BAB II
PEMBAHASAN
II.1. Perubahan Fase
Bentuk-bentuk berbeda yang diambil oleh berbagai fase materi berlainan yaitu
wujud zat. Secara historis, pembedaan ini dibuat berdasarkan perbedaan kualitatif dalam
sifat bulk Dalam keadaan padatan zat mempertahankan bentuk dan volume; dalam
keadaan cairan zat mempertahankan volume tetapi menyesuaikan dengan bentuk wadah
tersebut; dan sedangkan gas mengembang untuk menempati volume apa pun yang
tersedia.
GAMBAR 1
Perubahan Fase
Dan Berikut ini macam-macam perubahan zat yang kita ketahui:
1. Membeku merupakan proses perubahan wujud dari cair menjadi padat
2. Mencair merupakan proses perubahan wujud dari padat menjadi cair
3. Menguap merupakan proses perubahan wujud dari cair menjadi gas
II-1
4. Mengembun merupakan proses perubahan wujud dari gas menjadi cair
II-2
5. Menyublim merupakan proses perubahan wujud dari padat menjadi gas
6. Menghablur merupakan proses perubahan wujud dari gas menjadi padat
Wujud zat juga dapat didefinisikan menggunakan konsep transisi fase. Sebuah
transisi fase menandakan perubahan struktur dan dapat dikenali dari perubahan drastis
dari sifat-sifatnya. Menggunakan definisi ini, wujud zat yang berbeda adalah tiap
keadaan termodinamika yang dibedakan dari keadaan lain dengan sebuah transisi fasa.
Air dapat dikatakan memiliki beberapa wujud padat yang berbeda. Munculnya sifat
superkonduktivitas dihubungkan dengan suatu transisi fase, sehingga ada keadaan
superkonduktif. Begitu pula, keadaan kristal cair dan feromagnetik ditandai oleh transisi
fase dan memiliki sifat-sifat berlainan.
II.2 Muai (expensi)
Perubahan suatu benda yang bisa menjadi bertambah panjang, lebar, luas, atau
berubah volumenya karena terkena panas (kalor). Pemuaian tiap-tiap benda akan
berbeda, tergantung pada suhu di sekitar dan koefisien muai atau daya muai dari benda
tersebut.
Perubahan panjang akibat panas ini, sebagai contoh, akan mengikuti:
di mana :
adalah panjang pada suhu t,
adalah panjang pada suhu awal,
adalah koefisien muai panjang, dan
adalah besarnya perubahan suhu.
Suatu benda akan mengalami muai panjang apabila benda itu hanya memiliki
(dominan dengan) ukuran panjangnya saja. Muai luas terjadi pada
II-3
benda apabila benda itu memiliki ukuran panjang dan lebar, sedangkan muai volum terjadi
apabila benda itu memiliki ukuran panjang, lebar, dan tinggi.
di mana :
adalah luas (Area) pada suhu t,
adalah luas pada suhu awal,
adalah koefisien muai luas, dan
adalah besarnya perubahan suhu.
Dan untuk perubahan volum:
di mana :
adalah V(olum) pada suhu t,
adalah volum pada suhu awal,
adalah koefisien muai volum, dan
adalah besarnya perubahan suhu.
II.3 Teori Kinetic
II-4
bergerak pada kecepatan yang berbeda-beda. Teori Kinetik dikenal pula sebagai Teori
Kinetik-Molekular atau Teori Tumbukan atau Teori Kinetik pada Gas.
