Hari/Tgl
Dosen
Asisten
Disusun oleh:
Kelompok 4 / BP2
Arista Hanudiana
J3E114007
Cecep Sumantri
J3E114028
Alfina Syaikani
J3E114047
Tina Dameria S
J3E114086
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Udara di dalam suatu ruangan dapat merupakan sumber kontaminasi
mikroba. Udara tidak mengandung mikroflora secara alami, tetapi kontaminasi
dari lingkungan disekitarnya mengakibatkan udara mengandung berbagai
mikroorganisme, misalnya dari debu, air, proses aerasi, dari penderita yang
mengalami infeksi saluran pencernaan, dari ruangan yang digunakan dalam
fermentasi dan sebagainya. Mikroorganisme yang terdapat di udara biasanya
melekat pada bahan padat, misalnya debu, atau terdapat dalam droplet air (Gobel,
2008).
Kontaminasi oleh mikroorganisme dapat terjadi setiap saat dan menyentuh
setiap permukaan seperti tangan atau alat (wadah). Oleh karena itu sanitasi
lingkungan sangat perlu untuk diperhatikan terutama yang akan bekerja dalam
bidang mikrobiologi atau pengolahan produk makanan atau Industri (Gobel,
2008).
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk memberikan pemahaman dan
keterampilan kepada mahasiswa mengenai metode pengujian sanitasi udara dan
ruang serta untuk mengetahui jumlah mikroba yang terdapat pada udara dan ruang
tempat aktivitas sehari-hari.
BAB II
METODOLOGI
2.1 Bahan dan alat
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu media agar NA,
APDA, agar PCA dengan metode RODAC, alkohol, aquades, aluminium foil,
disinfektan (So Klin dan Wipol). Sedangkan alat yang digunakan yaitu cawan
petri, pisau, bunsen, ose, pinset, label, Erlenmeyer.
2.2 Prosedur Kerja
2.2.1 Sanitasi udara
Media PCA
Dipotong tipis
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Kel
Me
Uji
Perlakua
M.O
Bakteri
AP
Kapang
DA
Khamir
M.O
132
41
82
54
dia
NA
5
4
Tanpa
Lokasi
Mikroskop
CB
BASIL
BIOTEK
1
KAPANG
BERMISSELIU
M
PC
A
7
3
2
NA
Bakteri
AP
Kapang
DA
PC
Khamir
NA
Bakteri
AP
Kapang
DA
PC
Khamir
3
5
4
NA
Bakteri
AP
Kapang
DA
PC
Khamir
WIPOL
CB
BASIL
OLAH 2
COCCUS
KAPANG
Tanpa
1
4
2,5cm
WIPOL
CB
OLAH 4
Tanpa
BASIL
KAPANG
BASIL
1,9cm
WIPOL
Dengan
WIPOL
81
114
80
81
8
8
BASIL
WIPOL
Dengan
63
586
195
112
4
5
BASIL
66
57
5
4
3
WIPOL
Dengan
216
70
7
6
2,5cm
TOILET
PRIA
GEDUN
Tanpa
WIPOL
Dengan
WIPOL
G CB
3cm
NA
Bakteri
703
518
MUSHO
BASIL
LLA
PRIA
TERAS
AP
Kapang
DA
Khamir
263
302
BASIL
PC
TANPA SO
Kolon
KLIN
BASIL
2cm
i
men
yeba
r
0(tid
ak
DENGAN
SOKLIN
ada
kolon
6
NA
Bakteri
i)
105
41
RUANG
BASIL
PERSIA
PAN CB
LINK
AP
Kapang
DA
PC
Khamir
55
65
3
2
0
2
7
NA
Bakteri
AP
Kapang
DA
Khamir
56
84
41
89
BASIL
TANPA
2cm
SOKLIN
DENGAN
SO KLIN
TOILET
LAB
TERPAD
U
BASIL
BASIL
WANITA
PC
8
5
1
10
8
NA
Bakteri
AP
Kapang
DA
Khamir
TANPA
COCCUS
2cm
SOKLIN
DENGAN
SOKLIN
107
79
52
60
PC
7
8
5
14
TANPA
3c
SOKLIN
DENGAN
SOKLIN
3.1.1 Perhitungan
Kelompok 4
SANITASI UDARA (Di Toilet Pria Gedung CB)
NA
81
114
NA (Diameter 9 cm)
APDA
80
81
:
cm
luas cawan
30 menit
97,5 x 2 x 157,27
cm
luas cawan
30 menit
(D =8 cm)
x
x
2
30 m3 nit 50,24 cm2
80,5 x 2 x 199,04
cm
luas cawan
30 menit
(D =9 cm)
80,5 x 2 x 157,27
25320,47 2,5 x 104 koloni/jam/m2
3. Media PCA (Sebelum Memakai Wipol )
Densitas mikroba/m2
cm
luascawa n
10000 cm2
ratarata koloni x
8 x 1061,57
8492,56 8,5 x 103 koloni/m2
Densitas mikroba/m2
cm
luascawan
10000 cm2
ratarata koloni x
0+ 3 10000 cm 2
x
2
2
3,14 x 3 cm
1,5 x
1061,57
luas cawan
30 menit
97,5 x 2 x 157,27
keadaan
lingkungan.
