Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut World Health Organization (WHO), lebih dari 10 juta balita


meninggal tiap tahun, diperkirakan 2,5 juta meninggal akibat penyakit yang
tidak dapat dicegah. Vaksin imunisasi sangat penting untuk mengurangi angka
kesakitan dan kematian. Penyakit infeksi yang datang sebagai pembunuh
utama anak anak yaitu ; campak, poliomielytis, difteri, pertusis (batuk
rejam), tetanus dan tuberculosis. Untuk memberantas penyakit ini maka sejak
tahun 1997, WHO telah memulai pelaksanaan program imunisasi sebagai
upaya global secara resmi yang Expended Program Of Imunitation (EPI) yang
dikenal di Indonesia sebagai Program Pengembangan Imunisasi

(PPI)

(Hadinegoro, 2004)
Sejak penetapan EPI oleh WHO, cakupan imunisasi dasar anak
meningkat dari 5% hingga mendekati 80% di seluruh dunia, sekurang
kuranngnya ada 2,7 juta kematian akibat campak, tetanus neonatorum dan
pertusis serta 200.000 kelumpuhan akibat polio yang dapat dicegah setiap
tahun. Vaksinasi terhadap 7 penyakit telah direkomendasikan EPI sebagai
Imunisasi rutin di negara berkembang yaitu : BCG, DPT, POLIO, CAMPAK,
dan HEPATITIS B (Ali, 2006)

Departemen Kesehatan RI (2004), menyebutkan imunisasi adalah suatu


usaha yang dilakukan dalam pemberian vaksin pada tubuh seseorang
sehingga dapat menimbulkan kekebalan terhadap penyakit tertentu. Program
imunisasi di Indonesia dimulai sejak abad ke 19 untuk membasmi penyakit
cacar di Pulau Jawa. Kasus cacar terakhir di Indonesia ditemukan pada tahun
1972 dan pada tahun 1974 Indonesia secara resmi dinyatakan Negara bebas
cacar. Tahun 1977 sampai dengan tahun 1980 mulai diperkenalkan imunisasi
BCG, DPT dan TT secara berturut-turut untuk memberikan kekebalan
terhadap penyakit-penyakit TBC anak, difteri, pertusis dan tetanus
neonatorum. Tahun 1981 dan 1982 berturut-turut mulai diperkenalkan antigen
polio dan campak yang dimulai di 55 buah kecamatan dan dikenal sebagai
kecamatan PPI (Depkes RI, 2000)
Status program yang demikian, pemerintah bertekad untuk mencapai
Universal Child Immunization (UCI) yaitu komitmen internasional dalam
rangka Child Survival pada akhir tahun 1990. Dengan penerapan strategi
mobilisasi sosial dan pengembangan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS),
UCI ditingkat nasional dapat dicapai pada akhir tahun 1990. Akhirnya lebih
dari 80% bayi di Indonesia mendapat imunisasi lengkap sebelum ulang
tahunnya yang pertama (Depkes RI, 2000)
UCI merupakan indikator penting dalam program imunisasi. Target
UCI tahun 2009 adalah >90% artinya target UCI tercapai bila minimal 90%
desa/kelurahan dikabupaten/kota telah memenuhi target imunisasi campak
sebagai imunisasi rutin terakhir.

Cakupan UCI tahun 2009 Provinsi Sumatera Selatan saat ini adalah
82,5% artinya masih sangat jauh dibanding target 90%. Apalagi tahun 2010 ini
target UCI harus 100% sesuai Kepmenkes nomor 741 tahun 2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal (SPM) kabupaten/kota (Dinkes. 2010: 3).
Penelitian Dwi Lestari pada tahun 2007, menunjukkan bahwa tingkat
ketepatan jadwal imunisasi dengan kategori baik, ditemukan sebagian besar
pada ibu yang berpendidikan formal menengah, berumur antara 20-30 thn,
pekerjaan Ibu Rumah Tangga, dan pada umumnya memiliki 2 orang anak.
Peran seorang ibu pada program imunisasi sangatlah penting karena
suatu pemahaman tentang program ini amat diperlukan untuk kalangan
tersebut. Pemahaman ibu atau pengetahuan ibu terhadap imunisasi sangat
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu (Ali ,2002)
Syahrul,Fariani.,(2002)

dalam

kesimpulan

penelitiannya

juga

mengemukakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahun ibu


dan keterpaparan informasi dengan status imunisasi,tingkat pengetahuan ibu
tentang imunisasi sebagian besar (73,0%) sudah baik. Namun demikian juga
masih didapat sebagian kecil (4%) yang tergolong kurang.
Menurut Noor,N.N (2000) menyebutkan berbagai variabel sangat erat
hubungannya dengan status sosio ekonomi sehingga merupakan karakteristik.
Status sosial ekonomi erat hubungannya dengan pendapatan keluarga (Noor,,
2000)

Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang


anak, karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang
primer maupun yang sekunder (Ali, 2002)
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2008, di
Indonesia cakupan imunisasi BCG sebesar 86,9%, imunisasi campak sebesar
81,6%, imunisasi Polio sebesar 71%, imunisasi DPT sebesar 67,7%, dan
imunisasi Hepatitis B sebesar 62,8%, sedangkan cakupan imunisasi lengkap
sebesar 46,2% (Depkes RI, 2008)
Menurut Survei Demografi kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, dewasa
ini angka kematian bayi di Indonesia 34/1000 kelahiran hidup, dan dilaporkan
bahwa sekitar 34.690 meninggal setiap tahun karena berbagai penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi (BKKBN Sumsel, 2007)
Pelaksanan program imunisasi dasar (BCG, DPT, Hepatitis B, Polio,
Campak) diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat termasuk usaha
swasta baik berbentuk organisasi, yayasan badan usaha maupun perorangan.
Unit pelaksana terdepan adalah puskesmas. Data imunisasi tahun 2010 hasil
cakupan imunisasi untuk Sumatera Selatan secara nasional 94,9% sedangkan
hasil dari Bidan Praktik Swasta Soraya tahun 2011 dimulai dari bulan januari
sampai bulan mei 2011 berjumlah 460 bayi yang diimunisasi.
Berdasarkan penelitian dan data yang diperoleh diatas penulis tertarik
untuk meneliti mengenai Hubungan Antara Pendapatan Keluarga dengan
Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi di Rumah Bersalin Citra
Palembang Tahun 2011.

