BAB I
PENDAHULUAN
___________________________________________________________________________ 1
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 18 Januari 2010 – 27 Maret 2010
Koagulasi Intravaskular Diseminata Asep (406080089)
___________________________________________________________________________ 2
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 18 Januari 2010 – 27 Maret 2010
Koagulasi Intravaskular Diseminata Asep (406080089)
BAB II
ETIOLOGI DIC
1. DIC akut:
– Infeksi: - bakteri (gram negatif, gram positif, ricketsia)
- virus (HIV, varicella, CMV, hepatitis, virus dengue)
- fungal (histoplasma)
- parasit (malaria)
– Keganasan : - Hematologi (AML)
- Metastase (mucin secreting adenocarcinoma)
– Trauma kepala berat: aktivasi tromboplastin jaringan.
– Kebakaran
– Reaksi Hemolitik
– Reaksi transfuse
– Gigitan ular
– Penyakit hati - Acute hepatic failure
2. DIC kronik:
– Keganasan : rumor solid, lekemi,
– Obstetri : intrauterin fetal death, abrasio plasenta
– Hematologi : sindrom mieloproliferatif
– Vaskular: rematoid artritis, penyakit raynaud
– Cardiovascular - infark miokard
– Inflamasi; ulcerative colitis, penyakit crohn, sarcoidosis
BAB III
___________________________________________________________________________ 3
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 18 Januari 2010 – 27 Maret 2010
Koagulasi Intravaskular Diseminata Asep (406080089)
III.1 Hemostasis
Sebelum membahas tentang bagaimana terjadinya DIC, ada baiknya kita
mengerti terlebih dahulu tentang fisiologi dari hemostasis dan fibrinolisis.
Hemostasis adalah suatu sistem dalam tubuh manusia yang terdiri dari
komponen seluler dan protein yang sangat terintegrasi. Fungsi utama hemostasis
adalah menjaga keenceran darah (blood fluidity) sehingga darah dapat mengalir
dalam sirkulasi dengan baik, serta membentuk thrombus sementara (temporary
thrombus) atau disebut juga hemostatic thrombus pada dinding pembuluh darah
yang mengalami kerusakan (vascular injury). Hemostasis terdiri dari enam
komponen utama, yaitu: platelet, endotil vaskuler, procoagulant plasma protein
factors, natural anticoagulant proteins, protein fibrinolitik dan protein
antifibrinolitik. Semua komponen ini harus tersedia dalam jumlah cukup, dengan
fungsi yang baik serta tempat yang tepat untuk dapat menjalankan faal hemostasis
dengan baik. Interaksi komponen ini dapat memacu terjadinya thrombosis disebut
sebagai sifat prothrombotik (prokoagulan) dan dapat juga menghambat proses
thrombosis yang berlebihan, disebut sebagai sifat antithrombotik (antikoagulan).
Faal hemostasis dapat berjalan normal jika terdapat keseimbangan antara faktor
prothrombotik dan faktor antithrombotik. 6,7
___________________________________________________________________________ 4
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 18 Januari 2010 – 27 Maret 2010
Koagulasi Intravaskular Diseminata Asep (406080089)
oleh trombosit. Disini terjadi deposisi fibrin pada sumbat trombosit sehingga
sumbat ini menjadi lebih kuat yang disebut sebagai stable fibrin plug.8
VASOKONSTRIKSI
Proses koagulasi pada hemostasis sekunder merupakan suatu rangkaian
reaksi dimana terjadi pengaktifan suatu prekursor protein (zymogen) menjadi
bentuk aktif. Bentuk aktif ini sebagian besar merupakan serine protease yang
memecah protein pada asam amino tertentu sehingga protein pembeku tersebut
menjadi aktif. Sebagai hasil akhir adalah pemecahan fibrinogen menjadi fibrin
yang akhirnya membentuk fibrin ikat silang (cross linked fibrin). Proses ini jika
dilihat secara skematik tampak sebagai suatu air terjun (waterfall) atau sebagai
suatu tangga (cascade).6,8 Sero
Proses koagulasi dapat dimulai melalui dua jalur, yaitu jalur ekstrinsik
(extrinsic pathway) dan jalur intrinsik (intrinsic pathway). Jalur ekstrinsik dimulai
jika terjadi kerusakan vaskuler sehingga faktor jaringan (tissue factor) mengalami
pemaparan terhadap komponen darah dalam sirkulasi. Faktor jaringan dengan
bantuan kalsium menyebabkan aktivasi faktor VII menjadi FVIIa. Kompleks
FVIIa, tissue factor dan kalsium (disebut sebagai extrinsic tenase complex)
mengaktifkan faktor X menjadi FXa dan faktor IX menjadi FIXa. Jalur ekstrinsik
___________________________________________________________________________ 5
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 18 Januari 2010 – 27 Maret 2010
Koagulasi Intravaskular Diseminata Asep (406080089)
berlangsung pendek karena dihambat oleh tissue factor pathway inhibitor (TFPI).
Jadi jalur ekstrinsik hanya memulai proses koagulasi, begitu terbentuk sedikit
thrombin, maka thrombin akan mengaktifkan faktor IX menjadi FIXa lebih lanjut,
sehingga proses koagulasi dilanjutkan oleh jalur intrinsik. Jalur intrinsik dimulai
dengan adanya contact activation yang melibatkan faktor XII, prekalikrein dan
high molecular weigth kinninogen (HMWK) yang kemudian mengaktifkan faktor
IX menjadi FIXa. Akhir-akhir ini peran faktor XII, HMWK dan prekalikrein
dalam proses koagulasi dipertanyakan. Proses selanjutnya adalah pembentukan
intrinsic tenase complex yang melibatkan FIXa, FVIIIa, posfolipid dari PF3
(platelet factor 3) dan kalsium. Intrinsic tenase complex akan mengaktifkan faktor
X menjadi FXa. Langkah berikutnya adalah pembentukan kompleks yang terdiri
dari FXa, FVa, posfolipid dari PF3 serta kalsium yang disebut sebagai
prothrombinase complex yang mengubah prothrombin menjadi thrombin yang
selanjutnya memecah fibrinogen menjadi fibrin. Thrombin mempunyai fungsi
sentral dalam faal koagulasi, oleh karena thrombin mempunyai berbagai macam
fungsi.6,7,8
FAKTOR
FAKTOR SINONIM
FI FIBRINOGEN
Gambar 2 Faktor2 Pembekuan darah yang berperan dalam Hemostasis 6
FII PROTROMBIN
FIII TISSUE Fc
___________________________________________________________________________
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Anak
6
FIV
Periode 18 Januari 2010 – 27 Maret 2010
ION KALSIUM
Koagulasi Intravaskular Diseminata Asep (406080089)
I I
Gambar 3. Jalur Intrisik dan ekstrinsik dan faktor pembekuan yang
X
berperan didalamnya. 6
XI
IX
Co
Intrinsic Pathwa
Contact
Gambar 4. Jalur pembekuan darah (skema waterfall) 7
IX TF
___________________________________________________________________________ 7
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Anak
XI
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 18 Januari 2010 – 27 Maret 2010 T
Koagulasi Intravaskular Diseminata Asep (406080089)
___________________________________________________________________________ 8
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 18 Januari 2010 – 27 Maret 2010
Koagulasi Intravaskular Diseminata Asep (406080089)
Protein Z
Protein Z adalah vitamin K-dependent plasma protein yang mempunyai
struktur mirip dengan faktor VII, IX, X, protein C dan protein S. Protein Z bekerja
sama dengan protein Z-dependent protease inhibitor, procoagulant phospholipids
(PF3) dan kalsium akan menghambat secara cepat (rapid inhibition) faktor Xa.
Dengan demikian menghambat pembentukan thrombin. 8
Sistem fibrinolisis
Plasminogen dipecah menjadi plasmin oleh plasminogen activator,
terutama tissue plasminogen activator (t-PA). Sebagai penyeimbangnya maka
plasminogen activator inhibitor- 1 (PAI-1) menghambat kerja t-PA. 6,7,8
___________________________________________________________________________ 9
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 18 Januari 2010 – 27 Maret 2010
Koagulasi Intravaskular Diseminata Asep (406080089)
AKTIVATOR
AKTIVASI
INTRINKSIK:
Gambar 5. Sistem fibrinolisis 6
•SEL ENDOTEL
•F XIIa
•KALIKREIN
Hemosta
PLASMINOGEN
Gambar 6. Faktor2 yang menjaga keseimbangan hemostasis 6
PROAKTIVATOR
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 18 Januari 2010 – 27 Maret 2010
(EUGLOBULIN) •STAPHIL
Koagulasi Intravaskular Diseminata Asep (406080089)
BAB IV
PATOFISIOLOGI DIC
Terbentuknya thrombin
Kegagalan jalur Terhambatnya proses
oleh rangsangan “Tissue
anti koagulan fibrinolisis
FAFAFAfactor”
TF – VIIa
komplek
X
I IXa
Xa
Protein
C
VIIIa
Plasinogen
Va Aktifator
plasinogen
Ketidakcukupan Fibrin
Fibrinoge Peningkatan kadar Fibri
n Degradatio
n fibrinogen pembersihan fibrin
n Product
Terjadinya thrombosis
___________________________________________________________________________ 11
pada pembuluh darah
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Anak
kecil dan sedang
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 18 Januari 2010 – 27 Maret 2010
Koagulasi Intravaskular Diseminata Asep (406080089)
___________________________________________________________________________ 12
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 18 Januari 2010 – 27 Maret 2010
Koagulasi Intravaskular Diseminata Asep (406080089)
Pembentukan trombin dapat dideteksi saat tiga hingga lima jam setelah
terjadinya bakteremia atau endotoksemia melalui mekanisme antigen-antibodi.
Faktor koagulasi yang relatif mayor untuk dikenal ialah sistem VII(a) yang
memulai pembentukan trombin, jalur ini dikenal dengan nama jalur ekstrinsik.
Aktivasi pembekuan darah sangat dikendalikan oleh faktor-faktor itu sendiri,
terutama pada jalur ekstrinsik. Jalur intrinsik tidak terlalu memegang peranan
penting dalam pembentukan trombin. Faktor pembekuan darah itu sendiri berasal
dari sel-sel mononuklear dan sel-sel endotelial. Sebagian penelitian juga
mengungkapkan bahwa faktor ini dihasilkan juga dari sel-sel polimorfonuklear. 1,7
___________________________________________________________________________ 13
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 18 Januari 2010 – 27 Maret 2010
Koagulasi Intravaskular Diseminata Asep (406080089)
Selain antitrombin III dan protein C, terdapat pula senyawa alamiah yang
memang berfungsi menghambat pembentukan faktor-faktor pembekuan darah.
Senyawa ini dinamakan tissue factor pathway inhibitor (TFPI). Kerja senyawa ini
memblok pembentukan faktor pembekuan (bukan memblok jalur pembekuan itu
sendiri), sehingga kadar senyawa ini dalam plasma sangatlah kecil, namanya pun
jarang sekali kita kenal dalam buku teks. Pada penelitian dengan menambahkan
TFPI rekombinan ke dalam plasma, sehingga kadar TFPI dalam tubuh jadi
meningkat dari angka normal, ternyata akan menurunkan mortalitas akibat infeksi
dan inflamasi sistemik. Tidak banyak pengaruh senyawa ini pada DIC, namun
sebagai senyawa yang mempengaruhi faktor pembekuan darah, TFPI dapat
dijadikan bahan pertimbangan terapi DIC dan kelainan koagulasi di masa depan.
1,2,3
___________________________________________________________________________ 14
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 18 Januari 2010 – 27 Maret 2010
Koagulasi Intravaskular Diseminata Asep (406080089)
Perdarahan sistemik
Tidak ada metode khusus untuk mendiagnosis DIC selain menilai gejala klinis
berupa perdarahan terus-menerus dengan gejala sianosis perifer serta melihat hasil
lab dengan trombositopenia, masa perdarahan global yang memanjang signifikan
(PT dan aPTT), serta Fibrin Degradation Produc (FDP), atau spesifiknya D-dimer
akan meningkat (walaupun keduanya juga meningkat pada trauma berat). 1,4
___________________________________________________________________________ 15
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 18 Januari 2010 – 27 Maret 2010
Koagulasi Intravaskular Diseminata Asep (406080089)
___________________________________________________________________________ 16
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 18 Januari 2010 – 27 Maret 2010
Koagulasi Intravaskular Diseminata Asep (406080089)
BAB V
MANIFESTASI KLINIS
DIC dapat terjadi hampir pada semua orang tanpa perbedaan ras, jenis
kelamin, serta usia. Gejala-gejala DIC umumnya sangat terkait dengan penyakit
yang mendasarinya, ditambah gejala tambahan akibat trombosis, emboli,
disfungsi organ, dan perdarahan. 1,3,6
Manifestasi yang sering dilihat pada DIC antara lain:1,2,5,
• Sirkulasi
o Dapat terjadi syok hemoragik
• Susunan saraf pusat
o Penurunan kesadaran dari yang ringan sampai koma
o Perdarahan Intrakranial
• Sistem Kardiovaskular
o Hipotensi
o Takikardi
o Kolapsnya pembuluh darah perifer
• Sistem Respirasi
o Pada keadaan DIC yang berat dapat mengakibatkan gagal napas
yang dapat menyebabkan kematian.
• Sistem Gastrointestinal
o Hematemesis
o Hematochezia
• Sistem Genitourinaria
o Hematuria
o Oliguria
o Metrorrhagia
o Perdarahan uterus
• Sistem Dermatologi
___________________________________________________________________________ 17
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 18 Januari 2010 – 27 Maret 2010
Koagulasi Intravaskular Diseminata Asep (406080089)
o Petechiae
o Jaundice (akibat disfungsi hati atau hemolysis)
o Purpura
o Bulae hemoragik
o Acral sianosis
o Nekrosis kulit pada ekstrimitas bawah (purpura fulminans)
o Infark lokal / gangren
o Hematom dan mudah terjadinya perdarahan pada tempat luka
o Thrombosis
___________________________________________________________________________ 18
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 18 Januari 2010 – 27 Maret 2010
Koagulasi Intravaskular Diseminata Asep (406080089)
Clinical
Infarcts bleeding
Renal Oliguria/Azotemia Hematuria
Cortical Necrosis
Cardiovascular Myocardial
Dysfxn
Pulmonary Dyspnea/Hypoxia Hemorrhagic
Infarct lung
GI Ulcers, Infarcts Massive
Endocrine Adrenal infarcts hemorrhage.
Ischemic Findings
___________________________________________________________________________ 19
are earliest!
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 18 Januari 2010 – 27 Maret 2010
Koagulasi Intravaskular Diseminata Asep (406080089)
BAB VI
DIAGNOSIS
___________________________________________________________________________ 20
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 18 Januari 2010 – 27 Maret 2010
Koagulasi Intravaskular Diseminata Asep (406080089)
4. Jumlah skor:
> 5 : Sesuai DIC : Skor diulang tiap hari
< 5 : Sugestif DIC : Skor diulang dalam 1-2 hari
___________________________________________________________________________ 21
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 18 Januari 2010 – 27 Maret 2010
Koagulasi Intravaskular Diseminata Asep (406080089)
___________________________________________________________________________ 22
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 18 Januari 2010 – 27 Maret 2010
Koagulasi Intravaskular Diseminata Asep (406080089)
___________________________________________________________________________ 23
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 18 Januari 2010 – 27 Maret 2010
Koagulasi Intravaskular Diseminata Asep (406080089)
BAB VII
PENGELOLAAN DIC
___________________________________________________________________________ 24
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 18 Januari 2010 – 27 Maret 2010
Koagulasi Intravaskular Diseminata Asep (406080089)
Anti fibrinolisis hanya diberikan bila jelas trombosis tidak ada dan
fibrinolisis yang sangat nyata. Anti fibrinolisis tidak diberikan bila DIC
masih berlangsung dan merupakan kontraindikasi.
___________________________________________________________________________ 25
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 18 Januari 2010 – 27 Maret 2010
Koagulasi Intravaskular Diseminata Asep (406080089)
___________________________________________________________________________ 26
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 18 Januari 2010 – 27 Maret 2010
Koagulasi Intravaskular Diseminata Asep (406080089)
BAB VIII
KESIMPULAN
___________________________________________________________________________ 27
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 18 Januari 2010 – 27 Maret 2010
Koagulasi Intravaskular Diseminata Asep (406080089)
___________________________________________________________________________ 28
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 18 Januari 2010 – 27 Maret 2010
Koagulasi Intravaskular Diseminata Asep (406080089)
DAFTAR PUSTAKA
___________________________________________________________________________ 29
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 18 Januari 2010 – 27 Maret 2010
Koagulasi Intravaskular Diseminata Asep (406080089)
___________________________________________________________________________ 30
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 18 Januari 2010 – 27 Maret 2010
Koagulasi Intravaskular Diseminata Asep (406080089)
___________________________________________________________________________ 31
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 18 Januari 2010 – 27 Maret 2010