Kunjungan neonatal ke-2 (KN2) dilakukan pada kurun waktu hari ke 3 7

setelah lahir.
Kunjungan neonatal ke-3 (KN3) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8 28 hari
setelah lahir.

Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonates terhadap


pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan/
masalah kesehatan pada neonates. Risiko terbesar kematian neonates terjadi pada 24
jam pertama kehidupan, minggu pertama dan bulan pertama kehidupannya. Sehingga
jika bayi dilahirkan di fasilitas kesehatan dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas
kesehatan dalam 24 jam pertamanya.
Pelayanan kesehatan neonatal dasar dilakukan secara komprehensif dengan
melakukan pemeriksaan dan perawatan bayi baru lahir dan pemeriksaan
menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu Bayi Muda ( MTBM ) untuk
memastikan bayi dalam keadaan sehat, yang meliputi :
a) Pemeriksaan dan perawatan bayi baru lahir

Perawatan tali pusat

Melaksanakan ASI eksklusif

Memastikan bayi telah diberi injeksi Vit K

Memastikan bayi telah diberi salep mata antibiotic.

Pemberian imunisasi hepatitis B-0

b) Pemeriksaan menggunakan pendekatan MTBM

Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri, icterus, diare,


berat badan rendah dan masalah pemberian ASI.

Pemberian imunisasi hepatitis B0 bila belum diberikan pada waktu perawatan


bayi baru lahir

Konseling terhaap Ibu dan keluarga untuk memberikan ASI eksklusif,


pencegahan hipotermi, dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir di rumah
dengan menggunakan buku KIA.

Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.

Deteksi Dini Resiko Tinggi Ibu Hamil, Baik oleh Tenaga Kesehatan Maupun di Masyarakat
Serta Penanganan dan Pengamatannya.
Deteksi dini kehamilan dengan faktor risiko adalah kegiatan yang dilakukan untuk
menemukan ibu hamil yang mempunyai faktor risiko dan komplikasi. Kehamilan
merupakan proses reproduksi yang normal, tetapi tetap mempunyai risiko untuk
terjadinya komplikasi. Oleh karena itu deteksi dini oleh tenaga kesehatan dan
masyarakat tentang adanya faktor risiko dan komplikasi, serta penanganan yang adekuat
sedini mungkin, merupakan kunci keberhasilan dalam penurunan angka kematian ibu
dan bayi yang dilahirkannya.

Faktor risiko pada ibu hamil diantaranya adalah :

Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun .

Anak lebih dari 4

Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun.

Kurang Energi Kronis (KEK) dengan lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm, atau
penambahan berat badan < 9kg selama masa kehamilan.

Anemia dengan Hb < 11g/dl

Tinggi badan kurang dari 145 cm, atau dengan kelainan bentuk panggul dan tulang
belakang.

Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum kehamilan ini.

Sedang / pernah menderita penyakit kronis, antara lain : tuberkulosis, kelainan


jantung-ginjal-hati, psikosis, kelainan endokrin (Diabetes Mellitus, SLE, dll.) tumor
dan keganasan.

Riwayat kehamilan buruk; keguguran berulang, kehamilan ektopik terganggu, mola


hidatidosa, ketuban pecah dini, bayi dengan cacat kongenital.

Riwayat persalinan dengan komplikasi : persalinan dengan seksio sesaria,


ekstraksivakum / forceps.

Riwayat nifas dengan komplikasi : perdarahan paska persalinan, infeksi masa nifas,
psikosis post partum ( post partum blues).

Riwayat keluarga menderita penyakit kencing manis, hipertensi dan riwayat cacat
kongenital.

Kelainan jumlah janin : kehamilan ganda, janin dempet, janin besar.

Kelainan dan letak posisi janin : lintang/oblique, sungsang pada usia kehamilan lebih
dari 32 minggu.

