Anda di halaman 1dari 44

At a Glance of Mobus

Hansen
Febby farihindarto (102011246)
Paulina suwandhi (102012027)
Joni Indah Sari
(102012127)

Identifikasi Istilah
CGD : primary immunodeficiency that affects
phagocytes of the innate immune system and
leads to recurrent or persistent intracellular
bacterial and fungal infection and to granuloma
formation.
Source : Medscape, 2013 March 5th

Rumusan Masalah
Seorang laki-laki 40 thn mengeluh adanya bercak
putih yang tidak gatal pada lengan kiri sejak 1
bulan yll.

Mind Map
Penatalaksana
an

Anamnesis,PF,PP

Prognosis

Bercak putih tidak


gatal di lengan kiri
sjk 1 bln yll

DD:
Vitiligo
Pitiriasis alba
Pitiriasis versikolor
Hipopigmentasi
post
inflamasi
Chemical Leucoderma

WD: Mobus
Hansen

Etiologi,
Epidemiologi, dan
Patofisiologi

Komplikasi

Hipotesis
Laki-laki 40 tahun itu mengalami penyakit Mobus
Hansen (lepra)

Epidemiology
Esp. tropics & subtropics
Total case : 1,5-8 juta seluruh dunia; >80 % case in
India, China, Myanmar, Indonesia, Brazil, Nigeria
Associated with poverty, rural area, HIV
Male > female
Incidence peak : 10-20 thn; prevalence peak :30-50 thn
Racial factor (inverse)

Etiology
Mycobacterium leprae

Acid-fast bacil, gram (+)


Intracellular obligate
At the surface : PGL-1 (phenophilic Glycolipid 1)
Not yet to be culture in vitro
Long incubation time (generation time = 14 hari)
Main reservoir = human. Others : armadillo,
chimpanzee
Loves to live in cold temperature area (<30 Celcius)
Transmission : nasal droplets (most likely at
household contact), long contacts, insects bites

Pathogenesis dan
Klasifikasi

Gejala Klinis

Lepromatosa Leprosy

Anamnesis
Identitas ( Penting! TTL, pekerjaan, pendidikan)
KU : sering kali pasien datang dengan keluhan
anestesia pada lesi
RPS : onset, keluhan lain spti anhidrosis, alopecia,
atrofi pada lesi, anokromia, penebalan saraf
perifer, perubahan trofi otot,
PRD: riwayat inflamasi/trauma sblmnya, riwayat
infeksi
RPK : keluarga serumah yang menderita hal yang
sama
RS : kondisi tempat tinggal, sosial ekonomi

Pemeriksaan Fisik
Inspeksi : lesi kulit, penebalan saraf perifer
superficial, claw hand, foot drop
Palpasi : penebalan saraf perifer yang teraba
tender, lesi menonjol/tidak, ada massa/tdk, lesi
panas/tidak

Pemeriksaan Fisik Khusus


Test raba : kapas
Test nyeri : jarum
Test suhu : tabung reaksi yang mengandung air
panas dan air dingin
Test plotot Gunawan : anhidrosis/tidak
(menggunakan spidol, dan pasien diminta
bergerak aktif)
Test histamin : menilai fungsi saraf otonom( inj
0,1 ml histamin fosfat 1:1000 intradermal)---Triple responsenya hanya hives
Test Movement : foot drop

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Bakterioskopi
specimen diambil dari 6 tempat : 2 dari cuping
telinga, 4 dari lesi yang paling aktif. Penting!
Dicatat dan diingat tempat pengambilan
Slit-skin smear : lesi dijepit dengan menggunakan
2 jari agar iskemik, kemudian lesi diinsisi sampai
bagian dermis (melampai subepidermal clear
zone)
Dipulas dengan pewarnaan Ziehl-Neelson

Pemeriksaan Histopatologi
Biopsy dilakukan sampai bagian subkutaneus
Tipe Tuberkuloid : gambaran tuberkel
Tipe lepromatosa : gambaran sel Virchow (foamy
cell), subepidermal clear zone

Test Lepromin (non-diagnostik, utk menentukan tipe


Lepra)
Injeksi Lepromin 0,1 ml Intradermal ( basil lepra yang
dimatikan denga panas; diambil dari nodul lepromatosa
atau liver armadillo yang terinfeksi)
Reaksi Fernandez : delayed hypersensitivity terhadap
komponen soluble Lepromin. Timbul 24-48 jam stlh
injeksi. (+) bila Indurasi >10 mm setelah >48 jam
Reaksi Mitsuda : respon granulomatous terhadap materi
antigenik tertentu pada Lepromin. Timbul minggu ke 34 setelah injeksi. (+) bila ada nodul > 5 mm

Test Lepromin (+) kuat pada : TT, pasien subklinis


(+) lemah pada : BT
(-) pada : BB, BL, LL.
Tidak terprediksi : pada Indeterminate

