Makalah Pendidikan Kewarganegaraan
Makalah Pendidikan Kewarganegaraan
Oleh :
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Adapun pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang
diberikan dosen mata kuliah Pendidikan kewarganegaraan.
Pada proses pembuatan dan penyusunan makalah ini, kami mengucapkan
terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan bantuan moril, diskusi dan
dukungannya. kami telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyusun makalah
ini dengan baik, namun kami menyadari sepenuhnya bahwa penulisan makalah ini
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami pemakalah mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari dosen dan pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat menambah ilmu pengetahuan dan
wawasan bagi kita semua.
Pemakalah
DAFTAR ISI
COVER.....................................................................................................................................
1
KATA PENGANTAR...............................................................................................................
2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................
3
NEGARA DAN KONSTITUSI................................................................................................
4
1.1
Negara
...............................................................................................................................
4
1.2
Konstitusi
...............................................................................................................................
5
IDENTITAS NASIONAL DAN DEMOKRASI......................................................................
14
2.1
Identitas
Nasional
...............................................................................................................................
14
2.2
Demokrasi
...............................................................................................................................
18
RULE OF LAW........................................................................................................................
26
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................
31
Negara
Negara secara literal merupakan penjelasan dari kata-kata asing yaitu state
(bahasa inggris), staat ( bahasa Belanda dan Jerman), dan etat (bahasa Prancis),
dimana semua kata-kata ini diambil dari bahasa Latin yaitu statum yang artinya
keadaan yang tetap dan tegak. Istilah umum itu diartikan sebagai kedudukan
(standing, station)
Adapun pengertian Negara menurut para ahli adalah sebagai berikut:
Prof. Farid S.
Negara adalah Suatu wilayah merdeka yang mendapat pengakuan Negara lain
serta memiliki kedaulatan.
Georg Jellinek
Negara adalah organisasi kekuasaan dari sekelompok manusia yang telah
berkediaman di wilayah tertentu.
Max Weber
Negara adalah suatu masyarakat yang memonopoli penggunaan kekerasan fisik
secara sah dalam suatu wilayah.
Aristoteles
Negara adalah perpaduan beberapa keluarga mencakupi beberapa desa, hingga
pada akhirnya dapat berdiri sendiri sepenuhnya, dengan tujuan kesenangan dan
kehormatan bersama.
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian negara itu ada dua, yaitu :
pertama, negara adalah organisasi di suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan
tertinggi yang sah dan ditaati rakyatnya; kedua, negara adalah kelompok sosial yang
menduduki wilayah atau daerah tertentu yang diorganisasi di bawah lembaga politik
dan pemerintah yang efektif, mempunyai satu kesatuan politik, berdaulat sehingga
berhak menentukan tujuan nasionalnya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Negara adalah suatu organisasi dari kelompokkelompok manusia yang bersama-sama mendiami suatu wilayah
tertentu dan
mengakui adanya satu pemerintahan yang mengurus tata tertib serta keselamatan
sekelompok atau beberapa kelompok manusia tersebut.
1.2 Konstitusi
Kata konstitusi berarti pembentukan,berasal dari kata Constituer (bahasa
Prancis) yang berarti membentuk. Yang di bentuk adalah sebuah negara. Maka,
Konstitusi mengandung permulaan dari segala peraturan mengenai suatu negara.
Maka
dapat
dipahami,
bahwa
bahasa
Belanda
menggunakan
kata
demikian,
suatu
konstitusi
merupakan
aturan-aturan
dasar
(fundamental) yang dibentuk didalam mengatur hubungan antar negara dan warga
negara. Konstitusi di Indonesia adalah Undang- Undang Dasar 1945.
1.2.1
Negara Konstitusi
Dari penjelasan di atas maka dapat dikatakan bahwa negara konstitusi
1.2.2
Konstitusi Di Indonesia
sudut
kekuasaan
dan
menganggapnya
sebagai
suatu
organisasi
sejarah selama orde lama dan orde baru bahwa penerapan terhadap pasal UUD
memiliki sifat-sifat intrerretable atau berwayuh arti sehingga mengakibatkan adanya
sentralisasi kekuasaan terutama kepada presiden karena latar belakang politik ini lah
maka pada orde baru UUD 1945 di lestarikan dan di anggap bersifat keramat yang tak
dapat di ganggu gugat.