Komplikasi pada ibu hamil meliputi :

Ketuban pecah dini


Perdarahan pervaginam :
o Ante partum : keguguran, plasenta previa, solusio plasenta
o Intra partum : robekan jalan lahir
o Post partum : atonia uteri, retensio plasenta, plasenta inkaserata, kelainan
pembekuan darah, subinvolusi uteri.
Hipertensi dalam kehamilan (HDK) : tekanan darah tinggi ( sistolik > 140
mmHg, diastolik >90 mmHg), dengan atau tanpa edema pretibial)

Ancaman persalinan prematur.


Infeksi berat dalam kehamilan : DB, tifus abdominalis, Sepsis.
Distosia : persalinan macet, persalinan tak maju.
Infeksi masa nifas.

Sebagian besar kematian ibu dapat dicegah apabila mendapatkan penanganan yang
adekuat di fasilitas pelayanan kesehatan. Faktor waktu dan transportasi merupakan hal
yang sangat menentukan dalam merujuk kasus risiko tinggi. Oleh karena itu Deteksi
faktor risiko pada ibu hamil baik oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat merupakan
salah satu upaya penting dalam mencegah kematian dan kesakitan ibu.
Faktor risiko pada neonates adalah sama dengan factor risiko pada ibu hamil. Ibu hamil
yang memiliki factor risiko akan meningkatkan risiko terjadinya komplikasi pada
neonates. Risiko tinggi pada neonatus meliputi :
1)

Prematuritas dan BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah < 2500 gram)

2)

Bayi dengan tetanus neonatorum

3)

Bayi baru lahir dengan asfiksia

4)

Bayi dengan ikterus neonatorum yaitu ikterus lebih dari 10 hari setelah lahir

5)

Bayi baru lahir dengan sepsis

6)

Bayi lahir dengan berat lebih dari 4000 gram

7)

Bayi preterm dan post term

8)

Bayi lahir dengan cacat bawaan sedang

9)

Bayi lahir dengan persalinan dengan tindakan.

c) Indikator pelayanan kesehatan ibu dan bayi

Terdapat 6 indikator kinerja penilaian standar pelayanan minimal atau SPM


untuk pelayanan kesehatan ibu dan bayi yang wajib dilaksanakan yaitu :
Cakupan Kunjungan ibu hamil K4

Pengertian :
Kunjungan ibu hamil K4 adalah ibu hamil yang kontak dengan petugas kesehatan
untuk mendapatkan pelayanan ANC sesuai dengan standar 5T dengan frekuenasi
kunjungan minimal 4 kali selama hamil, dengan syarat trimester 1 minimal 1
kali, trimester II minimal 1 kali dan trimester III minimal 2 kali . Standar 5 T
yang dimaksud adalah :

1.

Pemeriksaaan atau pengukuran Tinggi dan berat badan

2.

Pemeriksaaan atau pengukuran Tekanan darah

3.

Pemeriksaan atau pengukuran Tinggi fundus

4.

Pemberian imunisasi TT

5.

Pemberian Tablet besi

Definisi operasional
Perbandingan antara jumlah ibu hamil yang telah memperoleh ANC sesuai
standar K4 disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dengan penduduk
sasaran ibu hamil

Cara perhitungan

Sumber data :
Jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan ANC sesuai standar
K4 diperoleh dari catatan register kohort ibu dan laporan PWS KIA.
Perkiraan penduduk sasaran ibu hamil diperoleh dari Badan Pusat
Statistik atau BPS kabupaten atau Propinsi