Dapat dituliskan rumus sebagai berikut:
P.V=n.R.T
Adapun faktor yang ada pada teori kinetic antara lain :
1. Tekanan
Tekanan dijelaskan oleh teori kinetik sebagai kemunculan dari gaya yang dihasilkan
oleh molekul-molekul gas yang menabrak dinding wadah. Misalkan suatu gas denagn N
molekul, masing-masing bermassa m, terisolasi di dalam wadah yang mirip kubus bervolume
V. Ketika sebuah molekul gas menumbuk dinding wadah yang tegak lurus terhadap sumbu
koordinat x dan memantul dengan arah berlawanan pada laju yang sama (suatu tumbukan
lenting), maka momentum yang dilepaskan oleh partikel dan diraih oleh dinding adalah:
gaya yang dimunculkan partikel ini adalah:
Keseluruhan gaya yang menumbuk dinding adalah:
Jadi, gaya dapat dituliskan sebagai:
Tekanan, yakni gaya per satuan luas, dari gas dapat dituliskan sebagai:
2. Suhu dan energi kinetik
II-5
Dari hukum gas ideal maka didapat rumus sebagai berikut :
PV = NkBT
dimana B adalah konstanta Boltzmann dan T adalah suhu absolut. Dan dari rumus
diatas, dihasilkan Derivat:
(2)
3. Banyaknya tumbukan dengan dinding
Jumlah tumbukan atom dengan dinding wadah tiap satuan luar tiap satuan waktu
dapat diketahui. Asumsikan pada gas ideal, derivasi dari menghasilkan persamaan
untuk jumlah seluruh tumbukan tiap satuan waktu tiap satuan luas:
4. Laju RMS molekul
Dari persamaan energi kinetik dapat ditunjukkan bahwa:
dengan v pada m/s, T pada kelvin, dan R adalah konstanta gas. Massa molar
diberikan sebagai kg/mol. Kelajuan paling mungkin adalah 81.6% dari kelajuan RMS,
dan rerata kelajuannya 92.1% (distribusi kelajuan Maxwell-Boltzmann).
5.
II-6
Banyaknya tumbukan dengan dinding
6. Laju RMS molekul
Dari energy kinetic di atas maka dapat ditulis rumus sebagai berikut:
II.4 Teori Termodinamika
Termodinamika (bahasa Yunani: thermos = 'panas' and dynamic = 'perubahan')
adalah fisika energi , panas, kerja, entropi dan kespontanan proses. Termodinamika
berhubungan dekat dengan mekanika statistik di mana banyak hubungan termodinamika
berasal.
Pada sistem di mana terjadi proses perubahan wujud atau pertukaran energi,
termodinamika klasik tidak berhubungan dengan kinetika reaksi (kecepatan suatu proses
reaksi berlangsung). Karena alasan ini, penggunaan istilah "termodinamika" biasanya
merujuk pada termodinamika setimbang. Dengan hubungan ini, konsep utama dalam
termodinamika adalah proses kuasistatik, yang diidealkan, proses "super pelan". Proses
termodinamika bergantung-waktu dipelajari dalam termodinamika tak-setimbang.
Terdapat empat Hukum Dasar yang berlaku di dalam sistem termodinamika, yaitu:
a. Hukum Awal (Zeroth Law) Termodinamika
Hukum ini menyatakan bahwa dua sistem dalam keadaan setimbang dengan sistem
ketiga, maka ketiganya dalam saling setimbang satu dengan lainnya
b. Hukum Pertama Termodinamika
II-7
Hukum ini terkait dengan kekekalan energi. Hukum ini menyatakan perubahan energi dalam
dari suatu sistem termodinamika tertutup sama dengan total dari jumlah energi kalor yang
disuplai ke dalam sistem dan kerja yang dilakukan terhadap system
c. Hukum kedua Termodinamika
Hukum kedua termodinamika terkait dengan entropi. Hukum ini menyatakan bahwa
total entropi dari suatu sistem termodinamika terisolasi cenderung untuk meningkat
seiring dengan meningkatnya waktu, mendekati nilai maksimumnya
d. Hukum ketiga Termodinamika
Hukum ketiga termodinamika terkait dengan temperatur nol absolut. Hukum ini
menyatakan bahwa pada saat suatu sistem mencapai temperatur nol absolut, semua
proses akan berhenti dan entropi sistem akan mendekati nilai minimum. Hukum ini
juga menyatakan bahwa entropi benda berstruktur kristal sempurna pada temperatur
nol absolut bernilai nol
GAMBAR 2
Termodinamika
II.5 Suhu dan Kalor
a. Suhu
II-8
Suhu menunjukkan derajat panas benda. Mudahnya, semakin tinggi suhu suatu benda,
semakin panas benda tersebut. Secara mikroskopis, suhu menunjukkan energi yang dimiliki
oleh suatu benda. Setiap atom dalam suatu benda masing-masing bergerak, baik itu dalam
bentuk perpindahan maupun gerakan di tempat berupa getaran. Makin tingginya energi atomatom penyusun benda, makin tinggi suhu benda tersebut.