1.2.4
Indonesia
10
Mencermati seluruh hasil perubahan yang telah dilakukan oleh MPR, ada
beberapa catatan penting yang dapat dikemukakan. Pertama, kesemua pasal telah
dilakukan perubahan kecuali Pasal 4, 10 dan Pasal 12. Kedua, terjadi (1) penambahan
4 bab baru (dari 16 bab menjadi 20 bab), (2) penambahan 25 pasal baru (dari 37 pasal
menjadi 72 pasal), dan (3) penambahan 120 ayat baru (dari 49 ayat menjadi 169
ayat). Ketiga, dihapusnya penjelasan sebagai bagian dari UUD 1945. Perubahan yang
begitu besar menimbulkan implikasi terhadap struktur ketetanegaraan, yaitu
terjadinya perubahan kelembagaan secara mendasar (lihat bagan). Implikasi
perubahan tidak hanya terjadi terhadap struktur lembaga-lembaga negara tetapi juga
perubahan terhadap sistem ketatanegaraan secara keseluruhan.
Lembaga Negara Sebelum Amandemen
1. MPR
2. Presiden / Wapres
2. DPR
3. DPR
3. DPD
4. Mahkamah Konstitusi
5. MA
5. BPK
6. Mahkamah Agung
7. Mahkamah Yudisial
11
13
1.2.5
usaha untuk melaksanakan dasar negara. Dasar negara memuat norma-norma ideal,
yang penjabarannya dirumuskan dalam pasal-pasal oleh UUD (Konstitusi)
Merupakan satu kesatuan utuh, dimana dalam Pembukaan UUD 45 tercantum dasar
negara Pancasila, melaksanakan konstitusi pada dasarnya juga melaksanakan dasar
negara. Bagi bangsa Indonesia, negara dan konstitusi adalah dwitunggal. Jika
diibaratkan sebagai bangunan, negara adalah pilar-pilar atau tembok yang tidak bisa
berdiri kokoh tanpa pondasi yang kuat, yaitu konstitusi Indonesia. Hampir setiap
negara memiliki konstitusi, terlepas dari apakah konstitusi tersebut sudah berjalan
optimal atau belum.
Kaitan antara negara dengan konstitusi adalah keterkaitan antardasar negara
dan konsitusi tampak pada gagasan dasar, cita-cita, dan tujuan negara yang tertuang
dalam mukadimah atau Pembukaan Undang-Undang Dasar suatu negara. Pembukaan
UUD 1945 merupakan suatu kebatinan negara. Pembukaan memuat asas kerohanian
negara, asas politik negara, asas tujuan negara, serta menjadi dasar hukum daripada
undang-undang. Pancasila dengan batang tubuh merupakan wujud yuridis
konstitusional tentang sesuatu yang telah dirumuskan dalam pembukaan. UUD 1945
adalah peraturan perundangan teringgi negara Indonesia yang bersumberkan pada
Pancasila.
Identitas Nasional
14
Kata identitas berasal dari bahasa Inggris Identity yang memiliki pengertian
harafiah ciri-ciri, tanda-tanda atau jati diri yang melekat pada seseorang atau sesuatu
yang membedakannya dengan yang lain. Dalam term antropologi identitas adalah
sifat khas yang menerangkan dan sesuai dengan kesadaran diri pribadi sendiri,
golongan sendiri, kelompok sendiri, komunitas sendiri, atau negara sendiri. Mengacu
pada pengertian ini identitas tidak terbatas pada individu semata tetapi berlaku pula
pada suatu kelompok. Sedangkan kata nasional merupakan identitas yang melekat
pada kelompok-kelompok yang lebih besar yang diikat oleh kesamaan-kesamaan,
baik fisik seperti budaya, agama, dan bahasa maupun non fisik seperti keinginan, citacita dan tujuan. Himpunan kelompok-kelompok inilah yang kemudian disebut dengan
istilah identitas bangsa atau identitas nasional yang pada akhirnya melahirkan
tindakan kelompok (colective action) yang diwujudkan dalam bentuk organisasi atau
pergerakan-pergerakan yang diberi atribut-atribut nasional. Kata nasional sendiri
tidak bisa dipisahkan dari kemunculan konsep nasionalisme.