Kegunaan
Mengukur mutu pelayanan ibu hamil
Mengukur tingkat keberhasilan perlindungan ibu hamil melalui pelayanan
standar dan paripurna. Jumlah ibu hamil yang telah memperoleh
pelayanan ANC sesuai standar K4 Perkiraan penduduk
Mengukur kinerja petugas kesehatan dalam penyelenggaraan pelayanan

ibu hamil
Pelayanan Kesehatan Bayi
Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang
diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama periode 29 hari
sampai 11 bulan setelah lahir.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan bayi :
o Kunjungan bayi satu kali pada umur 29 hari 2 bulan
o Kunjungan bayi satu kali pada umur 3 5 bulan.
o Kunjungan bayi satu kali pada umur 6 8 bulan.
o Kunjungan bayi satu kali pada umur 9 11 bulan.
Kunjungan bayi bertujuan untuk meningkatkan akses bayi terhadap pelayanan
kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan pada bayi
sehingga cepat mendapat pertolongan, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan
penyakit melalui pemantauan, imunisasi, serta peningkatan kualitas hidup bayi

dengan mudah tumbuh kembang. Dengan demikian hak anak mendapat


pelayanan kesehatan terpenuhi.
Pelayanan kesehatan tersebut meliputu :
o Pemberian imunisasi dasar lengkap (BCG, Polio 1,2,3,4, DPT/HB 1,2,3,
campak) sebelum bayi berusia 1 tahun.
o Simulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi (SDIDTK).
o Pemberian vit A 100.000 IU (6 11 bulan).
o Konseling ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI, tanda
tanda sakit dan perawatan kesehatan bayi di rumah menggunakan buku
KIA.
o Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.

Pelayanan Kesehatan anak balita


Sebagai upaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian balita, Departemen
Kesehatan RI bekerja sama dengan WHO telah mengembangkan paket pelatihan
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Pelayanan yang diberikan oleh tenaga
kesehatan sesuai standar yang meliputi :
Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang tercatat dalam

buku KIA/KMS.
Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) minimal 2

kali setahun.
Pemberian Vit A dosis tinggi 200.000 IU 2 kali dalam setahun
Kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap anak balita.
Pelayanan anak balita sakit sesuai standar dengan menggunakan pendekatan
MTBS.

Pelayanan KB berkualitas
Pelayanan KB berkualitas adalah pelayanan KB sesuai standar dengan menghormati hak
individu dalam merencanakan kehamilan sehingga diharapkan dapat berkontribusi dalam
menurunkan angka kematian ibu dan menurunkan tingkat fertilitas (kesuburan) bagi
pasangan yang telah cukup memiliki anak ( 2 atau lebih anak) serta meningkatkan
fertilitas bagi pasangan yang ingin mempunyai anak.

Pelayanan KB bertujuan untuk menunda (merencanakan) kehamilan. Bagi pasangan


Usia Subur yang

ingin menjarangkan dan/atau menghentikan kehamilan, dapat

menggunakan metode kontrasepsi yang meliputi :


KB alamiah (sistem kalender, metode amenore laktasi, coitus interuptus).
Metode KB hormonal (pil, suntik, susuk).
Metode KB non hormonal (kondom, AKDR/IUD, vasektomi dan tubektomi).
Disampin itu pengelola program KB perlu memfokuskan sasara pada kategori PUS
dengan 4 terlalu (terlalu muda, tua, sering dan banyak).

G.

Manajemen Kegiatan KIA


Pemantauan Wilayah Setempat KIA adalah alat untuk pengelolaaan kegiatan KIA serta alat
untuk motivasi dan komunikasi kepada sector lain yang terikat dan dipergunakan untuk
pemamtauan program KIA secara teknis maupun non teknis.
Melalui PWS-KIA dikembangkan indikator-indikator pemantauan teknis dan non teknis,
yaitu
1. Indikator Pemantauan Teknis : Indikator ini digunakan oleh para pengelola
program dalam lingkungan kesehatan yang terdiri dari :
a.

Indikator Akses

b.

Indikator Cakupan Ibu Hamil

c.

Indikator Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

d.

Indicator penjaringan Dini Faktor Resiko oleh Masyarakat

e.

Indikator Penjaringan Faktor resiko oleh Tenaga Kesehatan

f.