Misalnya
bakteri
thermogenesis
menimbulkan panas di dalam media tempat bakteri tersebut tumbuh. Bakteri dapat
pula mengubah pH dari media tempat iahidup, perubahan ini disebut perubahan
secara kimia (Lay 1992).
Adapun densitas bakteri (mikroba/jam/m2) yang terkandung di udara
pada toilet pria gedung CB sebanyak 3,1 x 10
berdiameter 9 cm, 3,2 x 104 koloni/jam/m2 pada media APDA berdiameter 8 cm,
dan 2,5 x 104 koloni/jam/m2 pada media APDA berdiameter 9 cm.
Densitas bakteri di udara yang tertinggi ada pada lab olah 1 sedangkan
densitas kapang dan khamir yang tertinggi ada pada lab lab olah 2, lab olah 5, dan
kantin. Hal ini membuktikan lab olah 1, lab olah 2, lab olah 5, dan kantin.tersebut
kurang mendapat perhatian dari segi kebersihan. Mikroba tersebut dapat
bersumber dari bioaerosol. Bioaerosol adalah partikel debu yang terdiri atas
makhluk hidup atau sisa yang berasal dari makhluk hidup (Anonim, 2008). Jenis
mikroorganisme yang sering terdapat di udara pada umumnya bakteri batang
pembentuk spora, baik yang bersifat aerobik maupun anaerobik, bakteri coccus,
bakteri gram negatif, kapang dan khamir. Penyebaran bakteri, jamur, dan virus
pada umumnya terjadi melalui sistem ventilasi. Sumber bioaerosol ada 2 yakni
yang berasal dari luar ruangan dan dari perkembangbiakan dalam ruangan atau
dari manusia, terutama bila kondisi terlalu berdesakan (crowded) (Anonim, 2008).
Oleh karena itu banyaknya aktivitas manusia yang terjadi di dalam ruangan
tersebut sangat mempengaruhi jumlah mikroba yang terkandung di udara.
Tingkat pencemaran udara di dalam ruangan oleh mikroba dipengaruhi oleh
faktor-faktor seperti laju ventilasi, banyaknya orang, dan kegiatan orang-orang
yang menempati ruangan tersebut. Mikroorganisme terhembuskan dalam bentuk
percikan dari hidung dan mulut selama bersin, bahka ketika bercakap-cakap titiktitik air terhembuskan dari saluran pernapasan mempunyai ukuran yang beragam.
Titik-titik air yang ukurannya jatuh dalam kisaran mikrometer yang rendah akan
tinggal dalam udara sampai beberapa lama, tetapi yang berukuran besar segera
jatuh ke lantai atau permukaan benda lain. (Pelczar 1994). Ada beberapa jenis
bakteri di udara yang dapat menginfeksi saluran pernafasan pada manusia,
diantaranya adalah Bacillus sp., Staphylococcus sp., Streptococcus sp.,
Pneumococcus sp. dan Clostridium sp. (Bibiana 1992 ).