Bila dilihat dalam konteks Indonesia maka Identitas Nasional itu merupakan
manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam berbagai aspek
kehidupan dari ratusan suku yang dihimpun dalam satu kesatuan Indonesia menjadi
kebudayaan nasional dengan acuan Pancasila dan roh Bhinneka Tunggal Ika
sebagai dasar dan arah pengembangannya. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa
hakikat Identitas Nasional kita sebagai bangsa di dalam hidup dan kehidupan
berbangsa dan bernegara adalah Pancasila yang aktualisasinya tercermin dalam
penataan kehidupan kita dalam arti luas, misalnya dalam aturan perundang-undangan
atau hukum, sistem pemerintahan yang diharapkan, nilai-nilai etik dan moral yang
secara normatif diterapkan di dalam pergaulan baik dalam tataran nasional maupun
internasional dan lain sebagainya. Nilai-nilai budaya yang tercermin di dalam
Identitas Nasional tersebut bukanlah barang jadi yang sudah selesai dalam kebekuan
normatif dan dogmatis, melainkan sesuatu yang terbuka yang cenderung terusmenerus bersemi karena hasrat menuju kemajuan yang dimilki oleh masyarakat
pendukungnya. Konsekuensi dan implikasinya adalah bahwa Identitas Nasional
15
adalah sesuatu yang terbuka untuk ditafsir dengan diberi makna baru agar tetap
relevan dan fungsional dalam kondisi aktual yang berkembang dalam masyarakat.
2.1.2 Muatan dan Unsur-Unsur Identitas Nasional
Identitas Nasional Indonesia merujuk pada suatu bangsa yang majemuk.
Kemajemukan itu merupakan gabungan dari unsur-unsur pembentuk identitas yaitu
suku bangsa, agama, kebudayaan dan bahasa.
1) Suku Bangsa: adalah golongan sosial yang khusus yang bersifat askriptif
(ada sejak lahir), yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis
kelamin. Di Indonesia terdapat banyak sekali suku bangsa atau kelompok
etnis dengan tidak kurang 300 dialek bahasa.
2) Agama: bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang agamis. Agamaagama yang tumbuh dan berkembang di nusantara adalah agama Islam,
Kristen, Katholik, Hindu, Budha dan Kong Hu Cu. Agama Kong Hu Cu
pada masa Orde Baru tidak diakui sebagai agama resmi negara namun sejak
pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, istilah agama resmi negara
dihapuskan.
3) Kebudayaan, adalah pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang
isinya adalah perangkat-perangkat atau model-model pengetahuan yang
secara
kolektif
digunakan
oleh
pendukung-pendukungnya
untuk
16
nasionalisme diharapkan secara efektif oleh para penganutnya dan dipakai sebagai
metode perlawanan dan alat identifikasi untuk mengetahui siapa lawan dan kawan.
b. Paham Nasionalisme Kebangsaan sebagai paham yang mengantarkan pada
konsep Identitas Nasional
Paham Nasionalisme atau paham Kebangsaan terbukti sangat efektif sebagai
alat perjuangan bersama merebut kemerdekaan dari cengkeraman kolonial. Semangat
nasionalisme dihadapkan secara efektif oleh para penganutnya dan dipakai sebagai
metode perlawanan, seperti yang disampaikan oleh Larry Diamond dan Marc F
Plattner, para penganut nasionalisme dunia ketiga secara khas menggunakan retorika
anti kolonialisme dan anti imperalisme. Para pengikut nasionalisme tersebut
berkeyakinan bahwa persamaan cita-cita yang mereka miliki dapat diwujudkan dalam
sebuah identitas politik atau kepentingan bersama dalam bentuk sebuah wadah yang
disebut bangsa (nation). Dengan demikian bangsa atau nation merupakan suatu badan
wadah yang di dalamnya terhimpun orang-orang yang mempunyai persamaan
keyakinan dan persamaan lain yang mereka miliki seperti ras, etnis, agama, bahasa,
dan budaya. Unsur persamaan tersebut dapat dijadikan sebagai identitas politik
bersama atau untuk menentukan tujuan organisasi politik yang dibangun berdasarkan
geopolitik yang terdiri atas populasi, geografis dan pemerintahan yang permanen
yang disebut negara atau state.