Indicator Neonatal

2. Indikator Pemamtauan Non teknis :


Indikator ini maksudnya untuk motivasi dan komunikasi kemajuan maupun
masalah operasional kegiatan KIA kepada para penguasa di wilayah, sehingga di

mengerti dan mendapatkan bantuan sesuai keperluan. Indikator-indikator ini


dipergunakan dalam berbagai tingkat administradi, yaitu :

Indikator pemerataan pelayanan KIA


Untuk ini dipilih AKSES (jangkauan) dalam pemamtauan secara teknis
memodifikasinya menjadi indicator pemerataan pelayanan yang lebih dimengerti
oleh para penguasa wilayah.

Indikator efektivitas pelayanan KIA :


Untuk ini dipilih cakupan (coverage) dalam pemamtauan secara teknnis dengan
memodifikasinya menjadi indicator efektivitas program yang lebih dimengerti oleh
para penguasa wilayah.
Kedua indicator tersebut harus secara rutin dijabarkan per bulan, perdesa
serta dipergunakan dalam pertemuan-pertemuan lintas sektoral untuk menunjukkan
desa-desamana yang masih ketinggalan.
Pemantauan secara lintas sektoral ini harus diikuti dengan suatu tindak
lanjut yang jelas dari para penguasa wilayah perihal : peningkatan penggerakan
masyarakat serta penggalian sumber daya setempat yang diperlukan.

H.

Persyaratan Dan Mekanisme Kartu Insentif Anak (KIA)


1.

Ketentuan Kartu Insentif Anak (KIA).


o Sebagai Kartu Insentif Anak.
o Memberikan fasilitas tertentu pada berbagai bidang sesuai kebutuhan anak.
o KIA bisa digunakan pula sebagai Kartu Identitas Anak sebelum anak memiliki
Identitas Resmi (KTP)
o Waktu penyelesaian KIA untuk perseorangan 7 (tujuh) hari kerja dan untuk
kolektif 14 (empatbelas) hari kerja.
o Pembuatan KIA tidak dipungut biaya (gratis).

o KIA dapat diperoleh dengan menunjukan Akta Kelahiran.


o Meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan anak untuk menjamin kehidupan,
pertumbuhan dan perkembangannya secara wajar baik jasmani , rohani maupun
sosial.
2.

Persyaratan
o Mengisi formulir permohonan KIA.
o

Foto copy Akta Kelahiran Anak.

o Foto copy Kartu Tanda Penduduk dan Kartu Keluarga Orang Tua.
o Pas foto anak berwarna ukuran 2 X 3 (2 lembar).
3.

Mekanisme.
o Penduduk atau yang mewakili (membawa kuasa) melapor ke Dinas.
o Penduduk atau yang mewakili (membawa kuasa) mengisi dan menandatangani
formulir permohonan KIA
o Petugas Dinas melakukan verifikasi dan validasi berkas permohonan.
o Petugas melakukan perekaman data ke dalam data base KIA.
o Dinas menerbitkan KIA dengan diberikan kepada pemohon

I.