Indeks Bakteriologik
(Ridley)
Untuk mengevaluasi keaktifan lepra dan
keberhasilan therapy
Indeks bakteriologik masing-masing dari 6 lesi
dirata-ratakan.
IB < 2 = PB, IB > atau sama dengan 2 = MB

Penegakkan Diagnosa
Tanda Cardinal lepra ( anesthesia, anokromia,
atrofi, anhidrosis,
Pasien berasal dari area endemik
Pemeriksaan bakterioskopi : ditemukan basil
M.leprae

Komplikasi Mobus
Hansen

Reaksi Lepra
Kerusakan saraf perifer
Keterlibatan mata
Perforasi septum hidung
Madarosis
Amyloidosis
Kontraktur sendi
Mutilasi
Masalah Psikologik (dikucilkan)

Komplikasi Mobus
Hansen
Reaksi Lepra
Reaksi Lepra 1 : delayed hypersensitivity tipe 4.
ditandai dengan inflamasi akut,edema, nyeri,
kerusakan saraf perifer. Umumnya terjadi pada
tipe Borderline. Bisa Downgrading atau
Upgrading.
Reaksi Lepra 2 : reaksi hipersensitivitas tipe 3
dintandai dengan Eritema nodusum
Lepromatosum. Sering pada tipe LL

Lucio Phenomenon: vaskulitis alergik akut yang


disebabkan banyaknya bacili lepra pada
endothelium pembuluh darah .
Dintandai : infiltrasi diffuse lepromatosa pada
kulit, adanya plak eritem yang bisa mengalami
nekrosis dengan ulserasi.

Diagnosa Banding
Makula hipopigmentasi : pitiriasis versikolor,
pitiriasis alba, vitiligo, chemical leukoderma,
hipopigmentasi post inflamasi
Plak dan lesi anular : T.corporis, granula
multiforme, sarcoidosis, tuberkulosis kutis
Nodul : Leishmaniasis (nodul < lepra, nodul bisa
membentuk crusta dan ulkus dalam beberapa
minggu)
Penebalan saraf perifer : Hereditary sensory
motor neuropathy tipe 3, amyloidosis

Pityriasis Alba

Pityriasis Versikolor

Vitiligo

Chemical Leukoderma

Hipopigmentasi PostInflamasi

Penatalaksanaan
Prinsip :
Mengeradikasi infeksi dengan therapy antilepra
Mencegah dan menangani reaksi lepra
Mengurangi resiko kerusakan saraf
Mengedukasi pasien
Rehabilitasi pasien dan mengembalikan
kepercayaan diri pasien sehingga dapat kembali ke
tengah masyarakat

Multidrug Therapy
Antilepra
Paucibaciler (IB<2)
Rifampicin 600mg/bln----6 month, supervised
Dapson 100 mg/hari---- 6-9 month, unsuperviced
Multibaciller (IB > atau = 2)
Rifampicin 600 mg/bln
Klofazimin 300 mg/bln
Dapson 100 mg/hari
Klofazimin 50 mg/hari
* mula2 obat MDT utk MB diberikan 24 dosis (24-36 bulan)
dgn syarat bakterioskopis harus negatif. Jika masih (+)
maka teruskan pemakaian obat sampai bakterioskopis
negatif

Untuk Menekan Reaksi


Lepra
Reaksi lepra 1
jika ada neuritis, lesi yang mungkin akan menjadi
ulkus, alasan kosmetik, maka berikan tambahan
Kortikosteroid disamping obat rutin. Prednison 4060 mg/hari, tappering off dalam 2-3 bulan
Reaksi Lepra 2
Predinson 15-30 mg/hari
Thalidomide (untuk ENL rekuren) 100-300 mg/hari
Klofazimin 300 mg/hari

Edukasi
Menginspeksi ada/tidaknya trauma dan lesi tiap
hari
Merendam kaki dan tangan (kulit-kulit yang
kering) dan memakai krim yang berminyak agar
tidak mengalami fisura
Mengajari pasien untuk menghindari
trauma/cedera
Memakai pelindung (sarung tangan, kacamata)
ketika beraktivitas

Pencegahan
Menghindari kontak dengan penderita lepra
(terutama yang multibaciller)bukan berarti
dikucilkan.
Bagi anak (<12 tahun) yang tinggal serumah
dengan penderita lepra, bisa dilakukan vaksinasi
BCG

Prognosis
Tergantung :
Rutin/tidak minum obat
Didiagnosa pada awal/akhir penyakit
Bagaimana pasien merawat dirinya
Status psikologik pasien

Penutup
Penyakit Mobus Hansen (lepra) merupakan salah
satu penyakit yang endemik di Indonesia
Untuk mendiagnosa penyakit ini, diperlukan
penemuan tanda kardinal lepra (5A) dan juga
ditemukannya
Mycobacterium
leprae
pada
pemeriksaan laboratorium
DD : P.Versikolor, P.alba, vitiligo, leukoderma, post
inflamasi hipopigmentasi
Diagnosa awal dan penanganan awal sangat
penting untuk memberikan prognosis yang baik
bagi pasien lepra

Anda mungkin juga menyukai