1102007106
ERDIKA SATRIA W
1102009098
ARIF GUSASEANO
1102010033
MARLENI
1102010156
Pembimbing :
Dr. Erlina Wijayanti, MPH
dilakukan evaluasi. Salah satu tujuan dari evaluasi Program KIA adalah untuk memantau
perkembangan pelayanan KIA di tempat pelayanan.
Evaluasi hasil program KIA di Puskesmas dilakukan berdasarkan laporan bulanan KIA,
kelahiran dan kematian per desa, penemuan kasus BBLR per desa, penemuan kasus tetanus
neonatorum per desa, kematian ibu, register kematian perinatal (0-7) hari, rekapitulasi pelacakan
kematian neonatal, Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) KIA indikator ibu, PWS KIA
indikator anak serta laporan bulanan Standar Pelayanan Minimal (SPM) KIA. Laporan bulanan
KIA untuk memantau kegiatan kesehatan ibu dan bayi disuatu wilayah Puskesmas, Laporan
kelahiran dan kematian per desa untuk memantau perkembangan kelahiran dan kematian
neonatal dimasing-masing desa dalam suatu wilayah. Laporan penemuan kasus BBLR dan
laporan penemuan kasus tetanus neonatorum per desa digunakan memantau kasus BBLR dan
tetanus neonatorum di wilayah desa.
Kesulitan evaluasi Program KIA sangat berkaitan dengan fungsi manajemen dalam hal
monitoring dan evaluasi. Manajemen pelayanan kesehatan di seluruh tingkat fasilitas pelayanan
memerlukan informasi yang adekuat sehingga bias melakukan fungsi manajemennya, dimana
salah satu fungsi tersebut adalah monitoring dan evaluasi. Kegiatan ini bergantung pada sistem
informasi yang berjalan dimana salah satu aktifitas sistem tersebut adalah pencatatan dan
pelaporan. Sistem monitoring dan evaluasi adalah factor yang sangat penting dalam pelaksanaan
fungsi manajemen untuk memantau jalannya pelayanan kesehatan.
Berdasarkan permasalahan tersebut diketahui bahwa data dan informasi yang di himpun
dan dicatat oleh bidan masih manual yang berakibat laporan yang dibuat terlambat dan tidak
akurat serta belum adanya basis data mengakibatkan sulitnya mencari data yang dibutuhkan
terutama untuk kebutuhan evaluasi kegiatan program di Puskesmas meliputi ketersediaan data
dan informasi yang relevan sesuai kebutuhan organisasi.
PEMBAHASAN
A.
pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta
anak prasekolah. Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA masyarakat dalam upaya mengatasi
situasi gawat darurat dari aspek non klinik terkait kehamilan dan persalinan. Sistem kesiagaan
merupakan sistem tolong-menolong, yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat, dalam hal
penggunaan alat tranportasi atau komunikasi (telepon genggam, telepon rumah), pendanaan,
pendonor darah, pencacatan pemantauan dan informasi KB. Dalam pengertian ini tercakup pula
pendidikan kesehatan kepada masyarakat, pemuka masyarakat serta menambah keterampilan
para dukun bayi serta pembinaan kesehatan di taman kanak-kanak.
Pengertian keluarga berarti nuclear family yaitu yang terdiri dari ayah, ibu dan anak.
Ayah dan ibu dalam melaksanakan tanggung jawab sebagai orang tua dan mampu memenuhi
tugas sebagai pendidik. Oleh sebab itu keluarga mempunyai peranan yang besar dalam
mempengaruhi kehidupan seorang anak, terutama pada tahap awal maupun tahap-tahap
kritisnya, dan yang paling berperan sebagai pendidik anak-anaknya adalah ibu. Peran seorang
ibu dalam keluarga terutama anak adalah mendidik dan menjaga anak-anaknya dari usia bayi
sehingga dewasa, karena anak tidak jauh dari pengamatan orang tua terutaa ibunya. (Asfryati,
2003, h.27).