Sistem Kesiagaan Di Bidang KIA


1. Sistem pencatatan-pemantauan
2. Sistem transportasi-komunikasi
3. Sistem pendanaan
4. Sistem pendonor darah

5. Sistem Informasi KB.


Proses Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA ini tidak hanya proses
memfasilitasi masyarakat dalam pembentukan sistem kesiagaan itu saja, tetapi juga
merupakan proses fasilitasi yang terkait dengan upaya perubahan perilaku, yaitu:
1. Upaya mobilisasi sosial untuk menyiagakan masyarakat saat situasi gawat darurat,
khususnya untuk membantu ibu hamil saat bersalin.
2. Upaya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam menurunkan angka kematian
maternal.
3. Upaya untuk menggunakan sumberdaya yang dimiliki oleh masyarakat dalam
menolong perempuan saat hamil dan persalinan.
4. Upaya untuk menciptakan perubahan perilaku sehingga persalinan dibantu oleh tenaga
kesehatan profesional.
5. Merupakan proses pemberdayaan masyarakat sehingga mereka mampu mengatasi
masalah mereka sendiri.
6. Upaya untuk melibatkan laki-laki dalam mengatasi masalah kesehatan maternal.
7. Upaya untuk melibatkan semua pemanggku kepentingan (stakeholders) dalam
mengatasi masalah kesehatan
Karena itu Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA ini berpijak pada konsepkonsep berikut ini
1. Revitalisasi praktek-praktek kebersamaan sosial dan nilai-nilai tolong menolong,
untuk perempuan saat hamil dan bersalin.
2. Merubah pandangan: persalinan adalah urusan semua pihak, tidak hanya urusan
perempuan.
3. Merubah pandangan: masalah kesehatan tidak hanya tanggung jawab pemerintah
tetapi merupakan masalah dan tanggunjawab masyarakat.
4. Melibatan semua pemangku kepentingan (stakeholders) di masyarakat.

5. Menggunakan pendekatan partisipatif.


6. Melakukan aksi dan advokasi.

Siklus proses yang memberikan masyarakat kesempatan untuk memahami


kondisi mereka dan melakukan aksi dalam mengatasi masalah mereka ini disebut
dengan pendekatan belajar dan melakukan aksi bersama secara partisipatif
(Participatory Learning and Action -PLA).
Pendekatan ini tidak hanya memfasilitasi masyarakat untuk menggali dan
mengelola berbagai komponen, kekuatan-kekuatan dan perbedaan-perbedaan,
sehingga setiap orang memiliki pandangan yang sama tentang penyelesaian masalah
mereka, tetapi pendekatan ini juga merupakan proses mengorganisir masyarakat
sehingga mereka mampu untuk berpikir dan menganalisa dan melakukan aksi untuk
menyelesaikan masalah mereka.
Ini adalah proses pemberdayaan masyarakat sehingga mereka mampu
melakukan aksi untuk meningkatkan kondisi mereka. Jadi, ini merupakan proses
dimana masyarakat merubah diri mereka secara individual dan secara kolektif dan
mereka menggunakan kekuatan yang mereka miliki dari energi dan kekuatan mereka
(Hartock, 1981).
Didalam konteks pembentukan sistem kesiagaan, pertama-tama masyarakat
perlu untuk memahami dan menganalisa kondisi kesehatan mereka saat ini, seperti
kondisi kesehatan ibu; kesehatan bayi baru lahir, kesehatan bayi, pelayanan kesehatan,
dan berbagai hubungan dan kekuasaan yang memperngaruhi kondisi tersebut agar
mereka mampu untuk melakukan aksi guna memperbaiki kondisi tersebut berdasarkan
analisa mereka tentang potensi yang mereka miliki.
Untuk memfasilitasi mereka agar berpikir, menganalisa dan melakukan aksi,
proses fasilitasi dan warga yang berperan melakukan fasilitasi sangat diperlukan.
Selain itu, warga yang berperan memfasilitasi masyarakatnya membutuhkan
pemahaman tidak hanya tentang konsep Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA tetapi

juga membutuhkan pengetahuan dan keterampilan penggunaan metode dan alat-alat


partisipatif.
Jadi, pendekatan yang diaplikasikan dalam Pemberdayaan Masyarakat bidang
KIA ini akan menentukan proses dan kegiatan berikutnya dalam keseluruhan proses
Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA ini.
J.