B. Perumusan Masalah

Rendahnya Angka Cakupan Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi


460 orag (4,85%) daru Target yang telah ditetapkan di Rumah Bersalin Citra
Palembang tahun 2011.
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana data distribusi frekuensi tentang pemberian imunisasi dasar

pada bayi di Rumah Bersalin Citra Palembang tahun 2011.


2. Bagaimana data distribusi frekuensi tentang pendidikan ibu dengan status

pemberian imunisasi dasar pada bayi di Rumah Bersalin Citra Palembang


2011.
3. Bagaimana data distribusi frekuensi tentang pengetahuan ibu dengan

pemberian imunisasi dasar pada bayi di Rumah Bersalin Citra Palembang


2011.
4. Bagaimana data distribusi frekuensi tentang pendapatan keluarga

ibu

dengan pemberian imunisasi dasar di Rumah Bersalin Citra Palembang


2011.
5. Bagaimana hubungan antara pendidikan ibu dengan pemberian imunisasi

dasar pada bayi di Rumah Bersalin Citra Palembang 2011.


6. Bagaimana hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi

dasar pada bayi di Rumah Bersalin Citra Palembang 2011.


7. Bagaimana hubungan antara pendapatan keluarga ibu dengan pemberian

imunisasi dasar pada bayi di Rumah Bersalin Citra Palembang 2011.

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Untuk Mengetahui Hubungan Antara Pendidikan, Pengetahuan,
dan Pendapatan Keluarga Ibu dengan Pemberian Imunisasi Dasar Pada
Bayi di Rumah Bersalin Citra Palembang 2011.
2. Tujuan Khusus
a. Mendapatkan data distribusi frekuensi tentang pemberian imunisasi
dasar pada bayi di Rumah Bersalin Citra Palembang tahun 2011.
b. Mendapatkan data distribusi frekuensi tentang pendidikan ibu dengan
pemberian imunisasi dasar pada bayi di Rumah Bersalin Citra
Palembang tahun 2011.
c. Mendapatkan data distribusi frekuensi tentang pengetahuan ibu dengan
pemberian imunisasi dasar pada bayi di Rumah Bersalin Citra
Palembang tahun 2011.
d. Mendapatkan data distribusi frekuensi tentang pendapatan keluarga ibu
dengan pemberian imunisasi di Rumah Bersalin Citra Palembang
2011.
e. Mendapatkan data tentang hubungan antara Pendidikan Ibu dengan
Pemberian Imunisasi dasar

pada bayi di Rumah Bersalin Citra

Palembang Tahun 2011.


f. Mendapatkan data tentang hubungan antara pengetahuan Ibu dengan
pemberian imunisasi dasar pada bayi di Rumah Bersalin Citra
Palembang Tahun 2011.

g. Mendapatkan data tentang hubungan antara pendapatan keluarga Ibu


dengan pemberian imunisasi dasar pada bayi di Rumah Bersalin Citra
Palembang Tahun 2011.

E. Manfaat Penelitian

1. Untuk Masyarakat
a. Hasil penelitian ini akan dapat digunakan sebagai masukan dalam
meningkatkan upaya pemberian imunisasi dasar pada bayi.
b. Akan memberi masukan penyebab tidak memberikan imunisasi
sehingga dapat mengantipasi masalah dan komplikasi yang akan
terjadi.
2. Untuk Mahasiswa
a. Akan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penelitian
serta sebagai bahan untuk penerapan ilmu yang telah diperoleh selama
kuliah khususnya mata kuliah Metodologi Penelitian.
b. Akan dapat menambah wawasan dibidang Ilmu Kebidanan dalam
praktek sehari-hari yaitu menerapkan asuhan kebidanan khususnya
terhadap pemberian imunisasi.
3. Bagi Institusi
a. Akan dapat menambah wawasan dan pengalaman bagi mahasiswa
akademi Kebidanan tentang pemberian imunisasi dasar pada bayi anak
secara tepat.

b. Akan dapat digunakan seagai dasar bagi peneliti lanjut untuk


melakukan penelitian selanjutnya daam hal yang terkait dengan
penelitian ini.
c. Akan dapat menambah referensi bacaan diperpustakaan
d. Akan dapat membagi

informasi perkembangan ilmu kebidanan

khusunya pemberian imunisasi dasar pada bayi.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian akan dilakukan pada tanggal Mei Juli 2011 di Rumah


Bersalin Citra Palembang Tahun 2011.

BAB II
TINJAUN PUSTAKA

A. Pemberian Imunisasi Dasar


1. Definisi Imunisasi
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak terpapar
pada antigen serupa, tidak terjadi penyakit. Imunisasi merupakan cara
yang termudah, teraman dan terbaik untuk mencegah anak terjangkit
penyakit yang berbahaya dan mengancam jiwanya (Ranuh, 2008)
Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja
memasukkan antigen lemah agar merasngsang antibodi keluar sehingga
tubuh dapat resisten terhadap penyakit tertentu. Sistem imun tubuh
mempunyai suatu sistem memori (daya ingat), ketika vaksin masuk ke
dalam tubuh, maka akan dibentuk antibodi untuk melawan vaksin tersebut
dan sistem memori akan menyimpannya sebagai suatu pengalaman. Jika
nantinya tubuh terpapar dua atau tiga kali oleh antingen yang sama dengan
vaksin maka antibodi akan tercipta lebih cepat dan banyak walaupun
antigen bersifat lebih kuat dari vaksin yang pernah dihadapi sebelumnya.
Oleh karena itu imunisasi efektif mencegah penyakit infeksi ( Proverawati,
2010)