Peranan ibu terhadap anak adalah sebagai pembimbing kehidupan di dunia ini. Ibu
sangat berperan dalam kehidupan buah hatinya di saat anaknya masih bayi hingga dewasa,
bahkan sampai anak yang sudah dilepas tanggung jawabnya atau menikah dengan orang lain
seorang ibu tetap berperan dalam kehidupan anaknya. (dilampirkan oleh Zulkifli dari bambang,
1986, h.9)
B.
Sejarah Perkembangan
Perkembangan pelayanan kesehatan masyarakat di Indonesia tidak terlepas dari
sejarah kehidupan bangsa. Setelah indonesia merdeka, pelayanan kesehatan masyarakat (
public health services ) dikembangkan sejalan dengan tanggung jawab pemerintah
melindungi masyarakat Indonesia dari gangguan kesehatan. Kesehatan adalah hak
asasi manusia yang juga tercantum dalam UUD 1945. Pemerintah mengembangkan
infrastruktur di berbagai wilayah tanah air untuk melaksanakan kewajiban melindungi
masyarakat dari gangguan kesehatan. Program kesehatan yang dikembangkan adalah
yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat (public health essential) terutama oleh
penduduk miskin. Beberapa catatan penting dibawah ini, baik sebelu maupun sesudah
indonesia merdeka dapat dijadikan tonggak sejarah perkembangan program kesehatan
masyarakat Indonesia.
Tahun 1924
:
Tahun 1952
Tahun 1956
Tahun 1959
:
:
Tahun 1960
Tahun 1969-1971
:
:
1.
2.
pedesaan.
Untuk memeratakan pelayanan kesehatan dengan mendekatkan sarana
pelayanan
kesehatan
kepada
kelompok-kelompok
penduduk
yang
anak terlalu banyak (> 4 orang) dan jarak antar kehamilan kurang dari 2 tahun
(Depkes RI, 1994).
C.
sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan keluarganya untuk
menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya derajat
kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan
bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.
Sedangkan tujuan khusus program KIA adalah :
1. Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan , sikap dan perilaku), dalam mengatasi
kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi tepat guna dalam upaya
pembinaan kesehatan keluarga,paguyuban 10 keluarga, Posyandu dan sebagainya.
2. Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah secara mandiri di
dalam lingkungan keluarga, paguyuban 10 keluarga, Posyandu, dan Karang Balita serta
di sekolah Taman Kanak-Kanak atau TK.
3. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil, ibu bersalin,
ibu nifas, dan ibu meneteki.
4. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, nifas, ibu meneteki,
bayi dan anak balita.
5. Meningkatnya kemampuan
seluruh anggotanya
untuk
dan
peran
mengatasi
serta
masalah
masyarakat
kesehatan
keluarga
dan
ibu,
balita,
anak
Wilayah Setempat
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA) adalah alat
manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA di suatu wilayah kerja secara
terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat. Program KIA
yang dimaksud meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan
komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru lahir dengan
komplikasi, bayi, dan balita. Kegiatan PWS KIA terdiri dari pengumpulan, pengolahan,
analisis dan interpretasi data serta penyebarluasan informasi ke penyelenggara program
dan pihak/instansi terkait dan tindak lanjut.
Definisi dan kegiatan PWS tersebut sama dengan definisi Surveilens. Menurut
WHO, Surveilens adalah suatu kegiatan sistematis berkesinambungan, mulai dari
kegiatan mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasikan data yang untuk
selanjutnya dijadikan landasan yang esensial dalam membuat rencana, implementasi dan
evaluasi suatu kebijakan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, pelaksanaan surveilens
dalam kesehatan ibu dan anak adalah dengan melaksanakan PWS KIA.
Dengan PWS KIA diharapkan cakupan pelayanan dapat ditingkatkan dengan
menjangkau seluruh sasaran di suatu wilayah kerja. Dengan terjangkaunya seluruh
sasaran maka diharapkan seluruh kasus dengan faktor risiko atau komplikasi dapat
ditemukan sedini mungkin agar dapat memperoleh penanganan yang memadai.