Sedangkan kapang yang pada umumnya terdapat pada udara adalah
Aspergillus,
Mucor,
Rhizopus,
Penicillium
dan
Trichoderma.
Kapang
dalam
ruangan,
pertumbuhan
mikroorganisme
di
udara,
dan
meningkatkan bau yang tidak sedap, (b) konstruksi ruangan dan furniture, (c)
proses dan alat-alat dalam ruangan, (d) ventilasi, ventilasi udara yang buruk dapat
menyebabkan kurangnya udara segar yang masuk dan buruknya distribusi udara
di dalam ruang, (e) status kesehatan orang dalam ruangan (Anonim 2008).
3.2.2 Sanitasi Ruang (RODAC)
Pada ruangan, hal yang penting untuk diperhatikan adalah lantai, dinding,
dan langit-langit. Lantai yang licin dan dikonstruksi dengan tepat, mudah
dibersihkan. Sedangkan lantai yang kasar dan dapat menyerap, sulit untuk
dibersihkan. Lantai yang terkena limbah cairan misalnya dari alat pemasakan dan
tidak ditiriskan dengan baik dapat menjadi tempat penyediaan makanan bagi
bakteri dan serangga. Dinding dan langit-lngit yang kasar dapat membawa bakteri
seperti Staphylococcus
aureus.
Lantai,
dinding,
dan
langit-langit
yang
konsturksinya buruk, jauh lebih sulit untik dijaga sanitasinya. Akan tetapi, struktur
yang licin pun dapat menjadi sumber kontaminan yang tidak diinginkan bila tidak
dibersihkan dan dipelihara secara teratur dan efektif. Kontaminasi oleh
mikroorganisme dapat terjadi setiap saat dan menyentuh permukaan setiap tangan
atau alat. Dengan demikian sanitasi lingkungan sangat perlu diperhatikan terutama
yang bekerja dalam bidang mikrobiologi atau pengolahan produk makanan atau
industri (Volk dan Wheeler, 1984).
Sanitasi merupakan persyaratan yang mutlak bagi industri pangan sebab
sanitasi berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap mutu pangan dan daya
awet produk serta nama baik atau citra perusahaan (Betty dan Een, 2011).
Hasil pengamatan uji sanitasi ruang dapat dilihat pada tabel 2 pada bab
hasil pengamatan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa urutan unit koloni dari
terbesar hingga terkecil adalah lantai tidak dibersihkan, lantai dibersihkan dengan
desinfektan, lantai dibersihkan dengan pembersih lantai, meja dibersihkan dengan
alkohol 70%, meja dibersihkan dengan air, dan lantai dibersihkan dengan air.
Dengan ditandainya pertumbuhan mikroorganisme pada setiap ruangan
yang dilakukan pengujian, menandakan bahwa tidak semua ruangan yang ada
kebersihannya terjamin. Lantai yang dibersihkan dengan desinfektan misalnya,
masih terdapat koloni bakteri yang tumbuh, padahal desinfektan dapat mereduksi
mikroorganisme
melalui
suatu
mekanisme
kerja
tertentu.
lantai, meja, dll) di lingkungan industri pangan sebagai salah satu pemantauan.
Pemantauan bertujuan untuk menilai kualitas sanitasi atau higiene.
Lokasi pengujian sanitasi rungan dilakukan pada meja dan lantai lab olah
1, 2, 3, dan 4. Pengujian dilakukan secara aseptis dan dilakukan dengan dua
perlakuan, yaitu lantai atau meja sebelum dan sesudah diberi dengan desinfektan.
Media agar pada alat suntik (RODAC) ditempelkan selama 4 detik pada
permukaan meja atau lantai yang akan diuji. Lalu agar yang telah ditempelkan
dipotong setebal 1-1,5 cm dn secara aseptik potongan agar diletakkan pada cawan
petri. Posisi agar yang telah menempel pada permukaan yang akan diuji harus
berada dibagian atas. Kemudian cawan petri ditutup dan diinkubasi (tanpa
dibalikkan) pada suhu ruang (27oC) selama dua hari.