2.2
Demokrasi
2.2.1
Sejarah Demokrasi
18
Prinsip-prinsip demokrasi
Rakyat dapat secara bebas menyampaikan aspirasinya dalam kebijakan politik
dan sosial. Prinsip demokrasi dan prasyarat dari berdirinya negara demokrasi telah
terakomodasi dalam konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Prinsip-prinsip
19
demokrasi, dapat ditinjau dari pendapat Almadudi yang kemudian dikenal dengan
"soko guru demokrasi". Menurutnya, prinsip-prinsip demokrasi adalah:
1. Kedaulatan rakyat;
2. Pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang diperintah;
3. Kekuasaan mayoritas;
4. Hak-hak minoritas;
5. Jaminan hak asasi manusia;
6. Pemilihan yang bebas dan jujur;
7. Persamaan di depan hukum;
8. Proses hukum yang wajar;
9. Pembatasan pemerintah secara konstitusional;
10. Pluralisme sosial, ekonomi, dan politik;
11. Nilai-nilai toleransi, pragmatisme, kerja sama, dan mufakat.
2.2.3
Pengakuan partisipasi rakyat dalam pemerintahan, misalnya pemilihan wakilwakil rakyat untuk lembaga perwakilan rakyat secara langsung, umum, bebas, dan
rahasia serta jujur dan adil; dan
2.
2.2.4
20
dipakai oleh hampir seluruh negara di dunia. Ciri-ciri suatu pemerintahan demokrasi
adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
Adanya persamaan hak bagi seluruh warga negara dalam segala bidang.
4.
5.
6.
Adanya pers (media massa) yang bebas untuk menyampaikan informasi dan
mengontrol perilaku dan kebijakan pemerintah.
7.
Adanya pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat yang duduk di lembaga
perwakilan rakyat.
8.
Adanya pemilihan umum yang bebas, jujur, adil untuk menentukan (memilih)
pemimpin negara dan pemerintahan serta anggota lembaga perwakilan rakyat.
9.
2.2.5
Peralihan UUD 1945 yang berbunyi sebelum MPR, DPR dan DPA dibentuk menurut
UUD ini segala kekuasaan dijalankan oleh Presiden denan dibantu oleh KNIP. Untuk
menghindari kesan bahwa negara Indonesia adalah negara yang absolut pemerintah
mengeluarkan :
ini
peranan
parlemen,
berkembangnya
akuntabilitas
politik
sangat
tinggi
partai-partai
Namun demikian praktik demokrasi pada masa ini dinilai gagal disebabkan :
22
dan
politik.
Atas dasar kegagalan itu maka Presiden mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 :
Bubarkan konstituante
2.2
Dominasi Presiden
2.3
Maret 1966, Orde Baru bertekad akan melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara
murni dan konsekwen. Awal Orde baru memberi harapan baru pada rakyat
pembangunan disegala bidang melalui Pelita I, II, III, IV, V dan pada masa orde baru
berhasil menyelenggarakan Pemilihan Umum tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992,
dan 1997.
Namun demikian perjalanan demokrasi pada masa orde baru ini dianggap gagal
sebab:
24
Berakhirnya masa orde baru ditandai dengan penyerahan kekuasaan dari Presiden
Soeharto ke Wakil Presiden BJ Habibie pada tanggal 21 Mei 1998.
2.4
25
Tap MPR RI No. XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan Negara yang bebas dari
KKN
Tap MPR RI No. XIII/MPR/1998 tentang pembatasan Masa Jabatan Presiden dan
Wakil Presiden RI
Pada Masa Reformasi berhasil menyelenggarakan pemiluhan umum sudah dua kali
yaitu tahun 1999 dan tahun 2004
Demokrasi Indonesia pasca kolonial, kita mendapati peran demokrasi yang makin
luas. Di zaman Soekarno, kita mengenal beberapa model demokrasi. Partai-partai
Nasionalis, Komunis bahkan Islamis hampir semua mengatakan bahwa demokrasi itu
adalah sesuatu yang ideal. Bahkan bagi mereka, demokrasi bukan hanya merupakan
sarana, tetapi demokrasi akan mencapai sesuatu yang ideal. Bebas dari penjajahan
dan mencapai kemerdekaan adalah tujuan saat itu, yaitu mencapai sebuah demokrasi.
Oleh karena itu, orang makin menyukai demokrasi.
Demokrasi yang berjalan di Indonesia saat ini dapat dikatakan adalah Demokrasi
Liberal. Dalam sistem Pemilu mengindikasi sistem demokrasi liberal di Indonesia
antara lain sebagai berikut:
26
1. Pemilu multi partai yang diikuti oleh sangat banyak partai. Paling sedikit sejak
reformasi, Pemilu diikuti oleh 24 partai (Pemilu 2004), paling banyak 48 Partai
(Pemilu 1999). Pemilu bebas berdiri sesuka hati, asal memenuhi syarat-syarat
yang ditetapkan KPU. Kalau semua partai diijinkan ikut Pemilu, bisa muncul
ratusan sampai ribuan partai.
2. Pemilu selain memilih anggota dewan (DPR/DPRD), juga memilih anggota DPD
(senat). Selain anggota DPD ini nyaris tidak ada guna dan kerjanya, hal itu juga
mencontoh sistem di Amerika yang mengenal kedudukan para anggota senat
(senator).
3. Pemilihan Presiden secara langsung sejak 2004. Bukan hanya sosok presiden,
tetapi juga wakil presidennya. Untuk Pilpres ini, mekanisme nyaris serupa dengan
pemilu partai, hanya obyek yang dipilih berupa pasangan calon. Kadang, kalau
dalam sekali Pilpres tidak diperoleh pemenang mutlak, dilakukan pemilu putaran
kedua, untuk mendapatkan legitimasi suara yang kuat.
4. Pemilihan pejabat-pejabat birokrasi secara langsung (Pilkada), yaitu pilkada
gubernur, walikota, dan bupati. Lagi-lagi polanya persis seperti pemilu Partai atau
pemilu Presiden. Hanya sosok yang dipilih dan level jabatannya berbeda. Disana
ada penjaringan calon, kampanye, proses pemilihan, dsb.
5. Adanya badan khusus penyelenggara Pemilu, yaitu KPU sebagai panitia, dan
Panwaslu sebagai pengawas proses pemilu. Belum lagi tim pengamat independen
yang dibentuk secara swadaya. Disini dibutuhkan birokrasi tersendiri untuk
menyelenggarakan Pemilu, meskipun pada dasarnya birokrasi itu masih
bergantung kepada Pemerintah juga.