Peranan dan Tugas Tenaga Kesehatan Masyarakat Terhadap Kesehatan Ibu dan
Anak
Tenaga kesehatan harus mampu mengajak, memotivasi dan memberdayakan
masyarakat, mampu melibatkan kerja sama lintas sektoral, mampu mengelola sistem
pelayanan kesehatan yang efisien dan efektif, mampu menjadi pemimpin, pelopor,
pembinaan dan teladan hidup sehat.
Dalam upaya kesehatan program yang diperlukan adalah program kesehatan
yang lebih efektif yaitu program kesehatan yang mempunyai model-model
pembinaan kesehatan (Health Development Model) sebagai paradigma pembangunan
kesehatan yang diharapkan mampu menjawab tantangan sekaligus memenuhi
program upaya kesehatan. Model ini menekankan pada upaya kesehatan dan
mempunyai ciri-ciri, antara lain :
o Mempersiapkan bahan baku sumber daya manusia yang berkualitas untuk 20-25
tahun mendatang
o Meningkatkan produktivitas sumber daya manusia yang ada
o Melindungi masyarakat luas dari pencemaran melalui upaya promotif-preventifprotektif dengan pendekatan pro-aktif
o Memberi pelayanan kesehatan dasar bagi yang sakit
o Promosi kesehatan yang memungkinkan penduduk

mencapai

potensi

kesehatannya secara penuh (peningkatan vitalitas) penduduk yang tidak sakit


(85%) agar lebih tahan terhadap penyakit.
o Pencegahan penyakit melalui imunisasi : bumil (ibu hamil), bayi, anak, dan juga
melindungi masyarakat dari pencemaran.

o Pencegahan, pengendalian, penanggulangan pencemaran lingkungan serta


perlindungan masyarakat terhadap pengaruh lingkungan buruk (melalui
perubahan perilaku)
o Penggerakan peran serta masyarakat.
o Penciptaan lingkungan yang memungkinkan masyarakat dapat hidup dan bekerja
secara sehat.
o Pendekatan multi sektor dan inter disipliner.
o Pengembangan kebijakan yang dapat memberi perlindungan pada kepentingan
kesehatan masyarakat luas (tidak merokok di tempat umum).
o Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar bagi yang sakit.
Peran dan tugas tenaga kesehatan masyarakat, antara lain :
o Mengumpulkan, mengolah data dan informasi, menginventarisasi permasalahan,
serta melaksanakan pemecahan permasalahan yang berkaitan dengan pelayanan
kesehatan masyarakat.
o Merencanakan, melaksanakan, mengendalikan, mengevaluasi, dan melaporkan
kegiatan Puskesmas.
o Menyiapkan bahan kebijakan, bimbingan dan pembinaan, serta petunjuk teknis
sesuai bidang tugasnya.
o Melaksanakan upaya kesehatan masyarakat.
o Melaksanakan upaya kesehatan perorangan.
o Melaksanakan pelayanan upaya kesehatan/kesejahteraan ibu dan anak, Keluarga
Berencana, perbaikan gizi, perawatan kesehatan masyarakat, pencegah dan
pemberantasan

penyakit,

pembinaan

kesehatan

lingkungan,

penyuluhan

kesehatan masyarakat, usaha kesehatan sekolah, kesehatan olahraga, pengobatan


termasuk pelayanan darurat karena kecelakaan, kesehatan gigi dan mulut,
laboratorium sederhana, upaya kesehatan kerja, kesehatan usia lanjut, upaya
kesehatan jiwa, kesehatan mata, dan kesehatan khusus lainnya, serta pembinaan
pengobatan tradisional;.

o Melaksanakan pembinaan upaya kesehatan, peran serta masyarakat, koordinasi


upaya kesehatan, sarana pelayanan kesehatan, pelaksanaan rujukan medik,
pembantuan sarana dan pembinaan teknis kepada Puskesmas Pembantu, unit
pelayanan kesehatan swasta, serta kader pembangunan kesehatan.
o Melaksanakan pengembangan upaya kesehatan dalam hal pengembangan kader
pembangunan di bidang kesehatan dan pengembangan kegiatan swadaya
masyarakat di wilayah kerjanya.
o Melaksanakan pencatatan dan pelaporan dalam rangka sistem informasi
kesehatan.
o Melaksanakan ketatausahaan dan urusan rumah tangga UPT.
o Melaksanakan analisis dan pengembangan kinerja UPTD.
o Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.