Penyajian PWS KIA juga dapat dipakai sebagai alat advokasi, informasi dan
komunikasi kepada sektor terkait, khususnya lintas sektor setempat yang berperan dalam
pendataan dan penggerakan sasaran. Dengan demikian PWS KIA dapat digunakan untuk
memecahkan masalah teknis dan non teknis. Pelaksanaan PWS KIA harus ditindaklanjuti
dengan upaya perbaikan dalam pelaksanaan pelayanan KIA, intensifikasi manajemen
program, penggerakan sasaran dan sumber daya yang diperlukan dalam rangka
meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan KIA. Hasil analisis PWS KIA di tingkat
puskesmas dan kabupaten/kota dapat digunakan untuk menentukan puskesmas dan
desa/kelurahan yang rawan. Demikian pula hasil analisis PWS KIA di tingkat propinsi
dapat digunakan untuk menentukan kabupaten/kota yang rawan.
E.
serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pelayanan KIA diutamakan pada
kegiatan pokok :
1. Peningkatan pelayanan antenatal sesuai standar bagi seluruh ibu hamil di semua fasilitas
kesehatan.
2. Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan kompeten diarahkan ke fasilitas
kesehatan.
3. Peningkatan pelayanan bagi seluruh ibu nifas sesuai standar di semua fasilitas kesehatan.
4. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh neonates sesuai standar di semua fasilitas
kesehatan.
5. Peningkatan deteksi dini resiko tinggi ibu hamil, baik oleh tenaga kesehatan maupun di
masyarakat serta penanganan dan pengamatannya.
6. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh bayi sesuai standar di semua fasilitas kesehatan.
7. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh anak balita sesuai standar di semua fasilitas
kesehatan
8. Peningkatan pelayanan KB sesuai standar.
F.
ditolong oleh tenaga kesehatan yang kompeten dan diarahkan ke fasilitas pelayanan
kesehatan.
Pada prinsipnya, penolong persalinan harus memperhatikan hal sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
Pencegahan infeksi
Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar.
Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani, ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi.
Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
Memberikan injeksi Vit K1 dan salep mata pada bayi baru lahir.
persalinan.
Kunjungan nifas kedua dalam waktu dua minggu setelah persalinan (8 - 14 hari).
Kunjungan nifas ketiga dalam waktu 6 minggu setelah persalinan (36 42 hari)
lahir.
Kunjungan neonatal ke-2 (KN2) dilakukan pada kurun waktu hari ke 3 7
setelah lahir.
Kunjungan neonatal ke-3 (KN3) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8 28 hari
setelah lahir.
Deteksi Dini Resiko Tinggi Ibu Hamil, Baik oleh Tenaga Kesehatan Maupun di Masyarakat
Serta Penanganan dan Pengamatannya.
Deteksi dini kehamilan dengan faktor risiko adalah kegiatan yang dilakukan untuk
menemukan ibu hamil yang mempunyai faktor risiko dan komplikasi. Kehamilan
merupakan proses reproduksi yang normal, tetapi tetap mempunyai risiko untuk
terjadinya komplikasi. Oleh karena itu deteksi dini oleh tenaga kesehatan dan
masyarakat tentang adanya faktor risiko dan komplikasi, serta penanganan yang adekuat
sedini mungkin, merupakan kunci keberhasilan dalam penurunan angka kematian ibu
dan bayi yang dilahirkannya.
Kurang Energi Kronis (KEK) dengan lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm, atau
penambahan berat badan < 9kg selama masa kehamilan.
Tinggi badan kurang dari 145 cm, atau dengan kelainan bentuk panggul dan tulang
belakang.
Riwayat nifas dengan komplikasi : perdarahan paska persalinan, infeksi masa nifas,
psikosis post partum ( post partum blues).