10

2. Perkembangan Program Imunisasi di Indonesia


Dalam catatan internasional, pada akhir tahun 1990-an, Indonesia
memiliki reputasi pencapaian program imunisasi yang mengesankan,
berkat sistem pelayanan yang efektif seperti posyandu, pencacatan
pelaporan, dan sistem distribusi vaksin ke daerah-daerah. Pemerintah
secara nasional melakukan kontrol terhadap pelaksanaan imunisasi.
Namun sejak dimulainya desentralisasi tampak adanya gambaran
penurunan dibeberapa daerah, terutama bagi daerah atau wilayah sulit
komunikasi dan transportasi diluar jawa. Daerah ini umumnya kesulitan
dana operasional, seperti membawa vaksin dari kabupaten ke desa-desa,
membiayai juru imunisasi desa dan penyimpanan vaksin . Pada tahun 1984,
cakupan imunisasi lengkap secara nasional baru mencapai 4%. Dengan
strategi akselerasi, cakupan imunisasi dapat ditingkatkan menjadi 73% pada
akhir tahun 1989. Strategi ini terutama ditujukan untuk memperkuat
infrastruktur dan kemampuan manajemen program. Dengan bantuan donor
internasional (antara lain WHO, UNICEF, USAID) program berupaya
mendistribusikan seluruh kebutuhan vaksin dan peralatan rantai dinginnya
serta melatih tenaga vaksinator dan pengelola rantai dingin . Pada akhir tahun
1989, sebanyak 96% dari semua kecamatan di tanah air memberikan
pelayanan imunisasi dasar secara teratur (Depkes RI, 2000)

11

3. Beberapa Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi


Imunisasi adalah Upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan
kekebalan (imunitas) pada bayi atau anak sehingga terhindar dari penyakit.
Imunisasi juga merupakan upaya pencegahan primer yang sangat efektif
untuk menghindari terjangkitnya penyakit infeksi. Dengan demikian,
angka kejadian penyakit infeksi akan menurun, kecacatan serta kematian
yang ditimbulkannya pun akan berkurang (Depkes RI, 2000)
Program imunisasi menurut Depkes, RI (2005) dilaksanakan dengan
baik melalui program rutin maupun program tambahan untuk PenyakitPenyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) seperti :
a. Tuberkulosis
Tuberkulosis (TBC) adalah suatu penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Penyakit
TBC ini dapat menyerang semua golongan umur dan diperkirakan
terdapat 8 juta penduduk dunia diserang TB dengan kematian 3 juta
orang per tahun. Di negara-negara berkembang kematian ini merupakan
25% dari kematian penyakit yang sebenarnya dapat diadakan
pencegahan. Diperkirakan 95% penderita TBC berada di Negara
berkembang.

12

b. Difteri
Difteri merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Corynebacterium diphtheriae merangsang saluran pernafasan terutama
terjadi pada balita. Penyakit difteri mempunyai kasus kefatalan yang
tinggi. Pada penduduk yang belum divaksinasi ternyata anak yang
berumur 1-5 tahun paling banyak diserang karena kekebalan antibodi )
yang diperolah dari ibunya hanya berumur satu tahun.
c. Pertusis
Pertusis atau batuk rejan adalah penyakit infeksi akut yang
disebabkan oleh Bordotella pertusis pada saluran pernafasan. Penyakit
ini merupakan penyakit yang cukup serius pada bayi usia dini dan tidak
jarang menimbulkan kamatian. Seperti halnya penyakit infeksi saluran
pernafasan akut lainnya, pertusis sangat mudah dan cepat penularannya.
Penyakit ini dapat merupakan salah satu penyebab tingginya angka
kesakitan terutama di daerah yang padat penduduk.
d. Tetanus
Penyakit tetanus merupakan penyakit yang disebabkan oleh kuman
bakteri Clostridium tetani. Kejadian tetanus jarang dijumpai di negara
yang telah berkembang tetapi masih banyak terdapat di negara yang
sedang berkembang, terutama dengan masih seringnya kejadian tetanus
pada bayi baru lahir (tetanus neonatorum). Penyakit terjadi karena
kuman Clostridium tetani memasuki tubuh bayi lahir melalui tali pusat
yang kurang terawat.

13

Kejadian seperti ini sering kali ditemukan pada persalinan yang


dilakukan oleh dukun kampong akibat memotong tali pusat memakai
pisau atau sebilah bambu yang tidak steril. Tali pusat mungkin pula
dirawat dengan berbagai ramuan, abu, daun-daunan dan sebagainya.
Oleh karena itu, untuk mencegah kejadian tetanus neonatorum ini
adalah dengan pemberian imunisasi.
e. Poliomielitis
Polio adalah penyakit yang disebabkan oleh virus polio.
Berdasarkan hasil surveilans AFP (Acute Flaccide Paralysis) dan
pemeriksaan laboratorium, penyakit ini sejak tahun 1995 tidak
ditemukan di Indonesia. Namun kasus AFP ini dalam beberapa tahun
terkahir kembali ditemukan di beberapa daerah di Indonesia.
f. Campak
Penyakit campak ( Measles ) merupakan penyakit yang disebabkan
oleh virus campak, dan termasuk penyakit akut dan sangat menular,
menyerang hampir semua anak kecil. Penyebabnya virus dan menular
melalui saluran pernafasan yang keluar saat penderita bernafas, batuk
dan bersin (droplet). Penyakit ini pada umumnya sangat dikenal oleh
masyarakat terutama para ibu rumah tangga. Dibeberapa daerah
penyakit ini dikaitkan dengan nasib yang harus dialamai oleh semua
anak, sedangkan di daerah lain dikaitkan dengan pertumbuhan anak.

14

g. Hepatitis B
Penyakit hepatitis merupakan penyakit menular yang disebabkan
oleh virus hepatitis B. Penyakit ini masih merupakan satu masalah
kesehatan di Indonesia karena prevalensinya cukup tinggi. Prioritas
pencegahan terhadap penyakit ini yaitu melalui pemberian imunisasi
hepatitis pada bayi dan anak-anak. Hal ini dimaksudkan agar mereka
terlindungi dari penularan hepatitis B sedini mungkin dalam hidupnya.
Dengan demikian integrasi imunisasi Hepatitis B ke dalam imunisasi
dasar pada kelompok bayi dan anak-anak merupakan langkah yang
sangat diperlukan.