Sebuah peta global jangka panjang suhu udara permukaan rata-rata bulanan
dalam proyeksi Mollweide.
Suhu juga disebut temperatur yang diukur dengan alat termometer. Empat
macam termometer yang paling dikenal adalah Celsius, Reumur, Fahrenheit dan
Kelvin.
Karena dari Kelvin ke derajat Celsius, Kelvin dimulai dari 273 derajat, bukan
dari -273 derajat. Dan derajat Celsius dimulai dari 0 derajat. Suhu Kelvin sama
perbandingan nya dengan derajat Celsius yaitu 5:5, maka dari itu, untuk mengubah
suhu tersebut ke suhu yang lain, sebaiknya menggunakan atau mengubahnya ke
derajat Celsius terlebih dahulu, karena jika kita menggunakan Kelvin akan lebih
rumit untuk mengubahnya ke suhu yang lain.
Contoh:
dan .
b. Kalor
Panas, bahang, atau kalor adalah energi yang berpindah akibat perbedaan suhu.
Satuan SI untuk panas adalah joule.
II-9
Panas bergerak dari daerah bersuhu tinggi ke daerah bersuhu rendah. Setiap benda memiliki
energi dalam yang berhubungan dengan gerak acak dari atom-atom atau molekul
penyusunnya.
Energi dalam ini berbanding lurus terhadap suhu benda. Ketika dua benda
dengan suhu berbeda bergandengan, mereka akan bertukar energi internal sampai
suhu kedua benda tersebut seimbang. Jumlah energi yang disalurkan adalah jumlah
energi yang tertukar. Kesalahan umum untuk menyamakan panas dan energi internal.
Perbedaanya adalah panas dihubungkan dengan pertukaran energi internal dan kerja
yang dilakukan oleh sistem. Mengerti perbedaan ini dibutuhkan untuk mengerti
hukum pertama termodinamika.
Ketika suatu benda melepas panas ke sekitarnya, Q < 0. Ketika benda
menyerap panas dari sekitarnya, Q > 0.
Jumlah panas, kecepatan penyaluran panas, dan flux panas semua dinotasikan
dengan perbedaan permutasi huruf Q. Mereka biasanya diganti dalam konteks yang
berbeda.
Jumlah panas dinotasikan sebagai Q, dan diukur dalam joule dalam satuan SI.
di mana:
adalah banyaknya kalor (jumlah panas) dalam joule
adalah massa benda dalam kg
adalah kalor jenis dalam joule/kg C, dan
t=
dimana:
adalah massa benda dalam kg
t adalah temperatur
adalah kalor jenis dalam joule/kg C,
Adapaun bunyi hukum suhu campuran adalah sebagai berikut:
Jika dua benda berada dalam keseimbangan termal dengan benda ketiga, maka ketiga
benda tersebut berada dalam keseimbangan termal satu sama lain.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya yang begitu melimpah sehingga Penulis dapat menyelesaikan tulisan ini pada
waktunya.
Pada kesempatan ini, Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ir. A. Taufik Arief, MS. selaku dosen pengasuh mata kuliah Ekstraksi Metalurgi.
2. Rekan-rekan yang telah membantu penulisan tulisan ini.
Penulis sadar bahwa dalam tulisan ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat bermanfaat untuk penyempurnaan tulisan
ini.
Akhir kata Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat untuk memajukan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Palembang, September 2011 Penulis,
Anggha Putra Pratama
iii