Setelah dilakukaniinkubasi selama dua hari, hasil pengamatan dengan
perlakuan sebelum diberi desinfektan menunjukkan jumlah coloni yang tumbuh
dengan media PCA pada lantai lab olah 1 adalah TBUD, pada meja lab olah 1
adalah TBUD, pada lantai lab olah 2 sebanyak 1,0 x 10 5 koloni/m2, pada meja lab
olah 2 sebanyak 4,8 x 104 koloni/m2, pada lantai lab olah 4 sebanyak 6,1 x 104
koloni/m2, pada meja lab olah 4 adalah TBUD, dan pada lantai lab olah 5
adalah7,1 x 104 koloni/m2. Sedangkan hasil pengamatan dengan perlakuan setelah
diberi desinfektan dengan media PCA pada adalah TBUD, pada meja lab olah 1
adalah TBUD, pada lantai lab olah 2 sebanyak 5,1 x 10 4 koloni/m2, pada meja lab
olah 2 sebanyak 3,2 x 104 koloni/m2, pada lantai lab olah 4 sebanyak 5,5 x 104
koloni/m2, pada meja lab olah 4 adalah TBUD, dan pada lantai lab olah 5 adalah 0
koloni/m2.
Setelah dilakukan pemberian desinfektan dengan Wipool dan antiseptik,
terjadi pengurangan atau penurunan jumlah koloni mikroba < 5,5 x 10 4 koloni/m2.
Desinfektan merupakan bahan kimia yang digunakan dalam sanitasi, bersifat
dapat membunuh jasad renik yang mencemari bahan, alat dan ruangan
pengolahan. Hal ini menunjukkan bahwa efektivitas dari desinfektan yang
diberikan sangat baik.
Jumlah koloni pada lantai dan meja lab olah 1 dan meja lab olah 4 dengan
perlakuan sebelum dan sesudah pemberian memiliki hasil TBUD (terlalu banyak
untuk dihitung). Seharusnya, dengan penggunaan desinfektan terjadi pengurangan
kembali.
Penghambatan kerja enzim penghambatan kerja enzim dapat mengakibatkan
DAFTAR PUSTAKA
Lay, B W. 1992. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: Rajawali Press.
Bibiana, W dan Hastowo,S. 1992. Mikrobiologi. Jakarta: Rajawali Pers.
Pelczar, Michael W., 1984, Dasar-Dasar Mikrobiologi 1,UI Press, Jakarta.
Volk, Wesley, A., Margaret F. Whleer, 1998, MikrobiologiDasar, Erlangga,
Jakarta.
Anonim. 2008. Petunjuk Praktikum Sanitasi Industri dan Keamanan Pangan.
Jember: Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember.
LAMPIRAN
APDA
82
54
NA :
132+ 41 60
10000
x x
=
2
30 3,14 x 4,5 x 4,5
2,6 x 104
densitas mikroba/jam/m2
APDA :
2
82+54 60
10000
x
x
=
1,3 x 104
2
30 3,14 x 4,5 x 4,5
densitas mikroba/jam/m2
SANITASI RUANG ( Di Ruang CB Biotek 2)
PCA (Sebelum meja Dibersihkan)
5
4
Dibersihkan(wipol)
7
3
5+ 4
10000
x
2
3,14 x 1 x 1
Kelompok 2
SANITASI UDARA (Di CB Olah 2)
NA
78
59
APDA
19
28
NA :
Densitas mikroba / jam/ m2=
78+ 59 60 10000
x x
=
2
30 63,58
mikroba/jam/m2
APDA :
Densitas mikroba / jam / m2=
19+ 28 60 10000
x x
=
2,1 x 104 densitas