4. Tujuan Pelaksanaan Imunisasi


Menurut Depkes RI (2001), tujuan pemberian imunisasi adalah untuk
mencegah penyakit dan kematian bayi dan anak-anak yang disebabkan
oleh wabah yang sering muncul. Pemerintah Indonesia sangat mendorong
pelaksanaan program imunisasi sebagai cara untuk menurunkan angka
kesakitan, kematian pada bayi, balita/ anak-anak pra sekolah. Untuk
tercapainya program tersebut perlu adanya pemantauan yang dilakukan
oleh semua petugas baik pimpinan program, supervisor dan petugas
imunisasi vaksinasi. Tujuan pemantauan menurut Azwar (2003) adalah
untuk mengetahui sampai dimana keberhasilan kerja, mengetahui
permasalahan yang ada.

15

Hal ini perlu dilakukan untuk memperbaiki program. Hal-hal yang


perlu dilakukan pemantau ( dimonitor) sebagaimana disebutkan sebagai
berikut : Pemantauan ringan adalah memantau hal-hal sebagai berikut
apakah pelaksanaan pemantauan sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan, apakah vaksin cukup tersedia, pengecekan lemari es normal,
hasil imunisasi dibandingkan dengan sasaran yang telah ditetapkan,
peralatan yang cukup untuk penyuntikan yang aman dan sterl, apakah
diantara 6 penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dijumpai dalam
seminggu.
Cara memantau cakupan imunisasi dapat dilakukan melalui
cakupan dari bulan ke bulan dibandingkan dengan garis target, dapat
digambarkan masing-masing desa. Untuk mengetahui keberhasilan
program dapat dengan melihat seperti, bila garis pencapaian dalam 1 tahun
terlihat antara 75-100% dari target, berarti program sangat berhasil. Bila
garis pencapaian dalam 1 tahun terlihat antara 50-75% dari target, berarti
prgram cukup berhasil dan bila garis pencapaian dalam 1 tahun dibawah
50% dari target berabrti program belum berhasil. Bila garis pencapaian
dalam 1 tahun terlihat dibawah 25% dari target berarti program sama
sekali tidak berhasil. Untuk tingkat kabupaten dan provinsi, maka
penilaian diarahkan pada penduduk tiap kecamatan dan kabupaten.
Disamping itu, pada kedua tingkat ini perlu mempertimbangkan pula
memonotoring evaluasi pemakaian vaksin (Notoatmodjo, 2003)

16

5. Jadwal Pemberian Imunisasi


Menurut Depkes RI (2005) jadwal pemberian imunisasi dasar pada bayi
yaitu:
a. Vaksinasi BCG
Vaksinasi BCG diberikan pada bayi umur 0-12 bulan secara
suntikan intrakutan dengan dosis 0,05 ml. Vaksinasi BCG dinyatakan
berhasil apabila terjadi tuberkulin konversi pada tempat suntikan. Ada
tidaknya tuberkulin konversi tergantung pada potensi vaksin dan dosis
yang tepat serta cara penyuntikan yang benar. Kelebihan dosis dan
suntikan yang terlalu dsalam akan menyebabkan terjadinya abses
ditempat suntikan. Untuk menjaga potensinya, vaksin BCG harus
disimpan pada suhu 20 C.
b. Vaksinasi DPT
Kekebalan terhadap penyakit difteri, pertusis dan tetanus adalah
dengan pemberian vaksin yang terdiri dari toksoid difteri dan toksoid
tetanus yang telah dimurnikan ditambah dengan bakteri bortella pertusis
yang telah dimatikan. Dosis penyuntikan 0,5 ml diberikan secara
subkutan atau intramuscular pada bayi yang berumur 2-12 bulan
sebanyak 3 kali dengan interval 4 minggu. Reaksi spesifik yang timbul
setelah penyuntikan tidak ada. Gejala biasanya demam ringan dan
reaksi lokal tempat penyuntikan. Bila ada reaksi yang berlebihan seperti
suhu yang terlalu tinggi, kejang, kesadaran menurun, menangis yang

17

berkepanjangan lebih dari 3 jam, hendaknya pemberian vaksin DPT


diganti dengan DT.
c. Vaksinasi Polio
Untuk kekebalan terhadap polio diberikan 2 tetes vaksin polio oral
yang mengandung viruis polio yang mengandung virus polio tipe 1, 2
dan 3 dari Sabin. Vaksin yang diberikan melalui mulut pada bayi umur
2-12 bulan sebanyak 4 kali dengan jarak waktu pemberian 4 minggu.
d. Vaksinasi Campak
Vaksin yang diberikan berisi virus campak yang sudah dilemahkan
dan dalam bentuk bubuk kering atau freezeried yang harus dilarutkan
dengan bahan pelarut yang telah tersedia sebelum digunakan. Suntikan
ini diberikan secara subkutan dengan dosis 0,5 ml pada anak umur 9-12
bulan. Di negara berkembang imunisasi campak dianjurkan diberikan
lebih awal dengan maksud memberikan kekebalan sedini mungkin,
sebelum terkena infeksi virus campak secara alami. Pemberian
im\unisasi lebih awal rupanya terbentur oleh adanya zat anti kebal
bawaan yang berasal dari ibu (maternal antibodi), ternyata dapat
menghambat terbentuknya zat kebal campak dalam tubuh anak,
sehingga imunisasi ulangan masih diberikan 4-6 bulan kemudian. Maka
untuk Indonesia vaksin campak diberikan mulai berumur 9 bulan.

18

e. Imunisasi Hepatitis B
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya
penyakit hepatitis yang kendungannya adalah HbsAg dalam bentuk cair.
Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis tiga kali. Waktu pemberian
imunisasi hepatitis B pada umur 0-11 bulan. Cara pemberian imunisasi ini
adalah intramuskular (Hidayat, 2005).

Tabel 2.1
Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar Anak
Umur (bulan)
Jenis
Lahir
1
2
3
4
5
6
9
10
Imunisasi Program Pengembangan Imunisasi (PPI),
diwajibkan
BCG
BCG
Hepatitis Hepatitis B1
B
Hepatitis B2
Hepatitis
B3
DPT
DPT1
DPT2
DPT3
Polio
Polio 1
Polio 2
Polio 3
Polio 4
Campak
Campak
Sumber : Depkes RI, 2000

19

6. Manfaat dan Efek Samping Imunisasi


Imunisasi

mempunyai

manfaat

untuk

memberi

perlindungan

menyeluruh terhadap penyakit-penyakit yang berbahaya dan sering terjadi


pada tahun-tahun awal kehidupan seorang anak. Walaupun pengalaman
sewaktu mendapatkan vaksinasi tidak menyenangkan untuk bayi (karena
biasanya disuntik), tapi rasa sakit yang sementara akibat suntikan ini demi
untuk kesehatan anak dalam jangka waktu panjang (Aminah, 2009)
Imunisasi pada umumnya melindungi dan mencegah terhadap
penyakit-penyakit menular yang sangat berbahaya bagi bayi dan anak.
Jenis-jenis penyakit yang dapat dicegah melalui imunisasi, yang
diwajibkan ada 6 macam penyakit: tuberkolosis (TBC), difteri, pertusis
(batuk rejan atau batuk 100 hari), tetanus, poliomielitis, campak dan
hepattis B sedangkan imunisasi yang dianjurkan seperti penyakit radang
hati (hepatitis), penyakit gondongn (mums), penyakit campak jerman
(rubella), penyakit tifes paratifes, penyakit kolera (Aminah, 2009)
Vaksin sebagai suatu produk biologis dapat memberikan efek
samping yang tidak diperkirakan sebelumnya dan tidak selalu sama
reaksinya antara penerima yang satu dengan penerima lainnya. Efek
samping imunisasi yang dikenal sebagai Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
(KIPI) atau Adverse Events Following Immunization (AEFI) adalah suatu
kejadian sakit yang terjadi setelah menerima imunisasi yang diduga
berhubungan dengan imunisasi.

20

Penyebab kejadian ikutan pasca imunisasi terbagi atas empat macam,


yaitu kesalahan program/tehnik pelaksanaan imunisasi, induksi vaksin,
faktor kebetulan dan penyebab tidak diketahui. Gejala klinis KIPI dapat
dibagi menjadi dua yaitu gejala lokal dan sistemik. Gejala lokal seperti
nyeri, kemerahan, nodelle/ pembengkakan dan indurasi pada lokasi
suntikan. Gejala sistemik antara lain panas, gejala gangguan pencernaan,
lemas, rewel dan menangis yang berkepanjangan (Depkes, 2000)

B. Pendidikan
Pendidikan adalah Manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupanya yang
dapat digunakan untuk mendapatkan informasi sehingga dapat meningkatkan
kualitas hidup semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin mudah
menerima informasi (Hidayat 2005)
Pendidikan secara umum adalah Segala upaya yang direncanakan untuk
mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok / masyarakat sehingga
mereka

melakukan

apa

yang

diharapkan

oleh

pelaku

pendidikan

(Notoadmojo, 2003)
Pendidikan seseorang merupakan salah satu proses perubahan tingkah
laku, semakin tinggi pendidikan seseorang maka dalam memilih tempattempat pelayanan kesehatan semakin diperhitungkan. Peran seorang ibu pada
program imunisasi sangatlah penting. Karenanya suatu pemahaman tentang
program ini amat diperlukan untuk kalangan tersebut. Pemahaman ibu atau

21

pengetahuan ibu terhadap imunisasi sangat dipengaruhi oeleh tingkat


pendidikan ibu (Ali, 2002)

C. Pengetahuan
Pengetahuan ( knowledge ) adalah merupakan hasil ukur tahu dan
ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007)
Menurut Notoadmodjo (2007), tingkat pengetahuan di dalam domain
kognitif terdiri dari 6 tingkatan :
a) Tahu (know)
Pengetahuan di artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
di pelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (Recall) terhadap yng spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, pleh sebab itu
tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja
untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara
lain, menyebutkan menguraikan mendefenisikan, menyatakan, dan
sebagainya.
b) Memahami (Comprehension)
Memahami di artikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat di interpretasikan
materi tersebut secara benar. Orang telah paham terhadap objek atau

22

materi harus dapat menjelaskan, menyimpulkan, meramalkan, dan


sebagainya.
c) Aplikasi
Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah di pelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum
hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya. Dalam konteks atau
kondisi yang lain.
d) Analisis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen komponen, tetapi masih di dalam
suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitanya satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat di lihat dari penggunaan kata kerja
seperti : pengelompokan, membedakan, dan sebagainya.
e) Sintesis
Syntesis

adalah

suatu

kemampuan

meletakkan

atau

menghubungkan bagian bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan


yang baru. Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
formulasi yang ada misal : dapat menyusun, dapat merencanakan,
dapat meringkas, dapat menyusaikan, dan sebagainya, terhadap suatu
teori atau rumusan rumusan yang telah ada.

23

f)

Evaluasi ( Evaluation )
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian
penilaian itu bedasarkan suatu kriteria yang telah anda, misal : pemberian
imunisasi dasar pada bayi.
Pengukuran Pengetahuan menurut Notoatmodjo, (2005) adalah
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
pertanyaan tertulis (angket), yang menanyakan tentang isi materi yang
akan menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subyek
penelitian atau responden ke dalam pengetahuan yang ingin kita ukur
atau kita ketahui dan dapat disesuaikan dengan tingkatan tingkatannya.
Adapun pertanyaan yang dapat digunakann untuk pengukuran
pengetahuan secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua jenis,
yaitu: pertnyaan subyektif, misalnya jenis pertanyaan essay; pertanyaan
obyektif, misalnya pertanyaan pilihan ganda (multiple choice), betulsalah atau pertanyaan menjodohkan. Untuk setiap item pertanyaan dalam
kuesioner pengetahuan, jika dijawab dengan benar diberi nilai 1,
sedangkan untuk pertanyaan yang dijawab salah satu kosong (tidak
dijawab) akan diberi nilai 0.
Tingkat analisa data yang digunakan adalah

dengan cara

perhitungan persentase. Aspek pengetahuan yang dinilai menggunakan


rumus sebagai berikut:

24

P = a/b x 100%
Keterangan
P = Persentase jawaban yang benar
a = Jumlah pertanyaan yang dijawab benar
b = Jumlah semua pertanyaan
Kemudian dilakukan pengkatagorian yaitu:
1.

Tinggi

: Apabila pertanyaan dijawab benar oleh responden > 75%

2.

Rendah

: Apabila pertanyaan dijawab benar oleh responden < 75%

D. Pendapatan keluarga
Pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh seseorang dari
aktivitasnya, kebanyakan dari penjualan produk barang atau jasa kepada
pelanggan (Garnida, 2005)
Berdasarkan

surat

Keputusan

Gubernur

Sumsel

No.

578/KPTS/Disnaker/2006 tanggal 31 November 2006 tentang Upah


Minimum Propinsi (UMP) Sumsel tahun 2007, UMP tenaga kerja Sumsel
adalah sebesar Rp 723.000 perbulan.
Selanjutnya Depkes RI (2000) menyebutkan komponen pendukung ibu
melakukan imunisasi dasar pada bayi antara lain kemampuan individu
menggunakan pelayanan kesehatan yang diperkirakan berdasarkan pada
faktor pendidikan, pengetahuan, sumber pendapatan atau penghasilan
(Depkes RI, 2000)

25

E.

Hubunngan antara Pendidikan Ibu dengan Pemberian Imunisasi


Dasar pada Bayi
Berdasarkan penelitian Idwar (2001) juga disimpulkan bahwa semakin
tinggi tingkat pendidikan seorang ibu maka makin besar peluang untuk
mengimunisasikan bayinya yaitu 2,215 kali untuk pendidikan tamat SLTA/ke
atas dan 0,961 kali untuk pendidikan tamat SLTP/sederajat. Ibu yang
berpendidikan mempunyai pengertian lebih baik tentang pencegahan penyakit
dan kesadaran lebih tinggi terhadap masalah-masalah kesehatan yang sedikit
banyak telah diajarkan di sekolah.
Cahyono,K.D.,(2003)

dalam

kesimpulan

penelitiannya

juga

menyatakan ibu-ibu yang tahu tentang imunisasi tertinggi pada ibu yang
tamat SLTA yaitu 80,7% dan secara statistik menunjukkan ada perbedaan
yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan ibu tentang
imunisasi.
Adapun menurut penelitian lain mengatakan bahwa pendidikan memilih
pengaruh besar terhadap sikap dan berpengaruh positif terhadap pola pikir
seseorang, dengan berpendidikan tinggi seseorang memiliki pengaruh positif
dalam bersikap, dan mempengaruhi perkembangan jiwa seseorang, semakin
tinggi pendidikan seseorang maka semakin baik wawasan dan cara berpikir
seseorang dalam bersikap dan bertindak (Siswandoyo, 2002)

26

F.

Hubungan antara Pengetahuan Ibu dengan Pemberian Imunisasi


Dasar pada Bayi
Tanggung jawab keluarga terutama para ibu terhadap imunisasi bayi/
balita sangat memegang peranan penting sehingga akan diperoleh suatu
manfaat terhadap keberhasilan imunisasi serta peningkatan kesehatan anak.
Pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh komponen-komponen
pendorong yang menggambarkan faktor-faktor individu secara tidak langsung
berhubungan dengan penggunaan pelayanan kesehatan yang mencakup
beberapa faktor, terutama faktor pengetahuan ibu tentang kelengkapan status
imunisasi dasar bayi atau anak. Komponen pendukung antara lain
kemampuan individu menggunakan pelayanan kesehatan yang diperkirakan
berdasarkan pada faktor pendidikan, pengetahuan, sumber pendapatan atau
penghasilan ( Depkes RI, 2000 )
Peningkatan cakupan imunisasi melalui pendidikan orang tua telah
menjadi strategi populer di berbagai negara. Strategi ini berasumsi bahwa
anak-anak tidak akan diimunisasi secara benar disebabkan orang tua tidak
mendapat penjelasan yang baik atau karena memiliki sikap yang buruk
tentang imunisasi. Program imunisasi dapat berhasil jika ada usaha yang
sungguh-sungguh dan berkesinambungan pada orang- orang yang memiliki
pengetahuan dan komitmen yang tinggi terhadap imunisasi. Jika suatu
program intervensi preventif seperti imunisasi ingin dijalankan secara serius
dalam menjawab perubahan pola penyakit dan persoalan pada anak dan

27

remaja, maka perbaikan dalam evaluasi perilaku kesehatan masyarakat dan


peningkatan pengetahuan sangat diperlukan (Ali, 2002)
Berdasarkan hasil penelitian Cahyono,K.D (2003) memberikan
gambaran bahwa anak mempunyai kesempatan lebih besar untuk tidak
diimunisasi lengkap bagi yang ibunya tinggal di pedesaan, berpendidikan
rendah, kurang pengetahuan, tidak memiliki KMS (Kartu Menuju Sehat),
tidak punya akses ke media massa (surat kabar/majalah, radio, TV), dan
ayahnya berpendidikan SD ke bawah. Semakin banyak jumlah anak, semakin
besar kemungkinan seorang ibu tidak mengimunisasikan anaknya dengan
lengkap. Selanjutnya Cahyono,K.D (2003) dalam kesimpulan penelitiannya
juga menyatakan ibu-ibu yang tahu tentang imunisasi tertinggi pada ibu yang
tamat SLTA yaitu 80,7% dan secara statistik menunjukkan ada perbedaan
yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan ibu tentang
imunisasi.
Syahrul,Fariani.,dkk (2002) dalam kesimpulan penelitiannya juga
mengemukakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahun ibu
dan keterpaparan informasi dengan status imunisasi,tingkat pengetahuan ibu
tentang imunisasi sebagian besar (73,0%) sudah baik Namun demikian juga
masih didapat sebagian kecil (4%) yang tergolong kurang.

28

G.

Hubungan antara Pendapatan Keluarga dengan Pemberian Imunisasi


Dasar pada Bayi
Sumardidan Dieter Evers dalam Khalimah (2007), pendapatan yaitu seluruh
penerimaan baik berupa uang maupun barang dari pihak lain maupun dari hasil
sendiri. Jadi yang dimaksud pendapatan adalah suatu tingkat penghasilan yang
diperoleh dari pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan dari orang tua dan
anggota keluarga lainnya.
Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak,
karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer
maupun yang sekunder termasuk dalam pemberian imunisasi pada anaknya.

Terdapatnya penyebaran masalah kesehatan yang berbeda berdasarkan


status sosialekonomi pada umumnya dipengaruhi oleh 2 (dua) hal, yaitu :a).
Karena terdapatnyaperbedaan kemampuan ekonomis dalam mencegah
penyakit atau mendapatkan pelayanankesehatan, b). Karena terdapatnya
perbedaan sikap hidup dan perilaku hidup yangdimiliki.Status sosio ekonomi
erat hubungannya dengan pekerjaan/jenisnya, pendapatankeluarga, daerah
tempat tinggal/geografis, kebiasaan hidup dan lain sebagainya
Menurut Depkes RI (2000) menyebutkan komponen pendukung ibu melakukan
imunisasi dasar pada bayi antara lain kemampuan individu menggunakan
pelayanan kesehatan yang diperkirakan berdasarkan pada faktor pendidikan,
pengeta huan, sumber pendapatan atau penghasilan.

29

BAB III
KERANGKA KONSEP OPERASIONAL , DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep
Menurut Notoadmojo (2010: 38) Kerangka konsep dalam suatu
penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara
konsep satu terhadap konsep lainnya atau antara variabel satu dengan variabel
yang lain dari masalah yang ingin diteliti. Dan dari tinjauan pustaka tampak
bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian imunisasi dasar
pada bayi, cukup bervariasi berdasarkan berbagai riset yang dilakukan
ditempat atau situasi yang berbeda-beda. Dalam penelitian ini peneliti ingin
meneliti mengenai hubunugan antara pendidikan, pengetahuan, pendapatan
ibu tentang pemberian imunisasi dasar pada bayi di Rumah Bersalin Citra
Palembang tahun 2011 adalah sebagai berikut.
Bagan 3.1 Kerangka konsep
Variabel Independen

Variabel Dependen

Pendidikan
Pemberian Imunisasi
Dasar pada Bayi

Pengetahuan
Pendapatan

29

30

B. Definisi Operasional
N
O
1

Variabel
Pemberian
Imunisasi
Dasar

Pendidikan

Pengetahuan

Pendapatan

Definisi Operasional

Cara Ukur

Suatu tindakan
untuk memberikan
kekebalan dengan
cara memasukkan
vaksin ke dalam
tubuh manuasia
(Ranuh, 2008)

Wawancara

Pendidikan
seseorang ibu
merupakan salah
satu proses
perubahan tingkah
laku, semakin tinggi
pendidikan
seseorang ibu maka
dalam memilih
tempat-tempat
pelayanan kesehatan
semakin
diperhitungkan.
( Hidayat, 2005)

Wawancara

hasil ukur tahu


dan ini terjadi
setelah orang
melakukan
penginderaan
terhadap suatu objek
tertentu.
Pengetahuan atau
kognitif merupakan
domain yang sangat
penting untuk
terbentuknya
tindakan seseorang.
( Notoatmodjo,
20007)
Jumlah uang yang
diterima oleh
seseorang dari
aktivitasny,
kebanyakan dari
penjualan produk
atau jasa kepada
pelanggan
(Garnida,2005)

Wawancara

Alat Ukur
kuesioner

Kuesioner

Hasil Ukur
1.

Baik (imunisasi
diberikan lengkap)

2.

Tidak baik (Imunisasi


dasar diberikan tidak
lengkap)

1.

Rendah: (< SMA)

2.

Tinggi : (> SMA)

Skala
Ukur
Ordinal

Ordinal

(Idwar, 2001)

Wawancara

Kuesioner

Kuesioner

1.

Tingg:Apabila
pertanyaan dijawab
bena roleh responden
> 75%

2.

Rendah: Apabila
pertanyaan dijawab
benar oleh responden
< 75% (Notoatmodjo,
2005)

1.

Tinggi: Jika
pendapan > Rp
723.000

2.

Rendah: Jika
pendapatan <
Rp 723.00
(Garnida,2005)

Ordinal

Ordinal

31

C. Hipotesis
1.

Ho = Tidak ada hubungan antara pendidikan ibu tentang pemberian


imunisasi dasar pada bayi di Rumah Bersalin Citra Palembang
tahun 2011.
Ha = Ada hubungan antara pendidikan

ibu tentang pemberian

imunisasi dasar pada bayi di Rumah Bersalin Citra Palembang


tahun 2011.
2.

Ho = Tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang pemberian


imunisasi

dasar pada bayi di Rumah Bersalin Citra Palembang

tahun 2011.
Ha = Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian
imunisasi dasar pada bayi di Rumah Bersalin Citra Palembang
tahun 2011.
3.

Ho = Tidak ada hubungan antara pendapatan ibu tentang pemberian


imunisasi dasar pada bayi di Rumah Bersalin Citra Palembang
tahun 2011.
Ha =

Ada hubungan antara pendapatan ibu tentang pemberian


imunisasi pada dasar pada bayi di Rumah Bersalin Citra
Palembang tahun 2011.

32

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Menurut jenisnya penelitan ini merupakan penelitian kuantitatif.
Berdasarkan sumber pengambilanya menggunakan data primer yang
merupakan data yang diperoleh lanngsung dari subjek melalui wawancara
dalam bentuk kuesioner. Desain yang akan digunakan dengan menggunakan
pendekatan Cross Sectional dimana objek penelitiannya diukur secara
bersamaan. Pada penelitian ini akan dicari hubungan antara pendidikan,
pendapatan, dan pengetahuan ibu tentang pemberian imunisasi dasar pada bayi
di Rumah Bersalin Citra Palembang tahun 2011.

B. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi
Populasi penelitan adalah keseluruhan objek penelitan atau objek
yang diteliti (Notoatmodjo, 2002). Populasi yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah seluruh ibu yang datang untuk melakukan
pemberian imunisasi dasar pada bayinya di Rumah Bersalin Citra
Palembang tahun 2011 dari bulan januari sampai mei berjumlah 460 bayi
yang diimunisasi dan rata-rata populasinya perbulan adalah 92 bayi yang
diimunisasi.

32

33

2. Sampel
Sampel dalam penelitan adalah sub unit dalam populasi survei atau
populasi survei itu sendiri yang oleh peneliti dipandang dapat mewakili
populasi target (Darwis, 2003). Sampel yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah seluruh ibu yang datang untuk melakukan
pemberian imunisasi dasar pada bayi di Rumah Bersalin Citra Palembang
tahun 2011 yang diambil secara Non Random Sampling dengan teknik
Accidental Sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan dengan
cara mengambil responden secara kebetulan.
Besarnya sampel pada penelitian ini adalah X orang. Menurut
Notoadmojo, (2005) perkiraan besarnya sampel dapat dihitung dengan
rumus :
perkiraan besarnya sampel dapat dihitung dengan rumus :
N
n=
1 + N (d2)
Keterangan :
n

= Besarnya Sampel

= Besarnya Populasi

= Tingkat Ketepatan / kepercayaan yang diingankan (0.1)

92

34

n =
1 + 92 ( 0,1)
92
n =
1 + 92 ( 0.01)
92
n =
1,92
n =

48

Maka, didapat jumlah sampel penelitian sebanyak 48 orang.

C. Tempat Penelitian
Tempat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah di Rumah
Bersalin Citra Palembang tahun 2011

D. Waktu Penelitian
Kegiatan
PengajuanJudul
Pembuatan Proposal
Seminar Proposal
Perbaikan Proposal
Pengolahan Data
Seminar KTI

E.

Etika Penelitian

April
Mei
1 2 3 4 1 2 3 4

Juni
1 2 3 4 1

Juli
2 3 4

35

Penelitian ini akan dilakukan dengan perizinan dari Akademi Kebidanan


Aisyiyah Palembang dan Rumah Bersalin Citra Palembang sebagai tempat
yang akan dijadikan lokasi penelitian.

F. Teknik Pengumpulan Data


1. Sumber Data
a. Data Primer
Data Primer merupakan data yang akan diperoleh langsung dari
subjek melalui wawancara dalam bentuk pengisian kuesioner.
b. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang akan diperoleh dari Rumah
Bersalin Citra Palembang tahun 2011 dari bulan januari sampai dengan
tanggal 18 mei tahun 2011 berjumlah 460 bayi yang diimunisasi dan ratarata perbulan adalah 92 bayi yang diimunisasi.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang akan digunakan yaitu dengan cara wawancara dan kuesioner
langsung pada responden di Rumah Bersalin Citra Palembang tahun 2011
3. Instrument Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini akan menggunakan alat bantu yaitu kuesioner.

G. Pengolahan Data

36

Menurut Budiarto (2001) langkah-langkah yang dilakukan dalam


pengolahan data adalah sebagai berikut :
1. Pemeriksaan Data ( Editiring )
Proses editing adalah memeriksa data yang telah dikumpulkan baik
berupa daftar pertanyaan. kartu atau buku register. Yang dilakukan pada
kegiatan memeriksa data ialah menjumlah dan melakukan koreksi.
Menjumlah ialah menghitung banyaknya lembaran kartu periksa
untuk mengetahui apakah sesuai dengan jumlah yang ditentukan, sedangkan
yang

termasuk

proses

koreksi

ialah

proses

membenarkan

atau

menyelesaikan hal-hal yang salah atau kurang jelas.


2. Pemberian Kode ( Coding )
Coding adalah pemberian atau pembuatan kode-kodee pada tiap-tiap data
yang termasuk dalam kategori yang sama. Untuk mempermudah
pengolahan, sebaiknya semua variable diberi kode terutama data klasifikasi.
3. Memasukkan Data ( Entry )
Data yang sudah diberi kode akan diedit dan selanjutnya akan dimasukkan
dalam table.
4. Pembersihan Data ( Clenning )
Merupakan pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan
apakah masih ada kesalahan atau tidak.

H. Teknik Analisa Data

37

Data yang akan di analisa dengan komputerisasi menggunakan uji


chisquare melalui bantuan program SPSS yang akan disajikan dalam bentuk
tabel dan tekstular. Menurut Notoatmodjo ( 2005 ) analisa data dilakukan
melalui :
1. Analisa Univariat
Analisa Univariat akan dilakukan terhadap setiap variable dari
hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisa ini hanya menghasilkan
distribusi dan persentase dari tiap variablel.
2. Analisa Bivariat
Analisa Bivariat akan dilakukan terhadap dua variable yang diduga
berhubungan atau berkorelasi, yaitu variable independen dan variable
dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pendidikan,
pengetahuan dan pendapatan ibu, dan variabel dependenya adalah
imunisasi.dasar pada bayi.
Uji statistik yang digunakan adalah uji Chi Square (X2), bertujuan
untuk mengetahui perbedaan proporsi antara beberapa kelompok data dan
untuk mengetahui hubungan antara variabel dependen dan variabel
independen. Hasil uji statistik dikatakan berbeda secara bermakna
(signifikan) apabila nilai lebih besar dari alpha ( = 0,05). Jika P value hasil
perhitungan < (0,05) maka H0 ditolak, sehingga kesimpulannya kedua
variabel tersebut berhubungan signifikan.
Sebaliknya, dikatakan tidak bermakna apabila Pvalue lebih kecil dari
alpha ( = 0,05). Jika Pvalue hasil perhitungan > (0,05) maka Ho diterima,

38

sehingga kesimpulannya kedua variabel tersebut tidak berhubungan


signifikan.

Anda mungkin juga menyukai