Perubahan paradigma kesehatan yang kini lebih menekankan pada upaya


promotif-preventif dibandingkan dengan upaya kuratif dan rehabilitatif diharapkan
merupakan titik balik kebijakan Depkes dalam menangani kesehatan penduduk yang
berarti program kesehatan yang menitikberatkan pada pembinaan kesehatan bangsa
bukan sekedar penyembuhan penyakit. Upaya kesehatan di masa datang harus
mampu menciptakan dan menghasilkan SDM Indonesia yang sehat produktif
sehingga obsesi upaya kesehatan harus dapat mengantarkan setiap penduduk
memiliki status kesehatan yang cukup. Melalui kesadaran yang lebih tinggi pada
pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif.

PENUTUP

A.

Kesimpulan
1. Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui,
bayi dan anak balita serta anak prasekolah.
2. Prinsip pengelolaan Program KIA adalah memantapkan dan peningkatan
jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Tujuan program
Kesehatan Ibu dan anak (KIA) adalah tercapainya kemampuan hidup
sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan

keluarganya untuk menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS)


serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh
kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia
seutuhnya.
3. Ada beberapa

kegiatan

dalam

program

kesehatan

ibu

dan

anak,

diantaranya,pemeliharaan kesehatan ibu hamil dan menyusui serta bayi, anak


balita, dan anak prasekolah, deteksi dini faktor resiko ibu hamil, pemantauan
tumbuh kembang balita, dan sebagainya
4. Sistem kesiagaan di bidang kesehatan ibu dan anak, terdiri atas 5, yaitu : sistem
pencatatan-pemantauan,

sistem

transportasi-komunikasi,

sistem

pendanaan, sistem pendonor darah, sistem informasi KB


5. Manajemen kegiatan KIA dilaksanakan melalui Pemantauan Wilayah setempatKIA (PWS-KIA)
6. Peran dan tugas tenaga kesehatan masyarakat, antara lain mengumpulkan,
mengolah

data

dan

informasi,

menginventarisasi

permasalahan,

serta

melaksanakan pemecahan permasalahan yang berkaitan dengan pelayanan


kesehatan

masyarakat,

merencanakan,

melaksanakan,

mengendalikan,

mengevaluasi, dan melaporkan kegiatan Puskesmas, menyiapkan bahan


kebijakan, bimbingan dan pembinaan, serta petunjuk teknis sesuai bidang
tugasnya, melaksanakan upaya kesehatan masyarakat, melaksanakan upaya
kesehatan perorangan, dan lain-lain.
B.

Saran
Semoga dengan adanya makalah ini, dapat menjadi acuan dalam melakukan
peningkatan kesehatan pada Ibu dan Anak, dan lebih mengutamakan upaya promotifpreventif dibandingkan kuratif.

DAFTAR PUSTAKA
B.Davis Gordon, Kerangka dasar Sistem Informasi Manajemen, Penerbit PPM, Jakarta, 2002
Depkes RI, Penyelenggaraan Puskesmas di Era Desentralisasi.Jakarta,2001
Depkes RI, Pedoman Kerja Puskesmas jilid II, Jakarta, 1991
DepKes RI, Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak
(PWS-KIA),Jakarta, 1996
Edhy Sutanto, Sistem Informasi Manajemen, Graha Ilmu, Yogyakarta,2003

Jogiyanto HM, Sistem Informasi Berbasis komputer, Konsep dasar dan komponen Balai penerbit
FE, Yogyakarta, 1997
Kadir, Abdul, Pengenalan Sistem Informasi, Andi, Yogyakarta, 2003
Prasetyawati, Arsita Eka. 2012. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dalam Milenium Development
Goals (MDGs).YogyakartaNuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai