Anda di halaman 1dari 4

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Saliva merupakan salah satu komponen penting yang terdapat pada rongga
mulut. Saliva berpengaruh terhadap kesehatan rongga mulut karena mempunyai
hubungan dengan proses biologis yang terjadi dalam rongga mulut 1. Saliva berfungsi
untuk melindungi jaringan rongga mulut, lubrikasi gigi geligi, antibakteri rongga
mulut, dan membantu proses perncernaan2,3.
Saliva dihasilkan oleh kelenjar saliva mayor dan kelenjar saliva minor.
Kelenjar saliva mayor terdiri dari kelenjar parotis, submandibularis, dan sublingualis
dan kelenjar saliva minor yakni kelenjar labial, kelenjar bukal, kelenjar Bladin-Nuhn,
kelenjar Von Ebner dan kelenjar Weber3,4,5. Sekresi saliva normal adalah 800-1500
ml/hari. Laju aliran saliva normal yang distimulasi mencapai 1-3 ml/menit, rata-rata
terendah mencapai 0,7-1 ml/menit dan laju aliran saliva normal tanpa adanya
stimulasi berkisar 0,25-0,35 ml/menit, dengan rata-rata terendah 0,1-0,25 ml/menit 6.
Banyaknya saliva yang disekresikan dalam mulut dipengaruhi oleh rangsangan
penciuman, rangsangan pikiran, rangsangan mekanis dan kimiawi, rasa sakit, dan
konsumsi obat-obatan tertentu. Kaadaan stres juga dapat mempengaruhi sekresi
saliva5,7.
Stres merupakan suatu reaksi fisik dan psikis yang berupa perasaan tidak
nyaman, tidak menyenangkan, atau tertekan terhadap tuntutan dan tekanan yang
1

dihadapi8. Semua golongan usia dapat mengalami stres. Sumber stres dapat berasal
dari diri sendiri, keluarga, dan komunitas sosial. Penyebab utama stres dapat dibagi
menjadi 2 yakni external stressor dan internal stressor. External stressor berasal dari
luar seperti suhu lingkungan, tekanan dari pasangan dan perubahan dalam peran
keluarga. Internal stressor sendiri berasal dari dalam diri seseorang seperti kondisi
demam, rasa bersalah terhadap orang lain, rasa cemas terhadap pekerjaaan, dan
kehamilan atau menopause8,9.
Stres dapat menyebabkan penurunan sistem parasimpatik, akibatnya tidak ada
stimulasi dari asetikolin dan reseptor kolinergik pun tidak bisa berikatan seluruhnya 8.
Kerja saraf simpatis akan meningkat dan menyebabkan sekresi saliva yang kental dan
lengket. Hal tersebut dapat mempengaruhi laju alir saliva dan total protein dalam
saliva9,10.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Gomes N et al (2010), pada responden
yang sedang mengikuti kursus terjadi penurunan laju alir dan total protein saliva pada
saat sebelum dan setelah mengikuti kursus. Laju alir dan protein saliva menurun
secara signifikan11. Penelitian Nuaimy et al (2012) melaporkan bahwa terjadi
penurunan laju alir saliva dan peningkatan total protein pada saliva responden yang
sedang mengikuti ujian dan setelah mengikuti ujian, namun hasil yang didapat tidak
signifikan12.
Penelitian tentang stres terhadap laju alir dan total protein saliva sudah pernah
dilakukan namun hasil yang didapatkan berbeda. Penelitiannya pun jarang dilakukan
di Indonesia. Belum ada penelitian yang mengungkap hubungan antara stres terhadap
2

laju alir dan total protein saliva pada mahasiswa klinik kedokteran gigi. Mahasiswa
klinik dituntut memiliki banyak kemahiran baik dalam bidang pengetahuan teori,
kompetensi klinik, dan keterampilan dalam berhubungan dengan orang-orang
(interpersonal skill) dan kecemasan serta stres pun akan dialami dikarenakan tekanan
tersebut termasuk pada mahasiswa klinik PSKG Universitas Sriwijaya. Oleh karena
itu, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara stres dengan laju alir dan total
protein saliva pada mahasiswa klinik PSKG Universitas Sriwijaya.

1.2 Rumusan Masalah


Adakah hubungan stress dan laju alir saliva serta total protein pada mahasiswa
klinik PSKG Universitas Sriwijaya?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara stres dengan laju alir dan total protein
saliva pada mahasiswa klinik PSKG Universitas Sriwijaya.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui hubungan stres dan laju alir saliva.
2. Mengetahui hubungan stres dan total protein saliva.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi dan pengetahuan mengenai hubungan stres dengan
laju alir dan total protein saliva.
2. Memberikan informasi bahwa stres dapat berpengaruh terhadap laju alir dan
total protein dan resiko terjadinya penyakit rongga mulut pun akan meningkat.
3. Sebagai dasar bagi peneliti lain untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut.
3

Anda mungkin juga menyukai