6. Adanya lembaga surve, lembaga pooling, lembaga riset, dll. yang aktif melakukan
riset seputar perilaku pemilih atau calon pemilih dalam Pemilu. Termasuk adanya
27
RULE OF LAW
Rule of Law adalah suatu doktrin hukum yang mulai muncul pada abad ke 19,
bersamaan dengan kelahiran negara konstitusi dan demokrasi. Ia lahir sejalan dengan
tumbuh
suburnya
demokrasi
dan
meningkatnya
peran
parlemen
dalam
penyelenggaraan negara dan sebagai reaksi terhadap negara absolut yang berkembang
sebelumnya. Rule of Law merupakan konsep tentang common law dimana segenap
lapisan masyarakat dan negara beserta seluruh kelembagaannya menjunjung tinggi
supremasi hukum yang dibangun diatas prinsip keadilan dan egalitarian. Rule of Law
adalah rule by the law dan bukan rule by the man. Ia lahir mengambil alih dominasi
28
yang dimiliki kaum gereja, ningrat dan kerajaan, menggeser negara kerajaan dan
memunculkan negara konstitusi dari mana
tidaknya Rule of Law dalam suatu negara ditentukan oleh kenyataan apakah
rakyatnya benar-benar menikmati keadilan, dalam arti perlakuan yang adil, baik
sesama warganegara, maupun dari pemerintah. Oleh karena itu, pelaksanaan kaidahkaidah hukum yang berlaku di suatu negara merupakan suatu premise bahwa kaidahkaidah yang dilaksanakan itu merupakan hukum yang adil, artinya kaidah hukum
yang menjamin perlakuan yang adil bagi masyarakat.
Rule of Law sebagai salah satu materi didalam matakuliah Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn). PKn sendiri merupakan desain baru kurikulum inti di PTU
yang menunjang pencapaian Visi Indonesia 2020 (Tap MPR No. VII/MPR/2001) dan
Visi Pendidikan Tinggi 2010 (HELTS 2003-2010-DGHE) dan merupakan elemen
dalam kelompok Matakuliah Pengembangan Kepribadian (MPK). Ia merupakan salah
satu bentuk penjabaran UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
yang tidak lagi menyinggung masalah Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN)
atau di Perguruan Tinggi disebut Pendidikan Kewiraan dan ditiadakannya Pendidikan
Pancasila sebagai matakuliah tersendiri dari kurikulum Perguruan Tinggi.
3.1
lingkup Rule of Law, Issue-issue yang terkait dengan Rule of Law, Prinsip-prinsip
Rule of Law secara formal di Indonesia, Prinsip-prinsip Rule of Law secara hakiki
(materiil) dalam penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia; dan
Strategi
menjadi 2 (dua), yaitu pengertian secara formal (in the formal sense) dan pengertian
secara hakiki/materiil (ideological sense).
negara.
Law, karena menyangkut ukuran hukum yang baik dan buruk (just and unjust law).
Rule of Law terkait erat dengan keadilan, sehingga Rule of Law harus menjamin
keadilan yang dirasakan oleh masyarakat/bangsa.
Rule of Law merupakan suatu legalisme sehingga mengandung gagasan bahwa
keadilan dapat dilayani melalui pembuatan sistem peraturan dan prosedur yang
bersifat objektif, tidak memihak, tidak personal, dan otonom.
b. Issue-issue Rule of Law
Hal-hal yang sering mengemuka dalam kaitannya dengan Rule of Law antara
lain: (1) Masih relevankah Rule of Law di Indonesia? (2) Bagaimana seharusnya
Rule of Law itu dilaksanakan? (3) Sejauhmana
melaksanakan prinsip-prinsip Rule of Law? dan (4) Apa yang harus dilakukan agar
Rule of Law dapat berjalan efektif?
3.2
pembukaan UUD 1945 yang menyatakan : (1) bahwa kemerdekaan itu hak segala
bangsa, ..karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan, (2)
. kemerdekaan Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur;
(3) .. untuk memajukan kesejahteraan umum, . dan keadilan sosial; (4)
.. disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undangundang Dasar Negara Indonesia; (5) ..kemanusiaan yang adil dan beradab;
dan (6) .. serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
30
Kekuasaan
kehakiman
merupakan
kekuasaan
yang
merdeka
untuk
Pemerintahan
Prinsip-prinsip Rule of Law secara hakiki (materiil) sangat erat kaitannya
dengan the enforcement of the rules of law dalam penyelenggaraan pemerintahan
terutama dalam hal penegakan hukum dan implementasi prinsip-prinsip Rule of Law.
Berdasarkan pengalaman berbagai negara dan hasil kajian menunjukkan bahwa
keberhasilan the enforcement of the rules of law tergantung kepada kepribadian
nasional masing-masing bangsa (Sunarjati Hartono, 1982). Hal ini didukung oleh
kenyataan bahwa Rule of Law merupakan institusi sosial yang memiliki struktur
31
sosiologis yang khas dan mempunyai akar budayanya yang khas pula. Rule of Law
ini juga merupakan legalisme, suatu aliran pemikiran hukum yang didalamnya
terkandung wawasan sosial, gagasan tentang hubungan antar manusia, masyarakat
dan negara, yang dengan demikian memuat nilai-nilai tertentu yang memiliki struktur
sosiologisnya sendiri.
dapat dilayani melalui pembuatan sistem peraturan dan prosedur yang sengaja
bersifat objektif, tidak memihak, tidak personal, dan otonom. Secara kuantitatif,
peraturan perundang-undangan yang terkait dengan Rule of Law telah banyak
dihasilkan di negara kita, namun implementasi/penegakannya belum mencapai hasil
yang optimal, sehingga rasa keadilan sebagai perwujudan pelaksanaan Rule of Law
belum dirasakan sebagian besar masyarakat.
3.4
b. Rule of Law yang merupakan institusi sosial harus didasarkan pada akar
budaya yang tumbuh dan berkembang pada bangsa;
c. Rule of Law sebagai suatu legalisme yang memuat wawasan sosial,gagasan
tentang hubungan antar manusia, masyarakat dan negara, harus dapat
ditegakkan secara adil, dan hanya memihak kepada keadilan.
Untuk mewujudkan hal tersebut, perlu dikembangkan hukum progresif
(Satjipto Rahardjo, 2004), yang memihak hanya kepada keadilan itu sendiri, bukan
sebagai alat politik yang memihak kepada kekuasaan seperti seperti yang selama ini
diperlihatkan. Hukum progresif merupakan gagasan yang ingin mencari cara untuk
mengatasi keterpurukan hukum di Indonesia secara lebih bermakna. Asumsi dasar
hukum progresif bahwa hukum adalah untuk manusia, bukan sebaliknya, hukum
32
bukan merupakan institusi yang absolut dan final, hukum selalu berada dalam proses
untuk terus menerus menjadi (law as process, law in the making). Hukum progresif
memuat kandungan moral yang sangat kuat, karene tidak ingin menjadikan hukum
sebagai teknologi yang tidak bernurani, melainkan sustu institusi yang bermoral yaitu
kemanusiaan. Hukum progresif peka terhadap perubahan-perubahan dan terpanggil
untuk tampil melindungi rakyat untuk menuju ideal hukum.
Hukum progresif
menolak keadaan status quo, ia merasa bebas untuk mencari format, pikiran, asas
serta aksi-aksi, karena hukum untuk manusia.
Arah dan watak hukum yang dibangun harus berada dalam hubungan yang
sinergis dengan kekayaan yang dimiliki bangsa Indonesia, atau back to law and
order, kembali kepada orde hukum dan ketaatan dalam konteks Indonesia. Artinya,
bangsa Indonesia harus berani mengangkat Pancasila sebagai alternatif dalam
membangun negara berdasarkan hukum versi Indonesia sehingga dapat menjadi
Rule of Moral atau Rule of Justice yang bersifat ke-Indonesia-an yang lebih
mengedepankan olah hati nurani daripada olah otak, atau lebih mengedepankan
komitmen moral.
DAFTAR PUSTAKA
Azra, Azyumardi. 2003. Demokrasi Hak Asasi Manusia Masyarakat Madani.
Jakarta: Prenada Media
Indonesia. UUD 1945 dan Amandemennya. Bandung: Fokus Media
Malian, S. dan S. Marjuki (editor). 2003. Pendidikan Kewarganegaraan dan Hak
Asasi Manusia. UII Press: Yogyakarta.
Soemiarno, S. 2005. Hak Asasi Manusia. Makalah yang disampaikan dalam Kursus
Calon Dosen Kewarganegaraan Angkatan I , 12 23 Desember 2005. Dirjen
Dikti Depdiknas, Jakarta.
33
34