Riwayat keluarga menderita penyakit kencing manis, hipertensi dan riwayat cacat
kongenital.
Kelainan dan letak posisi janin : lintang/oblique, sungsang pada usia kehamilan lebih
dari 32 minggu.
Sebagian besar kematian ibu dapat dicegah apabila mendapatkan penanganan yang
adekuat di fasilitas pelayanan kesehatan. Faktor waktu dan transportasi merupakan hal
yang sangat menentukan dalam merujuk kasus risiko tinggi. Oleh karena itu Deteksi
faktor risiko pada ibu hamil baik oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat merupakan
salah satu upaya penting dalam mencegah kematian dan kesakitan ibu.
Faktor risiko pada neonates adalah sama dengan factor risiko pada ibu hamil. Ibu hamil
yang memiliki factor risiko akan meningkatkan risiko terjadinya komplikasi pada
neonates. Risiko tinggi pada neonatus meliputi :
1)
Prematuritas dan BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah < 2500 gram)
2)
3)
4)
Bayi dengan ikterus neonatorum yaitu ikterus lebih dari 10 hari setelah lahir
5)
6)
7)
8)
9)
Pengertian :
Kunjungan ibu hamil K4 adalah ibu hamil yang kontak dengan petugas kesehatan
untuk mendapatkan pelayanan ANC sesuai dengan standar 5T dengan frekuenasi
kunjungan minimal 4 kali selama hamil, dengan syarat trimester 1 minimal 1
kali, trimester II minimal 1 kali dan trimester III minimal 2 kali . Standar 5 T
yang dimaksud adalah :
1.
2.
3.
4.
Pemberian imunisasi TT
5.
Definisi operasional
Perbandingan antara jumlah ibu hamil yang telah memperoleh ANC sesuai
standar K4 disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dengan penduduk
sasaran ibu hamil
Cara perhitungan
Sumber data :
Jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan ANC sesuai standar
K4 diperoleh dari catatan register kohort ibu dan laporan PWS KIA.
Perkiraan penduduk sasaran ibu hamil diperoleh dari Badan Pusat
Statistik atau BPS kabupaten atau Propinsi
Kegunaan
Mengukur mutu pelayanan ibu hamil
Mengukur tingkat keberhasilan perlindungan ibu hamil melalui pelayanan
standar dan paripurna. Jumlah ibu hamil yang telah memperoleh
pelayanan ANC sesuai standar K4 Perkiraan penduduk
Mengukur kinerja petugas kesehatan dalam penyelenggaraan pelayanan
ibu hamil
Pelayanan Kesehatan Bayi
Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang
diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama periode 29 hari
sampai 11 bulan setelah lahir.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan bayi :
o Kunjungan bayi satu kali pada umur 29 hari 2 bulan
o Kunjungan bayi satu kali pada umur 3 5 bulan.
o Kunjungan bayi satu kali pada umur 6 8 bulan.
o Kunjungan bayi satu kali pada umur 9 11 bulan.
Kunjungan bayi bertujuan untuk meningkatkan akses bayi terhadap pelayanan
kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan pada bayi
sehingga cepat mendapat pertolongan, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan
penyakit melalui pemantauan, imunisasi, serta peningkatan kualitas hidup bayi
buku KIA/KMS.
Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) minimal 2
kali setahun.
Pemberian Vit A dosis tinggi 200.000 IU 2 kali dalam setahun
Kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap anak balita.
Pelayanan anak balita sakit sesuai standar dengan menggunakan pendekatan
MTBS.
Pelayanan KB berkualitas
Pelayanan KB berkualitas adalah pelayanan KB sesuai standar dengan menghormati hak
individu dalam merencanakan kehamilan sehingga diharapkan dapat berkontribusi dalam
menurunkan angka kematian ibu dan menurunkan tingkat fertilitas (kesuburan) bagi
pasangan yang telah cukup memiliki anak ( 2 atau lebih anak) serta meningkatkan
fertilitas bagi pasangan yang ingin mempunyai anak.