2
30 63,58
mikroba/jam/m2
SANITASI RUANG ( Di Ruang CB Biotek 2)
PCA (Sebelum meja Dibersihkan)
29
23
Dibersihkan(wipol)
7
4
29+ 23 10000
x
2
4,9
7 +4 10000
x
2
4,9
Kelompok 3
Sanitasi Udara (di CB Olah 4)
NA
163
586
APDA
195
112
NA:
163+586 60
10000
2
30 3,14 x 4,45 x 4,45
Densitas mikroba/jam/m2 =
Densitas mikroba/jam/m =
16+ 14
2
10000
3,14 x 0,95 x 0,95
= 52931 = 5,3x104
10000
3,14 x 0,95 x 0,95
= 29994 = 3,0x104
densitas mikroba/m2
PCA (setelah lantai diberi wipol)
Densitas mikroba/m2 =
7 +10
2
densitas mikroba/m2
Kelompok 4
SANITASI UDARA (Di Toilet Pria Gedung CB)
NA
81
114
NA (Diameter 9 cm)
APDA
80
81
:
PCA (Diameter 3 cm )
cm
luas cawan
30 menit
97,5 x 2 x 157,27
5. Media APDA
Densitas mikroba/jam/m2
cm
luas cawan
30 menit
(D =8 cm)
x
x
2
30 m3 nit 50,24 cm2
80,5 x 2 x 199,04
cm
luas cawan
30 menit
(D =9 cm)
80,5 x 2 x 157,27
Densitas mikroba/m2
cm
luascawa n
10000 cm2
ratarata koloni x
8+ 8 10000 cm 2
x
2
2
3,14 x 3 cm
8 x 1061,57
8492,56 8,5 x 103 koloni/m2
Densitas mikroba/m2
cm
luascawan
10000 cm2
ratarata koloni x
0+ 3 10000 cm2
x
2
3,14 x 3 cm2
1,5 x
1061,57
KELOMPOK 5
APDA
263
302
NA :
Densitas mikroba / jam/ m2=
703+518 60
10000
x x
=
2
30 3,14 x 4,5 x 4,5
1,4 x 105
densitas mikroba/jam/m2
APDA :
2
263+ 302 60
10000
x x
=
9,0 x 104
2
30 3,14 x 4,5 x 4,5
densitas mikroba/jam/m2
SANITASI RUANG ( Di Musholla Teras JMP)
PCA (Sebelum lantai
Dibersihkan)
1
1
So klin)
0
0
1+1
10000
x
2 3,14 x 1 x 1
0+0
10000
x
2
3,14 x 1 x 1
= 0 densitas mikroba/m2
KELOMPOK 6
APDA
NA
105
41
SANITASI UDARA (Di Ruang Persiapan/CB Link)
NA :
55
65
105+ 41 60
10000
x x
=
2
30 3,14 x 4,5 x 4,5
2,3 x 104
densitas mikroba/jam/m2
APDA :
55+ 65 60
10000
x x
=
1,9 x 104
2
30 3,14 x 4,5 x 4,5
3+ 2
10000
x
2
3,14 x 1 x 1
KELOMPOK 7
SANITASI UDARA (Di Toilet Wanita Lab Terpadu)
NA :
Densitas mikroba / jam/ m2=
densitas mikroba/jam/m2
APDA :
56+ 84 60
10000
x x
=
2
30 3,14 x 4,5 x 4,5
2,2 x 104
41+49 60
10000
x x
=
1,4 x 104
2
30 3,14 x 4,5 x 4,5
densitas mikroba/jam/m2
SANITASI RUANG ( Di Ruang CB Biotek 2)
PCA (Sebelum Lantai
Dibersihkan)
8
5
Dibersihkan)
1
10
8+5
10000
x
2
3,14 x 1 x 1
1+10
10000
x
2
3,14 x 1 x 1
Kelompok 8
SANITASI UDARA (Di CB BIOTEK 2)
NA
107
APDA
52
789
60
NA :
2
107+ 789 60
10000
x x
=
2
30 3,14 x 4,5 x 4,5
1,4 x 104
densitas mikroba/jam/m2
APDA :
Densitas mikroba / jam / m2=
52+60 60
10000
x x
=
1,7x 104
2
30 3,14 x 4,5 x 4,5
densitas mikroba/jam/m2
SANITASI RUANG ( Di Ruang CB Biotek 2)
PCA (Sebelum lantai
Dibersihkan)
7
8
So klin)
5
14
7 +8
10000
x
2
3,14 x 1 x 1
5+ 14
10000
x
2
3,14 x 1 x 1