G.
Indikator Akses
b.
c.
d.
e.
f.
Indicator Neonatal
H.
Persyaratan
o Mengisi formulir permohonan KIA.
o
o Foto copy Kartu Tanda Penduduk dan Kartu Keluarga Orang Tua.
o Pas foto anak berwarna ukuran 2 X 3 (2 lembar).
3.
Mekanisme.
o Penduduk atau yang mewakili (membawa kuasa) melapor ke Dinas.
o Penduduk atau yang mewakili (membawa kuasa) mengisi dan menandatangani
formulir permohonan KIA
o Petugas Dinas melakukan verifikasi dan validasi berkas permohonan.
o Petugas melakukan perekaman data ke dalam data base KIA.
o Dinas menerbitkan KIA dengan diberikan kepada pemohon
I.
Peranan dan Tugas Tenaga Kesehatan Masyarakat Terhadap Kesehatan Ibu dan
Anak
Tenaga kesehatan harus mampu mengajak, memotivasi dan memberdayakan
masyarakat, mampu melibatkan kerja sama lintas sektoral, mampu mengelola sistem
pelayanan kesehatan yang efisien dan efektif, mampu menjadi pemimpin, pelopor,
pembinaan dan teladan hidup sehat.
Dalam upaya kesehatan program yang diperlukan adalah program kesehatan
yang lebih efektif yaitu program kesehatan yang mempunyai model-model
pembinaan kesehatan (Health Development Model) sebagai paradigma pembangunan
kesehatan yang diharapkan mampu menjawab tantangan sekaligus memenuhi
program upaya kesehatan. Model ini menekankan pada upaya kesehatan dan
mempunyai ciri-ciri, antara lain :
o Mempersiapkan bahan baku sumber daya manusia yang berkualitas untuk 20-25
tahun mendatang
o Meningkatkan produktivitas sumber daya manusia yang ada
o Melindungi masyarakat luas dari pencemaran melalui upaya promotif-preventifprotektif dengan pendekatan pro-aktif
o Memberi pelayanan kesehatan dasar bagi yang sakit
o Promosi kesehatan yang memungkinkan penduduk
mencapai
potensi
penyakit,
pembinaan
kesehatan
lingkungan,
penyuluhan
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui,
bayi dan anak balita serta anak prasekolah.
2. Prinsip pengelolaan Program KIA adalah memantapkan dan peningkatan
jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Tujuan program
Kesehatan Ibu dan anak (KIA) adalah tercapainya kemampuan hidup
sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan
kegiatan
dalam
program
kesehatan
ibu
dan
anak,
sistem
transportasi-komunikasi,
sistem
data
dan
informasi,
menginventarisasi
permasalahan,
serta
masyarakat,
merencanakan,
melaksanakan,
mengendalikan,
Saran
Semoga dengan adanya makalah ini, dapat menjadi acuan dalam melakukan
peningkatan kesehatan pada Ibu dan Anak, dan lebih mengutamakan upaya promotifpreventif dibandingkan kuratif.
DAFTAR PUSTAKA
B.Davis Gordon, Kerangka dasar Sistem Informasi Manajemen, Penerbit PPM, Jakarta, 2002
Depkes RI, Penyelenggaraan Puskesmas di Era Desentralisasi.Jakarta,2001
Depkes RI, Pedoman Kerja Puskesmas jilid II, Jakarta, 1991
DepKes RI, Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak
(PWS-KIA),Jakarta, 1996
Edhy Sutanto, Sistem Informasi Manajemen, Graha Ilmu, Yogyakarta,2003
Jogiyanto HM, Sistem Informasi Berbasis komputer, Konsep dasar dan komponen Balai penerbit
FE, Yogyakarta, 1997
Kadir, Abdul, Pengenalan Sistem Informasi, Andi, Yogyakarta, 2003
Prasetyawati, Arsita Eka. 2012. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dalam Milenium Development
Goals (MDGs).YogyakartaNuha Medika.